Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme
tubuh yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi)
dari dalam tubuh karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi
menjadi eliminasi unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme
dan mengeluarkannnya sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit
pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga
kehidupan
.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana anatomi fisiologi system perkemihan ?


Apa itu gangguan system perkemihan ?
Apa saja gangguan pada system perkemihan ?
Bagaimana pemeriksaan pada gangguan system perkemihan ?
Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan sytem perkemihan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas system perkemihan berupa makalah tentang
gangguan system perkemihan
2. Tujuan Khusus

SYSTEM PERKEMIHAN

21

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Untuk mengetahui definisi gangguan system perkemihan


Untuk mengetahui epidemiologi gangguan system perkemihan
Untuk mengetahui tentang pemeriksaan gangguan system perkemihan
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan system perkemihan
Untuk mengetahui terapi pada gangguan system perkemihan
Untuk mngetahui gejala klinis pada gangguan system perkemihan
Untuk mengetahui diagnose gangguan system perkemihan

D. Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai gangguan system perkemihan. Manfaat lain dari penulisan
makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat
dijadikan acuan dalm memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
gangguan system perkemihan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Definisi System Perkemihan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di

SYSTEM PERKEMIHAN

21

pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah
suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk
membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Definisi Gangguan System Perkemihan
System perkemihan pria meliputi system urinarius, system renalis dan
system genetalia atau organ reproduksi pria yang terdiri dari testis,
epididymis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat, dan penis. System
perkemihan pada wanita meliputi system urinarius dan system renalis
(Purnomo, 2005; Black & Hawk, 2005). Adapun gangguan system
perkemihan dapat berasal dari system renal atau urologi. Gangguan renal
merupakan kelainan pada fungsi ginjal dan gangguan urologi kelainan yang
mengenai kandung kemih, ureter, uretra dan kelenjar prostat di samping
kelainan struktur ginjal (Macaulay, 1997; Smeltzer dan Bare, 2008).
Gangguan renal misalnya Gangguan Ginjal Akut (GgGA) dan
Penyakit Ginjal Kronis (PGK), sedangkan gangguan pada urologi meliputi
gangguan pola berkemih. Trauma saluran kemih, obstruksi saluran kemih
berupa: tumor/kanker prostat, stricture uretra (Smletzer & Bare, 2008; Sellers,
2006).
B. Anatomy Fisiology System Perkemihan
1. Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari:

Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin

Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih)

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Satu vesika urinaria (VU) tempat urin dikumpulkan

Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Gambar 1: Anatomi System Perkemihan

a. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga
abdomen (retroperitoneal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit dibawah ginjal kiri
untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga kesebelas. Kedua ginjal di bungkus oleh dua lapisan
lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan (Guyton, 2009).

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Gambar 2: Ginjal Kiri Dan Ginjal Kanan


1) Fungsi ginjal:
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun
b) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
d) Mengeluarkan sisa-sisa 5inors5ism akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
2) Fascia Renalis terdiri dari:
a) Fascia (fascia renalis)
b) Jaringan lemak peri renal
c) Kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat
dengan erat pada permukaan luar ginjal
3) Struktur Ginjal

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut


kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna
cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna
cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla
renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus..
Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis 6inors yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
inors.

Gambar 3: Potongan
4) Potongan

Ginjal
membujur ginjal

Gambar 4:

Jaringan ginjal.

Warna biru

menunjukkan satu

tubulus
Struktur halus ginjal
terdiri dari

banyak nefron yang

merupakan

unit fungsional ginjal.

Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri

SYSTEM PERKEMIHAN

21

dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan


tubulus urinarius.
5) Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang
mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan
kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis
kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang
masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus
disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior.
6) Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke vesika urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Gambar 5: Ureter
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di
dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Gambar 6: Vesika Urianaria


Dinding kandung kemih terdiri dari:
1) Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2) Tunika muskularis (lapisan berotot).
3) Tunika submukosa.
4) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.

1) Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:


a) Urethra pars Prostatica
b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c) Urethra pars spongiosa.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Gambar 7: Uretra pada lelaki


2) Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara
clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Gambar 8: Uretra pada wanita

3) Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah


dan saraf.
c) Lapisan mukosa.
e. Urin (Air Kemih)
1) Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
memberi reaksi asam).
2) Komposisi air kemih, terdiri dari:
a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d) Pagmen (bilirubin dan urobilin).

SYSTEM PERKEMIHAN

21

e) Toksin.
f) Hormon.
3) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah
terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini
terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2.
b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord
(tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali
tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter
interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
4) Ciri-Ciri Urin Normal
a) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk.
b) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c) Baunya tajam.
d) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
C. Gangguan Pada Ginjal

SYSTEM PERKEMIHAN

21

1. Epidemiologi
Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi
oleh banyak kista. Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit
ini mengenai anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan
kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala akan timbul setelah pasien
berusia 30 tahun.
Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, mendesak
jaringan ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan
jaringan ginjal, yang. pada akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu
dilakukan pemeriksaan IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran
dengan kontras dari piala ginjal dan saluran-salurannya. Tindakan ini untuk
melihat fungsi sekresi dan ekskresi dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate
radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah ada kelainan pada ginjal.
3. Penatalaksanaan
Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal
polikistik meliputi :
1) Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
2) Pasien harus istirahat di tempat tidur.
3) Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk
melubangi kista, ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Persiapan untuk tindakan ini sama seperti persiapan pasien untuk
operasi pada umumnya.
4) Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal
ginjal. Bila ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik,
pasien mengalami gagal ginjal.
5) Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra,
dilatasi uretra dengan bougi, don drainase supra pubik.
4. Prognosis.
Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada
orang dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
kegagalan ginjal.
Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat
menyebabkan retensi kronik.
D. Gangguan Pada Ureter

SYSTEM PERKEMIHAN

21

1. Epidemiologi
Kanker sering terjadi. Dapat dianggap bahwa sekitar sepuluh persen
pria di atas usia enam puluh tahun terkena kanker prostat. Di bawah lima
puluh tahun, jarang atau tidak pernah terlihat, sementara di atas tujuh puluh
tahun di negara-negara Barat, kanker ini adalah tumor ganas pada pria yang
paling banyak terjadi. Insidensinya meningkat yang untuk sebagian
merupakan akibat meningkatnya diagnosis dini dan kanker prostat tanpa
gejala. Di seluruh dunia, ada banyak perbedaan dalam hal munculnya kanker
prostat. Di Asia Timur insidensinya rendah, sedangkan di Eropa Selatan dan
Amerika Latin insidensinya sedang. Dibandingkan dengan pria kulit putih di
Amerika Serikat, insidensi antara pria kulit hitam di AS, adalah dua kali lipat,
sementara pria di Jepang jarang terkena kanker prostat, dibandingkan dengan
orang kulit putih di AS.
Insidensinya juga rendah di antara pria kulit hitam di Afrika. Hormon
kelamin pria adalah penting, bahkan merupakan syarat utama pada
terjadinya kanker prostat; pada pria yang kelenjar testisnya diangkat (kebiri),
penyakit ini tidak tampak. Perbedaan mencolok dalam insidensi ini, tentu saja
menunjuk ke faktor-faktor eksternal. Faktor mana, anehnya, tidak jelas. Tentu
saja orang otomatis mengaitkannya dengan kebiasaan makan, dengan pola
mondial; lemak dan protein berlebihan. Namun, hal ini tidak pernah
dibuktikan. Tidak ada pegangan dalam memberikan nasihat untuk mencegah
kanker ini. Satu-satunya faktor risiko yang pasti adalah usia, tetapi penuaan
tidak dapat dihambat maupun dicegah. Pada sepuluh persen kanker prostat,
ada indikasi mengenai peranan faktor keturunan. Beberapa keluarga dipantau
sesuai skema penelitian tahunan tertentu dengan pemeriksaan rektal (DRE =
digital rectal examination) dan pemeriksaan darah (PSA = prostate spesific
antigen). Jika mencurigakan, dilakukan pemeriksaan endo-ekho, kalau perlu
diikuti biopsi lewat rektum. Jika tidak dapat ditunjukkan adanya sel-sel
tumor, sesudah setahun, pemeriksaan diulang.
2. Gejala Klinis

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam air kemih).


Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul, atau di perut bagian bawah.
3. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan urografi
intravena atau urografi retrograd. CT scan dapat membantu membedakan
tumor dengan batu ginjal atau bekuan darah dan menunjukkan pertumbuhan
kanker.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh air kemih bisa
menunjukkan adanya sel-sel kanker. Ureteroskopi atau nefroskopi digunakan
untuk mengamati atau kadang untuk mengobati tumor yang kecil.
4. Terapi
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal
dan ureter (nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik
atau jika penderita hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan
pengangkatan ginjal, karena penderita akan tergantung kepada dialisa. Jika
kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi.
E. Gangguan Pada Vesika Urinaria
1. Epidemiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko :
a. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
b. Merokok,merupakan faktor resiko utama
c. Lingkungan kerja Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahanbahan
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker inikarena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
karsinogenik (penyebabkanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia,
kulit.
1) Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis)
2) Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan
penyakitlainnya

SYSTEM PERKEMIHAN

21

3) Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko
terkecil terdapatpada orang Asia.- Pria, memiliki resiko 2-3 kali
lebih besar.
4) Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang
menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi
untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya
perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker ini
2. Gejala Klinis
Gejalanya bisa berupa:
a. hematuria (adanya darah dalam air kemih)
b. rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih
c. desakan untuk berkemih
d. sering berkemih.
3. Diagnosa
Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit
ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker.
Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari
urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi
traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada
daerah yang dicurigai.
4. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
b. Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya
ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.
c. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam
kandung kemih.
d. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan
mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
e. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
5. Terapi
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis
tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit,
dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana
perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada
karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan
kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin

SYSTEM PERKEMIHAN

21

dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah


digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi
yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih
segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung
kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol
dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan.
Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung
kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi
pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi
dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk
sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien
mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan
apparatus penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas
penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai
kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada
penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang
tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti
yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
F. Gangguan Pada Uretra
1. Epidemiologi
Meskipun sampai saat ini penyebab pasti dari kanker kandung
kemih belum diketahui, beberapa faktor risiko untuk penyakit ini telah
diidentifikasi. Faktor risiko terbesar bagi berkembangnya kanker kandung
kemih adalah merokok. Ketika orang merokok, karsinogen diserap ke paruparu dan masuk ke aliran darah. Darah kemudian disaring oleh ginjal dan
limbah tersebut kemudian dikonversi dalam urin, yang kemudian akan
dialirkan ke kandung kemih untuk keluar dari tubuh. Namun, karsinogen dari
tembakau tetap di sel urin dan menyebabkan kerusakan kandung kemih, hal
ini lah yang berpotensi menyebabkan kanker.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Paparan bahan kimia tertentu juga meningkatkan risiko kanker


kandung kemih. Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan pewarna
sangat erat kaitannya dengan perkembangan kanker kandung kemih. Zat
kimia seperti amina aromatik yang sering digunakan di pabrik-pabrik yang
memproduksi kulit, karet, cat, dan produk lain juga dicurigai sebagai pemicu
kanker kandung kemih.
Orang yang sering terpapar bahan-bahan seperti zat penata rambut,
melukis dan bahan percetakan lebih berpotensi kanker kandung kemih
disbanding mereka yang bekerja di industri lain. Faktor risiko lain untuk
kanker kandung kemih meliputi:
a. Ras Kaukasia
b. Laki-laki dewasa
c. Pertambahan usia
d. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
e. Kandung kemih cacat lahir
f. Peradangan kronis kandung kemih (cystitis)
g. Tidak cukup mengkonsumsi cairan
2. Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria),
yang mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau
bisa juga tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air
kemih bisa tersumbat, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam
berkemih atau aliran air kemih menjadi lambat dan sedikit.
3. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui dan merasakan adanya
benjolan di dalam uretra. Pada pria, sebuah sitoskopi bisa dimasukkan ke
dalam penis untuk melihat uretra. Jika ditemukan sel atau tanda-tanda
kelainan, maka diambil contoh jaringan untuk diperiksa dengan mikroskop
(biopsi).
4. Terapi
Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan cara:
a. Pembedahan : Terapi penyinaran, menggunakan sinar X dosis tinggi atau
sinar energi tinggi lainnya untuk membunuh sel-sel kanker Kemoterapi,
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker uretra terdiri dari:

SYSTEM PERKEMIHAN

21

1) Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker.


Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau
bedah.
2) Terapi laser.
3) Sistouretrektomi (pengangkatan kandung kemih dan uretra).
Pada pria, sebagian penis yang mengandung kanker uretra bisa
diangkat melalui pembedahan yang disebut penektomi parsial. Kadang
dilakukan pengangkatan seluruh penis (penektomi).
Setelah sebagian atau seluruh penisnya diangkat, bisa dilakukan
bedah plastik untuk membuat penis yang baru .
Pada wanita bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat uretra,
kandung kemih dan vagina,Untuk membuat vagian baru, dilakukan bedah
plastik.
Kanker uretra anterior
a) Untuk wanita:
Elektrofulgurasi
Terapi laser
Terapi penyinaran eksternal atau internal
Terapi penyinaran diikuti oleh pembedahan atau terapi
pembedahan saja untuk mengangkat uretra dan organ di
panggul bawah (eksanterasi anterior) atau untuk mengangkat
tumornya saja (jika kecil). Dibuat saluran baru untuk
membuang air kemih (diversi uriner).
b) Untuk pria:
Elektrofulgurasi
Terapi laser
Penektomi parsial
Terapi penyinaran.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendiagnosis tumor ganas pada serviks uterus tidaklah sulit, apalagi bila
tingkatannya sudah agak lanjut. Dengan memperhatikan perubahan diplastik dari
epitel servik, penanganan yang sederhana tetapi benar akan menghindarkan
wanita dari kanker serviks. Bilamana deteksi dini dapat diupayakan, maka angka
kematian wanita karena kanker serviks pastinya akan berkurang.
Kanker buli buli atau juga disebut vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karisoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
banyak mengenai laki- laki dari pada wanita pada usia lanjut. Karsinoma bulibuli yang masih dini merupakan tumor superfisia.
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui, tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki faktor resiko seperti
usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan bertambahnya
usia ,dan merokok faktor utama.
Adapun penanganan bagi pasien menderita penyakit buli-buli
1. Pembedahan
2. Radiasi eksternal
3. Kemoterapi.
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
Dosen pembimbing ataupun rekan-rekan semua agar untuk kedepannya akan
menjadi lebih baik semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

SYSTEM PERKEMIHAN

21

Anda mungkin juga menyukai