GENITOURINARIA
Dosen Pembimbing:
Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun oleh:
1. Grahya Febriella MNP 220220115120039
2. Melinda Kumala Sari 220220115130082
3. Ayu Martha Puri 220220115120043
4. Rikarda Ogetai 22020113100053
5. Muliawati N 220220115120047
6. Verawati 220220115130085
7. Eko Joko P 220220115130110
8. Cici Melati N 220220115140065
9. Karina Setiawan 220220115120041
10. Putwi Marinesia Nur 220220115120037
Kelas A.15.1
Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun dibawa ke RS mengeluh sesak napas dan
keluar urin sedikit sejak satu minggu terakhir. Pasien juga mengatakan kulitnya
gatal-gatal, sering pusing, dan lemas. Pasien tidak nafsu makan karena mual,
makannya hanya habis ¼ porsi. Pasien mempunyai riwayat sakit batu ginjal 5
tahun yang lalu, dan sudah dilakukan ESWL. Hasil pemeriksaan fisik: tekanan
darah 190/110 mmHg, RR 30 kali/menit, suhu 37,5° C. Hasil laboratorium ureum:
135 mg/dl, kreatinin 8 mg/dl, Hb 7 mg/dl, leukosit 13.000 LPK. Pasien akan
dilakukan pemeriksaan sempel urin.
A. Tinjauan Kasus
1. Laki-laki
Pria lebih rentan terkena gangguan ginjal daripada wanita, seperti
penyakit gagal ginjal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya volume pada
urine atau kelebihan senyawa (senyawa alami yang mengandung kalsium
yang terdiri dari oxalate/ fosfat dan senyawa lain seperti uric acid dan
amonia acid cystine), pengaruh hormon, keadaan fisik dan intesitas
aktivitas. Dimana saluran kemih pria yang lebih sempit membuat batu
ginjal menjadi sering tersumbat dan menyebabkan masalah (Hartini,
2016).
Pria juga berisiko terkena gangguan ginjal karena kebiasaan
merokok dan minum alkohol yang menyebabkan ketegangan pada ginjal,
sehingga ginjal bekerja keras. Karsinogen alkohol juga dapat merusak
sel-sel ginjal sehingga berpengaruh pada fungsi ginjal. Testosteron pada
laki-laki dapat menyebabkan terjadinya apaptosis pedosit (yang berperan
penting dalam terjadinya glomeruloskerosis). Hormon estrogen
mempunyai efek protektif terhadap kerusakan ginjal (Hartini, 2016).
2. Usia
Semakin bertambahnya usia, fungsi ginjal semakin menurun.
Secara normal, penurunan fungsi ginjal ini telah terjadi pada usia diatas
40 tahun. Pada usia lebih dari 40 tahun, akan terjadi proses hilangnya
nefron dan nilai GFR 60-89 ml/menit (Pranandari & Supadmi, 2015).
3. Sesak napas
Pada penderita gagal ginjal disebabkan karena adanya kelebihan
volume cairan dan gejala uremik yang menyebabkan asidosis metabolik
yang ditandai dengan meningkatnya respiratori rate (Aningrum, 2015).
Hubungan sesak nafas dengan gagal ginjal kronik lainnya berkaitan
dengan kadar kreatinin di dalam darah. Saat fungsi ginjal menurun, ginjal
akan kesulitan membuang urine, sehingga akan ada penumpukan zat-zat
sisa metabolisme dalam darah. Kreatinin ini akan kembali mengalir
bersama darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, darah akan mengalami
penurunan fungsi juga karena adanya kelebihan kadar limbah di
dalamnya. Penurunan fungsi darah ini akan berefek pada penurunan
kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Jika kondisi ini terus
berlangsung, maka penderita gagal ginjal kronik akan mengalami sesak
nafas, karena oksigen dalam darah lebih sulit diedarkan secara maksimal
ke seluruh tubuh.
Hubungan sesak nafas dengan gagal ginjal kronik lainnya adalah
berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah. Seperti yang
dijelaskan di atas, ginjal juga turut berperan serta dalam proses
pembentukan sel darah merah di dalam tubuh. Jika ginjal terganggu,
maka proses pembentukan sel darah merah di sumsum tulang juga akan
ikut terganggu. Akibatnya, sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya
akan menurun. Hal ini menyebabkan anemia. Karena sel darah merah
memiliki fungsi untuk menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh, maka
jika sel darah menurun jumlahnya, tentu jumlah oksigen yang bisa
dihantarkan ke seluruh tubuh juga berkurang. Hal ini jugalah yang
menyebabkan penderita gagal ginjal kronis tidak bisa bernafas secara
normal dan mengalami sesak nafas.
4. Urin keluar sedikit
Urin keluar sedikit dapat disebut dengan oliguria. Oliguria adalah
keluaran urine kurang dari 1 ml/kg/jam pada bayi, kurang dari 0,5
ml/kg/jam pada anak, dan kurang dari 400 mg/hari pada dewasa. Oliguria
merupakan salah satu tanda klinik gagal ginjal. Pada saat kreatinin
meningkat sebagai tanda kerusakan dari ginjal dan ginjal tidak bisa
mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh,
penderita biasanya mengalami oliguria.
5. Kulit gatal
Kulit gatal, kulit kering terjadi akibat tingginya kadar ureum dalam
darah. Ureum seharusnya difiltrasi dan dikeluarkan oleh ginjal tetapi jika
ada kerusakan filtrasi pada ginjal maka ureum tidak bisa disaring dan
dibuang melalui urine akibatnya ureum akan tertinggal dan mengendap
dalam darah. Menurut Brunner & Suddarth (2001) mengungkapkan
bahwa rasa gatal merupakan manifestasi dari CKD, hal ini terjadi
karena penumpukan kristal ureaa di kulit.
6. Pusing dan lemas
Pusing dan lemas disebabkan karena kurangnya suplai oksigen
pada jaringan / kondisi anemia. Anemia pada penderita GGK karena
defisiensi relatif eritropoetin (EPO) yang menyebabkan Hb turun
(Hutapea, 2013).
7. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko gagal ginjal karena
hipertensi dapat memperberat kerusakan ginjal yaitu, melalui
peningkatan intraglomerular yang menimbulkan gangguan struktural dan
fungsional glomerulus (Pranandari & Supadmi, 2015).
8. Tidak nafsu makan karena mual
Mual terjadi karena peningkatan amonia yang menyebabkan iritasi
dan rangsangan pada mukosa lambung dan usus halus (Putri, 2010).
9. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy)
ESWL yaitu metode penghancuran batu ginjal dengan gelombang
suara (ultrasona) (Fauzi dan Putra, 2016).
10. Ureum 135 mg/dl
Kadar ureum normal adalah 15-40 mg/dl. Kadar ureum darah yang
meningkat menunjukkan kemungkinan penurunan fungsi ginjal
(Verdiansyah, 2016).
11. Kreatinin 8 mg/dl
Kada kreatinin normal adalah 0,5-1,5 mg/dl. Penumpukan kreatinin
menyebabkan metabolisme diusus terganggu sehingga penderita
mengalami mual dan muntah (anoreksia). Dari kasus menunjukkan
bahwa kreatinin mengalami peningkatan kreatinin dihasilkan selama
kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin di
ekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai indikator
fungsi ginjal. Nilai kreatinin yang menunjukkan terjadinya penurunan
fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka (Verdiansyah, 2016).
12. Hb 7 mg/dl
Nilai normal Hb wanita 12-16 mg/dl, nilai normal Hb pria 14-18
mg/dl (Yayasan Spiritia, 2007). Dari kasus menunjukkan bahwa Hb
mengalami penurunan. Salah satu fungsi ginjal mengahsilkan hormon
eritropoetin yang membantu merangsang sumsum tulang belakang untuk
membentuk sel-sel darah merah. Ketika fungsi ginjal menurun maka
eritropoetin yang dihasilkan menurun sehingga sel-sel darah merah yang
dihasilkan menurun dan menyebabkan anemia (Hutapea, 2013).
13. Leukosit 13000 LPK
Nilai normal dari leukosit adalah 4000-10000 /mm3. Jumlah sel
darah putih tinggi menunjukkan peningkatan produksi sel darah putih
untuk melawan infeksi, gangguan sistem kekebalan tubuh yang membuat
produksi sel darah putih meningkat, reaksi terhadap obat yang
meningkatkan produksi sel darah putih (Yayasan Spiritia, 2007).
Klien mengeluh
keluar urin
sedikit sejak satu
minggu terakhir
G. Pembahasan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa klien mengalami penyakit
ginjal kronik stadium V dibuktikan dengan perhitungan Creatinin Clearance
Test (CCT) dengan nilai 10,15%. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 190/110 mmHg, hal ini mengakibatkan terjadinya nefrosklerosis
sehingga nefron rusak dan tejadi kerusakan pada ginjal, jika tidak ditangani
maka akan mengakibatkan gagal ginjal.
Ginjal memiliki fungsi sebagai mempertahankan keseimbangan air dalam
tubuh, memelihara keseimbangan asam basa, mengekskresikan produk-
produk sisa metabolisme, memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
Jika ginjal mengalami kerusakan pada proses filtrasi maka akan
mengakibatkan produk urin primer menurun, natrium meningkat, ureum
dalam darah meningkat, dan kreatinin meningkat.
Pada saat urin primer menurun mengakibatkan jumlah urin yang
dihasilkan dalam proses pembentukan urin menurun, gangguan ini disebut
oliguria. Ketika natrium meningkat, tekanan hidrostatik meningkat
mengakibatkan terjadinya edema, sehingga menyebabkan kelebihan volume
cairan. Edema dapat terjadi pada ekstremitas atas, bawah dan paru-paru.
Tanda lain untuk mengetahui fungsi ginjal mengalami kerusakan
meningkatnya kadar ureum dan kreatinin yang tinggi dalam darah. Kadar
ureum yang tinggi dalam darah mengakibatkan kulit kering, sehingga
menimbulkan gatal-gatal. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan
integritas kulit. Kadar ureum yang tinggi dalam darah juga menyebabkan
mual dan muntah. Masalah keperawatan yang muncul yaitu mual.
Ginjal juga berfungsi dalam menghasilkan hormon eritropoietin (EPO).
Saat ginjal mengalami kerusakan, terjadi penurunan sekresi EPO akibatnya
sel darah merah menurun yang diikuti dengan penurunan Hb, masalah yang
muncul akibat penurunan Hb yaitu anemia. Penurunan Hb juga menurunkan
jumlah dalam darah akibatnya terjadi kurangnya pasokan oksigen yang akan
diedarkan ke seluruh tubuh dan paru-paru, jika paru-paru kekurangan oksigen
mengakibatkan sesak napas. Masalah keperawatan yang muncul yaitu
gangguan pola napas, didukung dengan nilai RR 30x/menit.
Pada saat seseorang mengalami gagal ginjal stadium V, salah satu
penatalaksanaan yaitu dengan melakukan terapi pengganti ginjal
(hemodialisa). Ketika seseorang menjalani hemodialisa mengalami rasa
cemas yang berakibat pada insomnia. Masalah keperawatan yang muncul
yaitu ketidakefektifan koping stres.
H. Kesimpulan
Dari kasus tersebut klien mengalami penyakit ginjal kronik karena dari
hasil tes mengatakan adanya kadar ureum yang tinggi dalam darah dan kadar
kreatinin yang tinggi dalam darah. Tanda dan gejala yang dialami klien juga
menunjukan bahwa klien mengalami penyakit ginjal kronik. Hasil pngukuran
CCT juga menunjukkan angka 10,15 % hal tersebut membuktikan bahwa
klien mangalami penyakit ginjal kronik stadium V.
Dari kasus tersebut memuncukan 5 diagnosa keperawatan yaitu
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hambatan upaya napas,
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan meaisme regulasi,
mual berhubungan dengan gangguan biokimia, gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan meabolime, ketidakefektifan koping stres
berhubungan dengan kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi
masalah.
Daftar Pustaka
Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor resiko gagal ginjal kronik
di unit hemodialisi RSUD Wates Kulonprogo. Majalah
Farmaseutik, 11(2), 316-320.
Putri, D. P. W. (2010). Evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien
tukak peptic (peptic ulcer disease) diinstalasi rawat inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta tahun 2008. Skripsi Fakultas Farmasi UMS.
Yayasan Spiritia. (2007). Hasil tes lab normal. Diakses pada 12 Maret
2018, dari: http://spiritia.or.id/li/pdf/LI120.pdf