Anda di halaman 1dari 6

Case 4

Tn. W berusia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan gatal, sesak napas dan kaki yang
membengkak. Sesak dirasakan sepanjang waktu, dan tidak berkurang dengan beristirahat.
Pasien mengatakan sedikit BAK walaupun minum banyak. Pasien tidak memiliki riwayat DM
namun memiliki hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pitting edema pada
ekstremitas inferior, TD: 170/90 mmHg, RR: 27 x/ menit, Hb: 6,5 g/dl, ureum 70 mg/dl, kreatinin
7,2 mg/dl, GFR: 7,9 ml/mnt. Pasien direncanakan akan menjalani hemodialisa dan pemasangan
AV Shunt. Diagnosa: Chronic Kidney Diseas.

a. Istilah yang asing/ unfamiliar dalam kasus

1. Pitting edema (bengkak) yaitu bengkak dimana sulit kembali saat di tekan, dan non-pitting adalah
bengkak yang bentuk tidak berubah bila ditekan

2. Ekstremitas inferior, atau sering disebut anggota gerak, adalah perpanjangan dari anggota tubuh
utama yang merupakan perpanjangan dari abdomen bagian bawah

3. Ureum dan kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal normal.

4. AV Shunt adalah sambungan buatan yang dibuat oleh ahli bedah vaskular, arteri ke pembuluh darah

5. Chronic kidney diseas adalah Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi
saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal.

b. Jawablah pertanyaan berikut ini?

1. Mengapa Tn. W mengalami mengalami keluhan gatal? Bagaimana mekanisme terjadinya


gatal tersebut? Jelaskan

2. Mengapa Tn. W mengalami sesak napas dan kaki membengkak? Bagaimana mekanisme
terjadinya sesak napas dan kaki membengkak tersebut? Jelaskan

3. Mengapa Tn. W mengalami sedikit BAK walaupun minum banyak? jelaskan

4. Mengapa hipertensi dapat menyebabkan penyakit CKD? jelaskan

5. Apa fungsi AV shunt dan hemodialisa? Cantumkan gambarnya

i). Tingginya kadar ureum pada pengidap gagal ginjal kronis diyakini menjadi penyebab utama terjadinya
pruritus. Meski begitu, beberapa hal ini bisa memicu terjadinya gangguan biokimia sistemik yang
mengacu pada rasa gatal karena pruritus atau infeksi, rekasi antigen, keratinin,CKD, sekresi protein
terganggu,uremia,pruritis dan gangguan integritas kulit
ii). CKD,retensi,tekanan,volume,edema,kelebihan volume cairan,pada paru,gangguan pertukaran
gas,penyebab terjadinya sesak nafas Penumpukan cairan pada paru.

Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).

Anemia (kurangnya sel darah merah) dan penyebab kaki membengkak Gangguan pada fungsi ginjal
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh, sehingga memicu terjadinya kaki
bengkak. Selain kaki bengkak, gejala penyakit ginjal lainnya adalah nafsu makan menurun, mudah lelah,
sesak napas, dan jarang buang air kecil.

Vi.) Ketika pembuluh darah menjadi rusak, nefron yang menyaring darah tidak menerima oksigen dan
nutrisi yang mereka butuhkan agar berfungsi dengan baik. Inilah sebabnya tekanan darah tinggi atau
hipertensi adalah penyebab utama kedua gagal ginjal atau CKD

V.) Fungsi AV Shunt untuk menyambungkan (anastomosis) arteri dan vena pada lengan atau bagian
tubuh lain dengan tujuan menjadikan sambungan tersebut sebagai akses hemodialisis.

Fungsi hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut
yang membutuhkan dialysis waktu singkat.

Bab 3: Tinjauan teori Chronic Kidney Disease

1. Pengertian

Gagal ginjal kronik, atau chronic kidney disease (CKD), merupakan suatu kondisi kesehatan di mana
terlihat adanya penurunan bertahap dari fungsi ginjal. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk
menyaring produk sisa dan cairan berlebih dari tubuh, yang kemudian dikeluarkan melalui urine.

Walaupun pada tahap awal tidak terlalu banyak gejala yang dapat timbul, saat penyakit ginjal kronik
mencapai tahap yang cukup lanjut, dapat terjadi penumpukan cairan, elektrolit, dan produk sisa dalam
tubuh.

2. Penyebab

Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang membebani ginjal dan dapat
merupakan akibat dari beberapa penyakit. Beberapa kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan
penyakit ginjal kronik adalah:

- Tekanan darah tinggi, yang seiring dengan berjalannya waktu dapat menambahkan beban pada ginjal
dan menghambat fungsi normal dari ginjal.

- Diabetes, karena jumlah gula yang melebihi batas normal dalam darah dapat menyebabkan kerusakan
pada filter yang ada di ginjal.
- Kolesterol tinggi, yang dapat menyebabkan penumpukan deposit lemak di pembuluh darah yang
memberikan pasokan darah ke ginjal.

- Infeksi pada ginjal , Penghambat aliran urine, seperti batu ginjal atau pembesaran prostat.

- Pengunaan obat-obat tertentu dalam jangka panjang.

3. Tanda & Gejala

Tanda dan gejala dari gagal ginjal kronik dapat bertambah dalam hal intensitas seiring dengan
berjalannya waktu. Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah:

- Mual

- Muntah

- Penurunan nafsu makan

- Kelelahan

- Gangguan tidur

- Perubahan frekuensi berkemih

- Penurunan konsentrasi

- Kram pada otot

- Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki

- Gatal yang menetap

- Sesak napas

4. Faktor Resiko

Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseroang mengalami penyakit gagal ginjal
kronis, antara lain:

- Usia. Karena usia yang makin bertambah, maka risiko penyakit ini juga meningkat.

- Suku. Mereka yang merupakan keturunan Afrika, Amerika, dan suku asli Amerika memiliki risiko lebih
tinggi dibandingkan dengan ras lainnya.

- Jenis Kelamin. U
mumnya laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit ini.

- Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga juga merupakan salah satu faktor pemicu diabetes dan hipertensi
yang berakhir pada gagal ginjal kronis.

- Sering Konsumsi Makanan Tinggi Protein dan Lemak. Konsumsi makanan tinggi protein dan lemak bisa
tingkatkan risiko terkena gagal ginjal.

- Penggunaan Jenis Obat Tertentu. Ada baiknya untuk menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu
yang dapat merusak ginjal, misalnya golongan analgesik (obat penghilang rasa sakit).

5. Komplikasi

- Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan kadar kalium yang
tinggi dalam darah.

- Penyakit jantung dan pembuluh darah.

- Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.

- Anemia atau kekurangan sel darah merah.

- Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.

6. Fatofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang direpresentasikan oleh penurunan laju
filtrasi glomerulus yang berujung pada berbagai komplikasi.

Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh terhadap laju filtrasi
glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju filtrasi glomerulus dengan meningkatkan
kerja nefron yang masih sehat ketika ada nefron yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan
kompensasi hipertrofi pada nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan
faktor yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis.

Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju ini lebih banyak
dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan otak. Selain itu, filtrasi glomerulus
bergantung pada tekanan intra dan transglomerulus sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif
terhadap gangguan hemodinamik [3].

Peningkatan dasar plasma kreatinin dua kali lipat kurang lebih merepresentasikan penurunan laju filtrasi
glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma kreatinin dasar senilai 0.6 mg/dL yang meningkat menjadi 1.2
mg/dL, (masih dalam batas normal), menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron.

Peningkatan tekanan kapiler glomerulus dapat menjadi cikal bakal glomerulosklerosis fokal dan/atau
segmental yang kemudian dapat berakhir menjadi glomerulosklerosis global. Membran filtrasi
glomerulus memiliki muatan yang negatif, sehingga membuat hal tersebut menjadi penghalang dari
makromolekul anionik. Dengan penghalang elektrostatik ini, protein pada plasma dapat menembus
filtrasi glomerulus.

7. Pathway

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut.

- Pemeriksaan Darah Lengkap

- Hemoglobin dapat ditemukan turun akibat anemia penyakit kronis yang terjadi pada penyakit ginjal
kronis.

- Kadar Kreatinin Darah

Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengestimasi laju filtrasi glomerulus pada pasien.

- Elektrolit dan Analisa Gas Darah

Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan komplikasi berupa hiperkalemia dan metabolik asidosis.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah. Pada analisa gas darah, perhatikan
kadar HCO3 dan pH untuk melihat ada tidaknya metabolik asidosis.

- Urinalisis

Pada urinalisis, dapat ditemukan hematuria dan/atau proteinuria. Dapat juga ditemukan
mikroalbuminuria (30 – 300 mg/24 jam)

- Ultrasonografi Ginjal

Pada pemeriksaan USG, dapat ditemukan ukuran ginjal yang mengecil, adanya obstruksi atau
hidronefrosis dan batu ginjal.

- X-ray dengan Kontras

Foto polos intravenous pyelography dapat bermanfaat pada penyakit ginjal kronik yang dicurigai terjadi
akibat batu ginjal. Namun, dokter harus mempertimbangkan potensi toksisitas ginjal akibat penggunaan
kontras intravena tersebut. Kontras dikontraindikasikan pada pasien dengan laju filtrasi glomerulus <60
mL/min/1.73 m2.
Foto polos abdomen dapat bermanfaat untuk melihat batu ginjal radioopak tetapi pemeriksaan ini
bersifat tidak spesifik.

- CT Scan dan MRI Abdomen

CT-scan abdomen dapat melihat batu saluran kemih, massa atau kista ginjal. Kontras intravena
dikontraindikasikan pada pasien dengan LFG < 60 mL/min/1.73 m2.

MRI dapat melihat massa ginjal dengan lebih jelas, misalnya pada karsinoma sel renal. Kontras dengan
gadolinium tidak direkomendasikan pada laju filtrasi glomerulus < 30 mL/min/1.73 m2.

- Biopsi Renal

Biopsi renal umumnya diindikasikan jika diagnosis etiologi penyakit ginjal kronis tidak jelas. Biopsi juga
bermanfaat untuk memandu tata laksana penyakit ginjal kronis yang diakibatkan oleh etiologi tertentu,
misalnya lupus.

9. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai