Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ON HEMODIALISA


DENGAN ANEMIA

Disusun Oleh

DISUSUN OLEH
MYELINDA ARIYANTI
108116047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Gagal ginjal kronis atau Chronic kidney disease (CKD) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

CKD merupakan suatu gangguan progresif fungsi ginjal yang bersifat


irreversible dalam kasus metabolisme maupun dalam menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit serta dapat menyebabkan uremia (Moeljono, 2014).

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan


sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010)

Gromerular filtration rate (GFR)) adalah laju rata-rata penyaringan darah


yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah jantung per menit
± 1,300 ml .LFG digunakan sebagai salah satu indikator menilai fungsi
ginjal.Biasanya digunakan untuk menghitung bersihan kreatinin yang
selanjutnya dimasukkan kedalam formula.

B. ETIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY


DISEASE)
1. Glomerulonefritis (radang ginjal)
2. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodusa, sklerosis sitemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra
C. MANIFESTASI KLINIS GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC
KIDNEY DISEASE)
1) Manifestasi klinik antara lain ( Long,1996)
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
2) Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
– aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3) Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Pitting edema
c) Edema periorbital
d) Edema periorbital
e) Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
a) Krekel
b) Nafas dangkal
c) Kusmaull
d) Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Anoreksia, mual dan muntah
c) Ulserasi dan pardarahan mulut
d) Nafas berbau amonia
d. Sistem musculoskeletal
a) Kram otot
b) Kehilangan kekeuatan otot
c) Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
a) Warna kulit abu-abu
b) Pruritis
c) Kulit kering bersisik
d) Ekimosis
e) Kulit tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Integumen
a) Amenor
b) Atrofi testis
D. PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY
DISEASE)

GAGAL GINJAL KRONIS

Penurunan laju Proteinuria Penurunan fungsi Peningkatan


Filtrasi glomerulus ginjal kadar
Kadar perotein kreatinin &
Ginjal tidak mampu dalam darah turun Produksi BUN serum
mengencerkan urine eritropoitin
secara maksimal Penurunan tekanan menurun Asotemia
osmotik
produk urine turun Penurunan Syndrom
dan kepekatan urine Cairan keluar ke pembentukan uremia
meningkat ekstraseluler eritrosit
Organ GI
Gangguan eliminasi Edema Anemia
Urine Mual,
Kelebihan volume Intoleransi muntah
Cairan aktivitas
Kekurangannutr
isi kurang
dari kebutuhan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANGGAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC


KIDNEY DISEASE)
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosa gagal
ginjal kronik yaitu (Boughman, 2000 dalam (Prabowo & Eka, 2014) :
1. Biokimia
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dari kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal
adalah dengan analisa creatinine clearance (klirens kreatinin). Selain
pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan kadar elektrolit dalam tubuh
sebagai kinerja ginjal.
2. Urinalisis dilakukan untuk menepis ada tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkin gijal.
3. Ultrasonografi ginjal
Gambaran dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang
mendukung untuk menegakan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal
ginjal biasanya menunjukan adanya obstruksi atau jaringan parut pada
ginjal. Selain itu ukuran dari ginjal pun akan terlihat.

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATANGAGAL GINJAL KRONIS


(CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
4. Hemodialisis
a. Pengertian Hemodialisis
Dialisis adalah tindakan medis pemberian pelayanan terapi
pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal
ginjal dalam upaya mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang
terdiri dari dialisis peritonial dan hemodialisis.
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda
akibat LFG yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang
usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Indikasi Hemodialisis
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi:
a) Hiperkalemia
b) Asidosis
c) Kegagalan terapi konservatif
d) Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah
e) Kelebihan cairan
f) Mual dan muntah hebat
c. Proses Tindakan Hemodialisis
1. Setting dan priming
a) Mesin dihidupkan
b) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood
line dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl
(perhatikan sterilitasnya)
c) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan
selang arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer
dengan selang darah venous
d) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah
pump dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan
otomatis berputar sesuai arah jarum jam)
e) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang
darah arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
f) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
g) Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan
merah (inlet) di bawah
h) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ
untuk menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming
sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)
i) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal
saline, habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
j) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc.
Putarlah Qb dan rpm
k) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah
venous
l) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
m) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar
menunjukkan “preparation”, artinya: consentrate dan RO telah
tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai
(normal: 13.8 – 14.2) Pada keadaan “preparation”, selang
concentrate boleh disambung ke dialyzer
n) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line
arteri vena
o) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
p) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
q) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
r) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis
melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang
sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
s) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG
reached” artinya UFG sudah tercapai
t) Pemberian heparin pada selang arteri
u) Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada
selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin
mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan
100 rpm.
2. Dialyzer siap pakai ke pasien
Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate
tidak boros. Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb
100 rpm sirkulasi untuk membuang formalin (UFG: 500, time life
20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer
dengan normal saline sebanyak 2000 cc
3. Punki Akses Vaskuler
a) Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
b) Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
c) Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril
dimasukkan ke dalam bak steril)
d) Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
e) Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
f) Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan
dipunksi dengan betadine dan alcohol
g) Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu
lakukan anestesi lokal, kemudian desinfeksi
h) Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
4. Memulai Hemodialisa
a) Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur
tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisa
b) Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan,
ujung AV blood line diklem
c) Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah
dibuat, mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV,
UFR, UFG dan time left
d) Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB
standar + jumlah makan saat hemodialisa
e) Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
f) Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
g) Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base
Na + karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang
berada di gallon. Na = 140 mmol)
h) Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
i) Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
j) Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
k) Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
l) Matikan (klem) selang infus
m) Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
n) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-
swab dengan kassa betadine sebagai desinfektan
o) Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
p) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
q) Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan
micropore. Jika aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
r) Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong),
sebaiknya terisi ¾ bagian
s) Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur
namanya cairan sisa priming
t) Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan
pompa darah
u) Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
v) Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua
ujungnya diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-
masing sambungan dikencangkan)
w) Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem
infus ditutup
x) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan
pompa darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
y) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
z) Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala
(lampu monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan
Flow)
d. Persiapan Alat Hemodialisis
1. Dialyzer
2. Transfusi set
3. Normal saline 0.9%
4. AV blood line
5. AV fistula
6. Spuit
7. Heparin
8. Lidocain
9. Kassa steril
10. Duk steril
11. Sarung tangan
12. Mangkok kecil
13. Desinfektan
14. Klem
15. Matkan
16. Timbangan
17. Tensimeter
18. Termometer
19. Plastik
20. Perlak kecil.
e. Pemeriksaan Diagnostik Hemodialisis
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis
ataupun kolaborasi antara lain :
1. Ureum (Blood Urea Nitrogen) Protein diserap tubuh melalui
makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap
merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung
nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan
dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi
dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah. Untuk itu BUN tes
dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan
mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya
membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl
2. Kreatinin adalah sampah dari sisa – sisa metabolisme yang
dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan
menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana
mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil
Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk
wanita dewasa.
3. Glumerolus Filtration RateGFR merupakan cara terbaik untuk
mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan
tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium
berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan
untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat
badan.
f. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Selama Hemodialisa
1. Pre Hemodialisa
a. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤
7 gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot
aksesoris untuk bernafas, Pernafasan cuping hidung, Perubahan
kedalaman nafas, dan Dipneu.
b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet
cairan berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat
badan dalam waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura,
Oliguria, Asupa melebihi haluran, Edema, Dispnea, Penurunan
hemoglobin, Perubahan pola pernapasan , dan Perubahan tekanan
darah.
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa oral d.d nyeri abdomen bising usus hiperaktif,
kurang makanan, diare, kurang minat pada makanan, dan berat
badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung,
tampak waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
e. Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat
kimia, Defisit cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea,
membrane mukosa, integument, atau subkutan) dan Kerusakan
jaringan.
2. Intra Hemodialisa
a. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap
penusukan & pemeliharaan akses vaskuler.
b. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses
hemodialisa.
3. Post Hemodialisa
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan
merasa letih, dispnea setelah beraktifitas, ketidaknyamanan
setelah beraktifitas, dan respon tekanan darah abnormal terhadap
aktivitas.
b. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran
dan perubahan citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra
tubuh, Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan
individudalam penampilan, Respon nonverbal terhadap persepsi
perubahan pada tubuh (mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus
pada perubahan, Perasaan negatif tentang sesuatu
c. Risiko infeksi b.d prosedur invasif berulang
g. Nic Noc Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Pre Hemodialisa
a. Pola nafas tidak efektif
NOC :
1) Menunjukan jalan nafas yang paten ( frekuensi pernafasan dalam
rentan normal )
2) Tanda – tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi,
pernafasan )
NIC :
1) Observasi respirasi & nadi
2) Berikan posisi semi fowler
3) Ajarkan cara nafas yang efektif
4) Berikan O2
5) Lakukan SU pada saat HD
b. Kelebihan volume cairan
NOC :
1) BB post HD sesuai dry weight, Edema hilang, Retensi 16-28 x/m
2) Terbebas dari edema , efusi, anaskara
NIC :
1) Observasi status cairan, timbang bb pre dan post HD, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit dan edema, distensi vena leher
dan monitor vital sign
2) Batasi masukan cairan pada saat priming & wash out HD
3) Lakukan HD dengan UF & TMP sesuai dengan kenaikan bb
interdialisis
c. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Tidak terajadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
1) Observasi status nutrisi:Perubahan BB, Pengukuran antropometri
2) Observasi pola diet
3) Observasi faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
4) Kolaborasi menentukan tindakan HD 4-5 jam 2-3 minggu

d. Ansietas
NOC :
1) Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
2) Tampak rileks
3) Vital sign dalam batas normal
NIC :
1) Evaluasi respon verbal dan non verbal pasien.
2) Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.
3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
e. Kerusakan integritas kulit
NOC :
1) Kulit pasien nampak bersih
2) Menunjukkan perubahan yangminimal pada kulit dan menghindari
trauma pada area kulit yang sakit.
2. Intra Hemodialisa
a. Resiko cedera
NOC :
1) Kulit pada sekitar AV shunt utuh/tidak rusak
2) Pasien tidak mengalami komplikasi HD
NIC :
1) Observasi kepatenan AV shunt sebelum HD
2) Monitor kepatenan kateter sedikitnya setiap 2 jam
3) Lakukan heparinisasi pada shunt/kateter pasca HD
b. Resiko pendarahan
NOC :
1) TD 120/80 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
2) Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
NIC :

1) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat (bedrest)


2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan
jika ada tanda
3) perdarahan seperti: hematemesis, melena, epistaksis.
3. Post Hemodialisa
a. Intoleransi aktivitas
NOC :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
2) Berpartisipasi dalam ↑ aktivitas dan latihan
3) Istirahat & aktivitas seimbang/bergantian
NIC :
1) Observasi faktor yang menimbulkan keletihan: Anemia,
Ketidakseimbangan cairan & elektrolit, Retensi produk sampah
depresi
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
3) Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
b. Risiko Harga diri rendah
NOC :
1) Pola koping klien dan keluarga efektif
2) Klien & keluarga bisa mengungkapkan perasaan & reaksinya
terhadap perubahan hidup yang diperlukan
NIC :
1) Observasi respon & reaksi klien & keluarganya terhadap penyakit &
penanganannya.
2) Observasi hubungan klien dan keluarga terdekat
3) Observasi pola koping klien & keluarganya
c. Risiko infeksi
NOC :
1) Suhu tubuh normal (36-37 C)
2) Tak ada kemerahan sekitar shunt
3) Area shunt tidak nyeri/bengkak
NIC :
1) Pertahankan area steril selama penusukan kateter
2) Pertahankan teknik steril selama kontak dg akses vaskuler:
penusukan, pelepasan kateter
3) Monitor area akses HD terhadap kemerahan, bengkak, nyeri
G. MASALAH KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC
KIDNEY DISEASE)
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan jaringan ginjal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
4. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muaal
muntah
H. INTERVENSI KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Dx NOC NIC
Gangguan Eliminasi Urin Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Urinary Retention Care
Berhubungan Dengan Obstruksi ..........X 24 Jam, Diharapakan Eliminasi Urin Lancar. 1. Lakukan Penilaian Kemih Secara
Saluran Kemih Kriteria Hasil:Urinary Rlimination Komprehensif
Indikator IR ER 2. Merangsang Reflek Kandung
1. Kandung kemih kososng secara Kemih Dengan Menerapkan
penuh Dingin Untuk Perut
2. Tidak ada residu urine >100 3. Memantau Tingkat Distensi
sampai 200 cc Kandung Kemih Dengan Palpasi
3. Intake cairan dalam rentang Dan Perkusi
normal 4. Masukan kateter kemih
4. Bebas dari ISK 5. Memantau asupan keluaran
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang
Keterangan:
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak Ada Keluhan
Kelebihan Volume Cairan Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Fluid Monitoring (Monitor
Berhubungan Dengan Kerusakan ..........X 24 Jam, Diharapakan Keseimbangan Cairan Cairan)
Jaringan Ginjal Klien Terpenuhi 1. Tentukan Riwayat Jumlah Dan
Kriteria Hasil:Fluid Balance Tipe Intake Cairan Dan
Indikator IR ER Eliminasi
1. Tekanan Darah Dalam Batas Yang 2. Tentukan Kemungkinan Faktor
Diharapkan Resiko Dari Ketidak
2. Tidak Ada Asites Seimbangan Cairan
3. Tidak Terdapat Edema Perifer (Hipertermia, Terapi Diuretik,
4. Pusing Tidak Ada Kelainan Renal, Gagal Jantung,
5. Tidak Terdapat Haus Abnormal Diaporesis, Disfungsi Hati, Dll
6. Tekanan Darah Dalam Batas Yang )
Diharapkan 3. Monitor Berat Badan
Keterangan: 4. Monitor Adanya Distensi
1. Keluhan Ekstrim Leher, Rinchi, Eodem Perifer
2. Keluhan Berat Dan Penambahan Bb
3. Keluhan Sedang 5. Monitor Tanda Dan Gejala Dari
4. Keluhan Ringan Odema
5. Tidak Ada Keluhan 6. Beri Cairan Sesuai Keperluan
7. Lakukan Hemodialisis Bial
Perlu Dan Catat Respons Pasien
Intoleransi Aktivitas Berhubungan Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Activity Therapy
Dengan Anemia ..........X 24 Jam, Diharapakan Aktivitas Klien 1. Bantu Klien Untuk
Meningkat Mengidentifikasi Aktivitsd Yang
Kriteria Hasil:Activity Tolerance Mampu Dilakukan
Indikator IR ER 2. Bantu Untyk Memilih Aktivitas
1. Saturasi Oksigen Dalam Rentang 3. Bantu Klien Untuk Membuat
Yang Diharapkan Saat Beraktivitas Jadwal
2. Hr Dalam Rentang Yang Diharapkan 4. Bantu Klien Untuk Mendapatakn
Saat Beraktivitas Alat Bantu
3. Rr Dalam Rentang Yang Diharapkan
Saat Beraktivitas
4. Tekanan Darah Sistol Dalam Rentang
Yang Diharapkan Saat Beraktivitas
5. Tekanan Darah Diastole Dalam
Rentang Yang Diharapkan Saat
Beraktivitas
Keterangan:
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak Ada Keluhan
Kekurangan Nutrisi Kurang Dari Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Nutritional Management
Kebutuhan Berhubungan Dengan ..........X 24 Jam, Diharapakan Klien Dapat Terpenuhi 1. Kaji Adanya Alergi Makanan
Mual Muntah Kebutuhan Nutrisinya. 2. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi
Kriteria Hasil:Nutritional Status Untuk Menentukan Jumlah Kalori
Indikator IR ER Dan Nutrisi Yang Dibutuhkan
1. Berat Badan Ideal Sesuai Dengan Pasien.
Tinggi Badan 3. Yakinkan Diet Yang Dimakan
2. Mampu Mmengidentifikasi Mengandung Tinggi Serat Untuk
Kebutuhan Nutrisi Mencegah Konstipasi
3. Tidak Ada Tanda Tanda Malnutridi 4. Berikan Makanan Yang Terpilih
4. Tidak Terjadi Penurunan Berat Badan 5. Berikan Informasi Tentang
Keterangan : Kebutuhan Nutrisi
1. Keluhan Ekstrim
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak Ada Keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Anonim. 2012. Membaca Hasil Lab Penyakit Ginjal (darah + urine).
Hawk.(http://hawk-indo.blogspot.co.id/2012/08/membaca-hasil-lab-
darahurine.html Diakses tanggal 11 Januari 2018)
http://www.med.umich.edu/1libr/aha/aha_hemodial_art.htm
https://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/hemodialisa/

Anda mungkin juga menyukai