Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD (CRONIC KIDNEY


DESEASES) DI RUMAH SAKIT KOTA MATARAM

DI SUSUN OLEH :

ALVIN ANUGRAH PRATAMA

NPM : 021.02.1141

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CKD (CRONIC KIDNEY DESEASES)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisiten dan irreversible (Mansjoer, dkk, 2000).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun). Gagal ginjal kronik terjadi
setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal (Nurarif dan
kusuma, 2013).
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal tahap akhir yang progresif
dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrome klinis yang disebabkan
penurununan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan
cukup lanjut (Sarwono, 2001).

B. Etiologi
Menurut Kowalk, Welsh, dan Mayer (2011) penyebab dari gagal ginjal
kronik adalah:
1. Penyakit glomerulus yang kronis (Glumerulonefritis)
2. Infeksi kronis (seperti Pielonefritis kronis dan tuberkulosis)
3. Anomali kongenital (penyakit polikistik ginjal)
4. Penyakit vaskuler (hipertensi, nefrosklerosis)
5. Obstruksi renal (batu ginjal)
6. Penyakit kolagen (lupus eritematosus)
7. Preparat nefrotoksik (terapi aminoglikosid yang lama)
8. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
C. Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi klinik gagal ginjal kronik
adalah:
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
2. Pulmoner
a. Krekels
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
3. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau ammonia
4. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
5. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
6. Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis

D. Fatofisiologi
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga
akan meningkat.
Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan
oleh ginjal).
Retensi cairan dan natrium. Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan
cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama
dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,
yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium
ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh
tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di
tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
Penyakit tulang uremik (osteodistrofi). Terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Aspiani (2008), adapun fisiologi ginjal normal dengan langkah
pertama yang berlangsung dalam ginjal yaitu proses pembentukan urine yang
dikenal sebagai ultrafiltrasi darah atau plasma dalam kapiler glomerulus berupa
air dan kristaloid. Selanjutnya dalam tubuli ginjal pembentukan urine
disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi
untuk dikembalikan ke dalam darah dan proses sekresi zat-zat untuk dikeluarkan
ke dalam urine.
Fisiologi Ginjal dalam proses Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi selama 24 jam.
Senyawa Normal Reabsorpsi Ekskresi Sekresi Satuan
Na + 26.000 25.850 150 - m Eq
K+ 600 566 90 50 m Eq
Cl- 18.000 17.850 150 - m Eq
HCO3 4.900 4.900 0 - m Eq
Urea 870 460 410 - m Mol
Kreatinin 12 1 12 1 m Mol

Asam urat 50 49 5 4 m Mol

Glukosa 800 800 0 - m Mol


Solut total 54.000 53.400 700 100 m Osl
Air 180.000 179.000 1.000 - ml

Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan stadium
yang berbeda-beda yaitu:
Stadium I (Penurunan cadangan ginjal)
Selama stadium ini kreatinine serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimtomatik. Homeostsis terpelihara. Tidak ada keluhan. Cadangan ginjal residu 40
% dari normal.
Stadium II (Insufisiensi Ginjal)
Penurunan kemampuan memelihara homeotasis, Azotemia ringan, anemi.
Tidak mampu memekatkan urine dan menyimpan air, Fungsi ginjal residu 15-40 %
dari normal, GFR menurun menjadi 20 ml/menit. (normal : 100-120 ml/menit).
Lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari
normal), kadar BUN meningkat, kreatinine serum meningkat melebihi kadar normal.
Dan gejala yang timbul nokturia dan poliuria (akibat kegagalan pemekatan urine)
Stadium III (Payah ginjal stadium akhir)
Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai GFR 10% dari normal). BUN
meningkat, klieren kreatinin 5- 10 ml/menit. Pasien oliguria. Gejala lebih parah
karena ginjal tak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Azotemia dan anemia lebih berat, Nokturia, Gangguan cairan dan
elektrolit, kesulitan dalam beraktivitas.
Stadium IV
Tidak terjadi homeotasis, Keluhan pada semua sistem, Fungsi ginjal residu
kurang dari 5 % dari normal.
E. Patofisiologi Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
b. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
c. Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh
karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih.
d. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
e. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
f. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
g. Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
h. Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
i. Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
j. Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
k. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
l. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
m. Pemeriksaan Lab. CCT(Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui filtrasi
glomerulus dapat menggunakan rumus: CCT (ml/ menit) = (140-umur)x
BB(kg) 72 x creatinin serum
2. Pemeriksaan Radiologi
Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan utntuk
mengetahui gangguan fungsi ginjal antara lain:
a. Flat-Plat radiografy/Radiographic keadaan ginjal, uereter dan vesika
urinaria untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi, dan kalsifikasi dari
ginjal. Pada gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang
mungkin disebabkan karena adanya proses infeksi.
b. Computer Tomograohy (CT) Scan yang digunakan untuk melihat secara
jelas sturktur anatomi ginjal yang penggunaanya dengan memakai kontras
atau tanpa kontras.
c. Intervenous Pyelography (IVP) digunakan untuk mengevaluasi keadaan
fungsi ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan pada kasus
gangguan ginjal yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, anomali
kongental, kelainan prostat, calculi ginjal, abses / batu ginjal, serta
obstruksi saluran kencing.
d. Aortorenal Angiography digunakan untum mengetahui sistem aretri, vena,
dan kepiler pada ginjal dengan menggunakan kontras . Pemeriksaan ini
biasanya dilakukan pada kasus renal arteri stenosis, aneurisma ginjal,
arterovenous fistula, serta beberapa gangguan bentuk vaskuler.
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi kasus
yang disebabkan oleh obstruksi uropathi, ARF, proses infeksi pada ginjal
serta post transplantasi ginjal.
3. Biopsi Ginjal
Untuk mengdiagnosa kelainann ginjal dengan mengambil jaringan ginjal
lalu dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus golomerulonepritis,
neprotik sindom, penyakit ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan transplantasi
ginjal.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kowalk, Welsh, dan Mayer (2011) penatalaksanaan gagal ginjal
kronik adalah:
1. Diet rendah protein untuk membatasi produk akhir metabolisme protein yang
tidak dapat diekskresi oleh ginjal.
2. Diet tinggi protein bagi pasien yang menjalani dialisis peritonial secara
kontinue
3. Diet tinggi kalori untuk mencegah ketoasidosis dan atrofi jaringan
4. Pembatasan asupan natrium dan kalium untuk mencegah kenaikan kadar
kedua mineral ini
5. Pembatasan cairan untuk mempertahankan kesimbangan cairan
6. Obat-obat golongan loop diuretics, seperti furosemid (lasid), untuk
mempertahankan keseimbangan cairan
7. Obat-obat golongan glikosid kardiak, seperti digoksin untuk memobilisasi
cairan yang menyebabkan edema
8. Kalsium karbonat (caltrate) atau kalsium asetat (phoslo) untuk mengatasi
osteodistrofi renal de3ngan pengikatan fosfat dan suplementasi kalsium
9. Obat-obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah edema
10. Obat-obat antiemetik untuk mengendalikan mual dan muntah
11. Famotidin (pepcid) atau ranitidin (zantac) untuk mengurangi iritasi lambung
12. Metilselulosa atau dukosat untuk mencegah konstipasi
13. Suplemen besi dan folat atau trasfusi sel darayh merah untuk mengatasi
anemia
14. Pemberian eritropoietin sintesis untuk menstimulasi sumsum tulang agar
memproduksi sel darah merah, suplemen zat besi, preparat estrogen, dan
desmopresin untuk mengatasi efek he3matologi
15. Obat-obat anti pruritus, seperti trimeprazin (temaril) atau difenhidramin, untuk
meredakan rasa gatal
16. Gel aluminium hidroksida untuk mengurangi kadar fosfat serum
17. Suplemen vitamin, khususnya vitamin B dan D serta asam amino esensial
18. Dialisisa untuk mengatasi hiperkalemia dan ketidakseimbangan cairan
19. Pemberian per oralnatau rektal preparat resi penukar kation, seperti sodium
polistiren sulfonat dan penyuntikan 4 kalsium glukonat, natrium bikarbonat,
dekstos 50% dan regular insulin untuk membalikkan kedaan hiperkalemia
20. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk penanganan kor
temponade
21. Dialisis intensif dan torakosentesis untuk mengurangi edema paru dan efusi
pleura
22. Dialisis peritonial atau hemodialisis untuk membantu mengendalikan penyakit
ginjal terminal
23. Transplatasi ginjal (yang biasa merupakan terapi pilihan bila donor tersedia).

H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin dan retensi cairan serta
natrium.
2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah, dan perubahan membran mukosa mulut
3. Intoleransi aktifitas b.d keletihan, anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat,
retensi produk sampah.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan
I. Intervensi

DIOGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

HASIL

Kelebihan volume Mempertahankan berat tubuh 1) Kaji status cairan 1. Pengkajian merupakan dasar dan

cairan b.d ideal tanpa kelebihan cairan a) Timbang BB harian data dasar berkelanjutan untuk

penurunan haluaran Hasil yang diharapkan b) Keseimabngan masukan dan memantau perubahan dan

urin dan retensi 1) Menunjukan perubahan- haluaran mengevaluasi intervensi

cairan dan natrium. perubahan berat badan c) Turgor kulit dan adanya

yang lambat edema

2) Mempertahankan d) Distensi vena leher

pembatasan diet dan e) Tekanan darah, denyaut dan

cairan irama nadi 2. Pembatasan cairan akan menentukn

3) menunjukakan turgor 2) Batasi masukan cairan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan

kulit normal tanpa edema 3) Identifikasi sumber potensial respons terhadap terapi

4) menunjukkan tanda- 3. Sumber kelebihan cairan yang tidak


tanda vital norma cairan diketahui dapat diidentifikasi

5) menunjukkan tidak 4) Jelaskan pada pasien dan 4. Pemahaman meningkatkan

adanya distensi vena keluarga rasional dari kerjasama pasien dan keluarga

leher pembatasan dalam pembatasan cairan

6) melaporkan adanya 5) Bantu pasien dalam menghadapi 5. Kenyamanan pasien meningkatkan

kemudahan dalam ketidaknyamanan akibat kepatuhan terhadap pembatasan diet

bernafas atau tidak pembatasan cairan

terjadi nafas pendek 6) Tingkatkan dan dorong higiene 6. Hygiene oral mengurangi kekeringan

7) melakukan hygiene oral oral dengan sering membrane mukosa mulut

dengan sering

8) melaporkan penurunan

rasa haus

9) melaporkan

berkurangnya kekeringan

pada membrane mukosa


mulut

Ketidakseimbangan Mempertahankan masukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data dassar untuk

nutrisi; kurang dari nutrisi yang adekuat Hasil a) Perubahan berat badan memantau perubahan dan

kebutuhan tubuh yang diharapkan b) Pengukuran antropometrik mengevaluasi intervensi

b.d anoreksia,mual 1) Mengkonsumsi protein c) Nilai laboratorium (elektrolit


2. Menambah pengetahuan tentang
dan muntah, dan yang mengandung nilai serum, BUN,kreatinin,dan
nutrisi
perubahan biologis tinggi kadar besi)
3. Mengetahui kebutuhan nutrisi
membran mukosa 2) Memilih makanan yang 2. Berikan informasi tentang pasien

mulut. menimbulkan nafsu makan kebutuhan nutrisi 4. Mengetahui adanya tanda


malnutrisi
dalam batasan diet
3. Kaji kemampuan pasien untuk 5. Menghindari terjadinya mual
3) Mengkonsumsi makana
muntah
mendapatkan nutrisi yang
tinggi kalori dalam batasan
6. Diit sesuai kebutuhan
dibutuhkan
diet
4. Monitor adanya penurunan berat
4) Mematuhi medikasi sesuai
jadwal untuk mengatasi badan

anoreksia dan tidak 5. Monitor adanya mual muntah

menimbulkan rasa kenyang 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

5) Menjelaskan dengan kata- menentukan jumlah kalori dan

kata sendiri rasional nutrisi yang dibutuhkan pasien

pembatasan diet dengan

hubungannya dengan kadar

kreatinin dan urea

6) Mengkonsulkan daftar

makanan yang dapat

diterima

7) Melaporkan peningkatan

nafsu makanan

8) Menunjukkan tidak adanya

pertambahan atau
penurunan berat badan yang

cepat

9) Menunjukkan turgor kulit

yang normal tanpa edema,

kadar albumin plsma dapat

diterima

Intoleransi aktifitas Berpartisipasi dalam aktifitas 1) Kaji factor yang menimbulkan 1. Menyediakn informasi tentang

b.d keletihan, yang dapat ditoleransi Hasil keletihan indikasi tingkat keletihan

anemia, oksigenasi yang diharapkan a) Anemia 2. Meningkatkan aktivitas

jaringan tidak 1) Berpartisipsi dalam b) Ketidakseimbangan cairan dan ringan/sdang dan memperbaiki

adekuat, retensi meningkatkan tingkat elektrolit harga diri.

produk sampah. aktivitas dan latihan c) Retensi produk sampah 3. Mendorong latihan dan aktivitas

2) Melaporkan peningkatan d) Depresi dalam batas-batas yang dapat

rasa sejahtera 2) Tingkatkan kemandirian dalam ditoleransi dan istirahat yang


3) Melakukan istirahat dan aktivitas perawatan diri yang adekuat

aktivitas secara bergantian dapat ditoleransi; bantu jika 4. Istirahat yang adekuat

4) Berpartisipasi dalam keleetihan terjadi dianjurkan setelah dialysis,yang

aktivitas perawatan mandiri 3) Anjurkan aktivitas alternative bagi banyak pasien sangat

yang dipilih sambil istirahat. melelahkan

4) Anjurkan untuk beristirahat

setalah dialysis

Kurang Meningkatkan pengetahuan 1) Kaji pemahaman mengenai 1. merupakan instruksi dasar untuk

pengetahuan mengenai kondisi dan penyebab gagal ginjal, penjelasan dan penyuluhan lebih

tentang kondisi dan penanganan yang bersangkutan konsekuensinya, dan lanjut

penanganan Hasil yang diharapkan penanganannya. 2. Rasional: Pasien dapat

1) Menyatakan hubungan a) Penyebab gagal ginjal pasien belajar tentang gagal ginjal

antara penyebab gagal b) Pengertian gagal ginjal untuk penanganan setelah

ginjal dan konsekuensinya. c) Pemahaman mengenai fungsi mereka siap untuk memahami
2) Menjelaskan pembatasan renal dan menerima diagnosis dan

cairan dan diet sehubungan d) Hubungan antara cairan, konsekuensi

dengan kegagalan regulasi pembatasam diet dengan gagal 3. Pasien dapat melihat bahwa

ginjal. ginjal kehidupannya tidak harus

3) Menyatakan hubungan e) Rasional penanganan berubah akibat penyakit

antara gagal ginjal dengan (hemodialisa, dialysis 4. pasien memiliki informasi yang

kebutuhan penanganan peritoneal, transplantasi) dapat digunakan untuk

menggunakan kata-kata 2) Jelaskan fungsi renal dan klarifikasi selanjutnya di rumah

sendiri. konsekuensi gagal ginjal sesuai

4) Menanyakan tentang dengan tingkat pemahaman dan

pilihan terapi yang kesiapan pasien untuk belajar.

merupakan petunjuk

kesiapn belajar. 3) Bantu pasien untuk

5) Menyatakan rencana untuk mengidentifikasi cara untuk

melanjutkan kehidupan memahhami berbagai perubahan


normalnya sedapat akibat penyakit dan penanganan

mungkin. yang mempengaruhi hidupnya.

6) Menggunakan informasi 4) Sediakan informasi baik tertulis

dan instruksi tertulis untuk maupun secara oral dengan tepat

mengklarifikasi pertanyaan tentang

dan mencari informasi a) Fungsi dan kegagalan renal

tambahan. b) Pembatasan cairan dan diet

c) Medikasi

d) Melaporkan masalah,tanda dan

gejala

e) Jadwal tindak lanjut

f) Sumber di komunitas

g) Pilian tetap
DAFTAR PUSTAKA

Kowalk, Welsh, dan Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC: Jakarta

Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aeusculapius


FKUI: Jakarta.
Sarwono, W. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbir
FKUI.
Smeltzer dan Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawaatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth Edisi 8. Egc: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 1995.Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Jakarta.
Nurarif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta: Medi Action.
Aspiani, Reny. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Urologi. Selong.

Anda mungkin juga menyukai