Anda di halaman 1dari 51

FARMAKOTERAPI DAN TERMINOLOGI MEDIK

PENYAKIT GINJAL

Di Sampaikan Oleh :
Elis nurlatifah 3351141581
Jenny ninik tri 3351141040
Maya fadhila 3351141569
Nia kusniati 3351141478
Sai Prayitno 3351141541

PROGRAM STUDI
PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2015
1
Anatomi Ginjal dan Saluran Kencing

Terletak di belakang dinding abdomial


Retroperitoneal (tepat dibelakang rongga peritoneum)
Urin mengalir dari ginjal melalui ureter ke bladder lalu
dikeluarkan melalui uretra
2
Prevalensi
Prevalensi pasien End Stage Renal Disease
(ESRD) berdasarkan data mortality WHO South
East Asia Region pada tahun 2010-2012
prevalensi penyakit ginjal terdapat 250.217 jiwa
(Who, 2013). Sedangkan di Indonesia pada tahun
2009 di Indonesia tercatat sebanyak 5.450 pasien
gagal ginjal yang menjalani Hemodialisis, kondisi
tersebut meningkat pada tahun 2010 sebanyak
8.034 penderita dan pada tahun berikutnya
sebanyak 12.804 penderita. (Indonesia Renal
Registry, 2012)
Pengertian

Ginjal adalah organ ekskresi dalam


vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin.

4
Fungsi Ginjal
Fungsi Ekskresi
1. Mengekskresi sisa metabolisme protein, yaitu
. ureum (difiltrasi diglomerulus, 40-60% direabsorbsi di
collecting tubule, mempengruhi osmolalitas medula)
. kaliumf
. fosfat
. sulfat anorganik, dan
. asam urat.(mempengaruhi pH urin karena berada dalam
bentuk ionnya atau garamnya yang larut)
2. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
pengaturan ekskresi garam dan air
3. Menjaga keseimbangan asam basa.

Fungsi endokrin. Memproduksi bbrp senyawa berikut.


1. Berpartisipasi dalam eritropoesis. Menghasilkan eritropoetin
yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.
2. Menghasilkan renin yang berperan penting dalam pengaturan
tekanan darah.
3. Merubah vitamin D menjadi metabolit aktif yang membantu
penyerapan kalsium.
4. Memproduksi hormon prostaglandin yang mempengaruhi
pengaturan garam dan air serta tekanan vaskular. 5
GAGAL GINJAL

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu


mengangkut sampah metabolik tubuh atau
melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya dieliminasi diurin menumpuk dalam
cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa

6
Penyakit Ginjal
Gangguan Ginjal Akut (GGA)
Konsep : penurunan fungsi ginjal mendadak dalam
beberapa jam sampai beberapa minggu diikuti oleh
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan Ginjal Kronik (GGK)
Definisi : penurunan fungsi ginjal yang di tandai dengan
LFG di bawah 60 ml/min/1,73 m2 selama 3 bulan atau
lebih
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan
lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan
hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat
menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks
mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin
kapiler.
Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan.
Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi
hipertensi.
1. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
2. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan
kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat

Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi


menjadi 5 stadium : 8
Gagal Ginjal Akut
Pre renal
Menyebabkan suplai darah ke ginjal berkurang
Disebabkan karena gangguan diluar renal, biasanya karena syok
hypovolemik, misalnya terjadi pada:
Dehidrasi berat dapat menyebabkan GGA dan diare, jika tidak
segera diatasi diare akan sembuh teapi ginjal menjadi rusak
Perdarahan: darah yang keluar banyak mengakibatkan volume
darah menurun, sehingga terjadi syok akibatnya terjadi GGA
Gagal jantung: jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan aliran
darah sehingga darah yang mengalir ke ginjal sedikit
Sepsis yang menyebabkan shock

9
Renal
Kerusakan pada ginjal itu sendiri (nekrosis
tubular akut, glomerulonefritis)

Post Renal
Sumbatan saluran kencing, misalnya
obstruksi saluran kemih, tumor, batu saluran
kemih.
GEJALA

- Perubahan pada kebiasaan urinasi, berat badan, atau


nyeri di sisi tubuh.
- Edema, urin berwarna atau berbusa, penurunan
volume urin, dan terjadi hipotensi ortostatik.
- Laju filtrasi glomerulus dapat tiba-tiba menurun
sampai di bawah 15 ml/menit
- Peningkatan kadar urea serum dan kreatinin

11
Etiologi/ penyebab utama kerusakan ginjal :
1. Diabetes
merupakan penyebab dari gagal ginjal kronik. Diabetes
adalah penyakit dimana tubuh kita tidak dapat lagi
memproduksi insulin dalam jumlah yang dibutuhkan olah
tubuh atau tubuh tidak mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan insulin secara kuat. Hal ini menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan apabila tidak
ditangani akan menyebabkan masalah di dalam tubuh
termasuk ginjal. Saat gula darah meninggi dan tidak
terproses oleh insulin, tubuh akan otomatis membuang
segala kelebihan gula tersebut melalui ginjal dalam bentuk
air seni. Terlalu banyaknya zat gula yang dibuang melalui
ginjal dapat menyumbat pembuluh darah halus pada ginjal.
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Merupakan penyebab kedua terbesar gagal ginjal
kronik. Tekanan darah meningkat jika ginjal yang
terganggu itu masih menghasilkan zat yang
dinamakan rennin. Renin akan merangsang
produksi angiotensin dan selanjutnya angiotensin
akan meningkatkan kadar aldosteron di dalam
darah. Angiotensin merupakan vasokonstriktor
kuat, sedangkan aldosteron merupakan hormon
dari anak ginjal yang meningkatkan volume darah
karena menahan natrium dan air. Produksi kedua
zat ini, akan menyebabkan kenaikan tekanan
darah pada pasien gagal ginjal kronis.
3.Glomerulonefritis, adalah penyakit yang
disebabkan adanya peradangan pada unit
saringan terkecil ginjal yang disebut
glomeruli.
4.Ginjal polikistik, merupakan penyakit yang
bersifat genetik (keturunan) dimana
terjadinya kelainan yaitu terbentuknya kista
pada kedua ginjal yang berkembang secara
progresif sehingga menyebabkan kerusakan
ginjal.
5.Batu ginjal, adalah terjadinya sumbatan
disepanjang saluran kemih akibat
terbentuknya semacam batu yang 80% terdiri
dari kalsium dan beberapa bahan lainnya.
Ukuran batu ginjal ada yang hanya sebesar
butiran pasir sampai ada yang sebesar bola
golf.
6. Infeksi saluran kencing, timbulnya infeksi dapat
disebabkan oleh adanya bakteri yang masuk ke
dalam saluran kencing yang menyebabkan rasa
sakit atau panas pada saat buang air kecil dan
kecenderungan frekuensi buang air kecil yang
lebih sering. Infeksi ini biasanya akan
menyebabkan masalah pada kandung kemih
namun terkadang dapat menyebar ke ginjal.
Bakteri penyebab infeksi biasanya berasal dari
flora normal saluran cerna, pada wanita
pendeknya uretra dan kedekatannya dengan
daerah periektal menyebabkan kolonisasi dari
uretra. Bakteri dapat memasuki kantung kemih,
organisme melalui uretra. Setelah berada di
kantung kemih, organisme akan membelah diri
dengan cepat dan dapat bergerak ke atas menuju
ginjal melalui ureter. Pasien yang tidak dapat
mengosongkan urin secara sempurna mempunyai
resiko yang sangat besar mengalami infeksi pada
saluran urin dan lebih sering mengalami infeksi
kembali.
7. Obat dan racun, mengkonsumsi obat yang
berlebihan atau yang mengandung racun
tertentu dapat menimbulkan masalah pada
ginjal. Selain itu penggunaan obat-obatan
terlarang seperti heroin, ganja dapat
merusak ginjal.
FARMAKOTERAPI GGA

17
LANJUTAN......

18
GAGAL GINJAL KRONIK
Faktor inisiasi
Awal kerusakan ginjal dan dapat dimodifikasi melalui
terapi obat, diantaranya diabetes melitus, hipertensi,
penyakit auotoimun, penyakit ginjal polysistic dan
toksisitas obat.
Faktor progresif
mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi
gagal ginjal, diantaramya glikemia pada diabetes,
hipertensi, proteinuria, dan merokok.
nefropati progresif
kerusakan parenkimal renal ireversibel dan ESRD.
Elemen utamnya adalah kehilangan massa nefron,
hipertensi kapilari glomerular, dan proreinuria.
19
GEJALA
LFG 60% => asimptomatik,
peningkatan kadar urea dan kratinin
LFG 30% => lemah, mual, nafsu
makan berkurang, penurunan berat
badan, anemia, hipertensi, gangguan
metabolisme fosfat dan kalsium
LFG < 15% => terjadi komplikasi
dengan penyakit lain. Memerlukan
transplantasi dan hemidialisis.
20
GAMBARAN KLINIS
Pada penurunan cadangan ginjal, tidak
tampak gejala-gejala klinis.
Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliuri
(peningkatan pengeluaran urine) karena
ginjal tidak mampu memekatkan urine.
Pada gagal ginjal, pengeluaran urine turun
akibat GFR yang sangat rendah. Hal ini
menyebabkan peningkatkan beban volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis
metabolik, azotemia dan uremia.

21
Pada penyakit ginjal stadium akhir,
terjadi azotemia dan uremia berat.
Asidosis metabolik memburuk, yang
secara mencolok merangsang
kecepatan pernapasan. Timbul
hipertensi, anemi, osteodistrofi,
hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal). Dapat terjadi gagal
jantung kongestif dan perikarditis.
Tanpa pengobatan terjadi koma dan
kematian.

22
Pemeriksaan Penunjang
TES KLIREN KREATININ : GFR pada
umumnya menurun
KIMIA DARAH : urea/BUN meningkat,
serum kreatinin juga meningkat, dapat
terjadi hipoalbunemia, dislipidemia,
hiperfosfatase.
DARAH LENGKAP : Hb, trombosit,
hematokrit, Fe serum dan feritin menurun
sedang lekosit meningkat.

23
ANALISA GAS DARAH : penurunan
pH, pCO2, HCO3, dan kadang-kadang
terjadi penurunan pO2.
HAPUSAN DARAH : leukosit
meningkat, trombosit menurun dan
eritrosit normokrom normositer.
PEMERIKSAAN URINE : dapat terjadi
hematuri, proteinuri, albuminuri,
bakteriuri.

24
Pemeriksaan Radiologis
Intravenous Infusion Pyelographi (IVP) : menilai
sistem pelviokalises dan ureter.
USG : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, anatomi ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
ROTGENT ABDOMEN : untuk menilai bentuk
dan besar ginjal, apakah ada batu atau obstruksi
lain.
EKG : untuk mengetahui kemungkinan hipertropi
ventrikel kiri dan kanan, tanda-tanda perikarditis,
disritmia, gangguan elektrolit.
25
Renogram : menilai fungsi ginjal kiri dan
kanan, lokasi gangguan serta sisa fungsi ginjal
normal.
Renal anterogram : mengkaji terhadap
sirkulasi ginjal dan ekstravaskularisasi serta
adanya masa.
Rotgen thorak : mengetahui tanda-tanda
kardiomegali dan odema paru.

26
Pemeriksaan neurologis
Tingkat kesadaran dapat apatis
sampai dengan keadaan koma. Hal ini
terjadi karena keadaan
azotemia/toksik uremia yang
menyebar ke otak.

27
Stadium Gagal Ginjal Kronik
1. Penurunan cadangan ginjal
(GFR turun 50 %)
2. Insufisiensi ginjal (GFR turun
20-35 %)
3. Gagal ginjal (20 % normal)
4. Penyakit ginjal stadium akhir (5
% dari normal)

28
PENATALAKSANAAN
Pada penurunan cadangan ginjal dan
insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat
kerusakan nefron lebih lanjut, terutama
dengan retriksi protein dan obat-obat
antihipertensi.
Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk
mengoreksi ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit.
Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi
berupa dialisis atau tranplantasi ginjal.
Pada semua stadium pencegahan infeksi
perlu dilakukan

29
Terapi Non Farmakologi
Pencegahan ketidakseimbangan cairan elektrolit
dan garam.
Memperbaiki nutrisi yang cukup.
Diet rendah protein (0.6 to 0.75 g/kg/day)
Diet rendah lemak.
Menghindari konsumsi alkohol dan merokok.
Olahraga cukup.
Istirahat yang cukup.
Memperbanyak asupan makanan yang
mengandung asam folat dan vitamin B12.
Dilakukan transfusi darah jika diperlukan.
Dialisis.
Farmakoterapi Gagal Ginjal Kronis

Hipertensi.
Obat-obat antihipertensi seperti penghambat ACE (angiotensin converting
enzyme). Obat penghambat ACE memberikan perlindungan tambahan pada
ginjal dan mengurangi tekanan darah dalam tubuh serta mengurangi tekanan
pada pembuluh darah.
Contoh penghambat ACE adalah ramipril dan lisinorpil.

Obat anti-hipertensi yang disebut angiotensin-II receptor blocker (ARB)


meliputi: candersatan, eprosartan, irbesartan, dan losartan. Efek samping dari
jenis obat ini jarang namun tetap ada, misalnya rasa pusing.
Perbaikan Keseimbangan Fosfat
Kelebihan fosfat pada tubuh biasanya disaring oleh
ginjal. Namun penumpukan fosfat akan terjadi pada
ginjal yang tidak berfungsi dengan baik, seperti pada
pengidap penyakit ginjal stadium empat atau lima.
Maka dari itu, pengidap penyakit ginjal stadium
menengah ke atas akan disarankan untuk mengurangi
konsumsi fosfat yang umumnya terkandung dalam
daging merah, produk olahan ternak sapi, telur, dan
ikan.

Selain itu, penderita akan disarankan untuk


mengonsumsi obat-obatan yang disebut pengikat
fosfat. Contoh pengikat fosfat yang paling umum
digunakan adalah kalsium karbonat.
Aspirin atau Statin
Beberapa faktor risiko CKD seperti tekanan
darah tinggi dan tingginya kadar kolesterol dalam
darah, sama dengan faktor risiko serangan
jantung dan stroke.

Dengan memiliki faktor risiko yang sama,


pengidap CKD berisiko lebih tinggi menderita
sakit jantung, termasuk serangan jantung atau
stroke.

Oleh sebab itu, akan disarankan mengonsumsi


aspirin dalam dosis rendah atau statin untuk
membantu mengurangi risiko serangan jantung
atau stroke. Statin bekerja dengan menghambat
efek enzim dalam hati yang berguna untuk
membentuk kolesterol.
Penumpukan Cairan (Edema)
Ginjal yang tidak berfungsi membuat tubuh sulit
membuang cairan. Akibatnya terjadi penumpukan
cairan pada pergelangan kaki atau sekitar paru-
paru. Oleh karena itu dokter akan menyarankan
pengidap sakit ginjal untuk membatasi konsumsi
cairan dan garam, serta memerhatikan cairan yang
terdapat dalam makanan yang Anda konsumsi
seperti buah, sup, atau yoghurt. Selain itu,
kelebihan cairan dalam tubuh juga dapat dikurangi
dengan konsumsi obat diuretik (tablet cair), seperti
furosemida.
Hiperkalemia
Hiperkalemia (7-8 mEq/L) dapat menyebabkan
disaritmia dan penghentian denyut jantung.
Hiperkalemia dpt diatasi/diobati dg pemberian
glukosa dan insulin iv (insulin akan memasukkan
K+ ke dlm sel) atau kalsium glukonat 10% iv.
Harus dihindari pemberian obat yg mengandung
kalium spt KCl, NH4Cl, K-sitrat,
ekspektoran, dsb., selain makanan kaya
kalium spt pisang, jus buah murni, dsb.
Anemia
Anemia berat dpt menimbulkan berbagai
komplikasi yg akan memperburuk
kondisi pasien.
Anemia dpt dikontrol dg:
a.Pemberian EPO (recombinant human
erythropoietin)
b. Pemberian multivitamin dan asam folat
c. Pemberian besi
d. Transfusi darah
Pengkajian
Kebutaan pada mata akibat dampak dari adanya
hipertensi
Pengecapan rasa menurun karena adanya
stomatitis, ginggivitis, parotis akibat dari iritasi
amonia.
Sensasi kulit menurun karena:
Kulit kering dan besisik sebagai manifestasi dari tubuh
yang banyak kehilangan protein,
uremic frost terjadi oleh karena kadar urea dalam darah
sangat tinggi, sehingga bagian kulit yang berkeringat
timbul kristal-kristal halus berwarna putih,
Adanya odema akibat dari adanya retensi air dan natrium
dampak dari penurunan GFR oleh kerusakan glomerolus
selain itu karena hipoalbuminemia yang dapat
menimbulkan penurunan tekanan osmotik, sehingga cairan
masuk ke ruang interstisium.
37
Contoh Kasus
Seorang wanita 52 tahun; TB : 165 cm;
BB : 70 kg, masuk RS.
Riwayat penyakit: DM sejak 2 tahun yang
lalu
Keluhan yang di rasa: Mual, lemas, sakit
di ulu hati
Diagnosa utama : CRF
Diagnosa lain: DM II , ISK dan Hipertensi
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
- Albumin : 1,89 g/dL
- Cholesterol : 175 mg/dL
- Trigliserida : 163 mg/dL
- BUN : 74.4 mg/dL
- Kreatinin : 7,2 mg/dL
- Glukosa : 253 mg/dL
- Natrium : 129 mmol/L
- Kalium : 4,51 mmol/L
- Chlorida : 90 mmol/L

Pemeriksaan Mikrobiologi :
- Bahan : Urine
- Jenis Kuman : E. Coli, S. Epidermidis
- Pengecekan TD : 180/80 mmHg
Analisa kasus
1. Persamaan untuk menghitung ClCr pada orang dewasa
Persamaan Cockroft-Gault :
ClCr = (140 usia) x IBW x (0,85 jika wanita)
72 x SCr
Keterangan Rumus :
ClCr : Klirens kreatinin
GFR : Laju filtrasi glomerulus
IBW : Indeks body weight
SCr : Kadar kreatinin serum
Usia : Dalam tahun
Perhitungan :
Diketahui : Usia : 52 tahun
BB : 70 kg
SCr : 7,2 mg/dL
Ditanya : ClCr pasien..?
Jawab :
IBW = 45,5 + (2,3 x (TB/2,5 60))
= 45,5 + (2,3 x (165/2,5 60))
= 59,3 kg
ClCr = (140 usia) x IBW x (0,85 jika wanita)
72 x SCr
ClCr = (140-52) x 59,3 x 0,85
72 x 7,2
ClCr = 8,56 ml/menit
2. Perhitungan GFR (Glomerulus
Filtration Rate). Persamaan dari hasil studi
MDRD:

GFR = 186 x (SCr)-1,154 x (Usia)-0,203 x


(0,742 jika wanita) x 1,210 (jika kulit hitam)

Karena pasien diasumsikan memiliki kulit


putih maka persamaannya menjadi :
GFR = 186 x (SCr)-1,154 x (Usia)-0,203 x
0,742
= 186 x (7,2)-1,154 x (52)-0,203 x 0,742
= 6, 34%
3. Analisa kasus dengan metode SOAP (Subjective,
Objective, Assesment and Plan)

Subjective
Nama pasien :-
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 52 tahun
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 70 kg
Riwayat Penyakit : DM sejak 2 tahun yang lalu
Keluhan : Mual, lemas dan sakit di ulu
hati.
Objective

Albumin : 1,89 g/dL (normal 3,5-5,8 g/dL)


Cholesterol : 175 mg/dL (normal 150-250 mg/dL)
Trigliserida : 163 mg/dL (normal 40-155 mg/dL)
BUN : 74.4 mg/dL (normal < 50 mg/dL)
Kreatinin : 7,2 mg/dL (normal 0,5-1,2 mg/dL)
Glukosa : 253 mg/dL (normal 40-70 mg/dL)
Natrium : 129 mmol/L (normal 135-145 mmol/L)
Kalium : 4,51 mmol/L (normal 3,7-5,0 mEq/L)
Chlorida : 90 mmol/L (normal 100-106 mEq/L)
Pemeriksaan mikrobiologi :

Bahan : Urine
Jenis Kuman : E. Coli; S. Epidermidis
Pengecekan TD : 180/80 mmHg
Assesment

Berdasarkan kadar kreatinin, BUN, ClCr (8,56 ml/menit) dan GFR 6,34%
maka pasien di diagnosa mengalami gagal ginjal kronik (CRF) stadium 5.
Gagal ginjal kronik yang dialami pasien dikarenakan adanya riwayat
penyakit penyerta yang dapat memicu kerusakan nefron-nefron ginjal
seperti diabetes dan hipertensi.
Pasien menderita DM tipe II yang didasarkan pada kadar glukosa yang
melebihi batas normal (253 mg/dL) dan riwayat penyakit pasien yaitu
menderita diabetes mellitus tipe II NO selama 2 tahun.
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel urine dan
ditemukan kuman E.coli dan S. Epidermidis maka pasien di diagnosa
menderita infeksi saluran kemih.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pasien yaitu 180/80 mmHg
maka pasien di diagnosa menderita hipertensi stage II (JNC VII, 2003).
Berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien yaitu mual dan sakit di ulu hati,
dimana keluhan ini merupakan manifestasi dari berlebihnya kadar ureum di
dalam darah.
Berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien yaitu lemas maka pasien dapat
disimpulkan bahwa keluhan itu merupakan manifestasi dari kekurangan
darah (anemia).
Planning
Tujuan Terapi :
Tujuan Terapi Jangka Pendek :
Menurunkan tekanan darah.
Menurunkan kadar glukosa darah.
Mengatasi symptom (keluhan) yang dirasakan pasien yaitu
mual, lemas dan sakit di ulu hati.
Mengatasi infeksi saluran kemih.
Meningkatkan kadar albumin pasien untuk mengatur
tekanan osmotik di dalam darah (mempertahankan volume
darah).
Tujuan Terapi Jangka Panjang :
Mempertahankan fungsi ginjal agar dapat berfungsi
seoptimal mungkin.
Meningkatkan kualitas hidup pasien.
Mempertahankan kadar tekanan darah dan glukosa darah
dalam batas normal. untuk mencegah agar kondisi tidak
bertambah buruk.
Sasaran Terapi :
Menurunkan kadar glukosa darah
Menurunkan tekanan darah
Mengobati infeksi saluran kemih
Mengatasi symptom mual, lemas dan sakit di ulu hati
Menurunkan kadar trigliserid dengan terapi non
farmakologi
Mempertahankan fungsi ginjal.
Strategi Terapi :
Terapi Farmakologi
Captopril 12,5 mg 1 kali sehari per oral diminum 2 jam
setelah makan.
Insulatard Hm (Insulin kerja sedang mula kerja singkat) 40
UI/ml 2 kali sehari SC digunakan sebelum sarapan.
Infus dextrose 5%.
Ampicillin trihidrat 500 mg IM tiap 8 jam.
Terapi Non Farmakologi
Dialisis (cuci darah) dilakukan dengan frekuensi minimal 2-3 kali seminggu, lamanya
cuci darah minimal 4-5 jam untuk setiap kali tindakan. Dialisis dilakukan pada gagal
ginjal kronis pada stadium akhir dimana GFR nya < 15 ml/menit.
Cukup asupan cairan (cukup minum) menurut keadaan ginjal dan jumlah produksi air
seni. Biasanya cairan yang diperlukan tubuh berkisar antara 1500-2000 ml per hari.
Jika jumlah air seni berkurang, pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah urine
ditambah kehilangan air yang tidak terlihat seperti melalui tinja, keringat dan paru-
paru.
Diet tinggi protein untuk pasien yang menjalani cuci darah secara kontinue.
Menghitung asupan protein bisa dilakukan dengan berat badan yang sebenarnya atau
BB tanpa edema dikalikan dengan 1,2 g protein/hari (untuk pasien cuci darah).
Pengaturan keseluruhan asupan energi dari makanan. Orang normal komposisi
makanannya 60 KH: 20 lemak: 20 protein. Bila pasien cuci darah maka komposisi
makanan dengan perbandingan 55 KH: 30 lemak: 15 protein. Bila pasien tidak cuci
darah perbandingannya adalah 60 KH: 30 lemak: 10 protein.
Dianjurkan untuk menggunakan protein hewani. Karena pada protein hewani banyak
mengandung asam amino essensial yang penting untuk tubuh namun tubuh tidak bisa
memproduksi sendiri, contoh : glutamine.
Membatasi asupan natrium (garam). Asupan Na yang dianjurkan bagi pasien yang
menjalani cuci darah adalah 800-100 mmol (1840-2300 mg Na) atau 4,5-5,8 g NaCl.
contoh makanannya adalah margarine, coklat, susu, daging dan ikan.
Membatasi asupan kalium hingga 50-60 mmol/hari atau sekitar 3 g per hari. Untuk
pasien yang menjalani cuci darah adalah 1 mmol (39 mg kalium). Contoh
makanannya adalah : havermut, kentang, singkong, kacang hijau, kacang kedelai,
bayam, daun pepaya muda, cokelat, teh dan susu.
Meningkatkan kadar kalsium hingga 9-11 mg/dl., kadar
kalsium dalam cairan dialisat harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.
Membatasi asupan magnesium hingga 300 mg per hari.
Membatasi asupan fosfor hingga 8-12 mg/KgBB/hari.
Sedangkan pada pasien yang menjalani cuci darah, asupan
fosfor dapat sedikit dinaikkan menjadi 17 mg/KgBB/hari.
Contohnya makanannya adalah jenis serelia (beras, ketan
hitam, beras jagung), kacang-kacangan (kacang mete,
kacang hijau, kedelai), telur (telur ayam kampung, telur
bebek), makanan laut (kerang, telur ikan, terasi, teri kering,
teri segar, udang kering) dan susu.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi sekitar 15 mg seperti protein hewani
(daging merah dan hati).
Menghindari stress fisik dan mental karena dapat
meningkatkan tekanan darah dan gula darah.
Melakukan olahraga rutin yang ringan seperti jalan di pagi
hari selama jam.
50
Terima Kasih....
Semoga Bermanfaat

Sekian ..

Wassalam..
51

Anda mungkin juga menyukai