OLEH: KELOMPOK IV
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
rahmat serta kasih setia yang dianugrahkan-Nya kepada kita semua khususnya
pada penyusun yang telah menyelesaikan tugas makalah tentang “Pemeriksaan
Laboratorium Gangguan Fungsi Ginjal” yang telah di selesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Batu Ginjal
Batu ginjal merupakan salah satu penyakit pada ginjal dikarenakan
adanya endapan asam urat dan juga garam kalium di bagian dalam ginjal
yang selanjutnya akan mengalami proses pembentukan kalsium karbonat
sehingga akan membuat aliran urine menjadi terhambat dan bisa membuat
rasa nyeri.
Gejala yang biasa dirasakan ialah munculnya rasa sakit ketika anda
sedang buang air kecil (kencing) dan juga urine akan menjadi sulit untuk
keluar dari bagian tubuh. Cara tepat untuk mencegahnya ialah dengan
tidak membiasakan diri menahan kencing dalam waktu yang lama dan
sering – seringlah minum air. Sedangkan cara mengobatinya ialah dengan
memusnahkannya menggunakan sinar laser (alat medis).
2. Uremia
Uremia merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan karena
adanya timbunan urea di bagian dalam darah sehingga bisa menyebabkan
keracunan. Penyakit ini bisa dikatakan akibat dari penyakit gagal ginjal
yang bisa menimbulkan urea menjadi tidak bisa dikeluarkan dari dalam
tubuh dan kemudian akan menumpuk di bagian dalam darah.
Penyebab terjadinya uremia antara lain dikarenakan terlalu banyak
obat-obatan, protein, gangguan yang terjadi pada aliran kemih dan juga
tekanan darah rendah. Gejala yang bisa dirasakan meliputi perubahan
mental, kelainan jantung, kram otot, kelainan endokrin, penurunan berat
badan, koagulopatmual, anoreksida, asidosis, muntah, mual, anemia, dan
cepat lelah. Cara mengobatinya ialah dengan cara melakukan proses
dialisis yang digunakan untuk mengurangi kadar urea.
3. Pyelonephritis
Pyelonephritis merupakan salah satu penyakit karena terjadinya
peradangan terhadap jaringan ginjal dan juga pelvis. Pyelonephritis
diakibatkan karena bakteri dan bisa menjadi penyakit kronis. Penyakit ini
bisa saja mengalami penyebaran sampai ke bagian utama dari ginjal dan
selanjutnya mengakibatkan gagal ginjal.
Gejala yang sering dirasakan ialah sakit ketika buang air kecil
(kencing), demam, dan juga jantung berdetak lebih kencang. Cara
mengobatinya yakni dengan melakukan pemberian antibiotik, namu harus
sesuai dengan aturan yang ada.
4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan salah satu kelainan karena ginjal tidak bisa
menjalankan fungsinya secara norma sebagai alat untuk menyaring darah.
Gagal ginjal bisa sangat membahayakan dan bisa mengakibatkan
kematian. Ginjal tidak bisa membuang zat-zat yang tidak diperlukan dari
tubuh. Pada akhirnya zat-zat tersebut akan menumpuk semakin banyak di
bagian dalam darah dan juga bisa meracuni tubuh.
Penyebab utama dari gagal ginjal ialah terjadinya kerusakan nefron
yang bisa diakibatkan oleh kadar obat-obatanyang terlalu berlebihan.
Kelainan ini sulit dan bahkan tidak bisa untuk disembuhkan. Solusinya
adalah hanya melakukan cuci darah secara rutin dan juga teratur agar bisa
mengurangi kadar racun yang ada di bagian dalam darah. Cara lainnya
ialah dengan melakukan operasi cangkok ginjal sehingga bisa digunakan
untuk menggantikan ginjal yang sudah rusak.
5. Nefritis
Nefritis merupakan salah satu penyakit karena adanya kerusakan
pada bagian glomerulus ginjal yang disebabkan oleh suatu reaksi alergi
racun yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus. Pada saat bagian
tersebut rusak, maka glomerulus tidak bisa berjalan dengan baik.
Selanjutnya suatu molekul besar seperti halnya protein akan bisa
masuk ke bagian dalam glomerulus dan tidak bisa keluar sehingga bisa
mengakibatkan suatu pembengkakan yang terjadi pada kaki karena
adanya penimbunan urea. Solusinya ialah dengan melakukan cangkok
ginjal ataupun melakukan cuci darah hingga memperoleh donor ginjal.
6. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik merupakan kelainan karena keluar protein dari
dalam tubuh dengan jumlah yang besar melewati urine. Hal tersebut akan
mengakibatkan kekurangan kadar protein di bagian dalam darah sehingga
bisa memunculkan penyakit lainnya meliputi tekanan darah tinggi,
malnutrisi, kolesterol tinggi, penggumpalan darah, dan juga gagal ginjal.
Gejala yang dirasakan ialah terjadi pembengkakan pada area mata,
kaki, dan pergelangan kaki kemudian urine akan menimbulkan busa. Cara
mengobatinya ialah dengan melakukan penyembuhan terlebih dahulu
terhadap penyakit yang mengakibatkan timbulnya sindrom ini.
7. Glomerulonephritis
Glomerulonephritis merupakan penyakit karena ditemukannya
darah dan juga protein di bagian dalam urine yang disebabkan oleh
terjadinya suatu kerusakan pada bagian glomerulus. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh bakteri streptococcal. Bakteri tersebut akan menyerang
ketika kondisi daya tahan tubuh mengalami penurunan.
Selanjutnya bakteri itu akan menyerang bagian glomerulus
sehingga bisa terjadi suatu peradangan. Gejala ialah dengan adanya darah
pada urin, terjadi pembengkakan pada bagian jaringan tubuh, serta adanya
protein berlebih pada urin. Penyakit ini bisa sembuh sendiri tanpa adanya
pengobatan.
8. Anuria
Anuria merupakan penyakit karena gagalnya ginjal pada saat
melakukan produksi urine. Penyebabnya ialah kurang adanya tekanan saat
proses filtrasi pada darah atau pun adanya peradangan di bagian
glomerulus. Kurangnya suatu tekanan mengakibatkan darah menjadi tidak
bisa masuk ke bagian glomerulus, pada akhirnya proses filtrasi tidak akan
terjadi.
Ciri-ciri penyakit ini ialah produksi urin dalam 1 harinya jumlah
kurang dari 100 mililiter. Cara mengobatinya bisa dilakukan berdasarkan
penyebabnya. Proses pengobatan akan lebih mudah apabila diakibatkan
oleh kurang adanya tekanan. Solusinya dengan memasukkan alat bantu ke
bagian saluran urine yang arahnya menuju bagian kandung kemih.
9. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit karena adanya zat glukosa di
bagian dalam urine. Penyebabnya ialah karena kurangnya hormon insulin
dan pada akhirnya nefron tidak bisa melakukan aktivitas absorpsi glukosa
sehingga akan menjadi terbuang bersama dengan urine.
Diabetes melitus kebanyakan sulit untuk disembuhkan, tetapi bisa
dikontrol dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang kaya akan
karbohidrat, olahraga secara rutin, dan juga rajin meminum obat sesuai
dengan resep dokter.
10. Albuminuria
Albuminuria merupakan penyakit karena adanya banyak protein
albumin di bagian dalam urine. Penyebabnya ialah karena adanya
kerusakan pada bagian glomerulus dan akhirnya albumin akan bisa lolos.
Kerusakan biasanya adanya luka di bagian glomerulus.
Cara mencegahnya ialah dengan banyak makanan yang
mempunyai gizi yang seimbang dan juga banyak minum air secara rutin
berkisar 8 gelas setiap harinya. Cara mengobatinya ialah dengan cara
mencangkok ginjal.
11. Hematuria
Hematuria merupakan penyakit karena ditemukan sel darah merah
di bagian dalam urine. Penyebabnya ialah adanya suatu peradangan pada
bagian organ ginjal yang bisa muncul karena gesekan dengan batu ginjal.
Penyakit ini juga bisa diakibatkan oleh suatu kelainan pada bagian
glomerulus.
Ciri-cirinya ialah ketika sedang buang air kecil akan timbul darah
pada urine tersebut. Cara mengobatinya ialah dengan melakukan
penyembuhan terhadap penyakit yang mengakibatkannya.
12. Polisistik
Polisistik merupakan penyakit karena adanya kerusakan pada
bagian saluran ginjal yang mengakibatkan timbulnya kista di sepanjang
bagian saluran ginjal, dan akhirnya akan merusak nefron. Penyakit ini
bisa tumbuh dan berkembang menjadi penyakit gagal ginjal, terutama
pada usia sekitar empat puluh tahun ke atas. Polisistik banyak terjadi
karena faktor keturunan. Cara mengobatinya ialah dengan melakukan
diet, minum obat dan juga infus.
13. Sindrom Alport
Sindrom alport merupakan penyakit yang diakibatkan oleh faktor
genetik karena adanya perubahan pada gen di bagian tubuh. Penyakit ini
akan mengakibatkan glomelurus menjadi tidak bisa bekerja dengan baik.
Gejala yang dirasakan ialah tekanan darah tinggi, kaki dan tangan
bengkak, terdapat banyak protein pada urin, pendarahan saat
kencing,adanya gangguan pada pendengaran dan juga penglihatan. Cara
mengobatinya dengan melakukan cuci darah.
14. Kista Ginjal
Kista ginjal merupakan penyakit yang diakibatkan karena adanya
kista pada bagian ginjal. Kista yang bisa tumbuh akan membuat fungsi
ginjal menjadi terganggu. Gejalanya yakni infeksi pada saluran kemih,
ditemukan darah pada urin, sering buang air kecil, perut menjadi lebih
besar, sakit kepala dan rasa sakit pada bagian punggung.
Cara mengatasinya ialah makan makanan yang banyak terdapat
kandungan rendah garam di dalamnya, jangan sering memakan makanan
yang banyak lemak.
15. Kanker Ginjal
Kanker ginjal merupakan penyakit yang timbul pada bagian ginjal
kemudian akan mempengaruhi sistem kerja dari ginjal tersebut. Gejalanya
yakni timbulnya demam dan sembuh tanpa perawatan, cepat lelah,
turunnya berat badan secara drastis, timbulnya rasa nyeri pada bagian
tulang rusuk, ditemukan darah pada urin. Cara mengatasinya ialah dengan
melakukan operasi.
Alat:
1. Mikropipet 10 µl, 1000 µl
2. Tip biru, tip putih
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Sentrifus
6. Perlengkapan flebotomi
7. fotometer
Bahan
1. serum
2. reagen BUN
3. reagen standar BUN
Prosedur kerja
1. disiapkan alat dan bahan
2. dibuat larutan kerja dengan cara pipet 5 ml larutan R2 kemudian
masukkan kedalam botol R1, lalu homogenkan
3. cara kerja
Blanko Standar Sampel
Serum - - 10 µl
Standar - 10 µl -
Larutan kerja
didiamkan
pada suhu 37o 1000 µl 1000 µl 1000µl
C,selama 5
menit
4. dicampur dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 detik
5. diukur panjang absorbansinya pada panjang gelombang 340 nm
c. Pasca analitik
Kriteria kadar normal
Anak anak : 5-20 mg/dl
Dewasa : 5-25 mg/dl
Usia lanjut : kadar sedikit lebih tinggi dari dewasa
2. Pemeriksaan kreatinin
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot,
diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar
kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan
kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak
dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi kreatinin dalam urin dapat
diukur dengan menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24
jam.
Alat:
1. Mikropipet 10 µl, 1000 µl
2. Tip biru, tip putih,tip kuning
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Sentrifus
6. Perlengkapan flebotomi
7. fotometer
Bahan
1. serum
2. NAOH
3. reagen standar
4. asam pirik
Prosedur kerja
1. disiapkan alat dan bahan
2. larutan NAOH diencerkan dengan aquadest, setelah itu dicampur
denga larutan piktrat
3. cara kerja
blanko standar Sampel
Sampel - - 100 µl
Standar - 100µl -
c. pasca analitik
Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl
(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah
daripada pria)
4. Pemeriksaan Cystasin C
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan ringan fungsi ginjal
lebih mudah terdeteksi oleh CysC daripada kreatinin. Coll (2000) dalam
penelitiannya mendapatkan bahwa CysC serum mulai meningkat diatas nilai
normal pada LFG 88ml/menit,sedangkam kreatinin serum baru mulai meningkat
bila LFG sudah turun sampai 75ml/menit. Pada penurunan ringan fungsi ginjal
(LFG 50-83ml/menit) didapatkan CysC meningkat pada 100% pasien, sedangkan
kreatinin serum hanya meningkat pada 75% pasien. Newman et al pada
penelitiannya terhadap 469 pasien menyimpulkan bahwa selain merupakan
penanda LFG yang lebih baik daripada kreatinin serum, CysC juga merupakan
penanda yang lebih sensitif terhadap perubahan kecil LFG. Pada penurunan
fungsi ginjal ringan didapatkan CysC meningkat pada 71,4% pasien, sedangkan
kreatinin serum hanya meningkat pada 52,45 pasien.
Penelitian Herget-Rosenthal et al menemukan bahwa gagal ginjal akut
dideteksi 1,5 hari lebih cepat dengan serum CysC dibandingkan kreatinin.
Penelitian Hojs et al 2006, mendapatkan bahwa serum CysC penanda LFG yang
lebih baik dibandingkan kreatinin pada pasien yang mengalami kerusakan fungsi
ginjal derajat ringan sampai sedang (CKD stadium 2-3, LFG 30-
89/ml/menit/1,73m².9Penelitian Christensson et al 2004 yang meneliti 41 pasien
diabetes tipe 1 dan 82 pasien tipe 2, mendapatkan bahwa serum CysC secara
bermakna ebih baik dalam mendeteksi nefropati stadium awal atau ringa(LFG
<80mL/menit/1,73m²), dan tidak didapatkan perbedaan untuk mendeteksi
kerusakan ginjal lanjut (LFG <60mL/menit/1,73m²).13.
Keevil et al 1998 melaporkan bahwa penilaian LFG dengan CysC tidak
mengenal variasi diurnal seperti kreatinin, sedangkan variasi biologik lebih baik
dari kreatinin. Untuk kreatinin serum variasi inter-individual 93% dan variasi
intra-individual 7%, sedangkan untuk CysC variasi inter-individual 25% dan
variasi intra-individual 75%. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa CysC
adalah penanda yang lebih baik untuk mendeteksi gangguan fungsi ginjal
dibandingkan kreatinin, tetapi kreatinin masih baik untuk mendeteksi perubahan
sementara pada seseorang yang telah diketahui menderita penyakit ginjal.
Penelitian krishnamurthy et al 2010 pada 20 pasien sebelum dan sesudah
hemodialisis mendapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar serum CysC sesudah
dialisis, sedangkan kadar serum kreatinin mengalami penurunan, maka CysC
tidak dapat digunakan untuk memonitor adekuatnya hemodialisis, namun dengan
pemeriksaan CysC secara rutin pada pasien hemodialisis dapat membantu
memonitor klinis pasien secara keseluruhan.
Metode kedua presisinya lebih baik dari metode pertama dan interval
referensinya dilaporkan lebih konsisten, sehingga metode PENIA merupakan
metode terbaik untuk pemeriksaan CysC.7,8
5. eGFR Kreatinin
Penurunan Ringan : 60 – 89
Penurunan Sedang : 30 – 59
Penurunan Berat : 15 – 29
Jawaban:
Laju filtrasi glomerulus telah diterima secara luas sebagai indeks
terbaik untuk menilai fungsi ginjal. Pengukuran LFG merupakan hal yang
penting dalam pengelolaan pasien dengan penyakit ginjal. Selain untuk
menilai fungsi ginjal secara umum, banyak kegunaan penting pengukuran
LFG, seperti untuk mengetahui dosis obat yang tepat yang dapat
dibersihkan oleh ginjal, untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan
ginjal, mencegah gangguan ginjal lebih lanjut, mengelola pasien dengan
transplantasi ginjal, dan dalam penggunaan kontras media radiografik
yang berpotensi nefrotoksik. Karena itu diperlukan pemeriksaan LFG yang
mempunyai nilai akurasi yang tinggi.
Untuk menilai penurunan LFG, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan
efisiensi diagnostik CysC yang paling baik (98%)Nilai sensitivitas,
spesifisitas,dan efisiensi diagnostik CysC ini lebih baik dibandingkan
dengan kreatinin.Efisiensi diagnostik yang paling baik (88%)
Penelitian Herget-Rosenthal et al menemukan bahwa gagal ginjal
akut dideteksi 1,5 hari lebih cepat dengan serum CysC dibandingkan
kreatinin. Penelitian Hojs et al 2006, mendapatkan bahwa serum CysC
penanda LFG yang lebih baik dibandingkan kreatinin pada pasien yang
mengalami kerusakan fungsi ginjal derajat ringan sampai sedang CKD
stadium 2-3, LFG 30-89/ml/menit/1,73m².9
2. Seorang laki-laki (45 Tahun) dirawat karena gagal ginjal kronik (GGK).
Pasien mengeluh pusing, anoreksia, nausea dan vomitus sejak satu minggu
yang lalu. Dokter meminta petugas laboratorium untuk pemeriksaan fungsi
ginjal CCT.
Pembahasan:
1. Pemeriksaan ureum
2. Pemeriksaan kreatinin
3. Pemeriksaan CCT (Clearance Creatinine)
4. Pemeriksaan Cystasin C
3.2 Saran
Penuntun praktikum kimia klinik II. 2019. Jurusan analis kesehatan poltekkes
kemenkes kendari
Stevens LA and Levey AS, ‘Measured GFR as a Confirmatory Test for Estimated
GFR’,in Journal of the American society of nephrology, 2009, vol 20, 2305-
13
Toussaint N. (2012). Screening For Early Chronic Kidney Desease. The CARI
Guidelines. Australia: Saunder. P30-55