Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan

Dosen Pembimbing : Herni Kurnia, SST, M. Keb

Disusun Oleh :
Ervin Erpiana Anggraeni
Fadila Qurrota Ayun
Fina Fitriyana
Novalia
Ria Fitrianny
Saarah Maimunah
Siti Rahayu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Anatomi Fisiologi Kehamilan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.

Pada penyusunan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima


kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini baik dalam bentuk dukungan materil maupun moril.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh


karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk lebih menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri maupun bagi
pembaca umumnya.

Tasikmalaya, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi wanita ....................................................3
B. Konsepsi ...........................................................................................................26
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi............................................36
D. Evidence Based pada Pemeriksaan HCG .........................................................53
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................55
B. Saran ...............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan anatomi mengenai organ reproduksi wanita sangat
perlu dimiliki oleh bidan karena pengetahuan tentang organ ini
bersangkutan dengan lahirnya bayi. Disamping itu, dengan mengetahui
anatomi organ reproduksi wanita, bidan dapat memahami aspek-aspek
klinis pada saat seorang wanita hamil, bersalin maupun nifas. Dalam
masa kehamilan timbul perubahan – perubahan pada anatomi
reproduksi kehamilan, dalam masa persalinan terdapat perubahan-
perubahan pembukaan jalan lahir dan pada masa nifas terjadi adanya
proses yang disebut involusi. Disamping itu, agar bidan mengerti proses
fisiologi (faal normal) atau patologi (faal tidak normal) lahirnya bayi,
maka bidan memerlukan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi
kehamilan ini.
Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua bagian yaitu sistem
reproduksi eksterna (mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum dan verineum) sistem reproduksi interna
(vagina,uterus,serviks, tubafallopiidanovarium) (Hanidkk,2011).
Dengan adanya kehamilan, maka akan terjadi perubahan pada organ
wanita baik secara fisiologis dan psikologis. Perubahan tersebut
sebagian besar adalah karena pengaruh hormon yaitu peningkatan
hormon estrogen progesteron (Hani dkk,2011).
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan
peradaban manusia, kehamilan baru bisa terjadi ketika seorang wanita
telah mengalami pubertas yang di tandai dengan terjadinya menstruasi
(Hani dkk, 2011).
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam
satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi

1
ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan
kesiapan untuk memelihara bayi. Kehamilan menyebabkan terjadinya
perubahn-perubahan baik anatomis maupun fisiologis pada wanita
hamil (Wahyuni dkk 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organ reproduksi wanita interna dan
eksterna ?
2. Apa sajakah macam-macam panggul ?
3. Bagimana proses siklus hormonal terjadi ?
4. Bagaimana proses fertilisasi, nidasi dan sirkulasi plasenta ?
5. Bagimana proses pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses
terjadinya kehamilan pada manusia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari organ reproduksi wanita
interna dan eksterna
b. Untuk mengetahui macam-macam jenis panggul
c. Untuk mengetahui proses siklus hormonal
d. Untuk mengetahui proses fertilisasi, nidasi dan sirkulasi plasenta
e. Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan hasil
konsepsi

BAB II

2
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga
pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Genetalia Interna dan Eksterna
a. Alat genitalia wanita eksterna

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita


1) Mons veneris / Mons pubis
Merupakan bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak)
berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.

2) Bibir besar (Labia mayora)

3
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan terdiri dari:
a) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
b) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
3) Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral
dan 7 anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive
analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.

6) Perineum

4
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
7) Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
8) Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
9) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
b. Alat genitalia wanita interna

Gambar 2.2 Organ Interna Wanita

1). Vagina

5
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan
rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke
dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra,
fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yang terletak di 10 pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup

6
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-
3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri
dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan
endometrium.
a) Peritoneum
(1) Meliputi dinding rahim bagian luar
(2) Menutupi bagian luar uterus
(3) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
(4) pembuluh darah limfe dan urat saraf
(5) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b) Lapisan otot
(1) Lapisan luar: seperti “Kap” melengkung dari fundus
uteri menuju ligamentum
(2) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
(3) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah
terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat
terhenti.
c) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum

7
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
d) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo
pelvikum (suspensorium ovari) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum
uterinum.
(1) Ligamentum latum
i) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul
ii) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar
dan mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
iii) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
iv) Ligamentum rotundum (teres uteri)
v) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
vi) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
vii) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
(2) Ligamentum infundibulo pelvikum
i) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
ii) Menggantung uterus ke dinding panggul
iii) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum
ovarii proprium

8
(3) Ligamentum kardinale machenrod
i) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
ii) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
iii) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
(4) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod
menuju os sacrum
(5) Ligamentum vesika uterinum
i) Dari uterus menuju ke kandung kemih
ii) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga
dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan

e). Pembuluh darah uterus

(1)Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang


dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
(2) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.

f). Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom


dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui
ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.

3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas

9
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum
tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba
terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
a) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot
rahim mulai dari osteum internum tuba.
b) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar
uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
c) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk “s”.
d) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.

Fungsi tuba fallopi :

1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai


kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat
ovulasi.
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi.
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil
konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
mengadakan implantasi.
4) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon
steroid.

10
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum
melalui mesovarium. Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a) Korteks ovarii
1) Mengandung folikel primordial
2) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de
graff
3) Terdapat corpus luteum dan albikantes
b) Medula ovarii
1) Terdapat pembuluh darah dan limfe
2) Terdapat serat saraf
5) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium :
a) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
d) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

2. Anatomi Panggul
a. Tulang Panggul
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan
dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.
Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis
sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis
pubis (Cunningham, et al, 2010).

11
Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik
dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu: Panggul
palsu Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum.
Panggul sejati Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu:
arpertura pelvis superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior
(pintu bawah panggul) (Baun, 2005).
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati
kedua pembukaan panggul sejati ini (Amatsu Therapy Association and
Amatsu Association of Ireland, 2006).

Gambar 2.1. Gambaran anteroposterior panggul normal wanita dewasa.


Digambarkan diameter anteroposterior (AP) dan Transversal (T) pintu atas
panggul. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

b. Bidang Diameter Panggul


Panggul memiliki empat bidang imajiner:
1) Bidang pintu atas panggul (apertura pelvis superior).

12
Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria,
cenderung lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter
pintu atas panggul yang biasa digunakan: diameter anteroposterior,
diameter transversal, dan diameter oblik. Diameter anteroposterior
yang penting dalam obstetrik adalah jarak terpendek antara
promontorium sakrum dan simfisis pubis, disebut sebagai konjugata
obtetris. Normalnya, konjugata obstertis berukuran 10 cm atau lebih,
tetapi diameter ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal.
Konjugata obsteris dibedakan dengan diameter anteroposterior lain
yang dikenal sebagai konjugata vera. Konjugata vera tidak
menggambarkan jarak terpendek antara promontorium sakrum dan
simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat diukur secara langsung
dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis, konjugata obstetris
diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur jarak tepi bawah
simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata diagonalis, dan
hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.

Gambar 2.2. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul:


konjugata vera, konjugata obstetris dan konjugata diagonalis yang dapat

13
diukur secara klinis. Diameter anteroposterior panggul tengah juga
diperlihatkan. (P = promontorium sakrum; Sim = simfisis pubis). Sumber:
Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

2) Bidang panggul tengah (dimensi panggul terkecil).


Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika, atau bidang dimensi
panggul terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement kepala
janin pada partus macet. Diameter interspinosus, berukuran 10 cm atau
sedikit lebih besar, biasanya merupakan diameter pelvis terkecil.
Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran
paling kecil 11, 5cm.

Gambar 2.3. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter


anteroposterior dan transversal pintu atas panggul serta diameter
transversal (interspinosus) panggul tengah. Konjugata obstetris
normalnya lebih dari 10 cm. Sumber: Cunningham, et al. Williams
Obstetrics, 23rd ed.
3) Bidang pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior).
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai segitiga.
Area-area ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik antara
dua tuberositas iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di ujung

14
sakrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan
tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus
pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan yaitu:
anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.

Gambar 2.4. Pintu bawah panggul dengan diameter-diameter yang


penting. Perhatikan bahwa diameter anteroposterior dapat dibagi menjadi
diameter sagital anterior dan posterior. Sumber: Cunningham, et al.
Williams Obstetrics, 23rd ed. d. Bidang dengan dimensi panggul terbesar
(tidak memiliki arti klinis). (Cunningham, et al., 2010)
c. Bentuk-bentuk Panggul
Caldwell dan Moloy mengembangkan suatu klasifikasi panggul yang
masih digunakan hingga saat ini. Klasifikasi Caldwell-Molloy
didasarkan pada pengukuran diameter transversal terbesar di pintu atas
panggul dan pembagiannya menjadi segmen anterior dan posterior.
Bentuk segmensegmen ini menentukan klasifikasi panggul menjadi:
panggul ginekoid, anthropoid, android, ataupun platipeloid. Karakter
segmen posterior menentukan tipe panggulnya, dan karakter segmen
anterior menetukan kecenderungannya. Kedua hal ini ditentukan karena
kebanyakan panggul bukan merupakan tipe murni, melainkan campuran,
misalnya, panggul ginekoid dengan kecenderungan android berarti
panggul posteriornya berbentuk ginekoid dan panggul anteriornya
berbentuk android. (Cunningham, et al., 2010).

15
Gambar 2.5. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis
yang melintasi diameter transversal terlebar membagi pintu atas menjadi
segmen posterior dan anterior. Sumber: Cunningham, et al. Williams
Obstetrics, 23rd ed.

Panggul ginekoid dianggap sebagai panggul normal wanita,


sementara panggul android merupakan varian dari panggul pria. Panggul
android lebih sering ditemukan pada wanita dengan akitvitas fisik yang
berat selama masa remaja. Panggul android juga ditemukan pada wanita
yang mengalami keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah usia 14
bulan, sementara panggul platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita
yang memiliki kemampuan posisi tegak sebelum umur 14 bulan (Leong,
2006).

3. Siklus Hormonal
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa kehamilan berguna
untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin,
persiapan tubuh untuk menghadapi persalinan dan nifas.
Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan terutaman
disebabkan oleh produksi estrogen dan progesteron plasenta serta hormon-
hormon lain. Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan.

16
Banyak hormon peptida dan steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
pada kondisi tak-hamil, justru dihasilkan oleh jaringan intra uterus selama
kehamilan. Apa persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut terhadap
konsentrasi hormon sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin
muncul, belum sepenuhnya dipahami.
Banyak hormon melakukan aksinya secara tidak langsung, yakni
dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan,
banyak dari substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan
aktivitan yang mencolok. Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan
didalam uterus, namun tidak semua menunjukkan fungsi endokrin yang
jelas. (Sulistyawati, Ari. 2009)
Berikut ini akan dijelaskan tentang perubahan-perubahan hormonal
selama kehamilan.
a. Hormon Estrogen Dan Progesteron
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan hormonal yang ditandai
dengan meningkatnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Siklus
peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron seringkali
mengubah komposisi mikrobiota biofilm, biologis jaringan gingiva dan
pembuluh darah.
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil. Sedangkan
Progesterone di produksi lebih banyak dibanding estrogen. Pada akhir
kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone
menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di abdomen,
punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan energy baik
pada masa hamil maupun menyusui. (Indrayani,2011).

Pengaruh estrogen dan progesteron


Estrogen Progesteron
Pengaruh – pengaruh Umum

17
Menyebabkan pertumbuhan baik Peningkatan sekresi, mengendurkan
ukuran maupun jumlah sel (relaksasi otot polos)
Pengaruh-pengaruh Khusus
Menyebabkan penebalan Menyebabkan penebalan
endometrium sehingga ovum yang endometrium sehingga ovum yang
sudah dibuahi dapat berimplantasi sudah dibuahi dapat berimplantasi,
menyebabkan relaksasi
Menyebabkan hipertropi dari Merelaksasi otot-otot polos dan
dinding uterus dan peningkatan berakibat :
ukuran-ukuran pembuluh darah dan  Meningkatnya waktu
limpatik sehingga mengakibatkan pengosongan lambung dan
peningkatan vaskularisasi, kongesti peristaltik
dan oedem. Perubahan ini  Meningkatkan gastrik refluks
menyebabkan adanya tanda karena relaksasi cardiac spincter
chadwick, tanda goodeli dan tanda sehingga timbul rasa panas dalam
hegar. perut (heartbum)
 Penurunan motilitas
gastrointestinal sehingga
konstipasi
Pembuluh arteri dan vena relaksasi
dan dilatasi sehingga meningkatkan
kapasitas vena dan venula
Hipertropi dan hiperplasia jaringan  Menjaga peningkatan suhu basal
payudara ibu
 Merangsang perkembangan sistem
alveolar payudara
 Dengan hormon relaksin
mengendurkan jaringan ikat, otot
dan ligamen sehingga dapat terjadi
nyeri punggung

b. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama
kehamilan, karena ditekan oleh estrogen dan progesteron plasenta.
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting yang
mempengaruhi sistem organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi
estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal.

18
Maka dari itu, ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam
patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon seks steroid
dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel
spesifik periodontal, dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa
perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal :
1) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan
kedalaman saku periodontal.
2) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi
3) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
4) Peningkatan sejumlah pathogen periodontal (khususnya
Porphyromonas gingivalis).
5) Peningkatan sintesis PGE2.
c. Cortisol
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan kadar kortisol
meningkat. Fungsi kortisol untuk mempertahankan homeostasis dan
meningkatkan gula darah.
Membantu mobilisasi asam – asam amino dari jaringan ibu sehingga
asam – asam amino ini dapat dipakai untuk sintesis jaringan fetus.
Bersamaan dengan kerja estrogen, menyebabkan kecenderungan wanita
hamil normal untuk mereabsorbsi kelebihan natrium dari tubulus ginjal
ibu dan oleh karena itu, retensi cairan, biasanya akan mengarah ke
hipertensi yang dipicu oleh kehamilan.
d. Aldosteron, Renin dan Angiostensin
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu
pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler
sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu
ke 10-20.
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan

19
vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi
terlentang. Hal itu akan berdampak pada pengurangan darah balik vena
ke jantung hingga terjadi penurunan preload dan cardiac output yang
kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial.
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada
pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke
ginjal. Pada posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun
jika dibandingkan dengan posisi miring.
Setelah minggu ke 15 kehamilan, aldosteron meningkat besar sekali,
menyebabkan retensi natrium dan air. Kadar aldosteron, Renin dan
Angiostensin yang meningkat menyebabkan naiknya volume
intravaskuler.
e. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah suatu hormon peptide
yang memperpanjang lama kehidupan korpus luteum oleh korion yang
sedang berkembang.
Selama kehamilan LH (Luteinizing Hormone) tidak diproduksi karena
peningkatan kadar progesteron, sehingga sekresi LH tertekan sebagai
akibat umpan balik negative oleh progesteron kadar tinggi. HCG = LH
memiliki fungsi merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar
tidak berdegenerasi. Selama kehamilan korpus luteum kehamilan
bertambah besar, semakin banyak menghasilkan estrogen dan
progesteron sekitar 10 minggu sampai plasenta mengambil alih sekresi
hormon – hormon ini (Sherwood, 2001).
Sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk
menyelamatkan korpus luteum dari kematian, sekresi puncak HCG
terjadi kurang lebih selama 60 hari ( 2 bulan ) setelah periode menstruasi
terakhir. Pada minggu ke 10 kehamilan sekresi HCG menurun dan
dipertahankan selama kehamilan. HCG menurun karena korpus luteum
sudah tidak dibutuhkan untuk menghasilkan hormon – hormon steroid

20
karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesteron
dalam jumlah yang bermakna. HCG dieleminasi dari tubuh melalui urin,
sehingga keberadaan hormon ini dapat dideteksi sampai bulan pertama
kehamilan / kurang lebih 2 minggu setelah telat menstruasi.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG), yang diproduksi oleh
plasenta yang sedang berkembang, memastikan bahwa indung telur
Anda memproduksi estrogen dan progesteron sampai plasenta matang
dan mengambil alih produksi hormon-hormon ini sekitar bulan ketiga
sampai keempat. Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat
menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6 minggu.
Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat
produksi estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormon-hormon
yang dikeluarkan oleh janin.
Tes kehamilan dilakukan untuk mendeteksi keberadaan HCG. Hasil
tes kurang sensitif pada 4-10 hari setelah terlambat menstruasi atau 3
minggu setelah konsepsi. Sel trofoblast ovum yang baru mengalami
fertilisasi mengeluarkan hormon HCG yang berfungsi mempertahankan
corpus luteum. Corpus luteum menghasilkan lebih banyak hormon
estrogen dan progesteron yang menyebabkan endometrium terus
tumbuh dan menyimpan zat-zat gizi dalam jumlah besar. Kadar HCG
mencapai puncak pada sebelum 16 minggu, dari 18 minggu ke atas
relatif konstan.
f. Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas
tirotrofik (mungkin karena subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan
produksi TSH maternal dapat ditekan pada trimester pertama kehamilan,
yakni ketika hCG mencapai kadar maksimal. TSH menunjukkan respon
yang lemah terhadap injeksi TRH pada trimester pertama, namun
kemudian respons tersebut kembali normal. Beberapa peneliti
mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual dan

21
muntah yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik
setelah trimester pertama. Hiperemesis gravidarum, yang merupakan
gejala mual dan muntah yang ekstrem dan patologis, dapat disebabkan
oleh hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4 bebas
yang tinggi dan supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi
tiroid masih dianggap normal selama sisa periode kehamilan.
Kebutuhan yodium maternal meningakat akibat proses transpor aktif ke
unit fetoplasenta dan karena peningkatan ekskresi yodium di urine.
Penurunan kadar yodium dalam plasma menyebabkan peningkatan
ambilan yodium dalam darah. Jika diet sudah kekurangan yodium,
kelenjar tiroid akan mengalami hipertofi untuk menangkap banyak
yodium. ( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku
Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
g. HPL (Human Placental Lactogen)
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai
2 gram /hari. Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan.yang juga
bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
Mulai disekresi pada minggu ke-5 kehamilan meningkat secara
progresi selama kehamilan. Merupakan hormon metabolik umum yang
mempunyai dampak nutrisi spesifik bagi ibu dan fetus (janin).
Fungsi :
1) Membantu perkembangan payudara
2) Sebagai hormon pertumbuhan
3) Menyebabkan penurunan glukosa ibu sehingga menyediakan glukosa
dalam jumlah lebih banyak bagi fetus untuk memenuhi nutrisi fetus
4) Merangsang pelepasan asam lemak bebas dari tempat penyimpanan
lemak pada ibu, jadi memberikan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu
h. Prolaktin Inhibiting Hormone (PIH)

22
Mammae akan membesar akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progestreon, akan tetapi belum mengeluarkan ASI.
Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran sedangkan progesteron
menambah sel – sel asinus pada mammae. Somatomammmoatropin
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan
perubahan pada sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin,
laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi.
Dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk
lemak disekitar kelompok- kelompok alveolus, sehingga mammae
menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak, dan
tampak lebih hitam, seperti seluruh aerola mammae karena
hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol
dipermukaan aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari
puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut
kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan
warnanya agak kuning.
Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu
belum berjalan oleh karena prolaktin ditekan oleh PIH (Prolaktine
inhibiting hormone). Postpartum dengan dilahirkanya plasenta pengaruh
estrogen, progesteron, dan somatomammotropin terhadap hipotalamus
hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target
organ. Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak
dini, sebab mengisap menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk
melepaskan oksitosin dan prolaktin, secara berturut-turut. Stres dan rasa
takut mengurangi sintesis dan pelepasan prolaktin sebab kondisi tersebut
meningkatkan sintesis dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama
dua atau tiga hari pertama puerperium, prolaktin menyebabkan

23
pembesaran payudara, karena alveoli terisi penuh oleh susu. Oksitosin
yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini
mengalirkan ASI kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir
subareola. Selain itu, oksitosin dapat menghambat pelepasan dopamin,
yang akan meningkatkan keberhasilan proses laktasi. ( Sumber :
Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Jakarta : EGC)
i. Pankreas
Janin membutuhkan glukosa dalam jumlah yang signifikan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan, janin tidak saja menghabiskan simpanan glukosa ibu,
tetapi juga menurunkan kemampuan ibu mensintesis glukosa. Kadar
glukosa darah ibu menurun. Insulin ibu tidak dapat menembus plasenta
untuk sampai ke janin. Akibatnya, pada awal kehamilan pankreas
menurunkan produksi insulinnya.
Seiring dengan peningkatan usia kehamilan, plasenta tumbuh dan
memproduksi hormon HPL, estrogen dan progesteron dalam jumlah
yang lebih besar. Produksi kortisol oleh kelenjar adrenal juga
meningkat. Estrogen, progesteron, HPL dan kortisol secara kolektif
menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin.
Kortisol secara stimultan menstimulasi peningkatan produksi insulin
dan meningkatkan resistensi perifer ibu terhadap insulin (misal: jaringan
tidak dapat menggunakan insulin). Insulinase adalan enzim yang
dibentuk plasenta untuk melemahkan aktifitas insulin ibu. Penurunan
kemampuan ibu untuk mengeluarkan insulinnya sendiri adalah suatu
mekanisme protektif yang menjamin suplai glukosa untuk mencukupi
kebutuhan unit fetoplasental.

24
Akibatnya, tubuh wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin.
Pankreas dapat memenuhi kebutuhan insulin yang secara kontinu tetap
meningkat sampai usi kehamilan aterm.
j. MSH (Malanophore Stimulating Hormone )
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu. Pigmentasi ini disebabkan pengaruh malanophore stimulating
hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon
yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai
kloasma gravidum.
Di daerah leher terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga aerola
mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai
linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak,
warna berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae livide.
Setelah partus, striae livide berubah warna menjadi putih, disebut striae
albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae livide
bersama striae albikantes.
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah
pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah
kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit
genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang setelah
melahirkan.

B. Konsepsi
1. Ovum dan Spermatozoa

25
a. Ovum
Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan oleh
ovarium dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda dengan
hewan (termasuk manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur
yang terlindung oleh bakal biji (ovulum). Sel telur manusia, berbentuk
bulat, berdiameter lebih-kurang 145 µm, dengan jumlah kromosom 23
(haploid / n). Pewarisan sifat (informasi genetik) dari pihak
wanita,terdapat dalam sel telur ini.Sel telur manusia, tidak dapat
diperbaharui. (Rukiyah, 2011).
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di
genetalia ridge.
Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
1) Oogonia
2) Oosit pertama ( Primary Oocyte)
3) Primary ovarianfillicel
4) Liquorfolliculi
5) Pematangan pertamaovum
6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
b. Spermatogenesis
Secara embrional,spermatogonium berasal dari sel primitive
tubilustestis. Setelah bayi laki–laki lahir, jumlah spematogenium yang
ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa
pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel
spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah
spermatogenesis. Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ):
1) Spermatogenium, membelah dua
2) Spermatosid pertama, membelah dua
3) Spermatosid kedua, membelah dua
4) Spermatid, kemudian tumbuhmenjadi
5) Spermatozoon ( sperma)

26
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi:
a. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur,
ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan
sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu,
penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor,
psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah
ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.

b. Masalah ovulasi
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar
hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat
disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid
). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara
hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan

27
yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada
fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik, yang
meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin
dapat juga menggangu siklus normal.
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan
tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan
menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi,
area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama
hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang
bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH.
FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan
produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan
produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga
dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar
hipofisis. (Wylie, 2010).
2. Fertilisasi Dan Implantasi
a. Fertilisasi

28
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-
mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba
abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial. Jutaan spermatozoa
ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.
Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa yang dapat terus ke kavum uteri
dab tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian
ammpula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah
siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai
kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan
peningkataan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih
mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hialuronidase.
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi
neliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan
ovum. Diakhiri dengn fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa
yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, sel spermatozoa harus
melalui korona radiata yaitu dua lapisan yang menutupi dan encegah
ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu seprmatozoa. Suatu molekul
komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian
mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu
aakrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus
zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi
dengan membran plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-granula
dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan

29
glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu
materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Poses ini
mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran
nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya
seluruh mtokondria pada manusia berasal dari Ibu. Masuknya
spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang
masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya
(pemelahan meiosis kedua). Sesudah anafase keudian timbul telofase ,
dan benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang
hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa
juga telaah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua prronukleus saling menekati dan bersatu membentuk zigot
yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada
manusii terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom autosom dan 2
kromosom kelamin pada seoang laki-laki satu X dab satu Y. Sesudah
pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22
kromosom autosom dan 1 kromosom X atau 22 kromosom autosom dan
spermatozoa mempunyai 22 kromosom autosom serta 1 kromosom Y.
Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom autosom
serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin
laki-laki. Sedangkan yang memiliki 44 kromosom autosom serta 2
kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung banyak asam amino dan enzim. Setelah pembelahan
ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan
lancaar dan dalam 3 hari sudah terbentuk suatu kelompok sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi beradda dalam stadium morula. Energi untuk

30
pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus makin
berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona
pelusida tetap utuh atau dengan kata lain besarnya hasil konsepsi tetap
sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismik dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit)
dn terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia
pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
b. Implantasi / Nidasi

Implantasi atau nidasi adalah proses menempelnya embrio (tahap


blastosis) pada endometrium induk/dinding rahim sehingga terjadi
hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput endir rahim
atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut
blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di
bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini
berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi
plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai
yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan
kehamilan terkait dengan keberhasilan implantasi, produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah
maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas

31
terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan
menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.
Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi,
dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini berukuran besar dan
mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas. Implantasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara
trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif setempat yaitu
inhibitor sitokinin dan protease. Keberhasilan implantasi dan plasentasi
yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan
endometrium.
Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblas dalam proses
implantasi akan berlanjut dengan berbagai penyakit dalam kehailan.
Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis maternal lemah atau tidak
terjadi maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan
sindrom preeklamsia. Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta
menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu hipertensi maternal.
Kenaikan tekanan darah ibu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat,
sehingga terjadi infark plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblas yang tidak
terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti
mola hidatidosa dan koriokarsinoma.
Dalam tahap implantasi, trofoblas antara lain menghasilkan hCG.
Produksi hCG meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan
untuk kemudian turun lagi secara berangsur. Diduga bahwa fungsinya
antara lain untuk mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus dan
menghasilkan progesteron sampai plasenta dapat menghasilkan
progesteronnya sendiri. Hormon hcG inilah yang menentukan ada atau
tidaknya kehamilan.

32
Blastokista dengan bagian yang mengandung inner cell aktif mudah
masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian
menutup kembali. Kadang-kadang pada saat impantasi yakni pada saat
masuknnya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka
desidua (tanda Hartman).
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian
dimana massa inner cell berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang
menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila
sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium,
maka terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa.
Setelah implantasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh
dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan
dari arah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofblas di sisi bagian
dalam dan sinsiotrofoblas di sisi bagiaan luar. Kondisi ini kritis tidak
hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga untuk melindungi janin yang
tumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal.
Bila implantasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blstokista.
Sel-sel yang lebih kecil yang lebih dekat pada ruang eksoselom,
membentuk ektoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang besar
menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion.
Proses Implantasi berlangsung melalui tiga tahap yaitu Apposisi,
Adhesi, dan Invasi.
1) Apposisi
Apposisi dapat diartikan sebagai upaya berhadap-hadapan untuk
dapat saling melekatkan diri denga suatu proses tertentu. Proses ini
dimulai dengan ditembusnya zona pelusida oleh sitoplasma dari
trofektoderm sebagai cikal bakal dari trofoblas sel.
2) Adhesi
Dalam proses perlekatan mengikutsertakan molekul perlekatan
diantaranya intergins dan selektins. Pada pembentukan desidualisasi

33
dan permukaan embrional, endometrium dipenuhi oleh bahan
ekstraseluler terutama laminin dan fibronection yang dapat menjadi
perantara dengan sel pelekat. Demikianlah blastokis melalui
trofektodermnya mengadakan ikatan dengan menggunakan bahan
ekstraseluler sehingga dapat berikatan atau melekat dengan sel
pelekat terutama intergin, dan diikuti oleh invasi.
3) Invasi
Implantasi merupakan proses yang kompleks, mulai dari kontaknya
epitelial endometrium, destruksi jaringan ikat dan sampai invasi
pembuluh darahnya sehingga terbentuk retroplasenter sirkulasi,
serta tertanamnya hasil konsepsi keseluruhannya. Invasi trofoblas ke
dalam endometrium serta terbentuknya plasenta, ternyata
merupakan proses biologis enzimatik yang kompleks yang
berlangsung terus sehingga pada hari ke 12-13 pembuluh darah vena
mulai terbuka sehingga pada saat itu, terjadi pemberian nutrisi dari
ekstraseluler matriks dan darah vena.
Proses implantasi dengan tertaanamnya hasil konsepsi di dalam
endometrium, terjadi perubahan posisi endometrium sebagai berikut
:
a) Desidua kapsularis, bagian dari endometrium yang menutupi hasil
konsepsi.
b) Desidua parietalis, desidua yang tidak berhubungan dengan proses
kehamilan. Setelah minggu ke-14 desidua kapsularis dan desidu
parietalis bersatu karena kavum uteri menghilaang sesuai dengan
tumbuh kembangnya janin dalam uterus.
c) Desidua reflekta atau desidua vera, desidua yang terletak diantara
desidu parietalis dan desidua kapsularis atau perubahan antara
desidua kapsularis menjadi desidua parietalis

34
d) Desidua basalii, desidua yang berhubungan langsunng dengan
plasenta dan memberikan nutrisi kepada janin sehingga tumbuh
kembangnya menjadi sempurna.

Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam


ovulasi. coitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan
menyediakan spermatozoa pada tubafalopii yang siap menerima kedatangan
ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa
ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya. Metode berikut dapat dipergunakan
untuk menilai hari ovulasi:
1. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak
6bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1
keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu
ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini
diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan
menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan
wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka
penghitungan demikian tidak mungkindilakukan.
2. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh
sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat
sebelum mulai nya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah
ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap
bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam
24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode
ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya
infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang–kadang terjadi akibat dari
pemberian obat misalnya aspirin.

35
3. Perubahan lendir serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan
peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas )
sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina
maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat
mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi
pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk
memperhatikan hal ini. (Prawirohardjo, 2009)
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
1. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan lunar atau
9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HTMT). Akan tetapi
sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir. Dengan demikian umur janin pascakonsepsi ada
selisih kira-kira dua minggu, yakin 266 hari atau 38 minggu. Usia
pascakonsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan
janin.

36
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahin sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta
sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin yang
sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang-kurangnya dari
saat ovulasi.

Pertumbahan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting


yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi
belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan, Embrio (mudigah) antara
3-8 minggu dan sudah terdapat rancangan berbetntk alat-alat tubuh dan
janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur di atas 8 minggu.

a. Pertumbuhan Janin
1) Perkembangan Awal Embrio
Segera setelah fertilasim, zigot yang dihasilkan mulai
mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan atau
cleavage. Melalui serangkaian tahapan, massa sel yang membelah
disebut morula. Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan yang
masuk kedalam sel, morula menjadi blastosit. Blastosit inilah yang
tertahan pada lapisan uterus. Saat proses implantasi berakhir pada
hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilasi, periode embrionik telah
dimulai.
2) Perkembangan Embrio Lebih Lanjut
a) 14 hari pertama. Blastula diberi makan oleh sitiplasmanya
sendiri. Pembuluh darah primitive untuk embrio mulai
berkembang pada mesoderm.
b) Hari ke 14-28. Pembuluh darah embrio berhubungan dengan
pembuluh darah pada villi chorion plasenta primitive. Sirkulasi
embrio/maternal dengan demikian telah terbentuk dan darah
dapat beredar.
Perkembangan yang terjadi pada janin;

37
(1) Kepala embrio dapat dibedakan dari badannya.
(2) Tunas-tunas tungkai dan lengan telah tampak.
(3) Terjadi sikap fleksi yang terjadi secara perlahan.
(4) System utama didalam tubuh telah ada dalam bentuk
rudimenter.
(5) Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.
c) Hari ke 28-42. Panjang embrio kira-kira 12 mm pada akhir
minggu ke enam.
Perkembangan janin;
(1) Dengan mulai memanjang dan tangan mendapatkan
bentuknya.
(2) Timbul mata dan telinga rudimenter.
(3) Telinga tampak, tetapi terletak lebih rendah.
(4) Gerakan pertama dapat dideteksi dengan ultrasound mulai
dari munggu ke enam.
d) Minggu ke 8. Menandai akhir dari masa embrio.
b. Perkembangan Fetus
1. Minggu ke 8-10
Perkembangan janin :
a) Kepala mempunyai ukuran kira-kira sama dengan tubuh.
b) Lebeh lebih panjang sehingga dagu tidak menyentuh tubuh.
c) Pusat-pusat penulangan/osifikasi muncul pada tulang
rawan/kartilago.
d) Terbentuk kelopak mata, tetapi tetap menutup sampai minggu le-
25 usus mengalami penonjolan/herniasi kedalam Funiculus
umbilicalis karena tidak tersedia cukup ruang di dalam perut.
e) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada abdomen.
Apabila perut ibu diraba terlalu keras maka fetus akan bergerak
menjauh.
2. Minggu ke 12

38
Perkembangan janin :
a) Panjang tubuh kira-kira 9 cm dan berat 14 gram.
b) Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh.
c) Traktus renalis mulai berfungsi.
d) Terdapat reflex menghisap dan menelan.
e) Genitalia eksterna telah tampak dan dapat di tetapkan jenis
kelaminnya.
3. Minggu ke 12-16
Perkembangan janin :
a) Panjang badan kira-kira 16 cm pada akhir.
b) Minggu ke-16 dengan berat 100 gram.
c) Kulit sangat tembus pandang/transparan sehingga vasa darah
dapat terlihat.
d) Deposit (timbunan) lemak subkutan terjadi menjelang minggu
ke-16.
e) Rambut mulai tumbuh pada kepala dan lanugo (bulu halus)
mulai tumbuh pada tubuh.
f) Tungkai lebih panjang daripada lengan.
4. Minggu ke 16-20
Perkembangan janin;
a) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang.
b) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan.
c) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada
tempatnya yang normal.
d) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh dengan
sempurna.
e) Tungkai mempunyai proporsi relative yang baik terhadap tubuh.
f) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x (walaupun sinar-x
tidak digunakan untuk keperluaan diagnosis).

39
g) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat seperti salep)
akan melapisi tubuh fetus/janin.
h) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan
minggu ke-18.
i) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop setelah minggu
ke-20.
j) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7-17 ml urine
dikeluarkan setiap 24 jam.
5. Minggu ke 20-24
Perkembangan janin :
a) Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu sedikit lemak
subkutan.
b) Lanugo menjadi lebih gelap dan verniks caseosa meningkat.
c) Dari minggu ke-24 dan seterusnya, fetus akan menyepak dalam
merespon rangsangan (stimulus) misalnya bising yang keras dari
luar.
d) Bayi tampat tenang apabila ibu mendengerkan musik yang
tenang dan merdu.
e) Semua organ telah tumbuh.
f) Pemberian sakarin (gula) kedalam cairan ketuban
memperlihatkan adanya kecepatan menelan dua kali lebih besar.
6. Minggu ke 24-28
Perkembangan janin :
a) Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan baik.
b) Rambut menutupi kepala.
c) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan
kerutan kulir berkurang.
d) Testes mengalami penurunan dari abdomen ke dalam skrotum
pada minggu ke-28.

40
e) Fetus yang lahir pada akhir masa ini mempunyai angka kematian
atau mortalitas yang tinggi karena gangguan pernapasan atau
respirasi.
7. Minggu ke 28-32
Perkembangan janin :
a) Lanugo mulai berkurang.
b) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak disimpan disana.
c) Testis terus menurun.
8. Minggu ke 32-36
Perkembangan Janin :
a) Lanugo sebagian besar telat terlepas atau rontok tetapi kulit
masih tertutup oleh vernix caseosa.
b) Testis fetus laki-laki terdapat didalam skrotum pada minggu ke
36.
c) Ovarium perempuan masih berada di sekitar cavitas pelvic.
d) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari.
e) Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat abdomen.
9. Minggu ke 36-40
Perkembangan Janin :
a) Penulangan atau osifikasi tulang tengkorak masih belum
sempurna. Tetapi keadaan ini merupakan keuntungan dan
memudahkan lewatnya fetus melalui jalan lahir.
b) Gerakan pernafasan fetus dapat di identifikasi pada pemindaian
ultrasound. Sekarang terdapat cukup jaringan lemak subkutan,
dan fetus mendapat tambahan berat badan hampir 1 kg pada
minggu tersebut.
2. Struktur dan fungsi amnion
a. Struktur amnion
Amnion (air ketuban) merupakan elemen dari kehamilan
yang sangat penting untuk diketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan

41
acuan dalam menentukan diagnosa kehamilan dan kesejahteraan
janin. Ukuran cavitas amniotica yang makin meningkat, sebagian
disebabkan oleh fetus yang berkembang dan sebagian oleh adanya
cairan yang timbul mulai kehamilan 4 minggu.
Cairan amnion ini terutam berasal dari sel-sel membrane
amnion, yaitu ectoderm. Urine fetus ditemukan dalam cairan amnion
sejak minggu ke-4 dan urine ini terutama terdiri atas air karena
produk limbah diekskresikan lewat system sirkulasi fetal-maternal.
Setelah 20 minggu, cairan dari paru-paru fetus juga masuk ke dalam
cairan amnion. Terkadang cairan ini disebut liquor amnii, yaitu
cairan jernih berwarna seperti jerami dengan reaksi alkalis sehingga
dapat dibedakan dari urine ibu setelah pecahya membrane.
Komposisi; 99% air dan 1% zat-zat padat, yang meliputi;
protein, lemak, urea, asam urat, karbohidrat, garam mineral, enzim-
enzim, hormone plasenta, pigmen empedu, verniks kaseosa, lanugo
dan sel-sel fetus yang mengelupas.
b. Fungsi Amnion ( Cairan Ketuban)
1) Cairan amnion atau air ketuban berfungsi saat hamil :
a) Melindungi fetus terhadap trauma dari luar
b) Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas
c) Memungkinkan anggota badan fetus berkembang dan
bergerak tanpa saling menekan satu sama lain tanpa tertekan
oleh badan fetus atau dinding uterus.
d) Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai
peredam goncangan (shock absorber)
e) Menstabilkan suhu intrauteri
2) Pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap utuh
sampai persalinan telah maju, maka cairan amnion :
a) Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala fetus
terhadap tekanan

42
b) Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril
c) Bekerja sebagai baji (wedge) untuk membantu dilatasi serviks
d) Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah
plasenta
e) Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat
sebelum kelahiran pada saat saccus amnionticus pecah.
3. Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Tali Pusat
Tali pusat merupakan bagian janin yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin, meskipun tidak menutup kemungkinan juga
tali pusat dapat menyebabkan penyulit persalinan, misalnya pada kasus
lilitan tali pusat.
a. Struktur tali pusat
1) Terdiri atas 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis.
2) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.
3) Di dalamnya terdapat jaringan lembek, yang dinamakan selai
Warthon. Selai Warthon berfungsi melindungi 2 arteri dan 1 vena
umbilikalis yang berda dalam tali pusat.
4) Panjang rata – rata 50 cm.
b. Fungsi tali pusat
1) Media transportasi nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh
janin.
2) Media transportasi untuk pengeluaran sisa metabolisme janin ke
tubuh inu.
3) Media tranportasi zat antibodi dari ibu ke janin.
c. Sirkulasi tali pusat
Kedua arteri dan satu vena yang berda dalam tali pusat
menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta.

43
Gambar 2. sirkulasi tali pusat
Kelainan insersi:
a) Insersi lateral : insersi pada pinggir plasenta
b) Insersi battledore : insersi pada tepi plasenta
c) Insersi velamentosa : insersi pada membrane plaasenta

4. Struktur, fungsi, dan sirkulasi plasenta


a. Struktur Plasenta
1) Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal 2-2,5 cm.
2) Berat rata-rata 500 gram.
3) Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus.
4) Terdiri atas dari 2 bagian :

44
a) Pars maternal : bagian plasenta yang menempel pada
desidua. Terdapat kotiledon (rata-rata 20 kotiledon).
Dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin.
b) Pars fetal : terdapat tali pusat (insersio,penanaman tali
pusat).
Insersio sentralis : penanaman tali pusat di tengah plasenta.
Insersio marginalis : penanaman tali pusat di pinggir
plasenta.
Insersio velamentosa : penanaman tali pusat di selaput
janin/selaput amnion.

Gambar 3. Struktur Plasenta


b. Fungsi Plasenta
1) Memberi makan kepada janin
2) Ekskresi hormone
3) Respirasi janin, tempat pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan
ibu
4) Member hormone estrogen

45
5) Menyalurkan berbagai antibody dari ibu
6) Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya
mikroorganisme atau kuman.
Fungsi utama plasenta adalah:
1) Alat metabolisme
Terutama pada saat kehamilan muda. Plasenta mensintensi
glikogen, kolestrol dan asam lemak yang merupakan persediaan
nutrient dan energy untuk embrio.
2) Alat transfer
Ada 5 mekanisme zat lewat selaput plasenta yaitu:
a) Difusi sederhana
Difusi sederhana tergantung pada perbedaan kadar,
konstanta difusi dan luar permukaan difusi. Zat-zat yang
lewat plasenta dengan cara ini adalah oksigen,
karbondioksida, karbonmonoksida. Beberapa senyawa/obat
dengan molekul kecil dapat pula lewat dengan cara ini.
Karena heparin bermolekul besar, ia tidak dapat melewati
plasenta.
b) Difusi yang dipercepat / dipermudah.
Contoh yang nyata adalah transport glukosa dari ibu ke janin.
c) Transport aktif
Zat yang lewat dengan transport aktif antara lain adalah
asam amino esensial dan vitamin yang larut dalam air.
d) Pinositosis
Pinositosis adalah suatu bentuk transport dengan cara
memasukka zat secara utuh.
e) Kebocoran
Ini terjadi karena adanya kerusakan pada villi, sehingga
selaput plasenta robek. Contoh pada saat persalinan, pada

46
saat ini sel darah janin dapat dengan mudah memasuki
sirkulasi maternal.
c. Sirkulasi Plasenta
Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terjadi pada hari ke-17, saat
jantung embrio mulai berdenyut. Pada minggu ke-3, darah embrio
bersikulasi diantara embrio dan villi korion.
Darah fenosa (tanpa oksigen) meninggalkan janin melalui
arteri umbilikalis dan masuk kedalam plasenta. Didalam villi ia
membentuk system arteri-kapiler-vena. Villi ini terbenam dakam
lacuna (pada saat ini adalah spasium intervilosum) sehingga
sebenarnya tidak terdapat percampuran darah antara darah vena
janin dan darah ibu. Darah arteri (teroksigenasi) masuk kedalam
janin melalui vena umbilikalis. Darah maternal masuk kedalam
spasium intervilosum dengan cara menyemprot. Karena perbedaan
tekanan yang tinggi antara tempat masuknya darah (60-70 mmHg)
dengan tekanan diantara villi (20 mmHg) maka darah sempat
berputar-putar disekitar villi. Pada saat inilah pertukaran gas dan
nutrient antara janin dan ibu terjadi. Selanjutnya darah materal
masuk kembali melalui vena dalam endometrium. Kecepatan aliran
darah uteroplasenta naik selama kehamilan, dari kira-kira 50 ml/
pada minggu ke-10 sampai 500-600 ml/menit pada saat aterm.

5. Sirkulasi Darah Janin

47
Gambar 4. Sirkulasi darah janin
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis
yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali
pusat sekitar 125 ml/kg/bb permenit atau sekitar 500 ml permenit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam
vena cava inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava inferior
mengalir melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel
kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh. Darah yang
mengandung karbon dioksida dari tubuh bagian atas, emmasuki
ventrikel kanan melalui vena cava superior.
Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteiosus. Darah ini
kembali ke plasenta melalui aorta, arteri iliaka interna dan arteri
umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen

48
ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari curah jantung yang sudah
terkombinasikan kembali ke plasenta tanpa melalui paru – paru.
6. Menentukan Usia Kehamilan
Cara menghitung usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu dengan menghitung hari berdasarkan HPHT, dengan
mengukur tinggi fundus uteri, dengan mengetahui pergerakan pertama
janin serta dengan USG.
a. Rumus Naegele
1) Usia kehamilan dihitung 280 hari
2) Patokan HPHT atau TP
HPHT adalah hari pertama haid terakhir seorang wanita
sebelum hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan
anamnesis pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan,
maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Haid
terakhir tersebut harus normal, baik dari lamanya maupun dari
banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstrurasi dengan frekuensi dan lama seperti
menstruasi yang seperti biasa.
TP adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa
ditentukan setelah HPHT di dapatkan. Berikut rumus yang
digunakan:
TP : Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT dikurang 3
Tahun HPHT ditambah 1 (jika bulan lebih dari 4-12)
TP : Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT dikurangi 3
Tahun HPHT ditambah 1 (jika bulan lenih dari 1-3)
Jika dari HPHT: dihitung secara rinci hari – hari yang sudah dilalui
dimulai dari HPHT sampai tanggal waktu perhitungan.

49
Contoh HPHT: 15 Juli 2007, tanggal perhitungan 23 maret 2008
Jika dihitung berdasarkan bulan yang dijalanio adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah Hari Jumlah Minggu Sisa hari
Juli (sisa) 15 2 1
Agustus 31 4 3
September 30 4 2
Oktober 31 4 3
November 30 4 2
Desember 31 4 3
Januari 31 4 3
Februari 28 4 -
Maret 23 3 2
(berjalan)
Total 33 19 = 2 – 3
minggu
Usia kehamilan (UK) = 33 + 2 = 35 minggu
atau
33 + 3 = 36 minggu
34 – 36 minggu

Jika dari TP:


Dihitung secara rinci hari – hari yang belum dilalui secara
mundur dimulai dari TP sampai tanggal waktu perhitungan,
kemudian mengurangi dari 40 minggu (bulan aterm) dengan hasil
hitungan.
Contoh :
HPHT 15 Juli 2007, tanggal perhitungan 23 Maret 2008

50
a) Menghitung TP = HPHT, hari ditambah 7, bulan dikurang 3 dan
tahun ditambah 1, atau hari ditambah 7 bulan ditambah 9 tahun
tetap.
Contoh : 15 – 07 – 2007
15 – 03 – 2007
+07 – 03 – 1
+7 + 09 + 0
22 – 04 – 2008
22 – 12 – 2007
b) Menghitung hari – hari yang belum dilalui mundur dari TP
Bulan Jumlah hari yang Jumlah minggu Sisa hati
belum dilalui
April (TP) 22 3 1
Maret (tanggal 8 1 1
perhitungan)
Total 4 2=0-1 minggu
Minggu yang belum dilalui = 4 – 5 minggu

c) Mengurangi minggu aterm (40 minggu) dengan hasil hitungan


nomer 2
UK = 40-4
= 36 minggu atau UK = 40-5 UK : 34 – 36 minggu
= 35 minggu
b. Gerakan pertama fetus
Diperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada usia kehamilan
16 minggu terdapat perbedaan. Namun, perkiraan ini tidak tepat
karena perbedaan merasakan gerakan antara primigravida dengan
multigravida. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18
minggu, sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu.

51
c. Perkiraan tinggi fundus uteri
Perkiraan dengan TFU ini merupakan perkiraan yang harus
diketahui oleh bidan. Perkiraan dengan TFU akan lebih tepat pada
kehamilan pertman, tetapi kurang tepat pada kehamilan berikutnya.
Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan
Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas 12 minggu
simfisi
½ simfisi – pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah 20 minggu
pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
½ pusat – proccesus xypoideus 32 minggu
Setinggi proccesus xypoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) di bawah PX 40 minggu

7. Menentukan periode kehamilan


Istilah – istilah yang berkaitan dengan periode kehamilan adalah:
a. Aterm : janin dikatan cukup bulan apabila usia kehamilannya
mencapai 38-42 minggu.
b. Prematur/pretem : janin dengan usia kehimalan kurang dari 38
minggu.
c. Postmatur/postterm : janin dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
d. Perinatal : periode dimulai pada usia kehamilan 22 minggu dengan
berat janin 500 gram hingga 7 hari setelah bayi dilahirkan.
e. Masa nifas : periode segera setelah kelahiran bayi hingga 40 hari (6
minggu) dimana tubuh ibu kembali ke kondisi sebelum hamil.

52
D. Evidence Based Pada Pemeriksaan HCG (Human Chorionis
Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatogafi
1. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, untuk mendeteksi adanya HCG
dalam urine wanita yang diduga hamil dari 20 sampel yang telah diperiksa
didapatkan hasil yang positif me- ngandung HCG ada 6 sampel dan 14
sampel yang negatif (tidak mengandung HCG). Dengan adanya HCG
dalam urin dapat membantu untuk mengetahui kehamilan. Dari 14 sam-
pel menunjukkan hasil negatif kemungkinan disebabkan karena stres,
menopouse dini, pathologis, kadar HCG dalam urin probandus kurang
dari 25 mIU/ml sehingga tidak dapat terdeteksi.
Pemeriksaan HCG immunokromatografi merupakan reaksi
antara urine wanita hamil yang mengandung a dan þ HCG (monoclonal
HCG lengkap) dengan anti a dan anti þ HCG pada test line (T) dan control
line (C). Apabila stick planotest dimasukkan dalam urine, maka urine
akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urine yang
mengandung a dan þ HCG dengan anti a dan anti þ HCG pada test line
(T) dan control line (C) akibatnya akan timbul garis warna merah pada
test line (T) dan control line (C), garis warna merah ini menunjukkan hasil
yang positif. Dan apabila garis warna merah tidak tampak pada test line
(T) atau hanya terdapat pada control line (C) menun- jukkan hasil test
yang negative, karena tidak terjadi reaksi antara monoklonal HCG leng-
kap dengan anti a dan anti þ HCG.
Garis warna merah yang terjadi pada test line (T) dapat terjadi
karena pada test telah disensitisasi Ag dan konjugat ditambah urine
sehingga kromogen berikatan dengan Ab maka akan terbentuk reaksi
garis warna merah. Konjugat berisi Ab yang ditempeli enzyme jika
kromogen bereaksi dengan en- zyme (peroksidase), maka warna
tereduksi sehingga tidak terbentuk warna merah teta- pi apabila warna

53
teroksidasi akan terbentuk warna merah pada test line (T).
Pada pemeriksaan kehamilan dapat menggunakan sampel urin
karena pengambilan sampel mudah, praktis, dan hanya memerlukan
tempat penampung urin saja.
Keuntungan pemeriksaan HCG secara immunokromatografi :
a. Cepat, sehingga waktu yang dibutuhkan sangat singkat
b. Mudah didapat karena diperdagangkan secara komersil
c. Pesien dapat melakukan sendiri tanpa pergi ke RS, puskesmas, atau
pada bidan setempat
d. Hasil pemeriksaan mudah dibaca sehing- ga tidak perlu diragukan.

Meskipun banyak keuntungan dari pemeriksaan metode ini,


tetapi juga terdapat beberapa kekurangan yaitu : tidak diketahui kadar
HCG secara pasti, membutuhkan biaya yang mahal. Test kehamilan
metode ini terutama digunakan untuk mendeteksi ke- hamilan pada
awal setelah terjadinya ovulasi. HCG dapat di deteksi dalam urine
wanita hamil kira-kira 7 hari setelah pembuahan sel telur. Dengan
adanya HCG maka akan sangat membantu dalam penentuan diagnose
kehamilan dini. Pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang positif lebih
besar apabila digunakan urine pagi hari karena lebih kon- sentrat
sehingga mengandung lebih banyak HCG per satuan volume. Pemilihan
metode untuk pemeriksaan adanya HCG dalam urine wanita yang
diduga hamil dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan dari masing-
masing reagen yang digunakan untuk pemeriksaan.
2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan HCG dari 20 sampel yang
diperiksa, didapatkan hasil 6 positif yang mengandung HCG dan 14
sampel negative yang tidak mengandung HCG.

54
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anatomi organ reproduksi wanita, bidan dapat memahami aspek-
aspek klinis pada saat seorang wanita hamil, bersalin maupun nifas. Sebagai
contoh, dalam masa kehamilan timbul perubahan –perubahan pada alat
kandungan yang harus, dalam masa persalinan terdapat perubahan-
perubahan pembukaan jalan lahir dan pada masa nifas terjadi adanya proses
yang disebut involusi. Disamping itu, agar bidan mengerti proses fisiologik
(faal normal) atau patologik (faal tidak normal) lahirnya bayi, maka bidan
memerlukan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi ini.
B. Saran

Pengetahuan anatomik mengenai organ reproduksi wanita sangat


perlu dimiliki oleh bidan karena pengetahuan tentang organ reproduksi
wanita ini merupakan dasar ilmu terhadap pelayanan yang akan diberikan
pada klien.

55
DAFTAR PUSTAKA

Harti,Sri dkk.2013.Pemeriksaan HCG (Human Chorionis


Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi.Jurnal KesMaDaSka.Prodi S-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
M. Fraser, Diane. 2011. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta;
Penerbit EGC

Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta ; Penerbit EGC

Megasari, M. 2014. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Budi


Utama
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

Roumali, suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Y.A dan L Yulianti. 2011. Asuhan Kebidanan 1(Kehamilan).
Jakarta : :TIM.

Saifuddin, A.B. et al. (2010). Ilmu Kebidanan, YBPSP Jakarta


Siregar, Ramona, Dewi. 2016. Biomedika : hubungan antara kelainan siklus
menstruasi dengan kejadian akbe vulganis pada santriwati SMA islam
terpadu nur hidayah kartasura. FK Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Agustus 2016.
Wylie L dan H Bryce. 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan
Medis Kehamilan dan Persalinan, Jakarta :EGC.
Studi Kasus:
Ny. D datang ke Bidan Praktik Mandiri megaku telat haid. HPHT : 05-07-2019.
Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, pernapasan 24 x/m, suhu 36,6 °C, palpasi 3
jari di bawah pusat. Ibu sudah merasa gerakan janin. Berdasarkan HPHT tersebut
Ny. D ingin mengetahui kapan hari perkiraan lahir dan berapa usia kehamilannya
sekarang.
Pembahasan:
Jika HPHT Ny.D tanggal 05-07-2019, maka HPLnya adalah:
05 – 07 – 2019
+7 (-03) +1
12 – 04 – 2020
Dan usia kehamilan Ny.D adalah :
HPHT 05 – 04 – 2019
TP 03 – 09 – 2019
Hasil adalah maka usia kandungan Ny. D adalah 20 minggu 2 Hari.
Berdasarkan pemeriksaan di atas untuk mengetahui usia kehamilan
berdasarkan tinggi fundus uteri. Dimana dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan
palpasi 3 jari di bawah pusat sesuai dengan perikiraan usia kehamilan berdasarkan
tinggi fundus uteri.
Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas 12 minggu
simfisi
½ simfisi – pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah 20 minggu
pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
½ pusat – proccesus xypoideus 32 minggu
Setinggi proccesus xypoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) di bawah PX 40 minggu
Berdasarkan hasil pengkajian bahwa ibu saat ini sudah merasakan gerakan
janin sesuai dengan perkembangan fetus minggu ke 16-20.
k) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang.
l) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan.
m) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada tempatnya
yang normal.
n) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh dengan sempurna.
o) Tungkai mempunyai proporsi relative yang baik terhadap tubuh.
p) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x (walaupun sinar-x tidak digunakan
untuk keperluaan diagnosis).
q) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat seperti salep) akan
melapisi tubuh fetus/janin.
r) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan minggu ke-18.
s) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop setelah minggu ke-20.
t) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7-17 ml urine dikeluarkan
setiap 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai