Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAGAL GINJAL


2.1.1 Definisi Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan kerusakan ginjal tahap lanjut yang

bersifat  progresif dan irreversible dan ditandai dengan kegagalan tubuh mempertahankan


metabolisme serta keseimbangan cairan elektrolit yang dapat berdampak uremia akibat dari
retensi urea dan sampah lain yang terkandung dalam darah akibat dari penurunan fungsi
ginjal (Smeltzer, 2013, disitasi Afrian, 2017)
Gagal ginjal dapat disebabkan karena cidera renal akibat dari penurunan perfusi,
kerusakan internal, serta obstrusi saluran kemih misal batu saluran kemih, kemudian
tubuh gagal berkompensasi untuk
 pulih dari stadium awal gagal ginjal sehingga terjadi gagal ginjal terminal atau gagal ginjal
tahap akhir (Hurst, 2015).
2.1.2 Penyebab gagal ginjal yang sering dijumpai yaitu; 

1. Nefropati Diabetik,  

merupakan penyakit ginjal dengan diabetes disebabkan karena kelainan pembuluh darah
halus pada glomerulus ginjal. Normalnya protein terkandung didalam darah tidak akan
bisa menembus ginjal, jika sel didalam ginjal mengalami kerusakan molekul protein
yaitu albumin dapat melewati dinding pembuluh darah halus dan masuk dalam urine
sehingga terdapatnya albumin dalam urine dapat menjadi pertanda adnya kelainan
nefropati diabetik .

2. Hipertensi,

jika tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal
vasokontriksi sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel ginjal yang berdampak pada kerusakan pada fungsi ginjal, dan jika tidak segera
ditangani dapat terjadi gagal ginjal kronis dan hanya dapat ditangani dengan
hemodialisis dan transplantasi ginjal.

3. Glomerulonefritis,

yaitu akibat dari reaksi anti bodi dengan jaringan gromeruli yang menyebabkan
pembengkakan dan kematian sel sel kapiler, dan mengakibatkan membran glomeruli
menjadi berpori-pori sehingga protein dan eritrosit dapat menembus membran tersebut
sehingga bermanifestasi proteinuria dan hematuria.
4. Fungsi ginjal
juga terganggu karena adanya pemarutan atau obstruksi sirkulasi melalui glomerulus
sehingga kemampuan filtrasi glomeruli  berkurang dan terganggunya fungsi filtrasi dari
glomeruli mengakibatkan retensi sampah metabolisme natrium serta air. Penyakit ginjal
kistik,  yaitu diturunkan scara dominan autosomal, terbentuk kista ginjal yang semakin
membesar yang berhubungan dengan kerusakan ginjal progresif (Priscilla, 2016).
2.1.3 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal

Tanda dan gejala yang timbul akibat cairan dan elektrolit yang tidak seimbang,
perubahan fungsi regulator tubuh dan retensi yaitu Anemia, terjadi karena produksi eritrosit
juga terganggu (sekresi eritropoietin ginjal berkurang), pasien mengeluh lelah pusing dan
latergi. Hiperurisemia, sering ditemukan pada pasien dengan gagal ginjal terminal,
disebabkan ekskresi ginjal terhadap fosfat menurun. Tekanan darah meningkat, karena
adanya hipervolemia ginjal mengeluarkan vasopresor (renin). Kulit hiperpigmentasi serta
kulit tampak kekuningan atau kecoklatan, uremic frost atau bekuan uremik yaitu kristal urea
yang sangat mengiritasi pada permukaan kulit dan tampak pada pori-pori kulit. Sisa
metabolisme yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal, diekskresikan melalui kapiler
kulit yang halus sehingga tampak uremic
 frost (Baradero M, 2008).

2.1.4 Stadium Gagal Ginjal


Tabel 2.1 Stadium Gagal Ginjal

Stadium 1 Laju filtrasi glomerulus : >90ml/menit/1,73 m2

Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat asimtomatik, BUN dan
kreatinin meningkat.

Stadium 2 Laju filtrasi glomerulus : 60-89ml/menit/1,73 m2

Penurunan ringan GFR, asimptomatik, kemungkianan hipertensi,

pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal. Laju filtrasi glomerulus :


30-59ml/menit/1,73 m2

Stadium 3 Penurunan sedang GFR, hipertensi, kemungkinan anemia,keletihan, anoreksia,


kemungkinan malnutrisi, nyeri tulang, kenaikan BUN dan kreatinin serum.

Stadium 4 Laju filtrasi glomerulus : 15-29ml/menit/1,73 m2

Penurunan berat GFR, hipertensi, anemia, malnutrisi, perubahan metabolisme tulang,


edema, asidosis metabolik, hiperkalsemia, kemungkinan uremia, azotemia dengan
peningkatan BUN dan kadar kreatinin serum.

Stadium 5 Laju filtrasi glomerulus : <15ml/menit/1,73 m2

Penyakit ginjal stadium akhir, gagal ginjal dengan azotemia (peningkatan kadar
kreatinin dan BUN) serta uremia.

Sumber : National Kidney Foundation, 2002 disitasi Priscilla, 2016.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

a.  Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal. 1.  Ultrasonografi
ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal
dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan

 bagianatas.

2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel


 jaringan untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
 b.  Foto Polos Abdomen

Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.

c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan

faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.

d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem

 pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem


pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e.  Renogram

Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,

 parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.

f. Pemeriksaan Radiologi Jantung

Mencari adanya kardiomegali, efusiperikarditis.

g. Pemeriksaan radiologi Tulang


Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h.  Pemeriksaan radiologi Paru

Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.

i.  Pemeriksaan Pielografi Retrograde


Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible

 j.  EKG

Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda- tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k.  Biopsi Ginjal

Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.

1) Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal

2) Laju endap darah

3)  Urin
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
4) Ureum dan Kreatinin Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap
akhir (mungkin rendah yaitu 5).
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh
pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
5) Hiponatremia

6) Hiperkalemia

7) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

8) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia

9) Gula darah tinggi


10) Hipertrigliserida

11) Asidosis metabolik


2.1.6 Komplikasi Gagal Ginjal
1. Anemia;
anemia jika kadar sel darah merah (eritrosit) rendah, karena terjadi gangguan pada
produksi hormon eritropoietin yang berfungsi dalam pembentukan dan pematangan sel
darah agar tubuh dapat melakukan aktivitas, akibatnya tubuh kekurangan energi karena
sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh tidak tercukupi.
2. Gangguan pada tulang;
penurunan kadar kalsium secara langsung mengakibatkan dekalsifikasi matrix tulang
sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama dapat
menyebabkan fraktur pathologis.
3. Disfungsi ereksi;
gangguan pada sistem endokrin yang berperan memproduksi hormon testosteron
untuk merangsang seksual,penyebab utama disfungsi ereksi pada pasien gagal ginjal
yaitu suplai darah yang tidak cukup menuju penis yang berhubungan langsung dengan
ginjal (Priscilla, 2016).
2.1.7 Penatalaksanaan Gagal Ginjal
Gagal ginjal terminal merupakan stadium gagal ginjal tahap akhir yang dapat
mengakibatkan kematian, sehingga memerlukan penanganan yang tepat. Penanganan
gagal ginjal terminal yaitu terapi pengganti ginjal barupa peritoneal dialisis, transplantasi
organ ginjal, dan hemodialisis.
Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak digunakan. Penderita
gagal ginjal di Indonesia yang melakukan hemodialisis sebanyak 55.000 orang pertahun
(Callhghan, 2009; Alwan & Ba-saleem, 2013; Anita, 2012).
Hemodialisis bekerja untuk menggantikan kerja ginjal yang telah menurun, dengan cara
melakukan penyaringan untuk membersihkan zat- zat sampah yang ada dalam darah
akibat dari kerusakan ginjal yang tidak mampu lagi meyaring zat-zat sampah
(Yasmara,2016).
2.2 HEMODIALISIS
2.2.1 Definisi Hemodialisis

Hemodialisis merupakan proses filtrasi atau penyaringan yaitu memisahkan zat yang
penting dalam darah akan tetap berada dalam darah (seperti sel darah, dan protein) dengan
zat atau produk sampah yang akan dikeluarkan (seperti urea, kreatinin, kalium, dan cairan
yang berlebih) menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis (Yasmara, 2016).
2.2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Hemodialisis

1. Indikasi

dilakukannya hemodialisis  yaitu dengan melihat laju filtrasi glomerulus


2
( glomerulus filtration rate, GFR) dalam rentang 5 sampai 8 ml/menit/1,73  ,
asupan protein menurun spontan <0,7 g/kg/hari, anoreksia atau hilangnya nafsu
makan, mual muntah, serta astenia atau kelelahan (Yasmara, 2016).
2. Kontra indikasi hemodialisis 
yaitu pada pasien yang mengalami perdarahan yang sangat serius juga mengalami anemia,
mengalami hipotensi berat/syok, mengalami perdarahan serebral akibat hipertensi dan anti
koagulan, mengalami hemetoma serebral, mengalami penyakit jantung serius atau
insufisiensi miokard, aritmia serius, hipertensi berat, dan penyakit pembuluh darah otak, serta
tahap akhir uremia dengan komplikasi irreversibel serius (Yasmara, 2016).
2.2.3 Prinsip Hemodialisis
Prinsip yang dilakukan perawat pada pasien yang menjalani hemodialisis yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan neurovaskular dibawah tempat pemasangan alat. Nilai ada atau
tidaknya “5P” yaitu  pain  (nyeri),  pallor  (pucat), pulselessness (denyut nadi
lemah), parastesia (sensasi kesemutan),paralisis (kehilangan pergerakan) atau
poikilotermi (dingin).
2. Auskultasi (pada akses vaskular yang terpasang) bunyi “bruit” (sensasi getaran) jika
lemah atau tidak ada dapat diartikan hilangnya aliran darah dan memungkinkan adanya
bekuan darah dalam akses vaskular.
3. Pastikan akses vaskular tidak digunakan untuk pengambilan sampel darah, akses ini
dibuatkan khusus untuk akses hemodialisis.
4. Letakkan tanda diatas tempat tidur untuk melindungi lengan tempat akses vaskular,
hindarkan melakukan pengecekan tekanan darah karena akan memicu kontriksi pembuluh
darah yang dapat menyebabkan pembekuan didalam AV fistula.
5. Minimalkan resiko infeksi selama hemodialisis dengan menggunakan teknik aseptik dan
membiarkan larutan aseptik mengering, kemudian menusuk akses vaskuler untuk
dihubungkan ke mesin dialisis.
6. Setelah selesai hemodialisis, balutkan penekanan di area penusukan pada akses selama 10
hingga 20 menit. Balutan yang dilakukan terlalu kencang dan dalam jangka waktu yang
lama dapat membahayakan adekuasi AV fistula (Hurst, 2015).
2.2.4 Terapi Nutrisi Pasien Yang Menjalani Hemodialisis
Beberapa terapi nutrisi yang diberikan untuk pasien gagal ginjal terminal khususnya yang
menjalani hemodialisis yaitu :
1. Turunkan asupan natrium (2 g/hari) karena perolehan cairan yang lebih cepat “normal”
bagi pasien gagal ginjal.
2. Batasi asupan kalium (tomat, kentang) karena kalium tidak di ekskresikan dan dalam
terkumpul dalam darah.
3. Batasi makanan yang mengandung fosfor (susu, keju, kola, setiap makanan tinggi protein),
karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengatur kadar fosfor.
4. Batasi protein (daging, putih telur) yang akan mengurangi produk sisa nitrogen berupa urea
dan kreatinin.
5. Asupan kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak untuk mencegah atropi otot.
6. Diet cairan 500 hingga 600 ml cairan atau lebih dari jumlah output urine 24 jam pada hari
sebelumnya.
7. Pilihan untuk penderita yang menjalani dialisis yang mengalami malnutrisi adalah nutrisi
parenteral intradialitik ( Intradialytic parenteral nutrition, IDPN). IDPN sebuah metode
pemberian nutrisi yang tidak bergantung pada kepatuhan pasien, selang makan, atau akses
vaskular, karena bantuan nutrisi dicapai selama dialisis dengan ultrafiltrasi untuk
penatalaksanaan cairan (Hurst, 2015; Smeltzer, 2013).
2.2.5 Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi yang paling sering dialami penderita gagal ginjal terminal saat perawatan dan
menjalani hemodialisis yaitu hipotensi (20- 30%), kram otot (20%), mual muntah (5-15%),
sakit kepala (5%), serta febris sampai mengigil (1%) (Yasmara, 2016).
1. Hipotensi intra dialisis; merupakan komplikasi yang paling umum dirasakan pasien yang
menjalani hemodialisis. Hipotensi disebabkan oleh 2 mekanisme yaitu, pertama karena
kegagalan menjaga volume plasma pada tingkat optimal yang berkaitan dengan berat
badan penderita yang berlebih yang membutuhkan osmolaritas serum rendah dan
ultrafiltrasi velume besar dan yang kedua kelainan kardiovaskular berkaitan dengan
disfungsi otonom pergeseran aliran darah ke daerah gastroentestinal, penurunan senyawa
vasokontriksi dan peningkatan senyawa vasodilatasi.
2. Sakit kepala; sakit kepala sering ditemui pada pasien yang menjalani hemodialisis, faktor
predisposisinya yaitu hipertensi, hipotensi, hiponatremi, penurunan osmolaritas serum,
tingkat rendah renin plasma, serta sebelum dan sesudah dialisis nilai BUN dan rendahnya
tingkat magnesium.
3. Kram otot;kram otot umumnya dirasakan pada ekstremitas bawah, namun dapat juga pada
perut, lengan, dan tangan. Kram berasal dari neuron dari otot itu sendiri, metabolisme otot
dibawah normal dianggap sebagai faktor paling penting dalam terjadinya kram otot,oleh
sebab itu hipotensi, perubahan osmolaritas plasma, hiponatremia, hipomagnesiumia, dan
hipoksia diduga yang menjadi penyebab kram otot.
4. Anemia; tidak mempunyai jumlah sel darah merah yang cukup merupakan komplikasi dari
gagal ginjal dan hemodialisis. Gagal ginjal mempengaruhi atau mengurangi produksi
hormon eritopoetin yang berfungsi merangsang pembentukan sel darah merah. Pembatasan
diet zat besi yang salah / buruk, tes darah secara sering, serta kehilangan zat besi dan
vitamin akibat hemodialisis juga berkaitan dengan anemia,
5. Pruritus; pruritus sering dialami oleh penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
yang disebabkan karena kulit kering ( xerosis), deposit kristal kalsium fosfor
(hiperparatiroidisme), alergi terhadap obat-obatan (misal heparin), serta pelepasan histamin
dari sel induk
6. Amlioidosis (penumpukan protein); amlioidosis terjadi ketika protein dalam darah disimpan
pada sendi dan tendon sehingga menimbulkan respon nyeri, kekakuan, dan penumpukan
cairan pada sendi (Yasmara, 2016).
2.2.6 Peralatan hemodialisis
1. Dialyzer
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah ginjal
buatan atau membran dialyzer . Membran ini berperan menggantikan fungsi ginjal yang
tidak bisa bekerja lagi dari seorang pasien. Membran dialyzer ini harus dirancang
sedemikian rupa sehingga menyerupai basal membran glomerulus. Membran
dialyzer dapat dibuat dari beberapa bahan seperti selulosa, selulosa tersubtitusi, selulo
sintetik dan polimer buatan. Bahan-bahan ini ada yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik.
Membran yang bersifat hidrofobik terbukti dapat mengabsorbsi protein lebih porotis dan
mempunyai koefisien ultrafiltrasi paling tinggi. Implikasi klinis yang terjadi adalah
eliminasi toksin lebih efektif dan beresiko kehilangan protein (hipoproteinemia).
Membran semi permeabel adalah suatu selaput atau lapisan yang sangat tipis dan
mempunyai lubang (pori) sub mikroskopis. Dimana partikel dengan BM kecil & sedang
( small dan middle moleculler ) dapat melewati pori membran, sedangkan partikel dengan
BM besar (large moleculler ) tidak dapat melalui pori membran tersebut. Dialyzer
merupakan suatu tabung yang terdiri dari 2 ruangan (2 kompartemen) yang dipisahkan
oleh selaput semi permeabel.
Berikut ini adalah beberapa sifat dari membran dialyzer yang harus diperhatikan,
karena akan menentukan proses-proses yang terjadi berjalan dengan semestinya :
a. Luas permukaan dialyzer.
b. Ukuran besar pori atau permeabilitas ketipisanya.
c. Koefisien ultrafiltrasi.
d. Volume dialyzer.
e. Kebocoran darah tidak boleh terjadi.
f. Dapat di re-use tanpa merubah kemampuan klirens dan
ultrafiltrasinya.
g. Harga
Pada mulanya HD dilakukan dengan menggunakan membran yang mempunyai klirens
dan ultrafiltrasi yang rendah yang memerlukan waktu sampai 6 jam untuk mendialisis
pasien. Kemajuan biomaterial dialyzer memungkinkan dialysis lebih pendek lagi (4
jam) dalam 3 kali seminggu. Adapun pemilihan membran dialyzer dapat
berdasarkan pertimbangan teoritis (biokompatibilitas dan fluks),
berdasarkan pertimbangan klinis(gejala intradialisis, morbiditas dan mortalitas).
Secara praktis pemilihan membran dialyzer berdasarkan Bahan membran sintesis dan
tidak sintesis, KoA dialyzer , Koeffisient Ultrafiltrasi, Dialyzer standard, Dialyzer
high efficiency atau high flux, Model Sterilisasi, Desain plat paralel atau hollow-
fiber (capillary).
2. Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan bahan kimia
disaring. Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk
melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri
dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran
permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat
dialisat biasanya disediakan oleh pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan
pada unit kronis, namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien
tertentu.
Dialisat adalah cairan yang digunakan pada saat proses HD berlangsung, terdiri dari
campuran air dan elektrolit yang mempunyai konsentrasi yang sama dengan serum
normal dan mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Sistem Pemberian
Dialisat yaitu pemberian tunggal untuk satu pasien: system pemberian multiple dapat
memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada kedua system, suatu alat pembagian
proporsi otomatis dan alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio
konsentrat-air. konsentrasi yang sama dengan serum normal dan mempunyai tekanan
osmotik yang sama dengan darah. Sistem Pemberian Dialisat yaitu pemberian tunggal
untuk satu pasien: system pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit
pasien. Pada kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
2.2.7 Pedoman Pelaksanaan Hemodialisis
1. Perawatan sebelum hemodialisa
a. Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa.
b. Kran air dibuka.
c. Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk kelubang atau
saluran pembuangan
d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak
e. Hidupkan mesin.
f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
g. Matikan mesin hemodialisis.
h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
i. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.
j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap) .
2. Menyiapkan sirkulasi darah
a. Bukalah alat-alat dialysis dari set nya.
b. Tempatkan dializer pada tempatnya dan posisi “inset” (tanda merah) diatas dan
posisi “outset” (tanda biru) di bawah.
c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung “inset”dari dializer.
d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung “out set” dari dializer dan
tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
e. Set infus ke botol NaCl 0,9% - 500 cc.
f. Hubungkan set infus ke slang arteri +.
g. Bukalah klem NaCl 0,9%, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem.
h. Memutarkan letak dializer dengan posisi “inset” di bawah dan “out set” di atas,
tujuannya agar dializer bebas dari udara.
i. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin
j. Buka klem dari infus set ABL, VBL
k. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit, kemudian
naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit.
l. Isi bable-trap dengan NaCl 0,9% sampai ¾ cairan
m. Berikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk mengalirkan udara dari dalam
dializer, dilakukan sampai dengan dializer bebas udara (tekanan lebih dari 200
mmHg).
n. Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang
terdapat pada botol (kalf) sisanya ditampung pada gelas ukur.
o. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru
p. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.
q. Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dializer baru 15-20 menit untuk
dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit.
r. Kembalikan posisi dializer ke posisi semula di mana “inlet” di atas dan “outlet” di
bawah.
s. Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit, siap untuk
dihubungkan dengan pasien.
3. Persiapan pasien
a. Menimbang berat badan
b. Mengatur posisi pasien c) Observasi keadaan umum
c. Observasi tanda-tanda vital
d. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini:
1). Dengan interval A-V shunt / fistula simino
2). Dengan external A-V shunt / schungula
3). Tanpa 1 – 2 (vena pulmonalis).
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges (2001),
serta Carpenito (2006) sebagai berikut:
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri
yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandungbanyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2.3.2 Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulonefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
2.3.4 Pola nutrisi dan metabolic ; Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB
dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun.
2.3.5 Pola eliminasi ; Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
2.3.6 Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum : Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas
nyeri. Kesadaranpasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadimeningkat dan reguler.
c. Antropometri : Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karenakekurangannutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala : Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotorantelinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,mulut bau ureum,bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok : Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada
leher.
f. Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital :
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas :
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu,terjadi edema,pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

j. Kulit :

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

2.3.7 Diagnosa keperawatan


1. Hipervolumia b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal
2. Defisit nutrisi b.d intake nutrisi tidak adekuat
3. Nyeri akut b.d metabolisme otot dibawah normal (keram)
4. Gangguan integritas kulit b.d pruritus pada ektremitas.
5. Resiko infeksi b.d agen cidera fisik bekas penusukan akses vaskular
2.3.8 Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1
Hipervolumia Keseimbangan Cairan Manajemen
Hipervolemia
Definisi: Definisi:
Peningkatan volume cairan Ekuilibrium antara volume Definisi:
intravaskuler, interstisial, cairan di intraseluller dan Mengidentifikasi dan
dan atau intraseluler.  ekstraselulertubuh. mengelola kelebihan
volume cairan
Setelah dilakukan tindakan intravaskuler dan
keperawatan selama 1x4 jam ekstraseluler serta
 pasien diharapkan: 1.  mencegah terjadinya
Edema (4) komplikasi.
1.  Asites (4)
Tindakan:
Keterangan: 1.   Periksa tanda dan
1.   Meningkat
gejala hipervolemia
2.   Cukup meningkat
(dispnue, edema)
3.  Sedang 2.   Monitor intake dan
4.  Cukup menurun output cairan
5.  Menurun 3.   Ajarkan cara
membatasi asupan
cairan
4.   Kolaborasi pemberian diuretik
2
Defisit nutrisi Status Nutrisi Edukasi Diet

Definisi: Definisi: Definisi:


Asupan nutrisi tidak cukup Keadekuatan asupan nutrisi Mengajarkan jumlah, jenis,
untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dan jadwal asupan yang
metabolisme.  metabolisme. diprogramkan.

Setelah dilakukan tindakan Tindakan:


keperawatan selama 1x4 jam 1.   Jelaskan tujuan
 pasien diharapkan: kepatuhan diet terhadap
1.  Pengetahuan tentang kesehatan
asupan nutrisi yang tepat 2.   Informasikan makanan
(2) yang diperbolehkan dan
dilarang
Keterangan: 3.   Anjurkan mengganti
1.   Meningkat  bahan makanan yang
2.   Cukup meningkat sesuai dengan diet yang
3.  Sedang diprogramkan
4.  Cukup menurun 5. 
Menurun

3. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Definisi:
Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan Definisi: Definisi:
dengan kerusakan jaringan Pengalaman sensorik atau Mengidentifikasi dan
atau fungsional dengan emosional yang berkaitan mengelola pengalaman
onset mendadak atau dengan karusakan jaringan sensorik atau emosional
lambat dan berintensitas aktual atau fungsional dengan yang berkaitan dengan
ringan hingga berat yang onset mendadak atau lambat kerusakan jaringan atau
 berlangsung kurang dari 3 berintensitas ringan hingga fungsional dengan onset
 bulan. berat dan konsisten. mendadak atau lambat dan
 berintensitas ringan hingga
Setelah dilakukan tindakan
 berat dan konstan.
keperawatan selama 1x4 jam
 pasien diharapkan: Tindakan:
1.  Keluhan nyeri (4) 1.   Identifikasi respon
2.  Perasaan takut nyeri non verbal
mengalami cidera 2.   Jelaskan penyebab
 berulang (4) nyeri
3.   Jelaskan strategi
Keterangan: meredakan nyeri
1.   Meningkat 4.   Ajarkan teknik
2.   Cukup meningkat nonfarmakologi untuk
3.  Sedang  pengurangan nyeri.
4.  Cukup menurun 5. 
Menurun
4
Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Integritas
Kulit Jaringan Kulit

Definisi: Definisi: Definisi:


Kerusakan kulit dermis Keutuhan kulit dermis atau Mengidentifikasi dan
dan atau epidermis atau epidermis atau jaringan merawat kulit untuk
 jaringan membran mukosa, mukosa kornea, otot, tendon, menjaga keutuhan,
kornea, tendon, tulang, tulang, kartilago, kapsul sendi kelembaban, dan mencegah
kartilago, kapsul sendi dan dan atau ligemen. perkembangan
atau ligamen.  mikroorganisme
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x4 jam Tindakan:
 pasien diharapkan: 1.   Ajarkan menggunakan
1.   Kerusakan lapisan kulit  pelembab yang sesuai
(4) (lotion)
2.   Kemerahan (4)

Keterangan:
1.   Meningkat
2.   Cukup meningkat
3.  Sedang
4.  Cukup menurun 5. 
Menurun
5. Risiko infeksi

Definisi:
Beresiko mengalami
 peningkatan terserang organisme patogenik. 
Kontrol Resiko

Definisi: Kemampuan untuk mengerti, mencegah, mengeliminasi, atau mengurangi


ancaman kesehatan yang dapat dimodifikasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam


 pasien diharapkan:
1.   Kemampuan menghindari faktor resiko (2)
2.   Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko (2)

Keterangan:
1.   Meningkat
2.   Cukup meningkat 3.  Sedang
4.  Cukup menurun 5.  Menurun

Anda mungkin juga menyukai