Anda di halaman 1dari 235

KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN

Makalah
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan

Disusun Oleh :

Oleh :
1. Dian Roslina P206224319006

2. Diana Suryadiana P206224319007

3. Nada Abrylian P206224319021

4. Tiara Nursifa Kharisma Alireja P206224319035

5. Ulfah Hoirul M P206224319038

6. Windi Restuti P206224319040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN DIV KEBIDANAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. TUJUAN 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
BAB II....................................................................................................................... 7
A. Filosofi Asuhan Kehamilan 7
B. Lingkup Asuhan Kehamilan 7
C. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan 9
D. Sejarah Asuhan Kehamilan 10
E. Tujuan Asuhan Kehamilan 12
F. Refocusing Asuhan Kehamilan 14
G. Standar Asuhan Kehamilan 16
H. Tipe Pelayanan Asuan Kehamilan 20
1. Pelayanan kebidanan primer / mandiri.................................................... 20
2. Pelayanan kebidanan kolaborasi ............................................................. 20
3. Pelayanan kebidanan rujukan.................................................................. 20
I. Hak – Hak Wanita Hamil21
J. Tenaga Professional ( Asuhan Kehamilan ) 22
K. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan 22
1. Care Provider .......................................................................................... 22
2. Community Leader ................................................................................. 22
3. Communicator......................................................................................... 22
4. Decision Maker ....................................................................................... 23
5. Manager .................................................................................................. 23
L. Studi Kasus dalam Asuhan Kebidanan 23
BAB III ................................................................................................................... 25
A. Simpulan 25
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik,
diantaranya dari segi ibu dan anak merupakan pertimbangan yang penting. Karena
dalam siklus kehidupan setiap wanita hampir mengalami suatu kejadian yang
dinamakan kehamilan, persalinan, nifas dan memiliki anak atau bayi baru lahir yang
akan menjadi suatu tonggak utama dalam sebuah keluarga. Untuk itu seorang
wanita perlu menjaga kesehatan dan keselamatan jiwanya karena banyak berbagai
macam faktor yang dapat mengancam selama siklus kehidupannya.
(Prawirohardjo,2010)

WHO menyebutkan bahwa sedikitnya 600.000 wanita di dunia meninggal


setiap tahunnya sebagai akibat langsung dari komplikasi kehamilan dan persalinan.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
Negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 25,5 % kematian wanita disebabkan
hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda pada masa puncak
produktivitasnya.(Prawirohardjo,2010)

MDG’s yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut terdapat


pada tujuan ke 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian anak dan angka kematian
ibu. Selain itu juga, terdapat Safe Motherhood yang merupakan upaya
menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta
melahirkan bayi yang sehat. Tujuan utama Safe Motherhood yaitu menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas dan menurunkan angka
kematian bayi baru lahir. Empat pilar upaya Safe Motherhood yaitu Asuhan
Antenatal, persalinan bersih dan aman, pelayanan Obstetri Esensial, dan Keluarga
Berencana. (Saifuddin, 2009)

Pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila


mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua
penolong persalinan mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk
memberikan pertolongan yang aman dan bersih. Memeriksa dan menilai bayi baru
lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk ke tempat pelayanan
kesehatan lebih tinggi. Memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ke tiga, minggu ke- 2 dan minggu ke- 6 setelah
persalinan. Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri
untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
KB yang memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses ke
informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk
kehamilan, jarak kehamilan, dan jumlah anak. (Permenkes, 2002)

Bidan dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu


pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. Berdasarkan Permenkes wewenang
bidan di Indonesia (pasal 16) antara lain: meliputi penyuluhan dan konseling;
pemeriksaan fisik; pelayanan antenatal pada kehamilan normal; pertolongan pada
kehamilan yang abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus imminens,
hiperemisis gravidarum tingkat I, pre eklampsia ringan, dan anemia ringan,
pertolongan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu nifas
abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan, pelayanan
dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan
tidak teratur dan penundaan haid. (Sarwono, 2010)
Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai
seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh
mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam menjalankan
profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti. (Prawirohardjo,2010)

Bidan dalam pelayanan kebidanan Anda berinteraksi dengan ibu hamil.


Untuk menjamin asuhan kehamilan berlangsung dengan efektif, maka bidan harus
memahami dan menginternalisasi filosofi, lingkup serta prinsip pokok asuhan
kehamilan. Filosofi asuhan menjadi konsep dasar asuhan yang melekat pada diri
bidan dalam memberikan arah asuhan kehamilan yang diberikan. Lingkup dan
prinsip pokok asuhan merupakan rambu-rambu yang menjadi area kewenangan
bidan dalam memberikan asuhan kehamilan berdasarkan sesuai standar asuhan
kebidanan dan standar pelayanan kebidanan. (Tyastuti, 2016). Berdasarkan hal
tersebut, kami menyusun makalah dengan judul “Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah Mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswi DIV ahli jenjang
kebidanan Tasikmalaya dapat memahami dan melaksanakan konsep dasar
asuhan kebidanan khusunya kehamilan di dalam masyarakat

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuai Filosofi asuhan kehamilan
b. lingkup asuhan kehamilan
c. Memahami prinsip pokok asuhan kemailan
d. mengetahui sejarah asuhan kehamilan
e. Memahami tujuan asuhan kehamilan
f. Mengetahuai refocusing asuhan kehamilan
g. Memahami standar asuhan kehamilan
h. Mengetahui tipe pelayanan asuhan kehamilan
i. Memahami hak - hak wanita hamil
j. Mengetahui tenaga profesional asuhan kehamilan
k. Memahami peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filosofi Asuhan Kehamilan


Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau keyakinan atau
kepercayaan yang mendasari bidan untuk berperilaku dalam memberikan asuhan
kehamilan. Bidan Percaya bahwa wanita adalah seseorang yang kuat dan cerdas,
serta mampu membuat keputusan mereka sendiri tentang kesehatan mereka.
Sedangkan tugas seorang bidan adalah membantu wanita menyelesaikan macam-
macam tahap kehidupan. Pada prinsipnya filosofi asuhan kebidanan kehamilan
merujuk pada filosofi bidan, sebagai berikut :

1. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan


proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal.
2. Setiap perempuan berkepribadian unik, dimana terdiri atas psikososial yang
berbeda-beda dan tidak boleh disamakan.
3. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Dapat dilakukan
dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui penyuluhan atau
konseling, maupun dengan upaya preventif misalnya pemberian imunisasi TT
ibu hamil dan tablet tambah darah.
4. Perempuan memiliki hak memilih dan memutuskan tentang kesehatan, siapa
dan di mana mendapatkan pelayanan kesehatan.
5. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).
6. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan penggunaaan
teknologi dilakukan hanya atas indikasi.
7. Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk memberdayakan perempuan.
(Tyastuti,2016)

B. Lingkup Asuhan Kehamilan


Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan
pelayanan secara komprehensif/menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kehamilan
meliputi :
1. Mengumpulkan data dan riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa
tiap kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk Tinggi Fundus Uteri (TFU),
posisi, presentasi dan penurunan janin.
4. Melakukan penilaian panggul dan struktur panggul.
5. Menilai keadaan janin selama kehamilan seperti memeriksan Denyut Jantung
Janin (DJJ) dengan fetoskope dan gerakan janin dengan melakukan palpasi.
6. Menghitung usia kehamilan dengan menggunakan Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) dan Hari Tafsiran Persalinan (HTP).
7. Mengkaji hubungan status nutrisi dengan pertumbuhan janin.
8. Mengkaji berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.
9. Memberikan penyuluhan tanda-tanda bahaya dan cara menghubungi bidan.
10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis
gravidarum tingkat I, abortus imminens dan preeklampsi ringan.
11. Menjelaskan, mendemosntrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan
12. Memberi imunisasi.
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penangannya termasuk
rujukan tepat pada : kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, hipertensi,
perdarahan pervaginam, kehamilan ganda, oedem, kematian janin, sakit kepala
berat, gangguan pandangan, kelainan kongenital, hasil laboratorium abnormal,
kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti infeksi menular seksual dan
infeksi saluran kencing.
14. Memberikan bimbingan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orangtua.
15. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti
nutrisi, latihan, istirahat, personal hygiene, perawatan payudara, keamanan dan
merokok.
16. Penggunaan secara aman obat-obatan tradisional yang tersedia.
17. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil maupun keluarga tentang mitos yang
diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan ibu hamil seperti adanya acara
tujuh bulanan.(Walyani,2015)

C. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan


Prinsip - prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan didukung oleh
prinsip-prinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip – prinsip utama asuhan kebidanan
adalah :

1. Kelahiran adalah proses yang normal


Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang normal, alami dan
sehat. Sebagai bidan, kita membantu dan melindungi proses kelahiran tersebut.
Sebagai bidan kita percaya bahwa model asuhan kebidanan yang membantu
dan melindungi proses kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk
kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan seringkali tau kapan mereka
akan melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk melahirkan dan
merawat bayi bisa ditingkatkan atau dihilangkan oleh orang yang memberikan
asuhan padanya dan oleh lingkungan dimana ia melahirkan. Jika kita bersikap
negatif atau kritis, hal ini akan mempengaruhi si ibu. Hal ini juga dapat
mempengaruhi lamanya waktu persalinan. Kita, sebagai bidan, harus
membantu ibu yang melahirkan daripada untuk mencoba mengontrol
persalinannya. Kita harus menghormati bahwa ibu adalah aktor utama dan
penolong persalinan adalah aktor pembantu selama proses kelahiran.
3. Otonomi
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat membuat suatu
keputusan. Kita harus tau dan menjelaskan informasi yang akurat tentang
resiko dan keuntungan semua prosedur, obat-obatan dan tes. Kita juga harus
membantu ibu dalam membuat suatu pilihan tentang apa yang terbaik untuk
diri dan bayinya berdasarkan nilai dan kepercayaannya (termasuk
kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama).
4. Jangan Membahayakan
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat indikasi-
indikasi yang spesifik. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran atau periode
pasca persalinan dengan tes-tes ”rutin”, obat atau prosedur dapat
membahayakan bagi ibu dan bayinya. Misalnya prosedur-prosedur yang
keuntungannya tidak mempunyai bukti termasuk episiotomi rutin pada
primipara, enema dan pengisapan pada semua bayi baru lahir. Bidan yang
terampil harus tau kapan harus melakukan sesuatu. Asuhan selama kehamilan,
kelahiran dan pasca persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi
harus dilakukan berdasarkan suatu bukti.
5. Tanggung Jawab
Setiap penolong persalinan harus bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan
yang ia berikan. Praktek asuhan maternitas harus dilakukan berdasarkan
kebutuhan ibu dan bayinya, bukan atas kebutuhan penolong persalinan. Asuhan
yang berkualitas tinggi, berfokus pada klien dan sayang ibu berdasarkan bukti
ilmiah sekarang ini adalah tanggung jawab semua bidan. (Walyani,2015)

D. Sejarah Asuhan Kehamilan


Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak
sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adlah dukun. Pada tahun 1807,
dimasa pemerintahan gubernur Jendral Hendrik William Deandles, pada
dukun dilatih untuk melakukan pertolongan persalinan tetapi ini tidak
berlangsung lama karena tersedianya pelatih kebidanan.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan saat itu hanya
diperuntukkan bagi orang-orang belanda yang ada di Indonesia. Kemudia
pada tahun 1849 dibuka pendidikan dokter di jawa batavia, tepatnya di rumah
sakit militer belanda yang dikenal sekarang RSPD Gatot Subroto. Seiring
dengan dibukanya pendiidkan dokter tersebut, pada tahun 1851 dibuka
penididikan bidan bagi wanita pribumi di batavia oleh Dr. W. Bosh lulusan
ini kemudian bekerja di rumah sakit dan juga masyarakat. Mulai saat itu
pelayanan ksehatan ibu dan anak dilakukan oleh bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Pelatihan ini untuk para dukun
yang masih berlangsung. Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan
pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kusus tambahan yang
dikenal dengan kursus tambahan bidan (KTB) tahun 1953 di Yogyakarta,
yang akhiranya dilakukan di kota lainnya. Seiiring dengan pelatihan tersebut
didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan masyarakat. Pelayanan mencakupi antenatal,
intranatal, post natal. Pemeriksaan bayi dan anak termasuk penyuluhan gizi
dan imunisasi. Sedangkan diluar BKIA bidan melakukan pertolongan
persalinan di rumah serta adanya kunjungan rumah.

Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan terintegrasi


bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
pada tahun 1957. Puskesmas memberi pelayanan di dalam gedung dan di luar
gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskemas
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, termasuk
pelayanan KB dan posyandu. Pelayanan posyandu ini mencakup 5 kegiatan
yaitu pemeriksaan kehamilan, KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.

Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini
merupakan instruktur presiden yang disampaikan secara lisan pada sidang
kabinet tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik bidan di
tempatkan di desa. Tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana
kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehtan ibu hamil, bersalin,
nifas serta kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi (paraji).
Sehubungan degan itu, bidan desa juga menjadi pelaksana pelayanan
kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan sejalan dengan tugas
utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam melaksanakan
tugas pokoknya, bidan desa melakukan kunjungan rumah pada ibu dan anak
yang memerlukannya, mengadakan pembinaan posyandu di wilayah kerjanya
serta mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.

Hal tersebut adalah bentuk pelayanan yang diberikan oleh bidan desa.
Pelayanan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat, sedangkan
bidan yang bekerja di rumah sakit berorientasi pada individu. Tugas bidan di
rumah sakit mencakup pelayanan di poliklinik antenatal, poliklinik keluarga
berencana dan ruang nifas. Bidan di rumah sakit juga memberikan pelayanan
bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi, mengajarkan
senam hamil, serta memberikan pendidikan perinatal.

Titik tolak konferensi kependudukan didunia Kairo tahun 1994 yang


menekan pada kesehatan reproduksi memperluas garapan pelayanan
kebidanan area tersebut meliputi :

1. Safe mother hood


2. KB
3. Penyakit menular seksual
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi orang tua. (Romauli, 2011)

E. Tujuan Asuhan Kehamilan


Ada tujuh poin tujuan asuhan kehamilan, diantaranya:

1. Untuk memfasilitasi hamil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayi dengan
menegakan hubungan kepercayaan dengan ibu.
2. Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh kembang anak
sehat.
3. Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil.
4. Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat.
5. Mempersipakan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan dapat
memberikan asi ekslusif.
6. Mempersiapakan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh kembang nya baik.
7. Membantu ibu dalam mengambil keputusan klinik.
a. Tujuan Utama ANC
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian maternal serta
perinatal dengan upaya :
1) Memonitor kemajuan kehamilan dalam upaya memastikan
kesehatan ibu dan perkembangan bayi.
2) Memberikan pelaksanaan dan pengobatan pengobatan yang
sesuai.
3) Mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional serta
psikologis untuk mneghadapi kelahiran dan adanya
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian asuhan antenatal
berfokus pada :

1) Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan gawat darurat.


2) Mengidentifikasi dan menangani masalah dalam kehamilan.
3) Mempromosikan perilaku sehat yang dapat mencegah komplikasi.
4) Menangani komplikasi secara efektif dan tepat.
5) Mengidentifkasi dan medeteksi masalah-masalah lebih awal sehingga
tindakan sesuai dapat dilakukan menangani komplikasi. (Romauli,
Suryati.2011)
F. Refocusing Asuhan Kehamilan
Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka
kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama
adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran
penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa
ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC
seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-
tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap
anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut
tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

Fokus lama ANC :

1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi


dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &
presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori
resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health)


menunjukkan bahwa :

1. Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa
membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil
studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami
partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi
sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah
mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang
cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti
tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3. Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok
resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu
bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap bumil
beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap
bumil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas.
Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih
efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi Refocusing Anc

Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :

1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan :


petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik
selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan
yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah
komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan
merespon dengan tepat.
2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan,
dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap
kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi
komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk
membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan
RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi
yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga
kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau
hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam,
anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran
operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan
fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena
tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia

Untuk populasi tertentu:

1. Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan


insidens anemia berat,
2. Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena
malaria di daerah endemik
3. Suplementasi yodium
4. Suplementasi vitamin A (Dewi dan tri:2011)

G. Standar Asuhan Kehamilan


Acuan atau indikator didalam memberikan asuhan kehamilan sebagaimana
tertuang dalam standar pelayanan kebidanan sebagai berikut:

Standar 1: Identifikasi ibu hamil. Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi


dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi
untuk pemeriksaan dini dan teratur.

Standar 2: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal. Sedikitnya 4 kali pemeriksaan


kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi, nasehat dan
penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat
untuk merujuk.

Standar 3 : Palpasi abdominal.

Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.

Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

Standar 6 : Persiapan persalinan.

Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan
persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya. Bidan sebaiknya
melakukan kunjungan rumah. Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan
harus memenuhi standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri, TT, tablet besiminimal 90 tablet selama hamil, tes PMS, temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal


sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, serta dua kali pada trimester
ketiga. Penerapan operasionalnya dikenal standar minimal (10 T) yang terdiri atas:

1. (Timbang) Berat Badan Dan Pengukuran Tinggi Badan. Pertambahan berat


badan yang normalpada ibu hamilyaitu berdasarkan massa tubuh (BMI:
body mass Index) dimana metode ini untuk pertambahan berat badan yang
optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting
mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada
kehamilan yang normal 11,5 – 16 kg atau pertambahan berat badan setiap
minggunya adalah 0,4 – 0,5 kg. Menurut Kemenkes RI (2010), mengukur
tinggi badan adalah salah satu deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko,
diamana bila tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm atau dengan
kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.
2. Ukur (Tekanan) Darah. Pada saat kehamilan, tekanan darah seorang ibu
hamil merupakan factor penting dalam memberikan makanan pada janin
pengaturan tekanan darah selama kehamilan sangat tergantung pada
hubungan antara curah jantung dan tekanan atau resistensi pada pembuluh
darah, yang keduanya berubah selama kehamilan. Tekanan darah yang
normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu
diwaspadai adanya preeklamsia.
3. Ukur (Tinggi) Fundus Uteri. Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan
tuny kehamilan dan berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundur uteri yang dapat dihitungdari tanggal haid terakhir yang
menggunakan rumus. Apabila usiakehamiln dibawah 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24
minggu memakai pengukuran mac.Donald yaitu dengan cara mengukur
tinggi fundus uteri memakai centimeter dari atas simfisis kefundus uteri
kemudianditentukan sesuai rumunya. Cara menghitungnya adalah
modifikasi spegelberg yaitu jarak fundus – sisfisis dalam centimeter dibagi
3,5 merupakan tuanya kehamilan.
4. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap. Imunisasi terutama
pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorium,
dengan cara pemberian suntik tetanus toksoid pada ibu hamil. Pemberian
imunisasi TT pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi
pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua
diberikan 4 minggu kemudian (selang waktu 4 minggu). Apabila pernah
menerima TT dua kali pada kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan
tidak lebih dari dua tahun, maka hanya diberikan satu kali TT saja.
5. Pemberian (Tablet Besi), minimal 90 tablet selama kehamilan. Wanita
memerlukan zat besi lebuh tinggi dari laki – laki karena terjadinya
menstruasi dan perdarahan. Di mulai dengan memberikan 1 tablet zat besi
sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500
mikrogram. Minimal masing – masing 90 tablet besi yang berfungsi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil (<11 gr%),
berikan tablet zat besi 2 atau 3 kali sehari. Pada setiap kali kunjungan
mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan menggangu
penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin C karena vitamin C dapat membantu penyerapan
tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna
oleh tubuh
6. (Tes) laboratorium sederhana (Haemoglobin (HB) dan protein urine).
Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap
PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan
janin yang dikandungannya.
7. (Temu) wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling) Temu
wicara penting dilakukan sebagai media komunikasi antar sesama ibu hamil
dengan bidan yang membina, temu wicara ini di koordinir oleh kepala
desa/kelurahan dan dilaksanakan oleh kader posyandu bersama puskesmas
dan dilakukan pada saat hari posyandu. Temu wicara ini dilakukan setiap
pasien pada saat melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi,
dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas.
8. (Tentukan) presentasi janin dan hitung DJJ. Tujuan pemantauan janin itu
adalah mendeteksi dini ada atau tidaknya faktor – faktor resiko kematian
prenatal tersebut (hipoksia/aspeksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan,
dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada
ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan
16 minggu/4 bulanan. Gambar DJJ :
1) Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit
2) Takikardi ringan : antar 160 – 180x/menit
3) Normal :120 – 160x/menit
4) Bradikardi ringan : antara 100 – 119x/menit
5) Bradikardi sedang : antara 80 – 100x/menit
6) Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit
9. (Tetapkan) Status Gizi. Pada ibu hamil pengukuran lingkar lengan atas
LILA merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya kurang energi
kronik (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil
mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak.
Disebut KEK apabila ukuran LILA <23,5 cm, yang menggambarkan
kekurangan pangan dalam jangka baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
10. (Tatalaksana) Kasus. Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan
penyakit, ibu perlu dilakukan perawatan khusus.

H. Tipe Pelayanan Asuan Kehamilan


Tipe pelayanan kebidanan, meliputi 3 ruang lingkup yaitu pelayanan kebidanan
primer atau mandiri, kolaborasi dan rujukan.

1. Pelayanan kebidanan primer / mandiri


merupakan pelayanan bidan yan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.

2. Pelayanan kebidanan kolaborasi


merupakan layanan bidan sebagaianggota tim yang kegiatannya dilakukan
secara bersama atau sebagai salah satu urutan proses kegiatan layanan.

3. Pelayanan kebidanan rujukan


layanan bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya bidan menerima rujukan dari dukun, juga layanan horisontal
maupun vertikal ke profesi kesehatan lain.
I. Hak – Hak Wanita Hamil
Hak-hak wanita hamil merupakan hak setiap individu atau wanita hamil untuk
menerima atau memperoleh standar pelayanan kesehatan yang terbaik. Bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan dapat memperhatikan hak-
hak wanita hamil sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
bersifat komprehensif, merasa dihargai, dan ibu dalam masa kehamilan
mendapatkan pelayanan yang nyaman.

Pengetahuan mengenai hak-hak wanita hamil dapat berpengaruh dengan


pelayanan yang diberikan, karena tanpa adanya pengetahuan tentang hak-hak
wanita hamil, seorang bidan tidak akan memberikan pelayanan yang prima. Bidan
adalah salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan primer kepada masyarakat,
yang mempunyai kedudukan yang penting dalam peningkatan kesehatan ibu dan
anak (Simatupang, 2008).

Macam-macam hak wanita hamil diantaranya hak untuk mendapatkan


pelayananan komprehensif, pengambilan keputusan, memberikan KIE,
memperoleh gizi, mendapatkan pelayanan secara pribadi dan dihormati, menerima
pelayanan senyaman mungkin, mengatakan pandangan dan pendapatnya,
mendapatkan keterangan tentang kondisinya, mendiskusikan setiap masalah,
mendapat jaminan, bekerja tanpa dilarang, tidak diperlakukan diskriminasi, asuhan
harus tercapai, memilih dan memutuskan tentang kesehatanya. (Suparni, 2015)

Hak-hak wanita hamil yang meliputi:

1. Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang


diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat.
2. Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk/semua perempuan
dan keluarga.
3. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya
(Tyastuti,2016)
J. Tenaga Professional ( Asuhan Kehamilan )
Menurut Depkes RI tenaga profesional adalah dokter, bidan dan perawat
kesehatan, sedangkan menurut (vivian,2011) tenaga profesional adalah dokter,
perawat dan bidan adalah profesi kesehatan yang mempunyai fungsi berbeda dan
saling melengkapi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
membutuhkan, dikutip dari handout penyulit dan komplikasi kehamilan
(Dhora,2015)

K. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan


lingkup peran dan tanggungjawab bidan dalam menjalankan asuhan kebidanan
adalah berikut ini:

1. Care Provider
Care provider / pemberi asuhan kebidanan yaitu Seseorang yang
mempunyai kemampuan memberikan asuhan kebidanan secara efektif,
aman dan holistik dengan memperhatikan aspek budaya terhadap ibu hamil,
bersalin,nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita dan kesehatan reproduksi
pada kondisi normal berdasarkan standar praktek kebidanan dan kode etik
profesi.

2. Community Leader
Communit leader / Penggerak masyarakat yaitu Dalam bidang kesehatan
ibu dan anak. Seseorang yang mempunyai kemampuan menjadi penggerak
dan pengelola masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
dengan menggunakan prinsip partnership dan pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan kewewenang dan lingkup praktek bidan

3. Communicator
Communicator / komunikator yaitu Seseorang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan perempuan, keluarga,
masyarakat, sejawat dan profesi lain dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan ibu dan anak.
4. Decision Maker
Decision maker / pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan yaitu
Seseorang yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan klinik
dalam asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan prinsip partnership.

5. Manager
Manager / pengelola yaitu Seseorang yang mempunyai kemampuan
mengelola klien dalam asuhan kebidanan dalam tugas secara mandiri,
kolaborasi (team) dan rujukan dalam kontek asuhan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.

L. Studi Kasus dalam Asuhan Kebidanan


Sebagai seorang bidan dalam pelayanan kebidanan akan selalu berinteraksi
dengan ibu hamil. Untuk menjamin asuhan kehamilan dengan efektif, maka bidan
harus terus memperbarui ilmu dan keterampilan. Evidence based practice adalah
praktik berdasarkan penelitian yang terpilih dan terbukti bermanfaat serta
merupakan penerapan sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat
ini dalam pengambilan keputusan kebidanan. Hal ini memberikan asuhan yang
efektif, asuhan yang tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang memunculkan
asumsi bahwa sebagian besar komplikasi obstetric yang mengancam jiwa
sebenarnya bisa diprediksi atau dicegah.
Asuhan kebidanan yang berkembang saat ini berasal dari model yang
dikembangkan eropa awal dekade abad ini. Lebih mengarah ke ritual dan rutinitas
dari pada rasional. Biasanya asuhan ini lebih mengarah ke frekuensi dan jumlah
dari pada terhadap unsur yang mengarah pada tujuan yang essensial. (Tyastuti,
2016)
Salah satu contoh evidence based dalam asuhan kehamilan adalah
hypnobirthing yang mana ini adalah salah satu metode asuhan secara gentle birth.
Gentle Birth sendiri adalah ilmu nenek moyang dimana kelahiran itu minim
intevensi dan bisa dilakukan secara alami.
Hypnobirthing berasal dari kata “Hypnosis” yang berati dewa tidur, arti
tidur disini adalah pikiran yang tenang dan “birthing” yang berate proses
persalinan. Kehamilan merupakan krisis maturasi yang dapat menimbulkan
kecemasan. Namun jika krisis tersebut ditanggulangi, wanita menjadi siap untuk
memasuki fase baru, yaitu mengemban tanggung jawab dan merawat
kehamilannya. Kosep diri wanita dapat berubah dan siap menjadi orang tua dan
menyiapkan peran baru. Kehamilan dan kelahiran bayi umunya memberikan arti
emosional yang sangat besar pada wanita dan menambah intensitas emosi-emosi
tekanan bathin pada kehidupan psikisnya. (kuswandi, 2014)
Salah satu pelopor dan penggiat hypnobrthing dan gentlebirth di Indonesia
adalah Bidan Yasie Aprillia. Selain menjadi pelopor, Yasie juga menjadi praktisi
dan triner hypnobirthing, penulis buku dan juga sebagai pemilik klinik Bidan Kita.
Yasie berpendapat bahwa kekhawatiran akan makin menurunkan kemampuan para
wanita untuk melahirkan secara alami dan tanpa trauma. Tetapi tidak sedikit yang
salah kaprah tentang gentle birth. Banyak yang masih berpikir GB anti intervensi,
GB anti bedah sesar, GB harus melahirkan di rumah bahkan tanpa bantuan tenaga
kesehatan, GB harus melahirkan dalam air atau GB harus lotus birth. Pemahaman-
pemahaman ini kurang tepat dan mereka tidak mau cari tahu lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Filosofi Asuhan Kebidanan
Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau keyakinan atau
kepercayaan yang mendasari bidan untuk berperilaku dalam memberikan
asuhan kehamilan.
2. Lingkup asuhan kehamilan
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan, bidan harus memberikan
pelayanan secara komprehensif/menyeluruh.
3. Prinsip pokok asuhan kehamilan
prinsip – prinsip utama asuhan kebidanan adalah kelahiran adalah proses
yang normal, pemberdayaan, otonomi, jangan membahayakan dan tanggung
jawab.
4. Sejarah asuhan kehamilan.
Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan
secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan
lancar apabila adanya peningkatan pelayanan antenatal care. Boombing
terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan munculnya safe motherhood dan
making pregnancy safer.
5. Tujuan asuhan kehamilan
Tujuan asuhan kehamilan yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian maternal.
6. Refocusing asuhan kehamilan
a. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan
b. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi
c. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan
persalinan RS
d. Mendeteksi & menangani komplikasi
e. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu
f. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid
g. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat.
7. Standar asuhan kehamilan
Acuan atau indikator didalam memberikan asuhan kehamilan sebagaimana
tertuang dalam standar asuhan terdiri dari 14T.
8. Tipe pelayanan asuhan kehamilan
Tipe pelayanan kebidanan, meliputi 3 ruang lingkup yaitu pelayanan
kebidanan primer atau mandiri, kolaborasi dan rujukan
9. Hak - hak wanita hamil.
Hak-hak wanita hamil yang meliputi Wanita berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan komprehensif, Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau
untuk/semua perempuan dan keluarga dan
Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.
10. Tenaga profesional asuhan kehamilan
Menurut Depkes RI tenaga profesional adalah dokter, bidan dan perawat
kesehatan.
11. Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan kehamilan
Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan kehamilan diantaranya
sebagai care provider, community leader, communicator, decision maker dan
manager.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga bagi pembaca dapat menambah wawasan dan
infomasi mengenai asuhan kebidanan kehamilan mengenai konsep dasar
kehamilan. Untuk itu saya mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny L.Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.


Jakarta:Salemba Medika.

Kuswandi, lani. 2016. Hypnobirthing. Jakarta : Pustaka Bunda.

Permenkes 900/Menkes/SKVII/2002

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Romauli, Suryati.2011.Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G. H. & Waspodo, J., 2009. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sarwono.2010. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Serta Aplikasinya. Yogyakarta :


Gadja Mada University Press.

Simatupang, EJ.2008.Manajement Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Suparni, dkk. 2015. Pengetahuan Bidan Mengenai Hak-Hak Wanita Hamil. Jurnal Ilmiah
Kesehatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Tyastuti, Siti dan Heni Puji W.2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:Pusdik SDM
Keehatan

Walyani, Elisabeth Siwi.2015.Asuhan Kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta :


pustakabarupress

Yulizawati.dkk.2017.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.Padang:CV.


Rumahkayu Pustaka Utama
MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan

Dosen Pembimbing : Herni Kurnia, SST, M. Keb

Disusun Oleh :
Ervin Erpiana Anggraeni
Fadila Qurrota Ayun
Fina Fitriyana
Novalia
Ria Fitrianny
Saarah Maimunah
Siti Rahayu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Anatomi Fisiologi Kehamilan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.

Pada penyusunan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima


kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini baik dalam bentuk dukungan materil maupun moril.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh


karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk lebih menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri maupun bagi
pembaca umumnya.

Tasikmalaya, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi wanita ....................................................3
B. Konsepsi ...........................................................................................................26
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi............................................36
D. Evidence Based pada Pemeriksaan HCG .........................................................53
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................55
B. Saran ...............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan anatomi mengenai organ reproduksi wanita sangat
perlu dimiliki oleh bidan karena pengetahuan tentang organ ini
bersangkutan dengan lahirnya bayi. Disamping itu, dengan mengetahui
anatomi organ reproduksi wanita, bidan dapat memahami aspek-aspek
klinis pada saat seorang wanita hamil, bersalin maupun nifas. Dalam
masa kehamilan timbul perubahan – perubahan pada anatomi
reproduksi kehamilan, dalam masa persalinan terdapat perubahan-
perubahan pembukaan jalan lahir dan pada masa nifas terjadi adanya
proses yang disebut involusi. Disamping itu, agar bidan mengerti proses
fisiologi (faal normal) atau patologi (faal tidak normal) lahirnya bayi,
maka bidan memerlukan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi
kehamilan ini.
Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua bagian yaitu sistem
reproduksi eksterna (mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum dan verineum) sistem reproduksi interna
(vagina,uterus,serviks, tubafallopiidanovarium) (Hanidkk,2011).
Dengan adanya kehamilan, maka akan terjadi perubahan pada organ
wanita baik secara fisiologis dan psikologis. Perubahan tersebut
sebagian besar adalah karena pengaruh hormon yaitu peningkatan
hormon estrogen progesteron (Hani dkk,2011).
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan
peradaban manusia, kehamilan baru bisa terjadi ketika seorang wanita
telah mengalami pubertas yang di tandai dengan terjadinya menstruasi
(Hani dkk, 2011).
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam
satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi
ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan
kesiapan untuk memelihara bayi. Kehamilan menyebabkan terjadinya
perubahn-perubahan baik anatomis maupun fisiologis pada wanita
hamil (Wahyuni dkk 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organ reproduksi wanita interna dan
eksterna ?
2. Apa sajakah macam-macam panggul ?
3. Bagimana proses siklus hormonal terjadi ?
4. Bagaimana proses fertilisasi, nidasi dan sirkulasi plasenta ?
5. Bagimana proses pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses
terjadinya kehamilan pada manusia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari organ reproduksi wanita
interna dan eksterna
b. Untuk mengetahui macam-macam jenis panggul
c. Untuk mengetahui proses siklus hormonal
d. Untuk mengetahui proses fertilisasi, nidasi dan sirkulasi plasenta
e. Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan hasil
konsepsi

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga
pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Genetalia Interna dan Eksterna
a. Alat genitalia wanita eksterna

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita


1) Mons veneris / Mons pubis
Merupakan bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak)
berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.

2) Bibir besar (Labia mayora)


Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan terdiri dari:
a) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
b) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak).
3) Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral
dan 7 anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive
analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.

6) Perineum
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
7) Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
8) Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
9) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
b. Alat genitalia wanita interna

Gambar 2.2 Organ Interna Wanita

1). Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan
rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke
dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra,
fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yang terletak di 10 pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-
3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri
dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan
endometrium.
a) Peritoneum
(1) Meliputi dinding rahim bagian luar
(2) Menutupi bagian luar uterus
(3) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
(4) pembuluh darah limfe dan urat saraf
(5) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
b) Lapisan otot
(1) Lapisan luar: seperti “Kap” melengkung dari fundus
uteri menuju ligamentum
(2) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
(3) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah
terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat
terhenti.
c) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
d) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo
pelvikum (suspensorium ovari) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum
uterinum.
(1) Ligamentum latum
i) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul
ii) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar
dan mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
iii) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
iv) Ligamentum rotundum (teres uteri)
v) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
vi) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
vii) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
(2) Ligamentum infundibulo pelvikum
i) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
ii) Menggantung uterus ke dinding panggul
iii) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum
ovarii proprium
(3) Ligamentum kardinale machenrod
i) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
ii) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
iii) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
(4) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod
menuju os sacrum
(5) Ligamentum vesika uterinum
i) Dari uterus menuju ke kandung kemih
ii) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga
dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan

e). Pembuluh darah uterus

(1)Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang


dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
(2) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.

f). Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom


dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui
ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.

3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum
tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba
terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
a) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot
rahim mulai dari osteum internum tuba.
b) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar
uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
c) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk “s”.
d) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.

Fungsi tuba fallopi :

1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai


kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat
ovulasi.
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi.
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil
konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
mengadakan implantasi.
4) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon
steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum
melalui mesovarium. Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
a) Korteks ovarii
1) Mengandung folikel primordial
2) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de
graff
3) Terdapat corpus luteum dan albikantes
b) Medula ovarii
1) Terdapat pembuluh darah dan limfe
2) Terdapat serat saraf
5) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium :
a) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
d) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

2. Anatomi Panggul
a. Tulang Panggul
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan
dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.
Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis
sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis
pubis (Cunningham, et al, 2010).
Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik
dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu: Panggul
palsu Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum.
Panggul sejati Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu:
arpertura pelvis superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior
(pintu bawah panggul) (Baun, 2005).
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati
kedua pembukaan panggul sejati ini (Amatsu Therapy Association and
Amatsu Association of Ireland, 2006).

Gambar 2.1. Gambaran anteroposterior panggul normal wanita dewasa.


Digambarkan diameter anteroposterior (AP) dan Transversal (T) pintu atas
panggul. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

b. Bidang Diameter Panggul


Panggul memiliki empat bidang imajiner:
1) Bidang pintu atas panggul (apertura pelvis superior).
Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria,
cenderung lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter
pintu atas panggul yang biasa digunakan: diameter anteroposterior,
diameter transversal, dan diameter oblik. Diameter anteroposterior
yang penting dalam obstetrik adalah jarak terpendek antara
promontorium sakrum dan simfisis pubis, disebut sebagai konjugata
obtetris. Normalnya, konjugata obstertis berukuran 10 cm atau lebih,
tetapi diameter ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal.
Konjugata obsteris dibedakan dengan diameter anteroposterior lain
yang dikenal sebagai konjugata vera. Konjugata vera tidak
menggambarkan jarak terpendek antara promontorium sakrum dan
simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat diukur secara langsung
dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis, konjugata obstetris
diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur jarak tepi bawah
simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata diagonalis, dan
hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.

Gambar 2.2. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul:


konjugata vera, konjugata obstetris dan konjugata diagonalis yang dapat
diukur secara klinis. Diameter anteroposterior panggul tengah juga
diperlihatkan. (P = promontorium sakrum; Sim = simfisis pubis). Sumber:
Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

2) Bidang panggul tengah (dimensi panggul terkecil).


Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika, atau bidang dimensi
panggul terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement kepala
janin pada partus macet. Diameter interspinosus, berukuran 10 cm atau
sedikit lebih besar, biasanya merupakan diameter pelvis terkecil.
Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran
paling kecil 11, 5cm.

Gambar 2.3. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter


anteroposterior dan transversal pintu atas panggul serta diameter
transversal (interspinosus) panggul tengah. Konjugata obstetris
normalnya lebih dari 10 cm. Sumber: Cunningham, et al. Williams
Obstetrics, 23rd ed.
3) Bidang pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior).
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai segitiga.
Area-area ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik antara
dua tuberositas iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di ujung
sakrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan
tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus
pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan yaitu:
anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.

Gambar 2.4. Pintu bawah panggul dengan diameter-diameter yang


penting. Perhatikan bahwa diameter anteroposterior dapat dibagi menjadi
diameter sagital anterior dan posterior. Sumber: Cunningham, et al.
Williams Obstetrics, 23rd ed. d. Bidang dengan dimensi panggul terbesar
(tidak memiliki arti klinis). (Cunningham, et al., 2010)
c. Bentuk-bentuk Panggul
Caldwell dan Moloy mengembangkan suatu klasifikasi panggul yang
masih digunakan hingga saat ini. Klasifikasi Caldwell-Molloy
didasarkan pada pengukuran diameter transversal terbesar di pintu atas
panggul dan pembagiannya menjadi segmen anterior dan posterior.
Bentuk segmensegmen ini menentukan klasifikasi panggul menjadi:
panggul ginekoid, anthropoid, android, ataupun platipeloid. Karakter
segmen posterior menentukan tipe panggulnya, dan karakter segmen
anterior menetukan kecenderungannya. Kedua hal ini ditentukan karena
kebanyakan panggul bukan merupakan tipe murni, melainkan campuran,
misalnya, panggul ginekoid dengan kecenderungan android berarti
panggul posteriornya berbentuk ginekoid dan panggul anteriornya
berbentuk android. (Cunningham, et al., 2010).
Gambar 2.5. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis
yang melintasi diameter transversal terlebar membagi pintu atas menjadi
segmen posterior dan anterior. Sumber: Cunningham, et al. Williams
Obstetrics, 23rd ed.

Panggul ginekoid dianggap sebagai panggul normal wanita,


sementara panggul android merupakan varian dari panggul pria. Panggul
android lebih sering ditemukan pada wanita dengan akitvitas fisik yang
berat selama masa remaja. Panggul android juga ditemukan pada wanita
yang mengalami keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah usia 14
bulan, sementara panggul platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita
yang memiliki kemampuan posisi tegak sebelum umur 14 bulan (Leong,
2006).

3. Siklus Hormonal
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa kehamilan berguna
untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin,
persiapan tubuh untuk menghadapi persalinan dan nifas.
Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan terutaman
disebabkan oleh produksi estrogen dan progesteron plasenta serta hormon-
hormon lain. Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan.
Banyak hormon peptida dan steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
pada kondisi tak-hamil, justru dihasilkan oleh jaringan intra uterus selama
kehamilan. Apa persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut terhadap
konsentrasi hormon sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin
muncul, belum sepenuhnya dipahami.
Banyak hormon melakukan aksinya secara tidak langsung, yakni
dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan,
banyak dari substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan
aktivitan yang mencolok. Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan
didalam uterus, namun tidak semua menunjukkan fungsi endokrin yang
jelas. (Sulistyawati, Ari. 2009)
Berikut ini akan dijelaskan tentang perubahan-perubahan hormonal
selama kehamilan.
a. Hormon Estrogen Dan Progesteron
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan hormonal yang ditandai
dengan meningkatnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Siklus
peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron seringkali
mengubah komposisi mikrobiota biofilm, biologis jaringan gingiva dan
pembuluh darah.
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil. Sedangkan
Progesterone di produksi lebih banyak dibanding estrogen. Pada akhir
kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone
menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di abdomen,
punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan energy baik
pada masa hamil maupun menyusui. (Indrayani,2011).

Pengaruh estrogen dan progesteron


Estrogen Progesteron
Pengaruh – pengaruh Umum
Menyebabkan pertumbuhan baik Peningkatan sekresi, mengendurkan
ukuran maupun jumlah sel (relaksasi otot polos)
Pengaruh-pengaruh Khusus
Menyebabkan penebalan Menyebabkan penebalan
endometrium sehingga ovum yang endometrium sehingga ovum yang
sudah dibuahi dapat berimplantasi sudah dibuahi dapat berimplantasi,
menyebabkan relaksasi
Menyebabkan hipertropi dari Merelaksasi otot-otot polos dan
dinding uterus dan peningkatan berakibat :
ukuran-ukuran pembuluh darah dan  Meningkatnya waktu
limpatik sehingga mengakibatkan pengosongan lambung dan
peningkatan vaskularisasi, kongesti peristaltik
dan oedem. Perubahan ini  Meningkatkan gastrik refluks
menyebabkan adanya tanda karena relaksasi cardiac spincter
chadwick, tanda goodeli dan tanda sehingga timbul rasa panas dalam
hegar. perut (heartbum)
 Penurunan motilitas
gastrointestinal sehingga
konstipasi
Pembuluh arteri dan vena relaksasi
dan dilatasi sehingga meningkatkan
kapasitas vena dan venula
Hipertropi dan hiperplasia jaringan  Menjaga peningkatan suhu basal
payudara ibu
 Merangsang perkembangan sistem
alveolar payudara
 Dengan hormon relaksin
mengendurkan jaringan ikat, otot
dan ligamen sehingga dapat terjadi
nyeri punggung

b. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama
kehamilan, karena ditekan oleh estrogen dan progesteron plasenta.
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting yang
mempengaruhi sistem organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi
estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal.
Maka dari itu, ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam
patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon seks steroid
dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel
spesifik periodontal, dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa
perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal :
1) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan
kedalaman saku periodontal.
2) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi
3) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
4) Peningkatan sejumlah pathogen periodontal (khususnya
Porphyromonas gingivalis).
5) Peningkatan sintesis PGE2.
c. Cortisol
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan kadar kortisol
meningkat. Fungsi kortisol untuk mempertahankan homeostasis dan
meningkatkan gula darah.
Membantu mobilisasi asam – asam amino dari jaringan ibu sehingga
asam – asam amino ini dapat dipakai untuk sintesis jaringan fetus.
Bersamaan dengan kerja estrogen, menyebabkan kecenderungan wanita
hamil normal untuk mereabsorbsi kelebihan natrium dari tubulus ginjal
ibu dan oleh karena itu, retensi cairan, biasanya akan mengarah ke
hipertensi yang dipicu oleh kehamilan.
d. Aldosteron, Renin dan Angiostensin
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu
pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler
sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu
ke 10-20.
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan
vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi
terlentang. Hal itu akan berdampak pada pengurangan darah balik vena
ke jantung hingga terjadi penurunan preload dan cardiac output yang
kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial.
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada
pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke
ginjal. Pada posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun
jika dibandingkan dengan posisi miring.
Setelah minggu ke 15 kehamilan, aldosteron meningkat besar sekali,
menyebabkan retensi natrium dan air. Kadar aldosteron, Renin dan
Angiostensin yang meningkat menyebabkan naiknya volume
intravaskuler.
e. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah suatu hormon peptide
yang memperpanjang lama kehidupan korpus luteum oleh korion yang
sedang berkembang.
Selama kehamilan LH (Luteinizing Hormone) tidak diproduksi karena
peningkatan kadar progesteron, sehingga sekresi LH tertekan sebagai
akibat umpan balik negative oleh progesteron kadar tinggi. HCG = LH
memiliki fungsi merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar
tidak berdegenerasi. Selama kehamilan korpus luteum kehamilan
bertambah besar, semakin banyak menghasilkan estrogen dan
progesteron sekitar 10 minggu sampai plasenta mengambil alih sekresi
hormon – hormon ini (Sherwood, 2001).
Sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk
menyelamatkan korpus luteum dari kematian, sekresi puncak HCG
terjadi kurang lebih selama 60 hari ( 2 bulan ) setelah periode menstruasi
terakhir. Pada minggu ke 10 kehamilan sekresi HCG menurun dan
dipertahankan selama kehamilan. HCG menurun karena korpus luteum
sudah tidak dibutuhkan untuk menghasilkan hormon – hormon steroid
karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesteron
dalam jumlah yang bermakna. HCG dieleminasi dari tubuh melalui urin,
sehingga keberadaan hormon ini dapat dideteksi sampai bulan pertama
kehamilan / kurang lebih 2 minggu setelah telat menstruasi.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG), yang diproduksi oleh
plasenta yang sedang berkembang, memastikan bahwa indung telur
Anda memproduksi estrogen dan progesteron sampai plasenta matang
dan mengambil alih produksi hormon-hormon ini sekitar bulan ketiga
sampai keempat. Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat
menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6 minggu.
Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat
produksi estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormon-hormon
yang dikeluarkan oleh janin.
Tes kehamilan dilakukan untuk mendeteksi keberadaan HCG. Hasil
tes kurang sensitif pada 4-10 hari setelah terlambat menstruasi atau 3
minggu setelah konsepsi. Sel trofoblast ovum yang baru mengalami
fertilisasi mengeluarkan hormon HCG yang berfungsi mempertahankan
corpus luteum. Corpus luteum menghasilkan lebih banyak hormon
estrogen dan progesteron yang menyebabkan endometrium terus
tumbuh dan menyimpan zat-zat gizi dalam jumlah besar. Kadar HCG
mencapai puncak pada sebelum 16 minggu, dari 18 minggu ke atas
relatif konstan.
f. Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas
tirotrofik (mungkin karena subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan
produksi TSH maternal dapat ditekan pada trimester pertama kehamilan,
yakni ketika hCG mencapai kadar maksimal. TSH menunjukkan respon
yang lemah terhadap injeksi TRH pada trimester pertama, namun
kemudian respons tersebut kembali normal. Beberapa peneliti
mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual dan
muntah yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik
setelah trimester pertama. Hiperemesis gravidarum, yang merupakan
gejala mual dan muntah yang ekstrem dan patologis, dapat disebabkan
oleh hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4 bebas
yang tinggi dan supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi
tiroid masih dianggap normal selama sisa periode kehamilan.
Kebutuhan yodium maternal meningakat akibat proses transpor aktif ke
unit fetoplasenta dan karena peningkatan ekskresi yodium di urine.
Penurunan kadar yodium dalam plasma menyebabkan peningkatan
ambilan yodium dalam darah. Jika diet sudah kekurangan yodium,
kelenjar tiroid akan mengalami hipertofi untuk menangkap banyak
yodium. ( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku
Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
g. HPL (Human Placental Lactogen)
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai
2 gram /hari. Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan.yang juga
bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
Mulai disekresi pada minggu ke-5 kehamilan meningkat secara
progresi selama kehamilan. Merupakan hormon metabolik umum yang
mempunyai dampak nutrisi spesifik bagi ibu dan fetus (janin).
Fungsi :
1) Membantu perkembangan payudara
2) Sebagai hormon pertumbuhan
3) Menyebabkan penurunan glukosa ibu sehingga menyediakan glukosa
dalam jumlah lebih banyak bagi fetus untuk memenuhi nutrisi fetus
4) Merangsang pelepasan asam lemak bebas dari tempat penyimpanan
lemak pada ibu, jadi memberikan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu
h. Prolaktin Inhibiting Hormone (PIH)
Mammae akan membesar akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progestreon, akan tetapi belum mengeluarkan ASI.
Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran sedangkan progesteron
menambah sel – sel asinus pada mammae. Somatomammmoatropin
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan
perubahan pada sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin,
laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi.
Dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk
lemak disekitar kelompok- kelompok alveolus, sehingga mammae
menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak, dan
tampak lebih hitam, seperti seluruh aerola mammae karena
hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol
dipermukaan aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari
puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut
kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan
warnanya agak kuning.
Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu
belum berjalan oleh karena prolaktin ditekan oleh PIH (Prolaktine
inhibiting hormone). Postpartum dengan dilahirkanya plasenta pengaruh
estrogen, progesteron, dan somatomammotropin terhadap hipotalamus
hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target
organ. Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak
dini, sebab mengisap menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk
melepaskan oksitosin dan prolaktin, secara berturut-turut. Stres dan rasa
takut mengurangi sintesis dan pelepasan prolaktin sebab kondisi tersebut
meningkatkan sintesis dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama
dua atau tiga hari pertama puerperium, prolaktin menyebabkan
pembesaran payudara, karena alveoli terisi penuh oleh susu. Oksitosin
yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini
mengalirkan ASI kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir
subareola. Selain itu, oksitosin dapat menghambat pelepasan dopamin,
yang akan meningkatkan keberhasilan proses laktasi. ( Sumber :
Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Jakarta : EGC)
i. Pankreas
Janin membutuhkan glukosa dalam jumlah yang signifikan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan, janin tidak saja menghabiskan simpanan glukosa ibu,
tetapi juga menurunkan kemampuan ibu mensintesis glukosa. Kadar
glukosa darah ibu menurun. Insulin ibu tidak dapat menembus plasenta
untuk sampai ke janin. Akibatnya, pada awal kehamilan pankreas
menurunkan produksi insulinnya.
Seiring dengan peningkatan usia kehamilan, plasenta tumbuh dan
memproduksi hormon HPL, estrogen dan progesteron dalam jumlah
yang lebih besar. Produksi kortisol oleh kelenjar adrenal juga
meningkat. Estrogen, progesteron, HPL dan kortisol secara kolektif
menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin.
Kortisol secara stimultan menstimulasi peningkatan produksi insulin
dan meningkatkan resistensi perifer ibu terhadap insulin (misal: jaringan
tidak dapat menggunakan insulin). Insulinase adalan enzim yang
dibentuk plasenta untuk melemahkan aktifitas insulin ibu. Penurunan
kemampuan ibu untuk mengeluarkan insulinnya sendiri adalah suatu
mekanisme protektif yang menjamin suplai glukosa untuk mencukupi
kebutuhan unit fetoplasental.
Akibatnya, tubuh wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin.
Pankreas dapat memenuhi kebutuhan insulin yang secara kontinu tetap
meningkat sampai usi kehamilan aterm.
j. MSH (Malanophore Stimulating Hormone )
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu. Pigmentasi ini disebabkan pengaruh malanophore stimulating
hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon
yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai
kloasma gravidum.
Di daerah leher terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga aerola
mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai
linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak,
warna berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae livide.
Setelah partus, striae livide berubah warna menjadi putih, disebut striae
albikantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae livide
bersama striae albikantes.
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah
pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah
kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit
genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang setelah
melahirkan.

B. Konsepsi
1. Ovum dan Spermatozoa
a. Ovum
Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan oleh
ovarium dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda dengan
hewan (termasuk manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur
yang terlindung oleh bakal biji (ovulum). Sel telur manusia, berbentuk
bulat, berdiameter lebih-kurang 145 µm, dengan jumlah kromosom 23
(haploid / n). Pewarisan sifat (informasi genetik) dari pihak
wanita,terdapat dalam sel telur ini.Sel telur manusia, tidak dapat
diperbaharui. (Rukiyah, 2011).
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di
genetalia ridge.
Urutan pembuahan ovum ( oogenesis ) :
1) Oogonia
2) Oosit pertama ( Primary Oocyte)
3) Primary ovarianfillicel
4) Liquorfolliculi
5) Pematangan pertamaovum
6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
b. Spermatogenesis
Secara embrional,spermatogonium berasal dari sel primitive
tubilustestis. Setelah bayi laki–laki lahir, jumlah spematogenium yang
ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa
pubertas, dibawah pengaruh sel – sel interstisial leydig, sel – sel
spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah
spermatogenesis. Urutan pertumbuhan sperma ( spermatogenesis ):
1) Spermatogenium, membelah dua
2) Spermatosid pertama, membelah dua
3) Spermatosid kedua, membelah dua
4) Spermatid, kemudian tumbuhmenjadi
5) Spermatozoon ( sperma)
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi konsepsi:
a. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur,
ovumnya harus normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan
sperma atau amplantasi ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu,
penyebeb infertilitas pada wanita, yang dapat disebabkan oleh faktor,
psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi menjadi masalah
ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.

b. Masalah ovulasi
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar
hipofisis, atau kelenjar tyroid ( karena peningkatan kadar prolaktin dapat
disebabkan baik oleh masalah kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid
). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu kolerasi antara
hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress ( diantara pasangan
yangn mendatangi klinik infertilitas ), walaupun efek stress pada
fertilisasi memerlukan penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik, yang
meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang mempengaruhi fungsi endokrin
dapat juga menggangu siklus normal.
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan
tertentu dalam system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan
menelusuri kembali peristiwa – peristiwa yang menyebabkan ovulasi,
area – area yangn terkait dengan sistem endokrin menjadi jelas. Pertama
hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin yang
bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH.
FSH menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan
produksi estrogen, sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan
produksi progesterone. Produksi estrogen dan progesterone juga
dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari kelenjar
hipofisis. (Wylie, 2010).
2. Fertilisasi Dan Implantasi
a. Fertilisasi
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-
mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba
abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial. Jutaan spermatozoa
ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.
Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa yang dapat terus ke kavum uteri
dab tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian
ammpula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah
siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai
kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan
peningkataan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih
mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hialuronidase.
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi
neliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan
ovum. Diakhiri dengn fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa
yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, sel spermatozoa harus
melalui korona radiata yaitu dua lapisan yang menutupi dan encegah
ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu seprmatozoa. Suatu molekul
komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian
mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu
aakrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus
zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi
dengan membran plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-granula
dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan
glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu
materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Poses ini
mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran
nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya
seluruh mtokondria pada manusia berasal dari Ibu. Masuknya
spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang
masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya
(pemelahan meiosis kedua). Sesudah anafase keudian timbul telofase ,
dan benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang
hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa
juga telaah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua prronukleus saling menekati dan bersatu membentuk zigot
yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada
manusii terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom autosom dan 2
kromosom kelamin pada seoang laki-laki satu X dab satu Y. Sesudah
pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22
kromosom autosom dan 1 kromosom X atau 22 kromosom autosom dan
spermatozoa mempunyai 22 kromosom autosom serta 1 kromosom Y.
Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom autosom
serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin
laki-laki. Sedangkan yang memiliki 44 kromosom autosom serta 2
kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung banyak asam amino dan enzim. Setelah pembelahan
ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan
lancaar dan dalam 3 hari sudah terbentuk suatu kelompok sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi beradda dalam stadium morula. Energi untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus makin
berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona
pelusida tetap utuh atau dengan kata lain besarnya hasil konsepsi tetap
sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismik dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit)
dn terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia
pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
b. Implantasi / Nidasi

Implantasi atau nidasi adalah proses menempelnya embrio (tahap


blastosis) pada endometrium induk/dinding rahim sehingga terjadi
hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput endir rahim
atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut
blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di
bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini
berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi
plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai
yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan
kehamilan terkait dengan keberhasilan implantasi, produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah
maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas
terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan
menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.
Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi,
dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini berukuran besar dan
mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas. Implantasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara
trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif setempat yaitu
inhibitor sitokinin dan protease. Keberhasilan implantasi dan plasentasi
yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan
endometrium.
Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblas dalam proses
implantasi akan berlanjut dengan berbagai penyakit dalam kehailan.
Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis maternal lemah atau tidak
terjadi maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan
sindrom preeklamsia. Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta
menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu hipertensi maternal.
Kenaikan tekanan darah ibu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat,
sehingga terjadi infark plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblas yang tidak
terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti
mola hidatidosa dan koriokarsinoma.
Dalam tahap implantasi, trofoblas antara lain menghasilkan hCG.
Produksi hCG meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan
untuk kemudian turun lagi secara berangsur. Diduga bahwa fungsinya
antara lain untuk mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus dan
menghasilkan progesteron sampai plasenta dapat menghasilkan
progesteronnya sendiri. Hormon hcG inilah yang menentukan ada atau
tidaknya kehamilan.
Blastokista dengan bagian yang mengandung inner cell aktif mudah
masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian
menutup kembali. Kadang-kadang pada saat impantasi yakni pada saat
masuknnya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka
desidua (tanda Hartman).
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian
dimana massa inner cell berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang
menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila
sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium,
maka terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa.
Setelah implantasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh
dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan
dari arah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofblas di sisi bagian
dalam dan sinsiotrofoblas di sisi bagiaan luar. Kondisi ini kritis tidak
hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga untuk melindungi janin yang
tumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal.
Bila implantasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blstokista.
Sel-sel yang lebih kecil yang lebih dekat pada ruang eksoselom,
membentuk ektoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang besar
menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion.
Proses Implantasi berlangsung melalui tiga tahap yaitu Apposisi,
Adhesi, dan Invasi.
1) Apposisi
Apposisi dapat diartikan sebagai upaya berhadap-hadapan untuk
dapat saling melekatkan diri denga suatu proses tertentu. Proses ini
dimulai dengan ditembusnya zona pelusida oleh sitoplasma dari
trofektoderm sebagai cikal bakal dari trofoblas sel.
2) Adhesi
Dalam proses perlekatan mengikutsertakan molekul perlekatan
diantaranya intergins dan selektins. Pada pembentukan desidualisasi
dan permukaan embrional, endometrium dipenuhi oleh bahan
ekstraseluler terutama laminin dan fibronection yang dapat menjadi
perantara dengan sel pelekat. Demikianlah blastokis melalui
trofektodermnya mengadakan ikatan dengan menggunakan bahan
ekstraseluler sehingga dapat berikatan atau melekat dengan sel
pelekat terutama intergin, dan diikuti oleh invasi.
3) Invasi
Implantasi merupakan proses yang kompleks, mulai dari kontaknya
epitelial endometrium, destruksi jaringan ikat dan sampai invasi
pembuluh darahnya sehingga terbentuk retroplasenter sirkulasi,
serta tertanamnya hasil konsepsi keseluruhannya. Invasi trofoblas ke
dalam endometrium serta terbentuknya plasenta, ternyata
merupakan proses biologis enzimatik yang kompleks yang
berlangsung terus sehingga pada hari ke 12-13 pembuluh darah vena
mulai terbuka sehingga pada saat itu, terjadi pemberian nutrisi dari
ekstraseluler matriks dan darah vena.
Proses implantasi dengan tertaanamnya hasil konsepsi di dalam
endometrium, terjadi perubahan posisi endometrium sebagai berikut
:
a) Desidua kapsularis, bagian dari endometrium yang menutupi hasil
konsepsi.
b) Desidua parietalis, desidua yang tidak berhubungan dengan proses
kehamilan. Setelah minggu ke-14 desidua kapsularis dan desidu
parietalis bersatu karena kavum uteri menghilaang sesuai dengan
tumbuh kembangnya janin dalam uterus.
c) Desidua reflekta atau desidua vera, desidua yang terletak diantara
desidu parietalis dan desidua kapsularis atau perubahan antara
desidua kapsularis menjadi desidua parietalis
d) Desidua basalii, desidua yang berhubungan langsunng dengan
plasenta dan memberikan nutrisi kepada janin sehingga tumbuh
kembangnya menjadi sempurna.

Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam


ovulasi. coitus ( hubungan seksual ) selama 24 jam sebelum ovulasi akan
menyediakan spermatozoa pada tubafalopii yang siap menerima kedatangan
ovum. Dengan demikian penting bagi wanita mencoba untuk mengerti bahwa
ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya. Metode berikut dapat dipergunakan
untuk menilai hari ovulasi:
1. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak
6bulan, yang mencatat hari pertama setiap periode menstruasi ( hari ke 1
keduanya darah mentruasi ) dan dengan demikian menghitung waktu
ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus tersebut. Pada cara ini
diperkirakan hari – hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan
menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari – hari kapan
wanita tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka
penghitungan demikian tidak mungkindilakukan.
2. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh
sampai 0,5 derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat
sebelum mulai nya ovulasi dan kemudian meningkat segera setelah
ovulasi. System ini memerlukan pencetatan suhu mulut segera pada setiap
bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut harus menetap dalam
24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi. Pemakaian metode
ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan adanya
infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang–kadang terjadi akibat dari
pemberian obat misalnya aspirin.
3. Perubahan lendir serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan
peningkatan sekresi serviks maupun pengurangan kekentalan ( vikositas )
sekresi tersebut. Karena sekresi merupakan bagian dari sekresi vagina
maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang diharapkan dapat
mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3 bulan lagi
pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk
memperhatikan hal ini. (Prawirohardjo, 2009)
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
1. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan lunar atau
9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HTMT). Akan tetapi
sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir. Dengan demikian umur janin pascakonsepsi ada
selisih kira-kira dua minggu, yakin 266 hari atau 38 minggu. Usia
pascakonsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan
janin.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahin sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta
sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin yang
sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang-kurangnya dari
saat ovulasi.

Pertumbahan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting


yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi
belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan, Embrio (mudigah) antara
3-8 minggu dan sudah terdapat rancangan berbetntk alat-alat tubuh dan
janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan berumur di atas 8 minggu.

a. Pertumbuhan Janin
1) Perkembangan Awal Embrio
Segera setelah fertilasim, zigot yang dihasilkan mulai
mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan atau
cleavage. Melalui serangkaian tahapan, massa sel yang membelah
disebut morula. Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan yang
masuk kedalam sel, morula menjadi blastosit. Blastosit inilah yang
tertahan pada lapisan uterus. Saat proses implantasi berakhir pada
hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilasi, periode embrionik telah
dimulai.
2) Perkembangan Embrio Lebih Lanjut
a) 14 hari pertama. Blastula diberi makan oleh sitiplasmanya
sendiri. Pembuluh darah primitive untuk embrio mulai
berkembang pada mesoderm.
b) Hari ke 14-28. Pembuluh darah embrio berhubungan dengan
pembuluh darah pada villi chorion plasenta primitive. Sirkulasi
embrio/maternal dengan demikian telah terbentuk dan darah
dapat beredar.
Perkembangan yang terjadi pada janin;
(1) Kepala embrio dapat dibedakan dari badannya.
(2) Tunas-tunas tungkai dan lengan telah tampak.
(3) Terjadi sikap fleksi yang terjadi secara perlahan.
(4) System utama didalam tubuh telah ada dalam bentuk
rudimenter.
(5) Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.
c) Hari ke 28-42. Panjang embrio kira-kira 12 mm pada akhir
minggu ke enam.
Perkembangan janin;
(1) Dengan mulai memanjang dan tangan mendapatkan
bentuknya.
(2) Timbul mata dan telinga rudimenter.
(3) Telinga tampak, tetapi terletak lebih rendah.
(4) Gerakan pertama dapat dideteksi dengan ultrasound mulai
dari munggu ke enam.
d) Minggu ke 8. Menandai akhir dari masa embrio.
b. Perkembangan Fetus
1. Minggu ke 8-10
Perkembangan janin :
a) Kepala mempunyai ukuran kira-kira sama dengan tubuh.
b) Lebeh lebih panjang sehingga dagu tidak menyentuh tubuh.
c) Pusat-pusat penulangan/osifikasi muncul pada tulang
rawan/kartilago.
d) Terbentuk kelopak mata, tetapi tetap menutup sampai minggu le-
25 usus mengalami penonjolan/herniasi kedalam Funiculus
umbilicalis karena tidak tersedia cukup ruang di dalam perut.
e) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada abdomen.
Apabila perut ibu diraba terlalu keras maka fetus akan bergerak
menjauh.
2. Minggu ke 12
Perkembangan janin :
a) Panjang tubuh kira-kira 9 cm dan berat 14 gram.
b) Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh.
c) Traktus renalis mulai berfungsi.
d) Terdapat reflex menghisap dan menelan.
e) Genitalia eksterna telah tampak dan dapat di tetapkan jenis
kelaminnya.
3. Minggu ke 12-16
Perkembangan janin :
a) Panjang badan kira-kira 16 cm pada akhir.
b) Minggu ke-16 dengan berat 100 gram.
c) Kulit sangat tembus pandang/transparan sehingga vasa darah
dapat terlihat.
d) Deposit (timbunan) lemak subkutan terjadi menjelang minggu
ke-16.
e) Rambut mulai tumbuh pada kepala dan lanugo (bulu halus)
mulai tumbuh pada tubuh.
f) Tungkai lebih panjang daripada lengan.
4. Minggu ke 16-20
Perkembangan janin;
a) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang.
b) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan.
c) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada
tempatnya yang normal.
d) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh dengan
sempurna.
e) Tungkai mempunyai proporsi relative yang baik terhadap tubuh.
f) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x (walaupun sinar-x
tidak digunakan untuk keperluaan diagnosis).
g) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat seperti salep)
akan melapisi tubuh fetus/janin.
h) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan
minggu ke-18.
i) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop setelah minggu
ke-20.
j) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7-17 ml urine
dikeluarkan setiap 24 jam.
5. Minggu ke 20-24
Perkembangan janin :
a) Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu sedikit lemak
subkutan.
b) Lanugo menjadi lebih gelap dan verniks caseosa meningkat.
c) Dari minggu ke-24 dan seterusnya, fetus akan menyepak dalam
merespon rangsangan (stimulus) misalnya bising yang keras dari
luar.
d) Bayi tampat tenang apabila ibu mendengerkan musik yang
tenang dan merdu.
e) Semua organ telah tumbuh.
f) Pemberian sakarin (gula) kedalam cairan ketuban
memperlihatkan adanya kecepatan menelan dua kali lebih besar.
6. Minggu ke 24-28
Perkembangan janin :
a) Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan baik.
b) Rambut menutupi kepala.
c) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan
kerutan kulir berkurang.
d) Testes mengalami penurunan dari abdomen ke dalam skrotum
pada minggu ke-28.
e) Fetus yang lahir pada akhir masa ini mempunyai angka kematian
atau mortalitas yang tinggi karena gangguan pernapasan atau
respirasi.
7. Minggu ke 28-32
Perkembangan janin :
a) Lanugo mulai berkurang.
b) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak disimpan disana.
c) Testis terus menurun.
8. Minggu ke 32-36
Perkembangan Janin :
a) Lanugo sebagian besar telat terlepas atau rontok tetapi kulit
masih tertutup oleh vernix caseosa.
b) Testis fetus laki-laki terdapat didalam skrotum pada minggu ke
36.
c) Ovarium perempuan masih berada di sekitar cavitas pelvic.
d) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari.
e) Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat abdomen.
9. Minggu ke 36-40
Perkembangan Janin :
a) Penulangan atau osifikasi tulang tengkorak masih belum
sempurna. Tetapi keadaan ini merupakan keuntungan dan
memudahkan lewatnya fetus melalui jalan lahir.
b) Gerakan pernafasan fetus dapat di identifikasi pada pemindaian
ultrasound. Sekarang terdapat cukup jaringan lemak subkutan,
dan fetus mendapat tambahan berat badan hampir 1 kg pada
minggu tersebut.
2. Struktur dan fungsi amnion
a. Struktur amnion
Amnion (air ketuban) merupakan elemen dari kehamilan
yang sangat penting untuk diketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan
acuan dalam menentukan diagnosa kehamilan dan kesejahteraan
janin. Ukuran cavitas amniotica yang makin meningkat, sebagian
disebabkan oleh fetus yang berkembang dan sebagian oleh adanya
cairan yang timbul mulai kehamilan 4 minggu.
Cairan amnion ini terutam berasal dari sel-sel membrane
amnion, yaitu ectoderm. Urine fetus ditemukan dalam cairan amnion
sejak minggu ke-4 dan urine ini terutama terdiri atas air karena
produk limbah diekskresikan lewat system sirkulasi fetal-maternal.
Setelah 20 minggu, cairan dari paru-paru fetus juga masuk ke dalam
cairan amnion. Terkadang cairan ini disebut liquor amnii, yaitu
cairan jernih berwarna seperti jerami dengan reaksi alkalis sehingga
dapat dibedakan dari urine ibu setelah pecahya membrane.
Komposisi; 99% air dan 1% zat-zat padat, yang meliputi;
protein, lemak, urea, asam urat, karbohidrat, garam mineral, enzim-
enzim, hormone plasenta, pigmen empedu, verniks kaseosa, lanugo
dan sel-sel fetus yang mengelupas.
b. Fungsi Amnion ( Cairan Ketuban)
1) Cairan amnion atau air ketuban berfungsi saat hamil :
a) Melindungi fetus terhadap trauma dari luar
b) Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas
c) Memungkinkan anggota badan fetus berkembang dan
bergerak tanpa saling menekan satu sama lain tanpa tertekan
oleh badan fetus atau dinding uterus.
d) Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai
peredam goncangan (shock absorber)
e) Menstabilkan suhu intrauteri
2) Pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap utuh
sampai persalinan telah maju, maka cairan amnion :
a) Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala fetus
terhadap tekanan
b) Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril
c) Bekerja sebagai baji (wedge) untuk membantu dilatasi serviks
d) Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah
plasenta
e) Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat
sebelum kelahiran pada saat saccus amnionticus pecah.
3. Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Tali Pusat
Tali pusat merupakan bagian janin yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin, meskipun tidak menutup kemungkinan juga
tali pusat dapat menyebabkan penyulit persalinan, misalnya pada kasus
lilitan tali pusat.
a. Struktur tali pusat
1) Terdiri atas 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis.
2) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.
3) Di dalamnya terdapat jaringan lembek, yang dinamakan selai
Warthon. Selai Warthon berfungsi melindungi 2 arteri dan 1 vena
umbilikalis yang berda dalam tali pusat.
4) Panjang rata – rata 50 cm.
b. Fungsi tali pusat
1) Media transportasi nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh
janin.
2) Media transportasi untuk pengeluaran sisa metabolisme janin ke
tubuh inu.
3) Media tranportasi zat antibodi dari ibu ke janin.
c. Sirkulasi tali pusat
Kedua arteri dan satu vena yang berda dalam tali pusat
menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta.
Gambar 2. sirkulasi tali pusat
Kelainan insersi:
a) Insersi lateral : insersi pada pinggir plasenta
b) Insersi battledore : insersi pada tepi plasenta
c) Insersi velamentosa : insersi pada membrane plaasenta

4. Struktur, fungsi, dan sirkulasi plasenta


a. Struktur Plasenta
1) Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal 2-2,5 cm.
2) Berat rata-rata 500 gram.
3) Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus.
4) Terdiri atas dari 2 bagian :
a) Pars maternal : bagian plasenta yang menempel pada
desidua. Terdapat kotiledon (rata-rata 20 kotiledon).
Dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin.
b) Pars fetal : terdapat tali pusat (insersio,penanaman tali
pusat).
Insersio sentralis : penanaman tali pusat di tengah plasenta.
Insersio marginalis : penanaman tali pusat di pinggir
plasenta.
Insersio velamentosa : penanaman tali pusat di selaput
janin/selaput amnion.

Gambar 3. Struktur Plasenta


b. Fungsi Plasenta
1) Memberi makan kepada janin
2) Ekskresi hormone
3) Respirasi janin, tempat pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan
ibu
4) Member hormone estrogen
5) Menyalurkan berbagai antibody dari ibu
6) Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya
mikroorganisme atau kuman.
Fungsi utama plasenta adalah:
1) Alat metabolisme
Terutama pada saat kehamilan muda. Plasenta mensintensi
glikogen, kolestrol dan asam lemak yang merupakan persediaan
nutrient dan energy untuk embrio.
2) Alat transfer
Ada 5 mekanisme zat lewat selaput plasenta yaitu:
a) Difusi sederhana
Difusi sederhana tergantung pada perbedaan kadar,
konstanta difusi dan luar permukaan difusi. Zat-zat yang
lewat plasenta dengan cara ini adalah oksigen,
karbondioksida, karbonmonoksida. Beberapa senyawa/obat
dengan molekul kecil dapat pula lewat dengan cara ini.
Karena heparin bermolekul besar, ia tidak dapat melewati
plasenta.
b) Difusi yang dipercepat / dipermudah.
Contoh yang nyata adalah transport glukosa dari ibu ke janin.
c) Transport aktif
Zat yang lewat dengan transport aktif antara lain adalah
asam amino esensial dan vitamin yang larut dalam air.
d) Pinositosis
Pinositosis adalah suatu bentuk transport dengan cara
memasukka zat secara utuh.
e) Kebocoran
Ini terjadi karena adanya kerusakan pada villi, sehingga
selaput plasenta robek. Contoh pada saat persalinan, pada
saat ini sel darah janin dapat dengan mudah memasuki
sirkulasi maternal.
c. Sirkulasi Plasenta
Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terjadi pada hari ke-17, saat
jantung embrio mulai berdenyut. Pada minggu ke-3, darah embrio
bersikulasi diantara embrio dan villi korion.
Darah fenosa (tanpa oksigen) meninggalkan janin melalui
arteri umbilikalis dan masuk kedalam plasenta. Didalam villi ia
membentuk system arteri-kapiler-vena. Villi ini terbenam dakam
lacuna (pada saat ini adalah spasium intervilosum) sehingga
sebenarnya tidak terdapat percampuran darah antara darah vena
janin dan darah ibu. Darah arteri (teroksigenasi) masuk kedalam
janin melalui vena umbilikalis. Darah maternal masuk kedalam
spasium intervilosum dengan cara menyemprot. Karena perbedaan
tekanan yang tinggi antara tempat masuknya darah (60-70 mmHg)
dengan tekanan diantara villi (20 mmHg) maka darah sempat
berputar-putar disekitar villi. Pada saat inilah pertukaran gas dan
nutrient antara janin dan ibu terjadi. Selanjutnya darah materal
masuk kembali melalui vena dalam endometrium. Kecepatan aliran
darah uteroplasenta naik selama kehamilan, dari kira-kira 50 ml/
pada minggu ke-10 sampai 500-600 ml/menit pada saat aterm.

5. Sirkulasi Darah Janin


Gambar 4. Sirkulasi darah janin
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis
yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali
pusat sekitar 125 ml/kg/bb permenit atau sekitar 500 ml permenit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam
vena cava inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava inferior
mengalir melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel
kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh. Darah yang
mengandung karbon dioksida dari tubuh bagian atas, emmasuki
ventrikel kanan melalui vena cava superior.
Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteiosus. Darah ini
kembali ke plasenta melalui aorta, arteri iliaka interna dan arteri
umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen
ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari curah jantung yang sudah
terkombinasikan kembali ke plasenta tanpa melalui paru – paru.
6. Menentukan Usia Kehamilan
Cara menghitung usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu dengan menghitung hari berdasarkan HPHT, dengan
mengukur tinggi fundus uteri, dengan mengetahui pergerakan pertama
janin serta dengan USG.
a. Rumus Naegele
1) Usia kehamilan dihitung 280 hari
2) Patokan HPHT atau TP
HPHT adalah hari pertama haid terakhir seorang wanita
sebelum hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan
anamnesis pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan,
maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Haid
terakhir tersebut harus normal, baik dari lamanya maupun dari
banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstrurasi dengan frekuensi dan lama seperti
menstruasi yang seperti biasa.
TP adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa
ditentukan setelah HPHT di dapatkan. Berikut rumus yang
digunakan:
TP : Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT dikurang 3
Tahun HPHT ditambah 1 (jika bulan lebih dari 4-12)
TP : Tanggal HPHT ditambah 7
Bulan HPHT dikurangi 3
Tahun HPHT ditambah 1 (jika bulan lenih dari 1-3)
Jika dari HPHT: dihitung secara rinci hari – hari yang sudah dilalui
dimulai dari HPHT sampai tanggal waktu perhitungan.
Contoh HPHT: 15 Juli 2007, tanggal perhitungan 23 maret 2008
Jika dihitung berdasarkan bulan yang dijalanio adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah Hari Jumlah Minggu Sisa hari
Juli (sisa) 15 2 1
Agustus 31 4 3
September 30 4 2
Oktober 31 4 3
November 30 4 2
Desember 31 4 3
Januari 31 4 3
Februari 28 4 -
Maret 23 3 2
(berjalan)
Total 33 19 = 2 – 3
minggu
Usia kehamilan (UK) = 33 + 2 = 35 minggu
atau
33 + 3 = 36 minggu
34 – 36 minggu

Jika dari TP:


Dihitung secara rinci hari – hari yang belum dilalui secara
mundur dimulai dari TP sampai tanggal waktu perhitungan,
kemudian mengurangi dari 40 minggu (bulan aterm) dengan hasil
hitungan.
Contoh :
HPHT 15 Juli 2007, tanggal perhitungan 23 Maret 2008
a) Menghitung TP = HPHT, hari ditambah 7, bulan dikurang 3 dan
tahun ditambah 1, atau hari ditambah 7 bulan ditambah 9 tahun
tetap.
Contoh : 15 – 07 – 2007
15 – 03 – 2007
+07 – 03 – 1
+7 + 09 + 0
22 – 04 – 2008
22 – 12 – 2007
b) Menghitung hari – hari yang belum dilalui mundur dari TP
Bulan Jumlah hari yang Jumlah minggu Sisa hati
belum dilalui
April (TP) 22 3 1
Maret (tanggal 8 1 1
perhitungan)
Total 4 2=0-1 minggu
Minggu yang belum dilalui = 4 – 5 minggu

c) Mengurangi minggu aterm (40 minggu) dengan hasil hitungan


nomer 2
UK = 40-4
= 36 minggu atau UK = 40-5 UK : 34 – 36 minggu
= 35 minggu
b. Gerakan pertama fetus
Diperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada usia kehamilan
16 minggu terdapat perbedaan. Namun, perkiraan ini tidak tepat
karena perbedaan merasakan gerakan antara primigravida dengan
multigravida. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18
minggu, sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu.
c. Perkiraan tinggi fundus uteri
Perkiraan dengan TFU ini merupakan perkiraan yang harus
diketahui oleh bidan. Perkiraan dengan TFU akan lebih tepat pada
kehamilan pertman, tetapi kurang tepat pada kehamilan berikutnya.
Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan
Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas 12 minggu
simfisi
½ simfisi – pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah 20 minggu
pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
½ pusat – proccesus xypoideus 32 minggu
Setinggi proccesus xypoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) di bawah PX 40 minggu

7. Menentukan periode kehamilan


Istilah – istilah yang berkaitan dengan periode kehamilan adalah:
a. Aterm : janin dikatan cukup bulan apabila usia kehamilannya
mencapai 38-42 minggu.
b. Prematur/pretem : janin dengan usia kehimalan kurang dari 38
minggu.
c. Postmatur/postterm : janin dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
d. Perinatal : periode dimulai pada usia kehamilan 22 minggu dengan
berat janin 500 gram hingga 7 hari setelah bayi dilahirkan.
e. Masa nifas : periode segera setelah kelahiran bayi hingga 40 hari (6
minggu) dimana tubuh ibu kembali ke kondisi sebelum hamil.
D. Evidence Based Pada Pemeriksaan HCG (Human Chorionis
Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatogafi
1. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, untuk mendeteksi adanya HCG
dalam urine wanita yang diduga hamil dari 20 sampel yang telah diperiksa
didapatkan hasil yang positif me- ngandung HCG ada 6 sampel dan 14
sampel yang negatif (tidak mengandung HCG). Dengan adanya HCG
dalam urin dapat membantu untuk mengetahui kehamilan. Dari 14 sam-
pel menunjukkan hasil negatif kemungkinan disebabkan karena stres,
menopouse dini, pathologis, kadar HCG dalam urin probandus kurang
dari 25 mIU/ml sehingga tidak dapat terdeteksi.
Pemeriksaan HCG immunokromatografi merupakan reaksi
antara urine wanita hamil yang mengandung a dan þ HCG (monoclonal
HCG lengkap) dengan anti a dan anti þ HCG pada test line (T) dan control
line (C). Apabila stick planotest dimasukkan dalam urine, maka urine
akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urine yang
mengandung a dan þ HCG dengan anti a dan anti þ HCG pada test line
(T) dan control line (C) akibatnya akan timbul garis warna merah pada
test line (T) dan control line (C), garis warna merah ini menunjukkan hasil
yang positif. Dan apabila garis warna merah tidak tampak pada test line
(T) atau hanya terdapat pada control line (C) menun- jukkan hasil test
yang negative, karena tidak terjadi reaksi antara monoklonal HCG leng-
kap dengan anti a dan anti þ HCG.
Garis warna merah yang terjadi pada test line (T) dapat terjadi
karena pada test telah disensitisasi Ag dan konjugat ditambah urine
sehingga kromogen berikatan dengan Ab maka akan terbentuk reaksi
garis warna merah. Konjugat berisi Ab yang ditempeli enzyme jika
kromogen bereaksi dengan en- zyme (peroksidase), maka warna
tereduksi sehingga tidak terbentuk warna merah teta- pi apabila warna
teroksidasi akan terbentuk warna merah pada test line (T).
Pada pemeriksaan kehamilan dapat menggunakan sampel urin
karena pengambilan sampel mudah, praktis, dan hanya memerlukan
tempat penampung urin saja.
Keuntungan pemeriksaan HCG secara immunokromatografi :
a. Cepat, sehingga waktu yang dibutuhkan sangat singkat
b. Mudah didapat karena diperdagangkan secara komersil
c. Pesien dapat melakukan sendiri tanpa pergi ke RS, puskesmas, atau
pada bidan setempat
d. Hasil pemeriksaan mudah dibaca sehing- ga tidak perlu diragukan.

Meskipun banyak keuntungan dari pemeriksaan metode ini,


tetapi juga terdapat beberapa kekurangan yaitu : tidak diketahui kadar
HCG secara pasti, membutuhkan biaya yang mahal. Test kehamilan
metode ini terutama digunakan untuk mendeteksi ke- hamilan pada
awal setelah terjadinya ovulasi. HCG dapat di deteksi dalam urine
wanita hamil kira-kira 7 hari setelah pembuahan sel telur. Dengan
adanya HCG maka akan sangat membantu dalam penentuan diagnose
kehamilan dini. Pemeriksaan ini menunjukkan hasil yang positif lebih
besar apabila digunakan urine pagi hari karena lebih kon- sentrat
sehingga mengandung lebih banyak HCG per satuan volume. Pemilihan
metode untuk pemeriksaan adanya HCG dalam urine wanita yang
diduga hamil dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan dari masing-
masing reagen yang digunakan untuk pemeriksaan.
2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan HCG dari 20 sampel yang
diperiksa, didapatkan hasil 6 positif yang mengandung HCG dan 14
sampel negative yang tidak mengandung HCG.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anatomi organ reproduksi wanita, bidan dapat memahami aspek-
aspek klinis pada saat seorang wanita hamil, bersalin maupun nifas. Sebagai
contoh, dalam masa kehamilan timbul perubahan –perubahan pada alat
kandungan yang harus, dalam masa persalinan terdapat perubahan-
perubahan pembukaan jalan lahir dan pada masa nifas terjadi adanya proses
yang disebut involusi. Disamping itu, agar bidan mengerti proses fisiologik
(faal normal) atau patologik (faal tidak normal) lahirnya bayi, maka bidan
memerlukan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi ini.
B. Saran

Pengetahuan anatomik mengenai organ reproduksi wanita sangat


perlu dimiliki oleh bidan karena pengetahuan tentang organ reproduksi
wanita ini merupakan dasar ilmu terhadap pelayanan yang akan diberikan
pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Harti,Sri dkk.2013.Pemeriksaan HCG (Human Chorionis


Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi.Jurnal KesMaDaSka.Prodi S-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
M. Fraser, Diane. 2011. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta;
Penerbit EGC

Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta ; Penerbit EGC

Megasari, M. 2014. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Budi


Utama
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

Roumali, suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Y.A dan L Yulianti. 2011. Asuhan Kebidanan 1(Kehamilan).
Jakarta : :TIM.

Saifuddin, A.B. et al. (2010). Ilmu Kebidanan, YBPSP Jakarta


Siregar, Ramona, Dewi. 2016. Biomedika : hubungan antara kelainan siklus
menstruasi dengan kejadian akbe vulganis pada santriwati SMA islam
terpadu nur hidayah kartasura. FK Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Agustus 2016.
Wylie L dan H Bryce. 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan
Medis Kehamilan dan Persalinan, Jakarta :EGC.

Studi Kasus:
Ny. D datang ke Bidan Praktik Mandiri megaku telat haid. HPHT : 05-07-2019.
Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, pernapasan 24 x/m, suhu 36,6 °C, palpasi 3
jari di bawah pusat. Ibu sudah merasa gerakan janin. Berdasarkan HPHT tersebut
Ny. D ingin mengetahui kapan hari perkiraan lahir dan berapa usia kehamilannya
sekarang.
Pembahasan:
Jika HPHT Ny.D tanggal 05-07-2019, maka HPLnya adalah:
05 – 07 – 2019
+7 (-03) +1
12 – 04 – 2020
Dan usia kehamilan Ny.D adalah :
HPHT 05 – 04 – 2019
TP 03 – 09 – 2019
Hasil adalah maka usia kandungan Ny. D adalah 20 minggu 2 Hari.
Berdasarkan pemeriksaan di atas untuk mengetahui usia kehamilan
berdasarkan tinggi fundus uteri. Dimana dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan
palpasi 3 jari di bawah pusat sesuai dengan perikiraan usia kehamilan berdasarkan
tinggi fundus uteri.
Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas 12 minggu
simfisi
½ simfisi – pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah 20 minggu
pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
½ pusat – proccesus xypoideus 32 minggu
Setinggi proccesus xypoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) di bawah PX 40 minggu
Berdasarkan hasil pengkajian bahwa ibu saat ini sudah merasakan gerakan
janin sesuai dengan perkembangan fetus minggu ke 16-20.
k) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang.
l) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan.
m) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada tempatnya
yang normal.
n) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh dengan sempurna.
o) Tungkai mempunyai proporsi relative yang baik terhadap tubuh.
p) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x (walaupun sinar-x tidak digunakan
untuk keperluaan diagnosis).
q) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat seperti salep) akan
melapisi tubuh fetus/janin.
r) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah kehamilan minggu ke-18.
s) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop setelah minggu ke-20.
t) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7-17 ml urine dikeluarkan
setiap 24 jam.
MAKALAH PERUBAHAN ANATOMI DAN ADAPTASI
PADA IBU HAMIL TRIMESTER I, II DAN III
Disusun dan diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan
Dosen Pembimbing : Herni Kurnia, SST., M.Keb

Disusun oleh :

1. Asti Siti Fujianti P20624319003


2. Dilla Novellitia Sudrajat P20624319009
3. Elga Nurmaisya P20624319010
4. Imas Puspitasari P20624319016
5. Nur fitri Ratna Yulia P20624319023
6. Ratna Dwi Astriani P20624319025
7. Veny Puspita P20624319039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa.
Karena dengan taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Perubahan Anatomi dan Adaptasi pada Ibu Hamil
Trimester I, II dan III” merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.
Dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca. Akhir kata mudah - mudahan
makalah yang sangat sederhana ini akan bermanfaat bagi penulis dan pembaca
dimasa yang akan datang.

Tasikmalaya, 02 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
A. Perubahan Anatomi dan Adaptasi pada Ibu Hamil Trimester I, II dan III ..........2
1 Sistem Reproduksi.....................................................................................2
2 Payudara ....................................................................................................6
3 Sistem Endokrin ........................................................................................7
4 Sistem Kekebalan ....................................................................................10
5 Sistem Perkemihan ..................................................................................10
6 Sistem Pencernaan ...................................................................................11
7 Sistem Muskuloskeletal...........................................................................12
8 Sistem Kardiovaskuler ............................................................................13
9 Sistem Integumen ....................................................................................14
10 Metabolisme ..........................................................................................15
11 Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) ........................................16
12 Darah dan Pembekuan Darah ................................................................18
13 Sistem Pernafasan .................................................................................19
14 Sistem Persyarafan ................................................................................20
15 Evidence Based .....................................................................................22
BAB III PENUTUP ..............................................................................................28
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................28
3.2 Saran .....................................................................................................28
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah bagian dari siklus kehidupan wanita yang pada dasarnya
merupakan hal yang fisiologis, kehamilan akan membuat perubahan baik secara
fisik maupun secara psikologis, setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu
hamil memerlukan suatu proses adaptasi.
Proses adaptasi fisiologi adalah cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan perubahan fisik yang normal terjadi pada ibu hamil selama dalam
masa kehamilan. Perubahan tersebut terjadi pada semua organ tubuh ibu hamil,
seperti pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem
kardiovaskuler, sistem integumen, metabolisme, berat badan dan indeks massa
tubuh, darah dan pembekuan darah, sistem pernafasan dan sistem persyarafan.
Sebagai seorang bidan, seharusnya mengetahui perubahan-perubahan
anatomi dan proses adaptasi fisiologi yang terjadi pada ibu selama dalam masa
kehamilan agar asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi ibu hamil tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada sistem reproduksi,
payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem integumen,
metabolisme, berat badan dan indeks massa tubuh, darah dan pembekuan darah,
sistem pernafasan dan sistem persyarafan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada sistem
reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem perkemihan,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem
integumen, metabolisme, berat badan dan indeks massa tubuh, darah dan
pembekuan darah, sistem pernafasan dan sistem persyarafan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil Trimester I, II,
III
1. Sistem Reproduksi
a. Trimester I
1) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh
estrogen dan progesteron. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh
adanya peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, Hyperplasia
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan hipertropi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada), dan
perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis,
fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. (Pantikawati,
Ika 2012)
Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada
kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada minggu-minggu
pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat istmus menjadi
panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Perlunakan istmus uteri
pada sambungan serviks dan korpus ini timbul pada 6 minggu pertama
setelah haid. (Prawirohardjo, S. 2014)
2) Vulva dan Vagina
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina
dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan (normalnya,
warna bagian ini pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda). Warna
kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon
progesterone.. pH vulva dan vagina mengalami peningkatan dari 3.5
menjadi 6 yang membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina.
(Prawirohardjo, S. 2014)

3) Ovarium
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih
terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu, kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk. (Pantikawati, Ika
2012)
4) Serviks Uteri
Serviks uteri dalam kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Jika korpus uteri lebih banyak mengandung jaringan otot,
maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan
otot.jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat
kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi serta
meningkatnya suplai darah maka konsistensi serviks menjadi lunak yang
disebut tanda Goodell. (Pantikawati, Ika 2012)
b. Trimester II
1) Uterus
Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang
amnion yang berisi janin dan ismus menjadi bagian korpus uteri. Bentuk
uterus berbentuk buat dan berangsur-angsur berbentuk lonjong seperti telur,
ukurannya sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa. (Pantikawati, Ika
2012)
16 minggu : pertengahan symfisis-pusat
20 minggu : 2 jari dibawah pusat
24 minggu : sepusat
2) Vulva dan Vagina
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises
ini biasanya membaik selama periode pasca partum. (Pantikawati, Ika 2012)
3) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus
luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian mengecil setelah
plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini
mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini
diambil oleh plasenta. (Prawirohardjo, S. 2014)
4) Serviks Uteri
Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan
berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
(Prawirohardjo, S. 2014)
c. Trimester III
1) Uterus
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada
trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga
segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-
masa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang
tebal dan segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis
dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada dinding SBR.
(Pantikawati, Ika 2012)
28 minggu : 2 jari diatas pusat
32 minggu : pertengahan pusat-prosesus xifoideus
36 minggu : 1-2 jari dibawah prosesus xifoideus
40 minggu : 3 jari dibawah prosesus xifoideus
Perubahan istmus sesuai dengan perkembangan uterus

Perkembangan uterus berdasarkan usia kehamilan


2) Vulva dan Vagina
Vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan
mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami
hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna
keputihan dan lebih kental. (Pantikawati, Ika 2012)
3) Serviks Uteri
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi
penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak
dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan. (Pantikawati, Ika 2012)
2. Payudara/Mammae
a. Trimester I
Payudara/Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola
mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari
areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar dinamakan tuberkel
Montgomery. (Prawirohardjo, S. 2014)
Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron
menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomamotropin
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan
dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbmin, dan
laktoglobulin, dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi.
Disamping ini, dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin,
terbentuk lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae
menjadi lebih besar, papillia mammae akan membesar, lebih tegak dan akan
lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan aerola
mammae. (Pantikawati, Ika 2012)
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit
berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang
terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan biru di bawah permukaan
kulit. Kongesti vena dipayudara lebih jelas terlihat pada primigravida. Striae
dapat terlihat dibagian luar payudara. (Prawirohardjo, S. 2014)
b. Trimester II
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
kental kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal
dari asinus yang mulai bersekresi. Sesudah partus kolostrum ini agak kental
dan warnanya agak kuning. Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan,
pengeluaran air susu belum dapat berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan
oleh PIH (Prolactine Inhibiting Hormone). (Pantikawati, Ika 2012)
c. Trimester III
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan
yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum.13 Pada trimester 3 aliran
darah di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.
(Pantikawati, Ika 2012)
3. Sistem Endokrin
a. Trimester I
Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium
menghasilkan estrogen dan progesteron, fungsi utamanya pada stadium ini
adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah
pelepasan serta pembesaran desidua tersebut. Sel-sel trofoblast
menghasilkan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang akan
mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembbang penuh dan
mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum.
(Pantikawati,Ika 2012).
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan
pascapartum (nifas). Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat
menjadi 2 kali lipat tiap 48 jam sampai kehamilan 6 minggu.

1) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil. Estrogen
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fetus, pertumbuhan
payudara, retensi air dan natrium, pelepasan hormon hipofise.
2) Progesteron
Produksi progesteron bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen.
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dijaringan subkutan di
abdomen, punggung dan paha atas. Lemak disimpan sebagai cadangan
energi baik pada masa hamil maupun menyusui. Progesteron
mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi jaringan
ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus dan alveoli,
perubahan sekretorik dalam payudara.
3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan dan
merupakan dasar tes kehamilan, puncak sekresinya terjadi kurang lebih
60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamanya adalah mempertahankan
korpus luteum. Adanya hormon HCG menunjukkan pada pemeriksaan
urine hasilnya positif.
4) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini diprosuksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2
gram/hari. Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat
diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin pada wanita hamil naik.
5) Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan
karena ditekan oleh estrogen dan progesteron plasenta.

6) Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target
organ.
7) Hipofisis
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan,
namun kadar prolaktin meningkat.
8) Tiroksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat.
Tetapi T4 relatif tetap, karena thyroid binding globulin meningkat,
sebagai akibat tingginya sistem estrogen, dan juga merupakan akibat
hyperplasia jaringan glandulardan peningkatan vaskularisasi. Tiroksin
mengatur metabolisme.
9) Aldosteron, Renin, dan Angiostensin
Hormon ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
Hampir semuanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal ibu. Terjadi
peningkatan selama kehamilan berperan dalam mendukung retensi
natrium dan air.
10) Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesteron, dan
HPL.
11) Hormon-hormon lainnya
Ureter berdilatasi, perubahan fungsi ginjal selama kehamilan
dipengaruhi oleh hormon maternal dan plasenta termasuk
Adenocortricotrofik Hormonal (ACTH), ACH (Anti Diuretic Hormon),
aldosteron, kortisol, HCS (Human Chorionic Somatrotopin), dan hormon
tiroid.
b. Trimester II
Adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron serta
terhambatnya pembentukan FSH dan LH. Ovum tidak terbentuk tetapi
estrogen dan progesteron yang terbentuk. Ovulasi akan terjadi peningkatan
sampai kadar relatif rendah. (Pantikawati, Ika 2012)
Sekresi hipofisis, kelenjar hipofisis anterior membesar sedikitnya 50%
selama kehamilan dan meningkat kortikotropin, tirotropin, dan prolaktin.
Sekresi kortikosteroid, meningkat selama kehamilan untuk membantu
mobilisasi asam amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk
sintesis jaringan janin. (Pantikawati, Ika 2012)
Sekresi kelenjar tiroid, membesar sekitar 50% dan meningkat produksi
tiroksin yang sesuai dengan pembesaran tersebut. (Pantikawati, Ika 2012)
c. Trimester III
Hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang
mammae semakin membesar dan meregang untuk persiapan laktasi.
(Pantikawati, Ika 2012)
4. Sistem Kekebalan
Peningkatan PH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut
lebih rentan terhadap infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama
kehamilan akan tetap utuh, kadar imunoglobulin dalam kehamilan tidak
berubah. Imunoglobulin G atau IgG merupakan komponen utama dari
imunoglobulin janin di dalam uterus dan neonatal dini. IgG merupakan satu-
satunya imunoglobulin yang dapat menembus plasenta sehingga immunitas
pasif akan diperoleh oleh bayi. Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari
infeksi selanjutnya. (Pantikawati,Ika 2012).
5. Sistem Perkemihan
a. Trimester I
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus
sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan
naik ke abdomen.Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan.
Lajufiltrasi glomerulus(GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat
pada awal kehamilan (Prawirohardjo, S. 2014).

b. Trimester II
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga
penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya
peningkatan vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan hiperemia
pada kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat
mudah berdarah bila terluka dan mukosa kandung kemih dapat menurun.
Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 cc.
(Mochtar Rustam, 2015).
c. Trimester III
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun kepintu atas
panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan
sering berkemih pun dapat muncul kembali. Pada kehamilan tahap lanjut,
pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat
pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid
disebelah kiri. Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu
menampung urin dalam volume yang lebih besar dan juga dapat
memperlancar laju aliran urine. Selain itu, Pada ekskresi akan dijumpai
kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak. (Prawirohardjo,
S. 2014).

6. Sistem Pencernaan
a. Trimester I
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah.
Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena
pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus
digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari
biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang
mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa
yang bisa mengurangi rasa mual (Cunningham, 2006).
Menurut penelitian Kundarti dkk (2013) bahwa mual muntah dapat
dikurangi dengan minum jahe sesuai dengan penelitian ini. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa terjadi penurunan yang cukup terhadap derajat mual
muntah pada kelompok eksperimen. Jahe bisa memperbaiki sistem
pencernaan pada ibu hamil sehingga bisa mengurangi mual muntah pada ibu
hamil. Faktor lain yang bisa mempengaruhi hasil penelitian ini sehingga
bisa mengurangi mual muntah ibu yakni dari jenis makanan yang
dikonsumsi ibu. Salah satu responden pada kelompok yang diberi jahe
didapatkan terjadi peningkatan mual muntah karena ibu sering
mengkonsumsi makanan berminyak. Meskipun ibu mengkonsumsi jahe
tetapi jika faktor pemicu mual muntah ibu tidak dihindari maka tetap akan
terjadi peningkatan mual muntah.
Menurut penelitian Putri dkk (2017) mengatakan bahwa Hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa baik secara klinis maupun statistik, minuman
jahe hangat memberikan pengaruh terhadap penurunan frekuensi mual
muntah pada ibu hamil trimester pertama. Jahe dapat mencegah mual dan
muntah karena jahe mampu menjadi penghalang serotinin, sebuah senyawa
kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa
mual. Penelitian lain menunjukkan hasil bahwa jahe efektif dalam
mengurangi mual dan muntah selama kehamilan trimester I. Yang
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis adanya penurunan rata- rata penurunan
mual dan muntah sebelum diberikan intervensi sebesar 3,87 dan setelah
diberikan intervensi 2,78 p-value 0,014 (< α = 0,05)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yantina dkk (2016) Peppermint
mempunyai khasiat untuk mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil, hal
ini dikarenakan kandungan menthol (50%) dan methone (10-30%) yang
tinggi. Selain itu Peppermint telah lama dikenal memberi efek karminatif
dan antispsamodik, yang secara khusus bekerja di otot halus saluran
gastrointestinal dan saluran empedu. Peppermint dapat digunakan sebagai
solusi untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan, karena
mengandung aromaterapi dan minyak esensial yang memiliki efek
farmakologis. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan ada pengaruh
pemberian Essensial Oil Peppermint terhadap intensitas mual dan muntah
pada ibu hamil trimester I.
b. Trimester II
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser
ke arah atas dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada
kehamilan trimester 3 (Cunningham, 2006).
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut mendesak organ dalam perut
khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir
(Hemorroid) cukup sering pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi
dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena hemorroid
(Pantikawati, Ika 2012).
c. Trimester III
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunansekresi asam lambung.Akibatnya,
tonus sphincteresofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan
refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti
heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan
nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi.
Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung
(Prawirohardjo 2014).
Menurut WHO (2016) untuk ibu yang mengalami konstipasi selama
kehamilan meningkatkan makanan yang kaya akan serat dan air seperti
sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan.
7. Sistem Muskuloskeletal
a. Trimester I
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.
Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi
relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan
jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan
fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama
kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk
terpenuhi (Prawirohardjo, S. 2014:185).
b. Trimester II
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas
persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi
cairan pada connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan
tangan (Prawirohardjo, S. 2014:185).
c. Trimester III
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca,
sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan
karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak
nyaman pada bagian bawah punggung (Prawirohardjo, S. 2014:185).
Menurut penelitian Mediarti dkk (2014) mengatakan bahwa terdapat
pengaruh yoga terhadap pengurangan keluhan selama trimester III. Yoga
yang dilakukan secara teratur memiliki banyak manfaat yang dirasakan.
8. Sistem Kardiovaskuler
a. Trimester I
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu
pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi
vaskuler sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload
meningkat sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada
minggu ke 10-20 (Cunningham, 2006).
b. Trimester II
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang.
Hal itu akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung
hingga terjadi penurunan preload dan cardiac outputyang kemudian dapat
menyebabkan hipotensi arterial (Prawirohardjo, 2014).
c. Trimester III
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada
pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke
ginjal. Pada posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun
jika dibandingkan dengan posisi miring (Cunningham, 2006).
Tabel Perubahan Kardiovaskuler dalam Kehamilan
Parameter Jumlah Perubahan Penentuan waktu
Tekanan darah arteri : Semua dasar pada 20-24
-Sistolik 4-6 mmHg minggu, kemudian
-Diastolik 8-15 mmHg berangsur -angsur naik ke
Rata-rata 6-10 mmHg nilai-nilai
prakehamilan pada
masanya

Frekuensi denyut 12-18 BPM Trimester dua awal


jantung kemudian stabil
Curah Jantung 33-45% Mencapai puncak pada
trimester dua, kemudian
stabil sampai masanya

9. Sistem Integumen
a. Trimester I
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah
pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit
abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan leher
membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng kehamilan).
Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit genital. Pigmentasi
ini biasanya akan menghilang atau berkurang setelah melahirkan
(Prawirohardjo,S. 2014).
b. Trimester II
Peningkatan melanocyte stimulating hormone(MSH) pada masa ini
menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan
dermal (Hacker, NF 2001)
c. Trimester III
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-
garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang
juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut
sering disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain
striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan
yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya
(Prawirohardjo,S. 2014).
10. Metabolisme
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi, BMR
meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir.
Peningkatan BMR mencerminkan peningkatan kebutuhan oksigen di unit
janin, plasenta, uterus serta peningkatan konsumsi oksigen akibat
peningkatan kerja jantung ibu. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita
mengeluh merasa lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan.
Perasaan ini sebagian dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas
metabolik (Pantikawati,Ika 2012:61 ).
a. Trimester I
Terjadi penambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara serta peningkatan volume darah
serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan tersebut
diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air
seluler dan penumpukan lemak serta protein baru, yang disebut cadangan
ibu. Pada awa kehamian terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1
kg.
b. Trimester II
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena
perkembangan janin dalam tersebut.
c. Trimester III
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awa kehamilan (Cunningham, 2006).
11. Perubahan berat badan (BB) dan IMT
Tabel 11.1 Rekomendasi kenaikan total berat badan ibu hamil berdasarkan
berat badan ibu sebelum hamil
BB sebelum hamil BMI Kenaikan BB total
yang dianjurkan (kg)
Berat badan kurang <19,8 12,5-18
(underweight)
Berat badan normal 19,8-26,0 11,5-16
(normal weight)
Berat badan berlebih 26,0-29,0 7-11,5
(overweight)
Obesitas >29,0 <6,8
(Sumber : Dewi, VNL dan Sunarsih, 2011)
Berat dibutuhkan untuk bayi sebanyak 3401 gram hingga akhir
kehamilan, 680 gram untuk plasenta selama masa kehamilan, 1814 gram
peningkatan volume cairan, 907 gram berat rahim, 907 gram berat jaringan
payudara, 1814 gram peningkatan volume darah, 3175 gram penyimpanan
lemak, protein, nutrisi lainnya dari ibu, 907 gram cairan ketuban.
Menurut penelitian Trihardiani (2011) Pertambahan berat badan yang
sesuai menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan janin yang dapat
mendukung pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan berat badan ibu
yang tidak sesuai akan memungkinkan terjadinya BBLR. Sebagian besar
BBLR terjadi pada ibu yang mengalami kenaikan berat badan selama
hamilnya kurang dari 10 kg. Jadi status gizi normal dan kenaikan berat
badan yang ideal pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan
komplikasi bayi perinatal dan mengoptimalkan berat badan mencapai
normal. Ada hubungan antara penambahan berat badan ibu selama hamil
dengan kejadian BBLR. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa ibu
hamil yang mengalami penambahan berat badan ibu selama hamil yang
tergolong kurang dan melahirkan anak yang tergolong BBLR. (Ayunda,
2017)
Menurut penelitian Harti dkk (2016) mengatakan bahwa yang
berpengaruh pada pertambahan berat badan selama kehamilan adalah
indeks massa tubuh prahamil, serta konsumsi energi dan protein. Hasil
analisis penelitian didapatkan bahwa faktor yang paling berpengaruh pada
pertambahan berat badan selama kehamilan (trimester 1-3) adalah IMT ibu
di awal kehamilan, ibu hamil yang memulai kehamilan dengan status gizi
yang rendah seharusnya mengonsumsi energi dan zat gizi yang adekuat agar
perubahan berat badan selama kehamilan adekuat.
Pemberian konseling nutrisi untuk mengenai kebutuhan energi dan
protein dianjurkan pada ibu hamil dengan berat badan kurang untuk
mengurangi risiko BBLR. (WHO, 2016)
Peningkatan berat badan pada trimester II dan III merupakan petunjuk
penting tentang perkembangan janin. Peningkatan BB pada ibu hamil yang
mempunyai BMI normal (19,8 – 26) yang direkomendasikan adalah 1
sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg perminggu. Keperluan
penambahan BB semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI
atau IMT sebelum hamil. Perubahan BB selama hamil dan perkembangan
janin berhubungan dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BB/IMT). Cara
menghitung IMT adalah BB sebelum hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam
meter) pangkat 2. (Tyastuti,2016)
Menurut penelitian Fajrina (2012) mengatakan bahwa penambahan
berat badan rata-rata 12,3 kg. Sebagian besar ibu hamil mempunyai
pertambahan berat badan lebih dari 12,5 kg, namun demikian 1/3
mempunyai penambahan berat badan kurang dari 10 kg.
11.2 Tabel persentase penambahan berat badan pada ibu hamil
Kehamilan bulan ke- Presentase penambahan berat badan
0-3 10%
3-5 25%
5-7 45%
7-9 20%
(Sumber: Sutanto, A.V dan Fitriana, Y, 2018)
a. Trimester I
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume
darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan
tersebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan
pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang
disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat
badan ibu kurang lebih 1 kg.
b. Trimester II
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena
perkembangan janin dalam uterus
c. Trimester III
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat
timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi
cairan tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh
peningkatan tekanan vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat
oklusi parsial vena Cava. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial
juga cenderung menimbulkan edema pada akhir kehamilan.
(Cunningham, 2006).
12. Perubahan darah dan pembekuan darah
a. Trimester I
Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri dari
1000 ml plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah (SDM).
Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke 10 sampai ke 12.
Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan tubuh
untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus, hidrasi
jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang dan
cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang pada saat
persalinan dan masa nifas. Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil
berguna untuk mempertahankan tekanan darah supaya tetap normal
meskipun volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi sel darah
merah meningkat selama hamil, peningkatan sel darah merah tergantung
pada jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi sel darah merah
meningkat tetapi haemoglobin dan haematokrit menurun, hal ini disebut
anemia fisiologis. (Tyastuti, 2016)
b. Trimester II
Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan
haematokrit yang cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi volume
darah yang cepat. Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20
minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu
hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III,
Hb < 10,5 gram % pada trimeter II. Kecenderungan koagulasi lebih
besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya faktor –
faktor pembekuan darah dan fibrinogen sehingga menyebabkan ibu
hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap thrombosis. (Tyastuti, 2016)
c. Trimester III
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun
selama kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu
diperhatikan kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir
kehamilan, bila konsentrasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal
dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi.
Menurut penelitian Hasliani (2015) daun kelor memiliki kandungan
zat besi yang tinggi untuk mengatasi anemia defisiensi besi melalui
peningkatan sel darah merah. Daun kelor yang di ekstrak dalam bentuk
kapsul kaya akan zat besi, dan 1,77 kali lebih diserap oleh darah. Dalam
penelitian ini diberikan 2 botol, dalam 1 botol terdapat 60 kapsul yang
dikonsumsi 2x1. Hasil dari penelitian ini didapatkan kenaikan Hb antara
0,2-3,8 pada ibu hamil.
13. Sistem Pernafasan
Fungsi paru-paru yang sedikit berbeda dari biasanya disebabkan ruang
abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan
pembentukan hormon progesteron. Bernafas lebih cepat dan lebih dalam
karena memerlukan banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lapisan
saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak
tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti), yang mengakibatkan hidung
dan tenggorokan terkadang mengalami penyumbatan parsial.
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ±6cm tetapi
tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4 cm selama kehamilan.
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama
kehamilan, tetapi volume tidak, volume ventilasi per menit dan
pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada
kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke-
37 dan akan kembali dalam 24 minggu setelah persalinan. (Kusyanti, 2012)
a. Trimester I dan Trimester II
Janin mulai menunjukkan gerak pernafasan sejak usia sekitar 18
minggu. Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna
pada usia 24-26 minggu. Surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-
20, tetapi jumlah dan konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat
untuk pertahanan hidup ekstrauterin pada akhir trimester III.
b. Trimester III
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena
uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong
keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang
leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil meningkat sampai
20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen wanita hamil
bernapas dalam.
Peningkatan hormon estrogen pada kehamilan dapat mengakibatkan
peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan atas. Kapiler yang
membesar dapat mengakibatkan edemadan hiperemia pada hidung,
faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini dapat menimbulkan
sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epstaksis) dan
perubahan suara pada ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga
mengakibatkan membran timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga
menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada
telinga. (Tyastuti, 2016)
14. Sistem Persyarafan
Pada kehamilan trimester II dan III hormon progesterone dan
hormon relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maskimal pada
satu minggu terakhir kehamilan. Postur tubuh wanita secara bertahap
mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen sehingga
untuk mengompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke
belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur
dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil
adalah: Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi
saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus.
1) Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus,
terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat menyebabkan
perasaan nyeri.
2) Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan saraf
median di bawah karpalis pergelangan tangan, sehingga
menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada tangan
menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang dominan.
3) Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya
tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul
akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan).
4) Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat
disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.
5) Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh vasomotor
yang tidak stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia (Tyastuti,
2016)
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang sangat
spesifik, mulai dari perubahan-perubahan sistem reproduksi, payudara, sistem
endokrin, sistem kekebalan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem integumen, metabolisme, IMT,
darah dan pembekuan darah, sistem pernafasan, sistem persyarafan. Dan
perubahan-perubahan yang terjadi saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Perubahan ini merupakan hal yang wajar dan normal yang tidak perlu
ditakuti. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui selesai.

3.2 Saran
Perubahan fisiologis adalah respon tubuh karena adanya pembuahan
atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang bertujuan untuk
mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang. Peristiwa
ini normal dan wajar terjadi kemudian akan kembali seperti semula setelah
proses persalinan. Selain itu, menyusui juga dapat membantu mempercepat
pemulihan kondisi tubuh, karena menyusui menyebabkan rahim berkontraksi
dan mempercepat kembalinya ke ukuran normal.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak
untuk dapat lebih mengembangkan ilmu asuhan kebidanan khususnya asuhan
kebidanan kehamilan.

Studi Kasus

Ny.M usia 22 tahun datang ke PMB bidan A mengeluh mual muntah sejak 1 minggu
yang lalu. HPHT 3 bulan yang lalu. Ny M tidak sedang menggunakan alat
kontrasepsi. Hasil pemeriksaan fisik TTV dalam keadaan normal. TFU 2 jari diatas
sympisis. DJJ belum terdengar.

Keluhan yang dialami oleh Ny.M termasuk kedalam adaptasi fisiologis ibu hamil
pada sistem pencernaan dan sistem endokrin. Mual yang dirasakan karena adanya
perubahan posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah.
Lalu muntah yang dialami Ny.M diakibatkan oleh produksi asam lambung menurun
karena pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG).

DAFTAR PUSTAKA

Ayunda, S. 2017. Hubungan kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan berat
badan bayi yang dilahirkan di puskesmas sleman. [online]. Diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/2737/1/NASKAH%PUBLIKASIKalnensa%2
0Ayundasari1610104446.pdf (diakses pada 28 Agustus 2019)
Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Fajrina, A. 2012. Hubungan pertambahan berat badan selama hamil dan faktor
lain dengan berat badan lahir di rumah bersalin lestari ciampea bogor tahun
2010-2011. Diakses dari
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/ 41910
955/file.pdf?responsecontentdisposition=inline%3B%20filename%3DUNIV
ERSITAS_INDONESIA.pdf&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-A mz-
Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20190918%2Fus-east-1%2
Fs3%2Faws4request&X-Amz-Date=20190918T031808Z&X-Amz-
Expires=3 600&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=d34aa3ec6e71178798b
ecd27135444a6756c5be085da01aeb06dab25b4dea0fe
Harti, dkk. 2016. Hubungan status gizi dan pola makan terhadap penambahan
berat badan ibu hamil. Volume 3 No. I. Diakses dari https://ijhn.ub.ac.id/i
ndex.php/ijhn/article/view/143
Hasliani, A. 2015. Uji manfaat kapsul kelor untuk pengobatan anemia pada ibu
hamil di puskesmas padang lampe dan minasa te’ne kabupaten pangkep.
Diakses dari http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jkv/article/view/41/33
Kundarti, dkk. 2013. Efektifitas pemberian serbuk jahe (Zingiber Officinale)
terhadap tingkatan mual muntah pada ibu hamil. Volume 4 No. 1. Diakses
dari http://www.ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/70/62
Kusmiati, Yuni dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Kusyanti, T.,dkk. 2012. Menjawab pertanyaan dalam praktik klinik kebidanan
(PKK). Jakarta: Trans Info Media.
Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Pantika, Ika dan Saryono. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC
Tyastuti, S dan Wahyuningsih, H. 2016. Asuhan kebidanan kehamilan. [online]
diakses dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/upload
s/2017/08/Asuhan-Kebidanan-Kehamilan-Kompreh ensif.pdf (diakses pada
28 Agustus 2019)
WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy
experience. [online]. Diakses dari http://apps.who.int/iris/bitstream
/handle/10665//9789241549912-eng.pdf?sequence=1 (diakses pada 28
Agustus 2019)
Yantina, dkk. 2016. Pengaruh pemberian essensial oil peppermint terhadap
intensitas mual dan muntah pada ibu hamil trimester I di desa way harung
timur kecamatan way lina kabupaten pesawaran tahun 2016. Volume 2 No.
4. Diakses dari
http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/v
iew/593/527
Yeyeh, A dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta : Trans Info

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PERUBAHAN ADAPTASI


PSIKOLOGIS

DAN KETIDANYAMANAN DALAM MASA KEHAMILAN

TRIMESTER I, II, III.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan kebidanan
Kehamilan
Dosen Pembimbing

Qanita Wulandara, SST, M. Keb

Disusun Oleh;

Ade Rini Adiati (P20624319001)

Alin Lindasari ( P20624319002)

Erni Rohaeni ( P20624319011)

Mega Puspita Santikasari (P20624319020)

Reni Suminar (P20624319027)

Sari Nurul Hidayah (P20624319031)

Ratu Siti Nuramanah (P20624319026)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERUBAHAN PSIKOLOGIS DALAM KEHAMILAN


Psikologis pada masa kehamilan yaitu perubahan sikap yang dialami oleh ibu
hamil saat hamil yang mempengaruhi janin yang ada didalam kandungan ibu,
yang muncul akibat ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu.
(Hutahaean,2013).
1. Perubahan Psikologis dalam kehamilan trimester I
Menurut Kusyanti,dkk, 2012 Perubahan Psikologis pada Trimester I
(Periode Penyesuaian) Perubahan psikologis pada trimester I adalah:
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan
kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
c. karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya.
d. Sebagian wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan
bahwa ia hamil.
e. Ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan baha dirinya sedang
hamil.
f. Wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi, tapi libido turun.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati,dkk tahun (2017)
pada trimester pertama sering kali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan
bercampur keraguan dengan kehamilannya antara benar hamil atau tidak,
terjadi fluktuasi emosi sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran
atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan hormonal, dan morning sicnes.
Diperkirakan ada 80% ibu mengalami perubahan psikologis, seperti rasa
kecewa, sikap penolakan cemas dan rasa sedih. Dalam kasus ini juga ibu hamil
perlu untuk dapat dukungan moral dari keluarga, orangtua, anak saudara dan
terutama suami.
2. Perubahan Psikologi dalam kehamilan trimester II
a. Fase Prequickning
Selama akhir trimester I dan masa prequickning pada trimester II, Ibu hamil
mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek didalamnya dengan
orangtuanya (ibunya) yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisis dan
mengevaluasi kembali segala hubungan dengan anak yang akan
dilahirkannya. Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang
kepada anak yang dilahirkannya.
b. Fase Quickning
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan
muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan
menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Pergerakan bayi yang
dirasakan dapat membantu ibu dalam membangun konsep bahwa bayinya
adalah individu yang ada pada dirinya. Marmi (2011). Menurut
kusyanti,dkk 2012 reaksi terhadap kehamilan sangat individual tergantung
pada dirinya masing-masing. Hal tersebut dapat terjadi pada ibu dan
pasangannya berikut gambaran yang terjadi pada trimester II:
a. Ibu tetap melakukan intropeksi diri
b. Mengharapkan pasangannya untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan
sebagai kepedulian pada dirinya dan bayinya
c. khawatir akan kehilangan pasangannya sebagai pelindung dan penjaga
dirinya selama ini
d. memikirkan dirinya sebagai ibu dan mulainya proses bersama sebagai
suatu
keluarga.
e. Merasakan gerakan janin dan berfikir tentang anak sebagai sosok yang
baru
f. Mengalami perubahan fisik yang disebabkan oleh pertumbuhan janin
Adapun cara untuk mengatasi kecemasan pada ibu mengenai keguguran
selama kehamilan bagi . Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariesta,
(2017) yaitu dengan menggunakan strategi coping yaitu suatu cara yang
dilakukan individu untuk mengolah tekanan-tekanan emosional pada
seseorang dengan cara memberikan dukungan emosional memberikan sugesti
positif sehingga ibu hamil dapat mengelola perasaannya. Dimana strategi
coping ini dilakukan oleh orang-orang terdekat ibu yaitu suaminya dan
orangtua ibu hamil. Strategi ini terbukti signifikan mengurangi kekhawatiran
ibu hamil mengenai keguguran.
3. Perubahan Psikologi dalam kehamilan Trimester III
Menurut Enggar, (2014) perubahan psikologis trimester III yaitu:
a. Akan khawatir mengenai rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
b. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
dapat mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
c. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
d. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya
e. Rasa tidak nyaman kembali terjadi, merasa dirinya aneh dan jelek
f. Persiapan aktif untuk kelahiran bayinya
g. Menduga jenis kelamin dan mempersiapkan nama
Pada penelitian yang dilakukan oleh Iskandar& Sofia (2019) menyebutkan
ada hubungan yang signifikan pada ibu yang mengalami tingkat stressor tinggi pada
saat hamil yang mengalami konflkasi kehamilan saat bersalin. Sebanyak 76,2% ibu
hamil yang mengalami stres terutama akibat masalah dalam keluarga saat
kehamilan mengalami komplikasi saat bersalin. Masalah internal keluarga yang
dialami ibu selama kehamilan merupakaalah satu aspek stressor psikosoisal.
Masalah dalam keluarga menyebabkan sinyal stress pada locus sereleus dan sumbu
HPA. Sehingga tertanam dalam ingatan ibu sampai bersalin.
Menurut hasil penelitian Hasni,dkk (2013) memaparkaan bahwa ibu hamil
trimester III mengalami perubahan bentuk tubuh sehingga mengalami peubahan
psikologis pada dirinya dan merasa tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya, merasa
tidak menarik sehingga menjadi cepat marah dan kurang percaya diri.
Pada kehamilan trimester III banyak ibu yang khawatir dan cemas, ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh mukhadiono,dkk (2015) ibu hamil
akan mengalami kecemasan pada trimester III berkaitan dengan mengahadapi
persalinan, tingkat kecemasan ini lebih sering dialami oleh ibu hamil primigravida,
untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil perlu adanya dukungan dari keluarga,
khususnya dari suami, didapatkan hasil bahwa pengaruh dukungan suami pada ibu
hamil yang mengalami kecemasan pada trimester III terbukti dapat mengurangi
perasaan cemas yang dialami ibu.
Ada banyak cara untuk mengurangi rasa cemas pada kehamilan Trimester
III seperti penelitian yang dilakukan oleh newham,et al (2014) untuk mengatasi
kecemasan pada ibu hamil trimester III salah satunya adanya dengan melakukan
yoga, yoga yang dilakukan oleh ibu hamil trimester III dapat memberikan relaksasi
pada ibu sehingga mengurangi kecemasan yang dialami oleh ibu.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Mardhiyah dan Masri (2017), ada
cara untuk mengurangi rasa cemas pada ibu hamil yang menginjak kehamilan 9
bulan, yaitu dengan pelatihan rileksasi dengan dzikir. Ibu-bu hamil diperdengarkan
dzikir yang bersumber dari Al-Quran. Dzikir merupakan salah satu ritual yang
memiliki efek terapeutik, efek yang diberikan dapat mengurangi kegelisahan,
kecemasan dan memberikan pengaruh positif pada ibu hamil, kemudian secara
signifikan ibu-ibu yang diberikan pelatihan rileksasi dzikir ini berkurang rasa
cemassnya.

B. Ketidaknyamanan yang terjadi pada ibu hamil


Ketidaknyaman pada ibu hamil diakibatkan oleh perubahan perubahan fisiologi
yang dialami ibu,yang seharusnya memang wajar, namun menyebabkan ibu
merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang dialami ibu dimulai daeri awal
kehamilan yaitu trimester I hingga Trimester III.
1. Ketidaknyamanan Trimester I
Ada beberapa ketiaknyamanan pada kehamilan trimester I menurut Joane
(2017) yaitu:
a. Nausea dan vomitus
Gejala mual muntah yang disebut morning sicknes ini dapat terjadi kapan saja
di awl kehamilan yang disebabkan perubahan hormone, fatigue, faktor
emosional, dan perubahan metabolism pada tubuh ibu. Adapun cara utuk
mengatasinya yaitu:
1) Hindari makanan yang berlemak dan berbumbu kental
2) Makan sedikit-sedikit tapi sering
3) Makan makanan seperti biscuit atau roti kering
4) Menganjurkan makan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks
5) Menghirup aroma terapi dari minyak essensial
Pada penelitian yang dilakukan oleh Amilia, (2018) didapatkan cara untuk
mengatasi mual muntah pada ibu hamil trimester I adalah dengan
menggunakan terapi inhalasi dengan papermint dapat mengurangi rasa mual
muntah pada ibu. Kandungan minyak essensial yang terdapat pada papermint
memiliki efek farmakologis yang unik seperti antibakteri, diuretik,
vasodilator, penenang dan merangsang adrenal. Ketika minyak essensial
mengeluarkan aroma dan dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan
merangsang system limbik di otak. System limbik adalah daerah yang
mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan
adrenal, kelenjar hipofisi, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur
denyut jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon, dan
pernafasan. Terapi aroma terapi ini terbukti mengurangi mual mutah pada ibu
hamil pada trimester I.
b. Kongesti, secret atau obstruksi pada hidung
Ini disebkan karena edema pada hidung akibat kenaikan kadar estogen .cara
mengatasinya yaitu :
1) Menganjurkan pasien untuk lebih sering menghirup udara segar atau
menggunakan aroma terapi.
2) Menganjurkan pasien untuk mengompres hidungnya dengan kompres air
dingin
c. Perubahan payudara,sensasi baru nyeri dan perasaan geli.
Fisiologi : Hipertensi jaringan glandula mammae dan penambahan
vaskularisasi,
pigmentasi dan ukuran serta penonjolan puting susu dan alveoli yang
disebabkan
oleh stimulasi hormon.
Cara mengatasinya:
1) Kompres hangat pada payudara
2) Mandi air hangat atau berendam
3) memijat payudara dengan lembut
4) menggunakan BH yang memyangga
d. Leukoria/keputihan
Fisiologi : adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang tinggi,
stimulasi cervix secara hormonal menjadi hipertropy dan hiperaktif, produksi
mucus dalam jumlah berlebihan. Cara mengatasinya:
1) Sering ganti celana selama dalam
2) Hygienie memakai pembalut perineum
3) rujuk ke dokter bila diikuti dengan, bau busuk, perubahan warna.
e. Urgensi dan frekuensi kencing
Fisiologi : Perubahan fungsi kandung kencing yang disebabkan oleh
hormon, berkurangnnya kapsitas kandung kemih oleh pembesaran uterus. Cara
mengatasi:
1) Batasi intake cairan sebelum tidur
2) Rujuk ke dokter untuk nyeri atau sensasi panas, bau
f. Kurang energi/kelelahan
Fisiologi : Peningkatan kadar estrogen, progesteron serta merupakan
respon fisiologi dari kehamilan.Cara mengatasi:
1) Menenangkan diri
2) istirahat yang cukup
3) keseimbangan nutrisi untuk mencegah anemia
g. Gingivitas dan epulis
Fisiologi : Peningkatan vascularisasi dan poliferasi terhadap jaringan
konektif dari stimulasi estrogen. Cara mengatasi
1) Makan cukup buah dan sayuran
2) sikat halus
3) Hygiene gigi dan hindari infeksi
Pada penelitian yang dilakukan ACOG ( American college of Obstetrician
and Gynecologists) menyebutkan bahwa perawatan gigi pada ibu hamil dapat
mencegah terjadinya gingivitis. Perawatan gigi ini dapat dilakukan oleh ibu
hamil adalah menyikat gigi minimal dua kali sehari, flossing gigi sekali sehari,
pilihlah cemilan yang sehat dan hindari makanan-makanan yang terlalu banyak
gula, perbanyak minum air putih, jika terjadi gejala gingvitas kumur-kumur
dahulu dengan air garam.
i. Sakit Kepala
Fisiologi : Sakit kepala yang sering lebih dari biasa, hal ini mungkin karena
keadaan rasa mual, kelelahan,lpar, tekanan darah rendah, dan dapat juga karena
perasaan tegang/depresi.Cara mengatasi:
1) Atasi dengan istirahat
2) makan sedikit tapi sering
3) Bila semakin parah hubungi dokter

j. Pusing
Fisiologi : Merasa pusing karena pada awal kehamilan ini karena adanya
peningkatan aliran darah ketubuh, sehingga sewaktu berubah posisi dari tidur
atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, sistem sirkulasi darah menjadi sulit
untuk kembai kesemula. Cara Mengatasi:
Bila rasa pusing timbul ketika sedang duduk ini biasanya karena menurunnya
level gula darah, makanlah sedikit tapi sering. Bila pusing terlalu sering periksa
ke dokter, kemungkinan anemia.
k. Peningkatan berat badan
Fisiologi : Hormon estrogen menyebabkan pembesaran rahim dan hormon
progesteron yang menyebabkan tubuh menahan air . Cara mengatasi:
Jangan terlalu banyak makan-makanan yang mengandung karbohidrat
menghindari karbohidrat yang mengandung glutein, perbanyak makan makanan
yang tinnggi berprotein dan sayur serta buah..
2. ketidaknyamanan Trimester II
a. Rasa nyeri ulu hati
Fisiologi : peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot saluran cerna dan juga karena rahim yang semakin membesar yang
mendorong bagian atas perut, sehingga mendorong asam lambung naik ke
kerongkongan.
Cari Mengatasi:
1) jangan makan dalam jumlah yang besar terutama sebelum mau tidur.
2) jauhi makanan pedas berminyak/berlemak
3) Waktu tidur malam tinggikan posisi kepala
b. Pembengkakan
Fisiologi : Hal ini terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang
bersifat menahan cairan. Pada trimester kedua ini akan tampak sedikit
pembengkakan kaki dan tangan, hal ini sering terjadi karena psosisi duduk atau
berdiri yang terlalu lama. Cara Mengatasi:
1) Biasakan agar tidak terlalu lama duduk atau berdiri
2) Biasakan jalan-jalan di pagi hari.
3) Rendam kaki dengan air hangat
Pada penelitian yang dilakukan oleh Smyth, et al (2015) menjelaskan bahwa
pembengkakan pada ibu hamil terutama dibagian kaki, merupakan
ketidaknyamanan saat kehamilan yang dialami oleh ibu hamil. Adapuun cara
untuk mengatasinya adalah dengan merendam kaki selama kurang lebih 15 menit
dengan air hangat efeknya adalah aliran darah ibu menjadi lebih lancar. Cara ini
secara signifikan dapat mengurangi bengkak pada kaki.
c. Perubahan kulit
Fisiologi : Perenggangan kulit yang berlebih biasannya pada perut dan
payudara akibat perenggangan kulit ini ibu hamil dapat merasa gatal.
Cara mengatasi :
1) Krim yang mengandung vitamen E juga dapat membantu menghilangkan
garis- garis rengangan pasca lahir.
2) Jika saat hamil merasa gatal didaerah rengangan, bisa dikompres dengan air
hangat untuk mengurangi rasa gatal
d. Konstipasi
Fisiologi : Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot sehingga usus kurang efisien. Cara Mengatasi:
1) banyak minum air
2) Makan makanan berserat tinggi (sayur buah)
3) Olahraga (jalan-jalan)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari, (2017) menjelaskan bahwa
ada pengaruh signifikan antara ibu yang melakukan pregnancy exercise (senam
hamil) dengan kejadian konstipasi paa ibu selama kehamilan trimester III.
Senam hamil dapat melancarkan metabolisme tubuh sehingga memperlancar
proses eliminasi pada tubuh ibu hamil.
e. Kram pada kaki
Fisiologi : Kram otot ini timbul karena pembesaran uterus yang
memberikan tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi
lambat saat kehamilan. Cara mengatasi:
1) Atasi dengan istirahat dengan jalan kaki diangkat ke atas
2) Minum-minuman cukup kalsium
3) Bila kram saat duduk atau tidak, coba untuk menggerakan jari-jari ke arah
atas.
4) Melakukan latihan peregangan otot sendi-sendi
Pada penelitian yang dilakukan oleh zhou,et al (2015) menjelaskan bahwa
ada hubungan yang signfikan mengenai latihan pergengan oton sendi dengan
anjuran mengkonsumsi multivitamin yang mengandung kalsium. Konsumsi
multivitamin ini lebih berefek jka diimbangi dengan latihan fisik. Secara
signifikan mengurangi keram pada kaki ibu hamil.
3. Ketidaknyamanan Trimester III

Menurut Joane (2017) ibu yang menginjak trimester III mengalami beberapa
ketidaknyamanan yaitu:
a. Cairan Vagina
Fisiologi : Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan
mendekati persalinan lebih cair. Cara mengatasi:
1) Tetap juga kebersihan, sering mengganti celana dalam 3-4 kali sehari
2) Hubungi dokter bila cairan berbau, terasa gatal dan sakit.
b. Bengkak (edema)
Fisiologi : Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah
kaki dan pergelangan kaki ibu, disebabkan oleh perubahan hormonal yang
menyebabkan retensi cairan. Cara mengatasi:
1) Menghindari makanan asin
2) Ganjal kaki dengan bantal ketika berbaring/duduk
3) Jangan berdiri terlalu lama
c. Sesak Nafas
Fisiologi : Hal ini terjadi karena rahim mendesak paru-paru dan
diafragma.
Cara mengatasi:
1) Atasi dengan tidak membawa berat
2) berjalan tegak
3) Melakukan Senam hamil atau yoga hamil
4) menarik nafas dalam-dalam
5) tidur miring kiri dan olahraga teratur yang ringan seperti jalan-jalan dipagi
hari.
Adapun cara mengatasi sesak nafas pada ibu hamil trimester III seperti
pada penelitian yang dilakukan oleh Mediarti dan Jawiah, (2014)
menyebutkan bahwa yoga hamil dapat mengatasi sesak nafas yang dialami
oleh ibu trimester III. Ibu yang melakukan yoga akan merasa lebih rileks,
membatu alam perubahan metabolism tubuh selama kehamilan berdampak
pada tingginya konsumsi oksigen pada tubuh, aliran darah, jantung, volume
dan curah jantung. Hal ini mengakibatkan perubahan peran jantung selama
kehamilan yang berfungsi membantu fungsi jantung sehingga akan
mengurangi rasa sesak nafas pada ibu hamil.
d. Varises
Fisiologi : Sirkulasi darah selama hamil lebih banyak sehingga tidak
teratasi oleh katub yang mengalirkan darah ke jantung. Akibatnya, pembuluh
darah kaki mekar, bahkan sampai menonjol agar tertampung darah lebih
banyak. Cara Mengatasi:
1) Jangan berdiri atau duduk terlalu lama
2) Duduk atau berbaring dengan kaki diganjal bantal, sehingga posisi kaki
lebih
3) tinggi dari jantung.
4) cobalah sering berjalan-jalan
5) sebagian besar varises akan lenyap ± 2-3 bulan setelah melahirkan.

e. Merasa Kepanasan
Fisiologi : Hal ini terjadi karena kecepatan metabolisme ibu hamil rata-
rata meningkat ± 20% selama kehamilan sehingga suhu tubuh juga tinggi.
Cara mengatasi:
1) Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, seringlah mandi.
2) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
3) Jangan lupa untuk minum lebih banyakuntuk menggantikan cairan yang
keluar melalui pori-pori tubuh bumil.
f. Kontraksi Perut
Fisiologi : Broxton Hick kontraksi palsu, kontraksi berupa rasa sakit
ringan, tidak teratur dan hilang bila duduk atau istirahat. Cara Mengatasi:
1) Istirahat cukup
2) hindari pekerjaan yang memberatkan
3) Berdiri dan berjalan dengan punggung dan bahu yang tegak
4) pakailah kasur yang nyaman
g. Konstipasi
Fisiologi : Selain karena adanya peningkatan hormon progesteron
konstipasi juga karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah
usus. Cara mengatasi:
1) Makan makanan berserat tinggi (buah dan sayur
2) Minum air yang banyak dan olahraga ringan.
h. Sering Kencing
Fisiologi : Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga
panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.Cara Mengatasi:
Batasi intake cairan sebelum tidur, sering melakukan senam kegel

i. Terganggunya Tidur (Insomnia)


Fisiologi : Setelah perut membesar, bayi menendang semakin sering,
sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada perasaan cemas
menanti waktu persalinan.
Cara mengatasi:
1) Message atau memijat pinggang
2) Minum susu hangat atau mandi hangat sebelum tidur.
3) Hindari makan terlalu banyak dimalam hari
4) Batasi minum setelah sebelum tidur.
5) Mendengarkan music-musik classic
Pada penelitian yang dilakukan oleh Liu, et al. (2016) menyebutkan bahwa
wanita hamil akan mengalami gangguan tidur dari awal kehamilan sampai
puncaknya di trimester III mendekati waktu persalinan. Disebutkan bahwa
musik dapat mengurangi stress dan insomnia pada ibu hamil.
j. Nyeri Punggung
Fisiologi : Pada waktu mendekati persalinan hormone estrogen yang
mulai menurun, menyebabkan sendi sendi tubuh menjadi lebih rileks
daripada biasanya, dan seiring dengan perut yang semakin besar sehingga
menekan tulang belakang sebagai tumpuan.
Cara mengatasi:
1) Biasakan tubuh untuk posisi tegak dan tidak bungkuk.
2) Jika pada saat duduk ganjal belakang punggung dengan bantalan.
3) Jika hendak mengambil suatu barang biasakan untuk jongkok dahulu agar
tulang belakang tidak tertarik.
4) Ketika membawa tas, pastikan isi tas tidak berat.
5) Jangan menggunakan high heel.
6) Senam hamil.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shiri,et al (2018) menyebutkan bahwa
senam hamil pada ibu dengan nyeri punggung pada trimester III terbukti
dapat mengurangi rasa nyerinya. Senam hamil dapat membuat tulang
tulang pada tubuh bu menjadi lebih rileks dan mempengaruhi
metabollisme ibu menjadi lebih lancar.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Diena Rahmatul U P20624319008
Putri Lutfizanuwar B P20624319024

Shofia Najma Fauzia P20624319032

Silvi Latifah P20624319033

Tita Ismaya P20624319036

Ucu Siti Nurjanah P20624319037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
D-IV ALIH JENJANG KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN “.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengimplementasikan teori mengenai

asuhan kebidanan kehamilan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan tidak lupa

penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Asuhan Kebidanan Kehamilan dan semua

pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar hasil makalah ini dapat dijadikan acuan untuk

pengembangan ilmu dan wawasan. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan balasan yang berlimpah atas segala sesuatu yang telah penulis upayakan

dalam pembuatan makalah ini. Amin.

Tasikmalaya, September 2019

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pngantar ............................................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI .....................................................................................3
A. Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Kehamilan ..............................................3
1. Faktor Fisik .............................................................................................3
2. Status Gizi ...............................................................................................8
3. Gaya Hidup .............................................................................................13
B. Faktor Psikologis ...........................................................................................20
1. Stressor Internal Dan Ekstrnal ................................................................20
2. Support Keluarga ....................................................................................22
3. Subtanse Abuse .......................................................................................25
C. Faktor Lingkungan, Sosial Budaya , Ekonomi .............................................29
1. Kebiasaan Adat Istiadat ...........................................................................29
2. Fasilitas Kesehatan ..................................................................................35
3. Ekonomi ..................................................................................................38
LAMPIRAN ..............................................................................................................42
BAB III PENUTUP ..................................................................................................43
A. Ksimpulan .....................................................................................................43
B. Saran ..............................................................................................................43
Daftar Pustaka .......................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa terjadinya perubahan-perubahan

besar dalam keluarga, tubuh serta keseimbangan emosi. Untuk menjaga

keseimbangan, menjaga tubuh agar tetap sehat dan mencari ahli kesehatan atau

orang yang mendukung wanita selama kehamilan sangat penting. Begitu juga

persiapan bagi seluruh anggota keluarga dan informasi yang tepat selama

kehamilan untuk menghadapi masa kelahiran dan membesarkan anak.

Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita

sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik

yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat

membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Oleh karena

itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum hamil dan lebih lagi

ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang

didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya (Kristiyanasari,

2010). Kehamilan akan memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis,

maupun biokimia.

Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan

kesejahteraan janin dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang

1
aktual. Status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu

mengetahuinya. Bukan hanya faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status

kesehatan, melainkan juga sehat dalam arti ibu tidak merasa terpaksa

mempersiapkan segala sesuatu untuk kehamilannya (faktor lingkungan,sosial

budaya, dan ekonomi). Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga kesehatan

untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan

postnatal yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana faktor fisik dapat mempengaruhi kehamilan?

2. Bagaimana faktor psikologis dapat mempengaruhi kehamilan?

3. Bagaimana faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi dapat

mempengaruhi kehamilan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami faktor fisik yang mempengaruhi

kehamilan

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor psikologis yang mempengaruhi

kehamilan

3. Untuk mengetahui dan memahami faktor lingkungan, sosial budaya dan

ekonomi yang mempengaruhi kehamilan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Kehamilan

Menurut (Romauli, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

antara lain:

1. Faktor Fisik

a. Status Kesehatan

Selama kehamilan seorang wanita mengalami perubahan secara

fisik seperti uterus akan membesar karena didalamnya telah tumbuh

janin, tentunya dengan adanya perubahan tersebut keadaan kesehatan

ibu akan berubah pula karena tubuh ibu dipersiapkan untuk mendukung

perkembangan dari kehidupan yang baru dan untuk menyiapkan janin

hidup di luar kandungan. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya

status kesehatan yang buruk atau penyakit yang diderita ibu hamil.

Status kesehatan atau penyakit yang ada pada ibu hamil dibagi menjadi

dua:

1) Penyakit atau komplikasi yang langsung berhubungan dengan

kehamilan yaitu :

a) Hyperemesis gravidarum

b) Preeklampsia atau eklampsia

c) Kelainan lamanya kehamilan

3
d) Kehamilan ektopik

e) Kelainan plasenta atau selaput janin

f) Perdarahan antepartum

g) Kehamilan ganda

2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan

dengan kehamilan

Seperti yang sudah tertulis diatas bahwa status kesehatan

atau penyakit yang dialami ibu hamil dapat diperberat dengan

adanya kehamilan, demikian juga sebaliknya bahwa kehamilan

dapat berakibat buruk dikarenakan dengan adanya penyakit yang

dialami oleh ibu hamil. Bidan harus lebih cermat dan teliti kepada

ibu hamil yang menderita penyakit untuk mengantisipasi komplikasi

yang mungkin terjadi. Beberapa penyakit yang tidak langsung

berhubungan dengan kehamilan adalah

a) Penyakit atau kelainan alat kandungan misalnya :

(1) varices vulva

(2) oedem vulva

(3) hematoma vulva

(4) peradangan vulva

(5) bartholinitis

(6) trikomonas vaginalis

4
(7) kista vagina

(8) kelainan bawaan pada uterus

(9) tumor uteri

(10) mioma uteri

(11) gonorea

b) Penyakit kardiovaskuler misalnya :

(1) Hipertensi

(2) Stenosis aorta

(3) Mitral isufiensi

(4) Penyakit jantung

(5) Endokarditis

c) Penyakit darah misalnya :

(1) anemia dalam kehamilan

(2) leukemia

(3) hemostasis dan kelainan pembekuan darah

(4) hipofibrinogenemia

(5) trombositopeni

d) Penyakit saluran nafas misalnya :

(1) Influenza

(2) bronchitis

(3) pneumonia

(4) asma bronkhiale

5
(5) TB paru

e) Penyakit menular:

(1) IMS (Infeksi Menular Seksual)

(2) AIDS

(3) Kondiloma akuminata

(4) TORCH

Penyakit-penyakit yang sudah dijabarkan diatas dapat

berpengaruh terhadap kehamilan antara lain dapat menyebabkan

terjadi abortus, Intra Uteri Fetal Deat (IUFD), anemia berat, infeksi

transplasental, partus prematurus, dismatur, asfiksia neonatorum,

perdarahan, syok. Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan,

baik kondisi kesehatan sebelum atau selama kehamilan. Kehamilan

dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut sedang sakit. Jika

seorang wanita hamil memiliki status kesehatan yang tidak baik atau

sedang menderita suatu penyakit maka perlu mendapatkan

pertolongan medis untuk merencanakan apa saja yang diperlukan dan

memutuskan tempat yang aman untuk proses persalinan.

b. Kehamilan Dengan HIV

Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan

menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses kehamilannya.

Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer melalui plasenta ke

dalam tubuh bayi. Ibu HIV/AIDS mmpunyai dilema untuk

6
mempersiapkan kehamilan, pengalaman trdahulu terhadap ransmisi

virus kepada anak. Ibu HIV/AIDS dapat menjalani fungsi reproduksi

sebagai permpuan walaupun mempunyai status HIV positif dengan

menjalani program preventif untuk tidak menularkan virus.

Menurut penelitian Ristriyani, et al (2018) dengan judul

Children's HIV Status and the Acceptance Stage of Grief amongst HIV-

Positive Women mendapatkan bahwa Program PMTCT komprehensif

dapat secara efektif mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

Perhatian terhadap penularan HIV harus diberikan selama periode

perinatal (kehamilan, kelahiran dan menyusui). Ketidakpatuhan

terhadap program PMTCT secara kolektif dapat meningkatkan risiko

penularan HIV dari ibu ke anak. Implementasi optimal dari program

PMTCT bertujuan untuk mencapai nol HIV penularan dari ibu ke anak.

Selain itu, ini program dapat mengurangi efek psikologis HIV di antara

para ibu. Penelitian sebelumnya telah menemukan itu para ibu sangat

memperhatikan keamanan mereka janin dan risiko penularan HIV ke

mereka anak-anak dan, akibatnya, mengalami kesedihan.

Sejalan dengan pernyataan Patel et all. (2015), menyatakan

bahwa penerapan ARV sebagai upaya pencegahan penularan ibu ke

anak (PMTCT) merupakan suatu penemuan yang besar dalam

mengurangi transmisi vertikal dari ibu ke anaknya.

7
2. Status Gizi

Status gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan kehamilan, kelahiran maupun nifas dan menyusui serta

sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Akibat

yang langsung dapat dilihat dengan segera yang disebabkan karena ibu

hamil yang kurang zat gizi adalah kenaikan BB ibu hamil yang kurang atau

pertumbuhan janin yang lambat sehingga menyebabkan terjadinya Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai

berikut :

a. Asam folat

Asam folat minimal diberikan mulai dari dua bulan sebelum

konsepsi dan berlanjut sampai trimester I kehamilan. Dosis pemeberian

asam folat, untuk preventif 500 mikrogram atau 0,5– 0,8 mg/hari, untuk

kelompok dengan faktor resiko 4 mg/hari. Asam folat bermanfaat untuk

menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan

anensephalus. Asam folat juga membantu produksi sel darah merah,

sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta.

b. Energi

Menurut penlitian Syari, et al (2015) menunjukan bahwa ibu

hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah lebih

banyak terjadi pada ibu dengan zat energi yang kurang sebanyak 18

8
orang (94,7%) dibandingkan dengan zat gizi yang baik yaitu sebanyak

1 orang (5,3%). Didapatkan OR=76 berarti asupan zat energi yang

kurang pada ibu hamil memiliki 76 kali faktor resiko untuk melahirkan

bayi dengan BBLR. Energi merupakan sumber utama untuk tubuh.

Energi berfungsi untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti

sirkulasi dan sintesis protein, selain itu protein juga merupakan

komponen utama dari semua sel tubuh yang berfungsi sebagai enzim,

operator membran dan hormon. Aktivitas fisik dan metabolisme tubuh

juga memerlukan energi yang cukup (Gambling, 2010).

Meningkatnya usia kehamilan dapat mempengaruhi

metabolisme tubuh dan peningkatan kebutuhan kalori. Jika terjadi

pembatasan kalori atau energi pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga

maka akan dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(Gambling, 2010).

c. Protein

Menurut penlitian Syari et al (2015) menunjukkan bahwa ibu

hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah lebih

banyak terjadi pada ibu dengan asupan zat gizi protein yang baik yaitu

sebanyak 10 orang (52,6%) dibandingkan dengan asupan zat gizi yang

kurang yaitu sebanyak 9 orang (47,4%). Didapatkan OR=8,5 berarti

asupan zat gizi protein yang kurang pada ibu hamil memiliki 8,5 kali

faktor resiko untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Asupan protein

9
selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan janin

dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan

dengan normal. Asupan protein kurang selama kehamilan dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan yang

mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah begitu juga

sebaliknya kelebihan gizi juga dapat diperoleh karenan asupan energi

dan protein yang terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta

dan pertumbuhan janin dan juga dapat meningkatkan kematian janin

(Knudsen VK, 2008).

Kekurangan nutrisi pada zat gizi protein dan energi pada ibu

hamil dapat mengurangi inti dari DNA dan RNA dan dapat menganggu

profil asam lemak sehingga transfer zat gizi ibu kejanin menjadi

terganggu. Ukuran otak juga berkurang pada mekanisme ini sebagai

akibat dari perubahan struktur protein, konsentrasi faktor pertumbuhan

dan produksi neurotransmiter. Malnutrisi pada protein dan energi terjadi

pada minggu ke 24 - 44 pasca konsepsi dapat terjadi di dalam uterus

maupun di luar uterus hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin

terhambat. Pertumbuhan janin terhambat ini juga berakibat pada

buruknya pertumbuhan kepala pada masa prenatal yang dapat

berhubungan dengan buruknya keluaran perkembangan saraf.

Pembentukan jaringan dari janin dan tubuh ibu dibutuhkan protein

10
sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan dibutuhkan

tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.

d. Zat besi (FE)

Pada ibu hamil terjadi hemodilusi, darah menjadi encer terjadi

perubahan volume darah yaitu peningkatan sel darah merah 20 – 30 %

dan peningkatan plasma darah 50 %. Dengan adanya kejadian tersebut

maka ibu hamil membutuhkan tambahan zat besi/tablet tambah darah.

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin

berguna untuk cadangan zat besi, sintesa sel darah merah dan sintesa

darah otot.

Setiap tablet tambah darah mengandung FeSO4 320 mg(zat besi

30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Tablet besi sebaiknya diminum

bersamaan dengan minuman yang mengandung vitamin C untuk

mempermudah penyerapan, sebaliknya tablet besi sebaiknya tidak

diminum bersama dengan teh, kopi atau susu karena akan menghambat

penyerapan zat besi. Efek samping zat besi adalah menimbulkan rasa

maual, rasa enek, susah BAB, warna tinja menjadi hitam

e. Kalsium

Kebutuhan kalsium meningkat selama hamil. Selain penting

bagi kesehatan tulang ibu dan janin, asupan kalsium yang cukup dapat

mengurangi kejadian hipertensi selama kehamilan (Camargo EB,2013)

Studi epidemiologis dan klinis telah menunjukkan adanya hubungan

11
yang berlawanan antara asupan kalsium dan perkembangan hipertensi

dalam kehamilan meskipun dampaknya bervariasi bergantung dari

asupan kalsium baseline dan faktor risiko yang ada.

Rekomendasi suplementasi kalsium dari WHO adalah 1500-

2000 mg kalsium elemental per hari. Membutuhkan 3-4 tablet kalsium

karbonat untuk memenuhi anjuran WHO karena kalsium karbonat

hanya dapat mengandung maksimal 500 mg kalsium elemental tiap

tabletnya.

f. Pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme.

g. Vit.A

Berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan

membantu tubuh untuk melawan infeksi.

3. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Setiap Trimester

Kebutuhan makanan ibu hamil setiap trimester:

a. Trimester I (1-12 minggu)

1) Masa blastosis

2) Perkembangan embrio

3) Pembentukan plasenta

4) Pembentukan organ utama

Nutrisi yang dibutuhkan energi, asam folat, zat besi dan protein

12
b. Trimester II (13-27 minggu)

1) Janin mulai bergerak

2) Pembentukan organ utama dan organ pendukung

Nutrisi yang dibutuhkan energi, kalsium, vitamin D, DHA, protein

c. Trimester III (28-40 minggu)

1) Kesiapan organ

2) Peningkatan lemak dan otot

3) Penyimpanan cadangan nutrisi

Nutrisi yang dibutuhkan energi, DHA, kalsium, vitamin D

4. Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat

sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan

kesehatan seorang wanita hamil. Misalnya kebiasaan bergadang, berpergian

jauh dengan berkendaraan bermotor. Gaya hidup ini akan mengganggu

kesejahteraan janin yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak

harus dipenuhi. Selain itu, ada beberapa gaya hidup yang mempengaruhi

wanita hamil antara lain:

a. Kebiasaan minum jamu

Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi

wanita hamil, hal ini terjadi terutama apabila minum jamu pada trimester

satu. Di Indonesia minum jamu merupakan kebiasaan yang beresiko pada

ibu hamil karena belum semua bahan dan cara membuat jamu serta dosis

13
terstandar. Jamu yang sering dikonsumsi wanita hamil adalah jamu

gendong, jamu dari serbuk.

Efek minum jamu :

1) Bagi janin

a) Dapat membahayakan tumbuh kembang janin

b) Menimbulkan kecacatan

c) Abortus

d) BBLR

e) Partus prematurus

f) Kelainan ginjal dan jantung janin

g) Asfiksia neonatorum

h) Kematian janin dalam kandungan.

2) Bagi ibu:

a) Keracunan

b) Kerusakan jantung dan ginjal

c) Syok

d) Perdarahan.

Menurut penelitian Anggraeni,et al (2017) dengan judul

Hubungan Antara Konsumsi Jamu Saat Hamil Dengan Kejadian

Asfiksia Bayi Baru Lahir Di Ruang Melati Rsud Jombang menunjukan

bahwa dari 10 ibu bersalin didapatkan 8 (80%) ibu pernah

mengkonsumsi jamu selama hamil dan 4 (40%) bayi yang dilahirkan

14
mengalami asfiksia berat, 3 (30%) bayi baru lahir dengan asfiksia

sedang dan 1 (10%) bayi tidak mengalami asfiksia. Sedangkan 2 (20%)

ibu yang tidak pernah mengkonsumsi jamu selama hamil, bayi yang

dilahirkan tidak mengalami asfiksia. Obat tradisional merupakan obat

jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan,

mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang

secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. Kunyit Asam (Curcuma domesticaval) yang dominan

dalam ramuan kunyit asem yang kental perlu diperhatikan waktu

penggunaannya karena ekstrak kunyit memiliki efek stimulan pada

kontraksi uterus dan abortivum. Satu hal yang menjadi perhatian medis

adalah kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban.

Air ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban

menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu

saluran napas janin.

Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari

tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan

atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu

identik dengan tanaman obat (TO) karena sebagian besar OT berasal

dari TO.

15
b. Subtance abuse

Adalah prilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil,

termasuk penyalahgunaan atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang

membahayakan ibu hamil.

1) Penggunaan obat-obat selama hamil

2) Merokok

3) Alkohol dan caffeine

4) Hamil dengan ketergantungan obat atau penggunaan NAPZA

c. Perokok

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan

bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui

rokok akan dapat ditransfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu

hamil dengan merokok berat, kita harus waspada akan resiko keguguran,

kelahiran premature, BBLR, bahkan kematian janin.

Berbagai gangguan terhadap hasil akhir kehamilan di laporkan

berkaitan dengan merokok selama hamil. Gangguan tersebut adalah berat

lahir rendah akibat persalinan premature atau gangguan pertumbuhan

janin, kematian janin dan bayi, serta solusio plasenta. Mekanisme

patofisiolofi yang diperkirakan berperan menimbulkan gangguan

kehamilan ini antara lain meningkatkan kadar karboksi hemoglobin janin,

berkurangnya aliran darah utero plasenta, dan hipoksia. Bahwa ibu hamil

yang merokok dapat langsung mempengaruhi dan merusak perkembangan

16
janin dalam rahim. Yang paling penting sering terjadi adalah berat lahir

yang rendah, disamping resiko gangguan pernafasan pada janin.

Menurut pnelitian Paunno, et al (2015) dengan judul Pengaruh Ibu

Hamil Perokok Pasif Terhadap Kejadian Lahir Mati Di Kota Ambon

menunjukan bahwa ibu yang terpapar asap rokok selama hamil sampai

melahirkan berisiko lahir mati 2 kali lebih besar dari ibu yang selama hamil

tidak terpapar asap rokok. Begitupun dengan penelitian Ramadhan (2012)

dengan Judul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah Di Badan Layanan Umum Daerah Rsu Meuraxa Banda

Aceh dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 responden yang

perokok pasif berat di dapatkan 3 (75%) ibu mengalami kejadian BBLR

(Bayi Berat Lahir Rendah), dari 26 responden yang perokok pasif ringan di

dapatkan 9 (34,6%) ibu melahirkan bayi berat badan lahir rendah,

sedangkan dari 15 responden yang tidak terpapar dengan asap rokok di

dapatkan 15 (100%), ibu melahirkan dengan bayi berat badan normal (tidak

mengalami kejadian BBLR). Dari hasil uji Statistik, Chi – square diperoleh

nilai kemaknaan p = 0,004 (p ≤ 0,05), maka dapat di simpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan

kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Kelahiran BBLR pada ibu

hamil perokok pasif diakibatkan oleh paparan karbon monoksida (CO)

yang terus menerus selama ibu hamil. Karbon monoksida (CO) dapat diikat

didalam haemoglobin ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas

17
pengangkutan oksigen (O2) didalam darah ibu, dan pada akhirnya tubuh

janin akan menerima oksigen yang lebih sedikit. Selain karbon monoksida,

nikotin yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif kemudian terhisap

oleh ibu hamil juga dapat menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang

masuk kedalam darah ibu dapat melewati plasenta dan mempengaruhi

beberapa organ tubuh janin. Dampak dari pengaruh zat-zat tersebut adalah

pertumbuhan bayi dibawah normal

d. Kehamilan Di Luar Nikah Dan Tidak Diinginkan

Gaya hidup orang Indonesia sekarang sudah banyak bergeser,

hamil diluar nikah masa kini sudah semakin banyak ditemukan. Hamil

diluar nikah bukan merupakan budaya Negara Indonesia, sehingga kalau

ada wanita yang hamil diluar nikah sering tidak diterima oleh masyarakat.

Reaksi wanita yang mengalami hamil diluar nikah :

1) Melarikan diri dari tanggungjawab, melakukan aborsi, membuang

anaknya, menitipkan anaknya ke orang lain atau ke panti asuhan.

2) Berusaha melakukan aborsi dan bunuh diri

3) Memelihara sendiri anaknya meskipun terpaksa.

Hamil diluar nikah selalu berakibat tidak baik, karena meskipun

terjadi pernikahan tetapi karena terpaksa, apalagi kalau tidak terjadi

pernikahan. Anda sebagai seorang bidan harus mampu memberi

perlindungan secara psikologis karena mereka sangat membutuhkan,

18
supaya dapat menjalani kehamilan dengan sehat dan melahirkan bayi sehat

juga.

Berdasarkan penelitian Dini, et al (2016) dengan judul Pengaruh

Status Kehamilan Tidak Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama

Kehamilan Dan Setelah Kelahiran Di Indonesia dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan

mempunyai peluang untuk tidak melakukan perawatan kehamilan sesuai

kriteria 1,79 dibandingkan ibu yang kehamilannya diinginkan. Hasil

penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian Hambert (2011) dengan

judul The Effect of Pregnancy Intention on Important Maternal Behaviors

and Satisfaction with Care in a Socially and Economically At-Risk

Population menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kehamilan tidak

diinginkan 2,1 kali lebih besar untuk tidak memanfaatkan pelayanan

antenatal secara maksimal.

B. Faktor Psikologi Yang Dapat Mempengaruhi Kehamilan

Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam

perkembangan emosional dalam kesanggupan seseoraang untuk menyesuaikan

diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Faktor psikologi ini

mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi kehamilan, antara lain

stressor, dukungan keluarga, subtance abuse, partner abuse.

19
1. Stressor Internal dan Eksternal

Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal

dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga berasal dari faktor luar

(eksternal) ibu hamil. Stres psikologis yang dialami ibu selama kehamilan

adalah stres yang diakibatkan peristiwa kehidupan sehari-hari yang dialami

ibu dikenal sebagai stres psikososial. Stres psikososial disebabkan oleh

berbagai macam stresor psikososial seperti masalah internal keluarga,

perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal, kekhawatiran kesulitan

ekonomi, kehamilan sekarang dan beban pekerjaan

a. Stressor Internal

1) Latar Belakang Kepribadian

Ibu hamil yang memiliki kepribadian immature (kurang

matang) biasanya dijumpai pada calon ibu dengan usia yang masih

sangat muda, introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain) atau

tidak seimbang antara prilaku dan perasaannya, cenderung

menunjukkan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi

kehamilannya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki

kepribadian yang mantap dan dewasa. Ibu hamil dengan

kepribadian seperti ini biasanya menunjukkan kecemasan dan

ketakutan yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi yang

dikandungnya selama kehamilan. Perlunya dukungan suami untuk

mendorongan dan memotivasi terhadap ibu hamil baik secara moral

20
maupun material. Menurut penelitian Alza dan Ismarwati (2017)

menunjukkan bahwa secara statistik dukungan suami berpengaruh

terhadap kecemasan ibu hamil trimester III dengan p value 0,048

(p < 0,05). Dukungan dari suami merupakan faktor utama atau

strategi koping yang sangat tepat untuk mengurangi kecemasan ibu

selama kehamilan hingga persalinan (Irawati&Farida,2014).

Dukungan yang diberikan suami selama istri hamil dapat

mengurangi kecemasan serta mengembalikan kepercayaan diri ibu

dalam mengalami pada masa kehamilan sampai proses persalinan.

2) Perubahan Hormonal

Perubahan hormone yang berlangsung selama kehamilan

juga berperan dalam perubahan emosi, membuat perasaan jadi tidak

menentu, konsentrasi berkurang dan sering pusing. Hal ini

menyebabkan ibu merasa tidak nyaman selama kehamilan dan

memicu timbulnya stess yang ditandai ibu sering murung.

b. Stressor Eksternal

1) Pengalaman ibu

Pengalaman ibu yang dapat menjadi stressor eksternal

misalnya pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan

atau persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga

menimbulkan gangguan emosi yang mempengaruhi kehamilannya.

21
2) Gangguan Emosi

Gangguan emosi yang dialami pada trimester pertama

kehamilan akan berpengaruh pada janin, karena pada saat itu janin

sedang dalam masa pembentukan. Akan mengakibatkan

pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.

Stres pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan baik

akan membawa dampak yang buruk baik itu bagi ibu hamil

maupun bagi janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang

mengalami stres sinyalnya akan ditangkap masuk kedalam sistem

saraf panca indra melalui transmisi saraf, yang akan diteruskan ke

susunan saraf pusat otak (lymbic sistem) melalui saraf otonom

(simpatik dan parasimpatik) diteruskan ke kelenjar hormonal

(endokrin) meningkatkan sistem saraf simpatik yang

menyebabkan lepasnya hormon stres antara lain Adreno Cortico

Tropin Hormone (ACTH), kortisol, katekolamin, β-endorphin,

Growth Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing Hormone (LH)

atau Folicle Stimulating Hormone (FSH). Pada saat ibu hamil

mengalami stres salah satu hal yang dapat dilakukan untuk

mengurangi stres tersebut adalah dengan relaksasi, meluangkan

waktu untuk bersantai dan tenang, mendengarkan musik yang bisa

membuat bahagia, berkumpul bersama, berolahraga, dan juga

melakukan meditasi (Hawari, 2011)

22
2. Support Keluarga

Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik

yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada

setiap perubahan yang terjadi, dimana sumber stres terbesar terjadi karena

dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu. Dalam

menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang

intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih

sayang.

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat

berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan

mempengaruhi keadaan keluarga. Bagi pasangan baru, kehamilan

merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan

dianggap suati krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh

stress dan kecemasan. Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka

mengkibatkan timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga

dan kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga. Kemampuan

untuk memecahkan krisis dengan sukes adalah kekuatan bagi keluarga

untuk menciptakan hubungan yang baik. Tugas keluarga yang saling

melengkapi sehingga dapat menghindari konflik yang diakibatkan oleh

kehamilan dapat ditempuh dengan jalan :

23
a. Merencanakan dan memepersiapkan kehadiran anak.

b. Mengumpulkan dan memberikan informasi bagaimana merawat dan

menjadi ibu atau ayah bagi bayi

Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan agar

kehamilan dapat berjalan lancar antara lain:

a. Memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya

b. Memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan memepersiapkan

peran sebagai ibu

c. Memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan ras takut dan

cemas terhadap persalinan

d. Memberi dukungan pada ibu utuk menciptakan ikatan yang kuat antara

ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan

persalinan yang baik

e. Menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota

keluarga baru.

Dukungan dari suami juga sangat mempengaruhi kehamilan

yang dijalani oleh ibu. Orang yang paling penting bagi seorang waita

hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukan bahwa wanita

yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan

akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah

melakukan penyesuaian diri selama kehmilan dan sedikit resiko

komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan

24
utama yang ditunjukan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-

tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan

pasangannya terhadap anaknya.

Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai

calon ayah bagi anaknya antar lain:

a. Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan

secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian

dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan

dan perubahan emosi ibu hamil.

b. Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan

untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan

keluarga lainnya.

c. Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalm m

d. Memberikan informasi yang diperolehnya mengenai

kehamilan.Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang

tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.

3. Substance Abuse

Substance Abuse adalah pola psikoaktif dari penggunaan zat atau

bahan yang beresiko secara fisik dan psikologis bagi kesehatan ibu hamil

dan janinnya. Pengaruh psikologis tersebut dapat berupa ketergantungan,

kecanduan, dan penyalahgunaan. Gejala-gejala gangguan psikologis akibat

substance abuse antara lain: gangguan dalam sosialisasi, gelisah, sifat lekas

25
marah, halusinasi, euphoria (ketagihan dan over dosis), paranoid, dan

stress. Pola substance abuse dapat disebabkan oleh:

a. Alkohol Dan Kafein

Alkohol yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat membahayakan

jantung ibu hamil dan merusak janin, termasuk menimbulkan

kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran

premature. Efek negative alkohol tidak hanya pada peminum atau

pemakai alkohol rutin, tetapi juga pada pemakai alkohol yang tidak

rutin atau insidental. Wanita hamil seharusnya tidak mengkonsumsi

atau mengurangi pemakaian alkohol sebelum atau selama hamil. Efek

pemakaian alkohol dalam kehamilan dapat berupa pertumbuhan janin

terhambat, retardasi mental, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan

neonatal. Kecemasan dan depresi ibu hamil dan merokok sering

meningkatkan konsumsi alkohol.

Apabila seorang wanita hamil meminum alkohol hingga 5–6

gelas sehari, maka besar kemungkinan akan mengalami yang Sindrom

Alkohol pada janin (FAS). Sindrom alkohol pada janin adalah kondisi

dapat menyebabkan bayi lahir dengan mental terbelakang dan kelainan

bentuk tubuh (terutama pada kepala, wajah, tangan dan kaki, jantung

dan susunan saraf pusat). Bayi semacam ini bisa mengalami kesulitan

pernafasan, kontrol suhu tubuh yang buruk, daya tahan tubuh melawan

infeksi rendah dan kurangnya nafsu makan.

26
b. Penggunaan obat-obat selama hamil

Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak hanya

tergantung dari macam obat, akan tetapi juga tergantung dari saat obat

tersebut diberikan. Obat-obat yang diberikan kepada ibu hamil dapat

menimbulkan efek pada janin seperti:

1) Kelainan bentuk anatomik atau kecacatan pada janin, terutama

penggunaan obat pada trimester pertama.

2) Kelainan faal alat tubuh.

3) Gangguan pertukaran zat dalam tubuh.

Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil dapat

melalui plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya dapat

mengganggu perkembangan janin.

c. Kokain

Kokain merupakan stimulant sistem saraf pusat yang

mempengaruhi bagian otak yang mengatur pusat kesenangan. Zat ini

dapat dikonsumsi secara oral, melalui intervena dan dihisap. Kokain

ini menimbulkan rasa senang, menyebabkan vasokontriksi,

peningkatan denyut jantung dan suhu tubuh, ilusi mental muncul dan

anastesi local. Namun euphoria, energi dan efek afrodisiak akan

berubah menjadi rasa cemas, rasa lemah dan depresi.

Kokain sangat berbahaya bagi pertumbuhan janin. Hal ini

dihubungkan dengan vasokontriksi yang menyebabkan hiprtensi,

27
cardiac iskhemika, aborsi spontan, IUFD dan abrupsio plasenta,

kelahiran premature, retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR),

mikrosefalus, cacat congetinal dan saluran reproduksi serta urine yang

tidak normal.

d. Opiates (narkotik)

Pengunaan opiates dalam kehamilan dapat menyebabkan

IUGR, kelahiran premature dan kematian bayi, ibu akan menolak

kehamilannya dan menyebabkan stress pada janin bahkan sampai

kematian. Bayi baru lahir dari ibu pengguna opiates saat hamil harus

siap menerima akiba fatal yaitu Syndrome narkotik.

e. Ampetamin

Ampetamin termasuk obat perangsang yang mempunyai efek

hampir sama dengan kokain, berpengaruh pada pengurangan lingkar

kepala janin dan meningkatnya risiko terjadinya abruptio plasenta,

IUGR, dan IUFD. Hal ini berhubungan dengan vasokontriksi yang

disebabkan oleh ampetamin. Penggunaan ampetamin pada saat hamil

juga berhubungan dengan penurunan nutrisi dan berat badan.

4. Partner Abuse

Kekerasaan dapat terjadi baik secara fisik, psikis, ataupun sexual

sehingga dapat terjadi rasa nyeri dan trauma. Efek kekerasan pada ibu

hamil bisa dalam bentuk langsung maupun tidak langsung, yang langsung

antara lain: trauma dan kerusakan fisik pada ibu dan bayinya misalnya

28
solutio plasenta, fraktur tulang, ruptur uteri dan perdarahan. Menurut

penelitian Ramadani dan Yuliani (2015) bentuk kekerasan, yang paling

banyak dilakukan dalam penelitian ini adalah kekerasan fisik ringan berupa

mendorong istri (36,3%). Selanjutnya adalah kekerasan ekonomi ringan

berupa tidak memenuhi kebutuhan rumah tangga (35%) dan kekerasan

seksual ringan berupa menghina dengan kata-kata berbau seksual (32,5%).

Mirisnya lagi sebanyak 19,5% kekerasan psikologis kategori berat

dilakukan ketika istri sedang hamil.

Sedangkan efek yang tidak langsung adalah reaksi emosional,

peningkatan kecemasan, depresi, rentan terhadap penyakit. Trauma pada

kehamilan juga dapat menyebabkan nafsu makan yang menurun dan

peningkatan frekuensi merokok serta meminum alkohol.

C. Faktor Lingkungan, Sosial Budaya, Dan Ekonomi Yang Mempengaruhi

Kehamilan

1. Kebiasaan dan Adat Istiadat

Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan

yang dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih

dipertahankan di indonesia untuk mencapai keturunan yang baik secara

psikis maupun jasmani. Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang

merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi

hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang

sudah berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat

29
dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan

tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.

Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya

kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita

menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk

terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang

positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.

Lingkungan adat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan

secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata

caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil.

Kegiatan tersebut diantaranya adalah :

a. Mitos

Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu

lingkungan masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local

atau hanya pada daerah tertentu yang memegang teguh kepercayaan

tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal yang harus dihindari

karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan berdampak pada

kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Beberapa

mitos bahkan dipercaya sebagai amanat atau pesan dari nenek moyang

yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak atau karma yang tidak

menyenangkan.

30
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan

mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu

hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik.

Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan

dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya. Berikut

adalah beberapa mitos atau adat istiadat yang berhubungan dengan

kehamilan:

1) Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika

itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan

perbuatannya itu.

Faktanya menurut penelitian Muslim, et al (2016)

Peningkatan resiko cacat bawaan bayi lahir tersebut diduga

berkaitan dengan semakin banyaknya penggunaan bahan kimia

beresiko teratogenik, dan mutagenik di dalam asupan bahan

makanan dan obat-obatan di luar resep dokter. Tapi, yang perlu

diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan

yang tak bisa dibenarkan.

2) Membawa gunting kecil atau benda tajam lainnya di kantung baju

si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya

Faktanya Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda

tajam itu melukai Ibu.

31
3) Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang

akan mengganggu janin.

Faktanya secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif

dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan

bepergian.Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar

malam terlalu lama, apalagi larut malam karena udara malam

kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon

dioksida (CO2).

4) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan,

nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.

Faktanya jelas ini bertujuan agar ibu yang sedang hamil

dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.

5) Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya

jadi kembar siam.

Faktanya secara medis-biologis, Etiologi kembar siam tidak

diketahui secara pasti, namun fenomena ini terjadi akibat

pembagian zigot yang tidak sempurna, setelah diskus embrionik

terbentuk, pembelahan terjadi 12 hari setelah pembuahan, Diskus

embrionik mulai berdiferensiasi pada hari ke-13 setelah fertilisasi.

Pemisahan yang terjadi setelah hari ke-13 akan menghasilkan

pemisahan yang tidak sempurna, karena diskus embrionik sudah

terbentuk dan berdiferensiasi. Semakin lama waktu dimulainya

32
pemisahan embrio, maka akan semakin berat kelainan yang akan

terjadi (William,2002).

6) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan

sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya.

Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.

7) Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin

dalam kandungan gugur.

Menurut penelitian Silaban dan Rahmanisa (2016) dengan

judul Pengaruh Enzim Bromelin Buah Nanas ( Ananas comosusL.)

terhadap Awal Kehamilan menunjukan bahwa Buah nanas

memiliki kandungan bromelin yang memiliki efek abortifikasi,

yakni menghambat implantasi, kontraksi uterus meningkat, dan

bersifat embriotoksik. Bromelin bekerja berdasarkan dua tipe

prostaglandin, yaitu proinflamasi dan anti-inflamasi. Enzim

bromelin menunjukkan aktivitas spesifik dalam meningkatkan

kadar prostaglandin yang dapat memicu kontraksi uterus pada ibu

hamil. Enzim bromelin dapat menghidrolisis jaringan ikat berupa

kolagen dibandingkan jenis jaringan ikat lain atau terhadap protein

miofibrilar lainnya.

Efek yang ditimbulkan akibat hidrolisis kolagen melalui

mekanisme kerja enzim bromelin membuat gangguan pada fetus,

berupa terjadinya perlunakan tubuh fetus. Enzim bromelin memiliki

33
berat molekul yang rendah sehingga memungkinkan enzim ini

masuk kedalam plasenta. Bertambahnya jumlah bromelin akibat

konsumsi yang tidak tepat menyebabkan bromelin dalam plasenta

akan menghambat perpindahan zat gizi/nutrien dari induk ke fetus

dan menghambat metabolisme nutrisi yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan organ-organ fetus, diantaranya

bahan-bahan mineral untuk proses pembentukan tulang. Enzim

bromelin selain menyebabkan kerusakan kolagen, enzim ini juga

dapat menghambat pasokan oksigen, zat gizi serta bahan lainnya

kedalam tubuh fetus. Berdasarkan hal tersebut, buah nanas haruslah

diperhatikan konsumsinya selama kehamilan sehingga angka

kesakitan ibu dan gangguan kesehatan fetus dapat dicegah melalui

pengolahan bahan makanan yang sesuai.

8) Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau

minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau

membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.

Genetika, penyakit yang dimiliki ibu, nutrisi, dan kehamilan

lebih bulan bisa berkontribusi pada besarnya bayi saat lahir.

Faktanya berdasarkan penelitian Susanti (2017) dari 16 responden

yaitu ibu bersalin yang mengalami kejadian makrosomia (bayi

besar) dengan riwayat penyakit diabetes melitus sejumlah 5

(31,2%) dan ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian

34
makrosomia serta tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus

sejumlah 11 (68,8%). Hal ini disebabkan masih banyak ibu yang

pada saat sebelum maupun saat hamil tidak melakukan pemeriksaan

laboratorium salah satunya pemeriksaan kadar gula darah untuk

mencegah terjadinya komplikasi kematian bayi di dalam rahim

yang dimana seharusnya pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya

dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu. Berdasarkan teori

Rukiyah (2015) mengemukakan bahwa Diabetes mellitus

mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomi) dengan

berat lahir mencapai 4000- 5000 gram atau lebih

2. Fasilitas Kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat

menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini

terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah

antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat

menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan

ibu (AKI).

a. Fasilitas kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target

penurunan AKI dan AKB

b. Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok bersalin yang

disediakan untuk bidan PTT

35
c. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan biasanya kurang

lengkap sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang

memerlikan tindakan kegawat daruratan.

d. Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten dimana

mempunyai fasilitas perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan tenaga

medis, dokter spesialis lebih banyak

Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang luas agar dalam memberikan pelayanan pada

masyarakat setidaknya bisa memberikan pertolongan pertama pada

tindakan kegawat daruratan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat

menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini

terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga

langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini

sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka

kesehatan ibu (AKI).

Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil

di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di

tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam

melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara

teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko

kehamilan yang penting segera di tangani.

36
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini

berhubungan dengan faktor-faktor:

a. Predis posisi (predis porsing factors)

Terwujud dalam pendidikan jumlah anak, pendidikan suami,

sikap, umur, pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan

sebagaimnya.

b. Pemungkin atau pendukung (enabling factors)

Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care,

fasilitas pelayanan antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.

c. Penguat (reinforcing factors )

Terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap

petugas pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.

Salah satu fasilitas kesehatan, yaitu Puskesmas. Puskesmas

adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan

dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2

kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat Sasaran

pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang

memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :

a. Sasaran prioritas

Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita

penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah,

Diare, Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran

37
prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut dengan

kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit,

ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah

buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat

tinggal.

b. Sasaran Non Prioritas

Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan

ataupun pelayanan kesehatan lainnya. Antara lain : jahit luka,

perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca operasi, perawatan luka

bakar, pembersihan kotoran ditelinga, circumcise atau kithan,

pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan

tindakan lain sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing

Puskesmas.

3. Faktor ekonomi

Menurut penelitian Lumempouw et, al (2016) menunjukkan nilai

ρ=0,003Nilai ρ ini lebih kecil dari nilai α(0,05) dengan demikian Ho

ditolak artinya terdapat hubungan pendapatan dengan keteraturan

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Ranotana Weru

Kecamatan Wanea Kota Manado. Keadaan sosial ekonomi sangat

mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan, antara lain makanan sehat,

38
bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan transportasi

atau sarana angkutan. Kehamilan membutuhkan anggaran khusus seperti

biaya antenatal care, makanan bergizi untuk ibu dan janin, pakaian hamil,

biaya persalinan dan kebutuhan bayi setelah lahir. Faktor lingkungan,

sosial, gaya hidup dan ekonomi juga bisa menjadi faktor yang

mempengaruhi, karena bila hal tersebut semakin baik, maka akan

membantu ibu untuk mendapatkan informasi yang lebih cepat. Faktor

ekonomi berperan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan ibu selama

kehamilan, seperti makanan sehat untuk ibu hamil, persiapan kelahiran,

biaya pemeriksaan, sarana transportasi menuju tempat pemeriksaan.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses

kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat

memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di

tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun

dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan

bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan

baik.

Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi

kehamilan antara lain:

a. Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil

b. Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan

makanan

39
c. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak

d. Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan

e. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang disebabkan

kurangnya penyuluhan keluarga berencana

f. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam melakukan

pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan pemeriksaan yang tidak

efektif karena kurangnya biaya yang harus dikeluarkan

g. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya rendah

tidak mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang baik

h. Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil

bertempat tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan

i. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam

masalah transportasi dan biaya lain yang mempengaruhi kehamilan

40
LAMPIRAN

A. Studi Kasus Subtanse Abuse dan Partner Abuse

Seorang pubic figure Ny.N melahirkan di usia kehamilan 35 minggu

dengan bayi 2,3kg dan panjang 46cm. Diketahui bahwa Ny.N adalah seorang

perokok dan peminum. Pada saat hamil Ny.N ditinggal oleh suami nya dan

sempat diperlakukan tidak baik dalam keadaan hamil. Tidak ada dukungan

sama sekali dari suami dan Ny.N merasa cemas.

B. Pembahasan

Pada kejadian ini Ny.N ditinggalkan oleh suaminya saat hamil dan

sempat diperlakukan tidak baik dalam keadaan hamil. Kekerasaan yang

dilakukan oleh suami (partner) di rumah dapat terjadi baik secara fisik, psikis,

ataupun sexual sehingga dapat terjadi rasa nyeri ataupun trauma. Efek yang

biasanya muncul adalah reaksi emosional dan peningkatan kecemasan. Trauma

pada kehamilan juga dapat menyebabkan nafsu makan yang menurun dan

peningkatan frekuensi merokok serta meminum alcohol (bagi ibu hamil dengan

gaya hidup sebagai peroko dan pminum alcohol). Dukungan dari suami juga

sangat mempengaruhi kehamilan yang dijalani oleh ibu. Orang yang paling

penting bagi seorang ibu hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukan

bahwa ibu hamil yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama

kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah

melakukan penyesuaian diri selama kehmilan dan sedikit resiko komplikasi

persalinan.

41
Ny.N adalah perokok dan peminum alcohol. Pada ibu hamil perokok

karbon monoksida (CO) dapat diikat didalam haemoglobin ibu, sehingga

mengakibatkan menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (O2) didalam

darah ibu, dan pada akhirnya tubuh janin akan menerima oksigen yang lebih

sedikit. Selain karbon monoksida, nikotin yang dihasilkan dari asap rokok

perokok aktif kemudian terhisap oleh ibu hamil juga dapat menurunkan perfusi

plasenta. Nikotin yang masuk kedalam darah ibu dapat melewati plasenta dan

mempengaruhi beberapa organ tubuh janin. Dampak dari pengaruh zat-zat

tersebut adalah pertumbuhan bayi dibawah normal.

42
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi proses kehamilan

seorang ibu. Tidak hanya dari segi fisik, namun dari psikologis dan keadaan

sosial ekonomi juga sangat berpengaruh akan kesejahteraan ibu dan janin. Hal

ini sangat berperan penting terhadap berlangsungnya proses kehamilan hingga

saat persalinan tiba. Peran dari berbagai pihak tentu berpengaruh besar, seperti

dukungan moril, materil, serta secara mental, dari suami, keluarga bahkan

orang-orang yang berada dekat dengan ibu .

Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan

kesejahteraan janin dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang

aktual. Status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu

mengetahuinya. Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga kesehatan untuk

memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan

postnatal yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti/

B. Saran

Diharapkan bidan dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi Kehamilan, karena pada dasarnya bidan berperan penting

43
saat melakukan asuhan pada ibu hamil sehingga bidan bisa mengidentifikasi

masalah yang sedang dialami pada ibu hamil

44
DAFTAR PUSTAKA
Alza dan Ismarwati.2017.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 13,
No. 1,Juni 2017 1-
6.https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/view
/205/pdf

Anggraeni, et al. 2017. Hubungan Antara Konsumsi Jamu Saat Hamil


Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir Di Ruang Melati Rsud
Jombang. Jurnal Nurse And Health – Lppm Akper Kerta Cendekia
Sidoarjo, Vol 6, Issue 2, Desember 2017

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Camargo EB, Moraes LF, Souza CM, Akutsu R, Barreto JM, da Silva EM.
Survey of Calcium Supplementation to Prevent Preeklampsia: The Gap
between Evidence and Practice in Brazil. BMC Pregnancy and
Childbirth. 2013; 206(13):1-7

Dini, et al. 2016. Pengaruh Status Kehamilan Tidak Diinginkan Terhadap


Perilaku Ibu Selama Kehamilan Dan Setelah Kelahiran Di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Reproduksi (ISSN 2087-703X) - Vol 7, No. 2, (2016),
pp. 119-133. (https://media.neliti.com/media/publications/108270-ID-
pengaruh-status-kehamilan-tidak-diingink.pdf di unduh 10/9/19)

Eisenberg Arlene, 2000, Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan,
Jakarta: Penerbit ARCAN.

Feucht UD, Meyer A, Kruger M. Missing HIV prevention opportunities in


South African children – A 7-year review. BMC Public Health.
2014;14:1-8.

Gambling, MC.Ardle. 2010. Nutrition requirment during pregnancy chapter


I. Cambridge: United Kingdom University Press;

Hambert.L et.all. The Effect of Pregnancy Intention on Important Maternal


Behaviors and Satisfaction with Care in a Socially and Economically
At-Risk Population. , 15 : Matern Child Heal J. 2011;(15):1055–66.

Hawari, D. (2011). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI.

Ladewig, W.P., 2013. Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lilik .2009.Asuhan Kebidanan I (kehamilan ).Jakarta : CV. Trans Info Media
Lumempouw, et al. 2016. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Ibu Hamil
Dengan Keteraturan Pemeriksaan Antental Care (Anc)Di Puskesmas
Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. e-journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor2,November2016https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/ar
ticle/view/14075/13651

Muslim, et al. 2016. Beberapa Kejadian Cacat Bawaan Bayi Lahir Di Rumah
Sakit M. Yunus Bengkulu Dalam Satu Dekade Terakhir.
file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/3317-7111-1-SM.pdf

Patel R.C., Onono M., Gandhi M., Blat C., Hagey J., Shade S.B.,
Vittinghoff E., Bukusi E.A., Newmann S.J., Cohen C.R..
(2015).Pregnancy Rate And HIV Positive Woman Using
Contraceptive And Evavirenz Based Or Nevaviran Based In
Antiretroviral In Kenya; Retrospective Cohort Study. Journal Lancet
HIV. Doi 10.1016/s2352-3018(15) 00184-8.epub 2015 oct 22

Paunno, et al. 2015. Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Kejadian
Lahir Mati Di Kota Ambon. Vol. 2 | No. 3 |Desember 2015 | Jurnal
Kesehatan Reproduksi: 127-138
(file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/12647-25118-1-PB.pdf)

Purwanto dan Wahyuni. 2016. Hubungan Antara Umur Kehamilan,


Kehamilan Ganda, Hipertensi Dan Anemia Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) . Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No.
3, September 2016: 349–359.
(https://media.neliti.com/media/publications/94600-ID-none.pdf
diunduh 10/9/19)

Ramadhan, Nurlaela. 2012. Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan


Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Badan Layanan Umum Daerah
Rsu Meuraxa Banda
Aceh.Vol.1,No.2,Maret2012.(http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/NU
RLAILA_RAMADHAN-hl1-4-nurlaila_ramadhan.pdf diunduh
10/9/19)

Ramadani dan Yuliani. 2017. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kdrt)


Sebagai Salah Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2015 - September 2015 | Vol. 9,
No. 2, Hal. 80-87. (file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/191-350-1-
SM.pdf)

Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Ristriyani, et al. 2018. Children's HIV Status and the Acceptance Stage of
Grief amongst HIV-Positive Women. Makara J. Health Res., 2018,
22(2): 69-73
(file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/Rizka_Makara.pdf di unduh
10/9/19)

Rukiah, Yeyeh Ai.dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta: CV.


Trans Info Media.

Rukiyah, A, Y., Yulianti, L., (2015). Asuhan Kebidanan 4 Patologi


Kebidanan, Trans Info Media:Jakarta.

Silaban dan Rahmanisa.2016. Pengaruh Enzim Bromelin Buah Nanas (


Ananas comosusL.) terhadap Awal Kehamilan. MAJORITY I Volume
5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I 80
(file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/889-1552-1-PB.pdf)

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika
Susianti. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Makrosomia Di
Rsud
SawerigadingPalopo.file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/JURNA
LQ%20SUSI.pdf

[WHO] World Health Organization. Guideline : Calcium supplementation in


pregnant women. 2013;1–35.

William NS. 2002. Danforth obstetri dan ginekologi. Alih bahasa Chalik
TMA. Jakarta: Widya Medika;.hlm.891-9.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pencapaian target sasaran rencana Pembangunan
Jangka Menengah Bidang Kesehatan (RPJMN-BK) 2004-2019 yaitu
AKI 226/100.000 KH, dan target pencapaian Milenium Development
Goals (MDG’s, yaitu AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun 2015,
perlu dilakukan upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan.
Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab
langsung, yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama dan
abortus komplikasi abortus. Disamping itu, kematian ibu juga
dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya serta
faktor transportasi, yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya dua
keadaan yang tidak menguntungkan, yaitu: (1) Tiga Terlambat (terlambat
mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, dan terlambat ,mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan); (2) Empat Terlalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering
melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua untuk
melahirkan). Mengingat penyebab dan latarbelakang kematian ibu yang
sangat kompleks dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani oleh
banyak sektor, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, maka
upaya percepatan penurunan AKI memerlukan penanganan yang
menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan melibatkan sektor terkait.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, telah dilakukan
upaya percepatan penurunan AKI. Pada tahun 2000 Departemen
Kesehatan telah mencanangkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS)
yang merupakan strategi terfokus dalam penyediaan dan pemantapan
pelayanan kesehatan, dengan 3 (tiga) pesan kunci MPS, yaitu (1) Setiap
persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) Setiap komplikasi
obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan (3) Setiap
wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Upaya
percepatan AKI tersebut dilaksankan melalui empat strategi, yaitu: (1)
Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi, (2)
Kerjasama lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat termasuk
swasta (3) Pemberdayaan perempuan, keluarga dan pemberdayaan
masyarakat, dan (4) Meningkatkan survaliance, monitoring-evaluasi
KIA dan pembiayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sasaran antenatal terpadu?
2. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan dalam pelayanan antenatal
terpadu?
3. Bagaimana standar pelayanan antenatal?
4. Bagaimana cara menggunakan P4K dan buku KIA?
5. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan dalam kebidanan serta
pendokumentasian SOAP?

C. Tujuan
1. Mengetahui mengenai sasaran antenatal terpadu.
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan dalam pelayanan antenatal
terpadu.
3. Mengetahui standar pelayanan antenatal.
4. Mengetahui cara menggunakan P4K dan buku KIA.
5. Mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan dalam kebidanan serta
pendokumentasian SOAP.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sasaran Pelayanan Antenatal Terpadu


1. Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil
Tujuan Umum adalah Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan Khusus adalah:
a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif
dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu
hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
b. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif,
dan berkualitas.
c. Mendeteksi secara dini kelainan/ penyakit/ gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.
d. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
2. Sasaran Pelayanan dan Pengguna Buku Pedoman
a. Sasaran pelayanan : Semua ibu hamil dittargetkan menjadi
sasaran pelayanan antenatal terpadu.
b. Pengguna buku pedoman
1) Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan keluarga berencana
2) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang
menyediakan pelayanan antenatal
3) Lintas program terkait di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/ kota.
4) Institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
(perguruan tinggi. Poltekkes, STIKes, RS, Bapelkes, Pusat
Pelatihan, dan lainnya).
5) Organisasi profesi terkait.
c. Indikator
1) Kunjungan Pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk
mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin
pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
2) Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada
trimester 1 (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester
ke-2 (>12-24 minggu), minimal 2 kali kontak pada
trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai
dengan minggu ke 36.
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai
kebutuha dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
3) Penanganan Komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan,
penyakit menular maupuun tidak menular serta masalah
gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi.
Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi
yang sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/
eklampsia, persalinan macet, infeksi, abortus, Malaria,
HIV/ AIDS, Sifilis, TB, Hipertensi, Diabetes Mellitus,
anemia giz besi (AGB) dan kurang energi kronis (KEK).
3. Target
Dalam Rencana Strategi Kementrian Kesehatan 2010-2014
telah ditetapkan target untuk Kunjungan Ntenatal dan Penanganan
Komplikasi sebagai berikut:
TAHUN TARGET NASIONAL
K1 K4 PK
2010 95 84 58
2011 96 88 63
2012 97 90 67
2013 98 93 71
2014 100 95 75

B. Jenis-jenis Pemeriksaan dalam Pelayanan Antenatal Terpadu


1. Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan atenatal yang
diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya,
ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus
dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standard an terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara
keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk
gizi agar kehamilan berlangsung sehat
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/
komplikasi kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dana man
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi penyulit/ komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
tepat waktu bila diperlukan
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam
menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan
persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/ komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan


harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
terdiri dari:

a. Timbang Berat Badan. Penimbangan berat badan pada setiap


kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
b. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Pengukuran LILA hanya
dilakukan pada kontak pertama untuk skrinning ibu hamil
beresiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis
disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana
LILA kurang dari 23, 5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c. Ukur Tekanan Darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap
kali kunjungan antental dilakukan untuk mendeteksi adanya
hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan
dan Preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau proteinuria).
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri. Pengukuran tinggi fundus pada
setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan
24 minggu.
e. Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ). Penilaian DJJ dilakukan
pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120x/ menit atau DJJ cepat
lebih dari 160x/ menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan Presentasi Janin. Menentukkan presentasi janin
dilakukan pada ahir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah
janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
g. Beri Immunisasi Tetanus Toksoid(TT). Untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
immunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil di
skrinning status immunisasi TT-nya. Pemberian immunisasi
TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu
saat ini.
h. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi). Untuk mencegah
anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama.
i. Periksa Laboraturium (rutin dan khusus). Pemeriksaan
laboraturium dilakukan pada saat antenatal melipuuti:
1) Pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan
darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan
kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemerikaan ini ditujukkan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
3) Pemeriksaan protein dalam urine. Pemeriksaaan protein
dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukkan untuk mengetahui adanya proteinuria pada
ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indicator
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai
menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali
pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester
ketiga)
5) Pemeriksaan darah malaria. Semua ibu hamil di daerah
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
dalam rangka skrinning pada kontak pertama. Ibu hamil
di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan tes Sifilis. Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan
di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga
Sifilis. Pemeriksaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
7) Pemeriksaan HIV. Pemeriksaan HIV terutama untuk
daerah dengan risiko tinggii kasus HIV dan ibu hamil
yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes
HIV.
8) Pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu
hamil yang dicurigai menderita Tuberkolusis sebagai
pencegahan agar infeksi Tuberkolusis tiidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan
tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/ penanganan khusus. Berdasarkan hasil
pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboraturium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standard an kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif. KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal meliputi:
1) Kesehatan ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per
hari) dan tidak bekerja berat.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olahraga ringan.
3) Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan. Setiap ibu hamil perlu mendapatkan
dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,
transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan
dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil
diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan dan nifas misalnya perdarahan
pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau
pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertologan ke tenaga kesehatan.
5) Asupan gizi seimbang. Selama hamil, ibu dianjurkan
untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan
pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk
proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah
darah secara rutin untuk mencegah anemia pada
kehamilannya.
6) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu
hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan
penyakit tidak menular (misalnya Hipertensi) karena
dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV
di daerah tertentu (resiko tinggi). Konseling HIV menjadi
salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang
resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya
untuk menjelani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil
tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya
apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan
bimbingan untuk tetap HIV negative selama
kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
8) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI
ekslusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan
ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.
9) KB pasca persalinan. Ibu hamil diberikan pengarahan
tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
10) Imunisasi. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami
tetanus neonatorum.
11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(brain booster). Untuk dapat meningkatkan intelegensia
bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk
memberkan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada
periode kehamilan.
2. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu
terdiri dari:
a. Anamnesa. Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
anamnesa, yaitu:
1) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
ibu saat ini.
2) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan
masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan di
derita ibu hamil:
a) Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa
muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi
hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah
kehemilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat,
hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun
terus.
b) Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda.
Apabila pusing sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari maka perlu diwaspadai.
c) Sakit kepala. Sakit kepala yang hebat yang timbul
pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.
d) Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun
hanya sedikit seudah merupakan tanda bahaya
sehingga ibu hamil harus waspada.
e) Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
f) Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau
keluarnya cairan berlebih dari liang rahim dan
kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan
g) Batuk lama. Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu
ada pemeriksaan lanjut. Dapat dicurigai ibu
menderita TBC.
h) Berdebar-debar. Jantung berdebar-debar pada ibu
hamil merupakan salah satu masalah pada
kehamilan yang harus diwaspadai.
i) Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama
kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk
yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi
pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang
darah.
j) Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan ke
delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.
Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
k) Keputihan yang berbau. Keputihan yang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
l) Gerakan janin. Gerakan janin mulai dirasakan ibu
pada kehamilan akhir bulan ke empat. Apabila
gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan
ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada
gerakan maka ibu hamil harus waspada.
m) Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh
gelisah, menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi,
dsb. Selama kehamilan, ibu bisa mengalami
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena
perubahan hormonal. Pada kondisi yang
mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan
dikonsulkan ke psikiater.
n) Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP)
selama kehamilan. Informasi mengenai kekerasan
terhadap perempuan terutama ibu hamil seringkali
sulit untuk digali, korban kekerasan tidak selalu
mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang
mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum
mampu mengemukakan masalahnya kepada orang
lain termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan
ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali
korban dan memberikan dukungan agar mau
membuka diri.
3) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang
diderita ibu.
4) Menanyakan status Imunisasi Tetanus Toksoid
5) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi
6) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:
antihipertensi, diuretika, anti vomitus, antipiretika,
antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
7) Didaerah endemis Malaria, tanyakan gejala malaria dan
riwayat pemakaian obat Malaria.
8) Didaerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini
penting untuk langkah-langkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
9) Menanyakan pola makan ibu selama hamil meliputi
jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait
dengan kandungan gizinya.
10) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, antara lain:
a) Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga
kesehatan
b) Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas
atau di Rumah Sakit.
c) Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami
atau keluarga terdekat. Masyarakat/ organisasi
masyarakat, kader, dukun dan bidan dilibatkan
untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal.
d) Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila
terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon
donor darah yang sewaktu-waktu dapat
menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu
melahirkan.
e) Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu
saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai
dengan kesepakatan bersama yang dapat
dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke
tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat
transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek,
becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
f) Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk
persalinan ibu kelak. Biaya persalinan ini dapat pula
berupa tubulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan
untuk membantu pembiayaan mulai antenatal,
persalinan dan kegawatdaruratan.
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri,
suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya
yang dapat dipercaya.
Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama
kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan
diantar suami.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi
berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum
(fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
Tabel 2. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Trim I Trim Trim Keterangan
Pemeriksaan II III
1 Keadaan Umum    Rutin
2 Suhu Tubuh    Rutin
3 Tekanan Darah    Rutin
4 Berat Badan    Rutin
5 LILA  Rutin
6 TFU   Rutin
7 Presentasi Janin   Rutin
8 DJJ   Rutin
9 Pemeriksaan HB   Rutin
10 Golongan Darah  Rutin
11 Protein Urine * * * Atas Indikasi
12 Gula darah/ * * * Atas Indikasi
reduksi
13 Darah Malaria * * * Atas Indikasi
14 BTA * * * Atas Indikasi
15 Darah Sifilis * * * Atas Indikasi
16 Serologi HIV * * * Atas Indikasi
17 USG * * * Atas Indikasi

Pemeriksaan laboraturium/ penunjang dikerjakan sesuai


tabel di atas. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga
kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.

4. Penanganan dan tindak lanjut kasus


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboraturium/ penunjang lainnya, dokter
menegakkan diagnose kerja atau diagnose banding, sedangkan
bidan/ perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan
bermasalah/ tidak normal pada ibu hamil.

C. Standar Pelayanan Antenatal


Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal dari
25 standar pelayanan kebidanan seperti berikut ini:
1. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Pernyataan standar: Bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan standar: Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu
dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/
infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan
penyuluhan kesehatan serta tugaas terkit lainnya yang diberikan
oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan. Mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
3. Standar 5: Palpasi Abdominal
Pernyataan standar: Bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksama dan melkakan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamailan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masukna kepala janin ke dalam
rongga panggul, untuk mencari kelainan sera melakukan rujukan
tepat waktu.
4. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Pernyataaan standar: Bidan melakukan tindakan pencegahan,
penemuan, penanganan dan/ atau rujukan semua kasus anemia
pada kehamialn sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Pernyataan standar: Bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda
serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
6. Standar 8: Persiapan Persalinan
Pernyataan standar: Bidan memberikan saran yang tepat kepada
ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkanakan direncanakan dengan
baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk,
bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

D. Menjelaskan P4K dan Menggunakan Buku KIA


a. Pengertian
Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap berbagai istilah
dalam pedoman ini maka perlu memberikan batasan terhadap
beberapa hal yang termuat dalam tulisan ini yang meliputi:
1) P4K dengan Stiker. Adalah kepanjangan dari Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang
merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh Bidan di
desa dengan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk
perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam
rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
2) Pendataan ibu hamil dengan stiker. Adalah suatu kegiatan
pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan
bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di
setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-
unsur masyarakat di wilayahnya (Kader, Forum Peduli KIA/
Pokja Posyandu, dan Dukun).
3) Forum Peduli KIA. Adalah suatu forum partisipatif
masyarakat yang melakukan pertemuan rutin bulanan,
bertujuan mengorganisir kegiatan P4K dan menjalin
kerjasama dengan bidan dan fasilitas oleh Bidan di desa dan
Puskesmas. Forum ini bisa dimanfaatkan forum-forum yang
telah ada di masyarakat desa, seperti: GSI, Forum Desa
Siaga, Pokja Posyandu, dan lain-lain, yang biasanya diketuai
oleh Kepala Desa.
4) Kunjungan Rumah. Kunjungan rumah Adalah kegiatan
kunjungan bidan kerumah ibu hamil dalam rangka untuk
membantu ibu, suami dan keluarganya membuat
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
Disamping itu untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya
dalam memutuskan penggunaan alat/obat kontrasepsi setelah
persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
bersama oleh pasangan tersebut.
5) Rencana Pemakaian Alat Kontrasepssi Pasca Persalinan.
Adalah kesepakatan suami-istri sejak ibu masih hamil sampai
dengan setelah melahirkan untuk menggunakan salah satu
alat/obat kontrasepsi setelah proses melahirkan.
6) Persalinan oleh Nakes. Adalah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan terampil sesuai standar.
7) KB Pasca Persalinan. Adalah pemakaian alat/obat
kontrasepsi oleh ibu atau suami segera setelah melahirkan
sampai 42 hari setelahnya dengan metode apapun.
8) Kesiagaan. Adanya kesiapan dan kewaspadaan dari suami,
keluarga, masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun
dan Bidan dalam menghadapi persalinan dan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. (Kesiapan Peran
Keluarga dan Masyarakat).
9) Tabulin (Tabungan ibu bersalin). Adalah barang/dana yang
disimpan oleh keluarga atau pengelola Tabulin secara
bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang
pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta
penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan, saat
antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.
10) Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin). Adalah dana yang
dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip
gotong royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
tujuan membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan
dan kegawatdaruratan.
11) Abulan Desa. Adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk
mengantar calon ibu bersalin ketempat persalinan termasuk
tempat rujukan, bisa berupa mobil, ojek, sepeda, tandu,
perahu, dll.
12) Calon Donor Darah. Adalah orang-orang yang dipersiapkan
oleh ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-
waktu bersediaa menyumbangkan darahnya untuk
keselamatan ibu melahirkan.
13) Inisiasi Menyusui Dini. Adalah bayi diberi kesempatan mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir (Inisiasi Menyusui Dini)
dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu
setidaknya satu jam atau lebih, sampai menyusu pertama
selesai.
14) Kunjungan Nifas. Kontak ibu dengan Nakes minimal 3 (tiga)
kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan ibu nifas, baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas (termasuk Bidan di desa/Polindes dan kunjungan
rumah).
15) Pemberdayaan Masyarakat. Adalah upaya aktif Bidan untuk
melibatkan unsur-unsur masyarakat secra partisipatif dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kesehatan
ibu dan anak termasuk kegiatan perencanaan persalinan dan
pasca persalinan.
16) Buku KIA. Adalah buku pedoman yang dimiliki oleh ibu dan
anak yang berisi infomasi dan catatan kesehatan ibu dan
anak. Merupakan alat pencatat pelayanan kesehatan ibu dan
anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama masa nifas
hingga bayi yang diahirkan berusia 5 tahun, termasuk
pelayanan KB, imunisasi, gizi, dan tumbuh kembang anak.
17) PPGDON. Adalah singkatan dari Pertolongan Pertama
Gawat Darurat Obstetri Neonatal, suatu paket pelayanan
yang diberikan oleh tenaga medis untuk menangani kasus
komplikasi yang terjadi seputar kehamilan, persalinan dan
nifas pada ibu maupun neonatal.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum. Meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman
dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda
bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.

2) Tujuan Khusus
a) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker
P4K disetiap rumah ibu hamil yang memuat
informasi tentang : lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong
persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat
persalinan, calon donor darah, transportasi yang
akan digunakan serta pembiayaan.
b) Adanya perencanaan persalinan, termasuk
pemakaian metode KB passca persalinan yang
sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan
bidan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat bila terjadi komplikasi selama, hamil,
bersalin maupun nifas.
d) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik
formal maupun non formal, dukun/pendamping
persalinan dan kelompok masyarakat dalam
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai dengan
perannya masing-masing.
c. Manfaat
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga
2) Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
terampil
4) Meningkatnya kemitraan Bidan dan Dukun
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6) Meningkatnya peserta KB pasca salinTerpantaunya
kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
7) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta
bayi

d. Sasaran
1) Penanggung jawab dan pengelola program KIA Provinsi
dan Kab/Kota
2) Bidan Koordinator
3) Kepala Puskesmas
4) Dokter
5) Perawat
6) Bidan
7) Kader
8) Forum peduli KIA (Forum P4K/Pokja/Posyandu, dll).
e. Dasar Hukum
1) Surat edaran Mentri Kesehatan No. 295 tahun 2008
tentang percepatan pelaksanaan program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dengan
stiker.
2) Surat edaran Mentri dalam Negeri No. 441.7/1935.SJ
tahun 2008 tentang percepatan pelaksanaan program
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
f. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dengan Stiker
1) Indikator Program
a) Presentase Desa melaksanakan P4K dengan Stiker
b) Presentase ibu hamil mendapat stiker
c) Presentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan
antenatal sesuai standar
d) Presentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga
kesehatan
e) Presentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang
mengalami komplikasi tertangani
f) Presentase penggunaan metode KB pasca persalinan
g) Presentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan
nifas.

g. Output Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi


dengan Stiker
Output yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker
P4K
2) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar
3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan
termasuk KB yang dibuat bersama dengan penolong
persalinan
4) Bidan menolong persalinan sesuai standar
5) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standarKeluarga
menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan (sosial-budaya).
6) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun
non formal dan forum peduli KIA/ Pokja Posyandu dalam
rencana persalinan termasuk KB pasca persalinan sesuai
dengan perannya masing-masing.
7) Ibu mendapat pelayanan kontrasespsi pasca persalinan
8) Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Petugas
Pustu, Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dan (bila ada)
dukun bayi, pendamping persalinan.
h. Komponen P4K dengan Stiker
Fasilitas aktif oleh Bidan:
1) Pencatatan Ibu Hamil
2) Dasolin/Tabulin
3) Donor Darah
4) Transport / Ambulan Desa
5) Suami/Keluarga Menemani Ibu pada Saat Bersalin
6) IMD
7) Kunjungan Nifas
8) Kunjungan Rumah

i. Tahap Kegiatan
1) Orientasi P4K dengan stiker
Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan
stakeholders terkait di tingkat Provinsi, Kab/Kota,
Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
sosialisasi tentang tujuan, manfaat, mekanisme
pelaksanaan, sistem pencatatan dan pelaporan serta
dukungan apa saja yang disiapkan dan diperlukan agar P4K
dengan stiker dapat terlaksana di lapangan.
2) Sosialisasi
Sosialisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan,
dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi
perempuan, PKK serta lintas sektor di tingkat
desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
sosialisasi tentang tujuan, manfaat dan mekanisme
pelaksanaan agar mendapat dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat dalam pelaksanaannya di lapangan.
3) Operasionalisasi P4K dengan Stiker di Tingkat Desa
a) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat
desa/kelurahan
Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah,
dan dihadiri bidan di desa, kader, dukun, tokoh
masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
aktif keluarga dan masyarakat dalam membantu
mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu yang
diwujudkan dengan mendata jumlah ibu hamil yang
ada diwilayah desa, serta membahas dan menyepakati
calon donor darah, transport dan pembiayaan
(Jamkesmas, tabulin, dasolin). Pertemuan ini juga
dapat dipakai untuk mengembangkan forum yang telah
ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, Forum GSI
yang ditujukan untuk melaksanakan program P4K
dengan stiker ini.
b) Mengaktifkan Forum Peduli KIA
Forum peduli KIA ini diharapkan
memanfaatkan forum-forum yang sudah ada di
masyarakat, antara lain: GSI, Forum Desa Siaga, Pokja
Posyandu dll. Apabila didaerah tersebut belum
terbentuk forum seperti itu bisa dilakukan
pembentukan dengan menggunakan metode berikut
ini.
c) Kontak dengan Ibu Hamil dan Keluarga dalam
Pengisian Stiker
Bidan didesa bersama kader dan/dukun
melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan
keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker,
termasuk pemakaian KB pasca persalinan.
keterampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki
oleh setiap tenaga kesehatan yang melakukan kontak
dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker.
d) Pemasangan Stiker di Rumah Ibu Hamil
Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh
Bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu
hamil (sebaiknya di depan rumah, dan ibu hamil
diberikan buku KIA untuk dipahami isinya. Stiker P4K
ini memuat informasi tentang nama ibu hamil, nama
suami, golongan darah ibu hamil, nama pendamping
persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi
(tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan
menolong persalinan, rencana nama pendonor darah
yang akan diminta bila ibu hamil mengalami
kegawatdaruratan dan rencana transportasi/ ambulan
desa yang akan dipakai bila ibu hamil mengalami
kegawatdaruratan, rencana pembayaran (Jamkesmas,
Tabulin, Dasolin).
Program pemasangan stiker ini menjadi media
utama dalam P4K. melalui stiker, pendataan dan
pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif
oleh Bidan bersama dengan suami, keluarga, kader,
masyarakat, Forum Peduli KIA, serta pendeteksi dini
kejadian komplikasi sehingga ibu hamil dapat
menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan
selamat, serta bayi yang dilahirkan sehat.
Pemasangan “stiker P4K” bukanlah sekedar
menempelkan stiker pada setiap rumah ibu hamil, tapi
harus dilakukan konseling kepada ibu hamil, suami
dan keluarga untuk mendapatkan kesepakatan dan
kesiapan dalam merencanakan persalinan.
e) Pendataan Jumlah Ibu Hamil di Wilayah Desa
Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
dilakukan setiap bulan secara teratur untuk up-dating,
dan disampaikan pada setiap pertemuan bulanan.
Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil,
dilanjutkan dengan penempelan stiker dirumah ibu
hamil dan pemberian Buku KIA kepada ibu hamil
tersebut.
f) Pengelolahan donor darah dan sarana transportasi/
ambulan desa.
Dalam pengelolahan donor darah ini,
dikembangkan upaya bukan hanya untuk mengganti
darah pada ibu bersalin tetapi berorientasi untuk
menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk
mengisi persediaan darah di RS. Komitmen
masyarakat terhadap pelaksanaan donor darah dan
saran transportasi ambulan desa dapat diwujudkan
dengan pembuatan surat pernyataan kesediaan menjadi
pendonor darah atau sarana transportasi/ ambulan desa
bagi warga yang bersedia dan ikhlas sebagai calon
pendonor darah atau pemakaian kendaraan sewaktu-
waktu bila diperlukan dalam situasi kegawatdaruratan.
Untuk melakukan cek golongan darah di
masyarakat, bidan bisa berkoordinasi dengan pihak
PMI melalui Puskesmas. Pada tingkat masyarakat,
Forum Peduli KIA bisa membantu memobilisasi
masyarakat tentang waktu pelaksanaan cek golongan
darah masal.
g) Penggunaan, Pengelolahan dan Pengawasan
Tabulin/Dasolin
Mekanisme penggunaan, pengelolahan dan
pengawasan tabulin/dasolin sebenarnya diserahkan
sepenuhnya kepada keinginan dan kesepakatan
masyarakat pada pertemuan-pertemuan yang
dilakukan. Namun sebagai panduan ketika melakukan
fasilitas mekanisme penggunaan, pengelolahan dan
pengawasan tabulin/dasolin memperhatikan beberapa
hal berikut:
(1) Pengumpulan dan penyimpanan dana
(2) Penggunaan dana
(3) Pengawasan dan pelaporan dana
h) Pembuatan dan Penandatanganan Amanat Persalinan
Amanat persalinan adalah kesepakatan
kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami
dan/keluarga atas komponen-komponen P4K dengan
Stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang
sanggup menjadi pendonor darah, warga yang
memiliki sarana transportasi/ ambulan desa, proses
pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusui dini,
kesiapan Bidan untuk kunjungan nifas, termasuk
upaya penggalian dan pengelolahan dana.
4) Rekapitulasi Pelaporan
a) Data yang telah didapat dari isian dan data pendukung
lainnya, bidan di desa melakukan pencatatan di buku
KIA untuk disimpan dan dipelajari oleh ibu hamil
sebagai alat pantau kesehatan ibu selama hamil,
bersalin dan nifas. Bayi yang dilahirkan sampai umur
5 tahun. Disamping itu, juga dicatat dikartu ibu serta
kohort ibu untuk disimpan difasilitas kesehatan. Bidan
di desa memberikan pelayanan sesuai standard an
pemantauan ibu hamil, serta melaporkan hasil
pelayanan lesehatan ibu di wilayah desa ( termasuk
laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa
tersebut) ke Puskesmas setiap bulan termasuk laporan
kematian ibu, bayi lahir hidup dan bayi lahir mati.
b) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan
dari seluruh bidan di desa/ kelurahan dan juga laporan
dari Rumah Bersalin Swasta serta melakukan
Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA (PWS-
KIA) dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
setiap bulan.
c) Dinas kesehatan kab/kota melakukan rekapitulasi dan
analisa laporan dari seluruh puskesmas di wilayahnya
dan laporan Yankes Ibu dari RS Pemerintah & Swasta,
serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas
Kesehatan Propinsi setiap bulan.
d) Dinas kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan
analisa dari seluruh laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota
di wilayahnya dan melakukan pemantauan, fasilitas
dan evaluasi secara berkala serta melaporkan ke tingkat
pusat setiap tiga bulan.
e) Tingkat asional melakukan rekapitulasi dan analisa
laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi dan melakukan
pemantauan berkala, fasilitas, evaluasi P4K dengan
stiker dalam rangka PP-AKI.
5) Forum Komunikasi
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-
masing tingkat wilayah dari puskesmas, kabupaten/kota
dan Provinsi mempunyai wadah forum komunikasi yang
meliputi Lintas Program dan Lintas Sektor.
j. Peran Puskesmas, Bidan, Dukun, Forum Peduli KIA
1) Peran Puskesmas
a) Menentukan target sasaran, memastikan ketersediaan
logistik (stiker, buku KIA dll), bagi setiap ibu hamil,
untuk keberlangsungan P4K.
b) Memantau pelaksanaan program P4K dengan
melakukan supervise fasilitatif terhadap Bidan di Desa,
PWS-KIA
c) Menjajaki pertemuan rutin dengan Forum Peduli KIA,
dukun, dan kader untuk mencari masukan-masukan
dari masyarakat tentang program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi berbisnis
masyarakat.
2) Peran Bidan
a) Melakukan Pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai
standar (minimal 4 kali selama hamil)
b) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil
dan keluarga mengenai:
(1) Tanda-tanda persalinan
(2) Tanda bahaya persalinan dan kehamilan
(3) Kebersihan pribadi dan lingkungan
(4) Kesehatan dan gizi
(5) Perencanaan persalinan
(6) Perlunya IMD dan ASI eksklusif
(7) KB pasca persalinan

c) Melakukan kunjungan rumah untuk:


(1) Memberikan penyuluhan tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas
(2) Melibatkan peran serta kader dan tokoh
masyarakat
(3) Motivasi persalinan di Bidan pada waktu
menjelang taksiran partus
(4) Membangun komunikasi persuasive dan setara
dengan Forum Peduli KIA dan dukun untuk
meningkatkan partisipasi aktif unsur-unsur
masyarakat dalam peningkatan kesehatan Ibu dan
Anak
d) Melakukan rujukan apabila diperlukan
e) Melibatkan pencatatan pada:
(1) Kartu ibu
(2) Kohort ibu
(3) Buku KIA
f) Membuat laporan:
PWS-KIA
g) Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk
suami, keluarga, dan kader untuk terlibat aktif dalam
program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi.
h) Mendukung upaya partisipasi aktif Forum Peduli KIA
dan dukun untuk melaksanakan komponen-komponen
P4K dengan stiker di wilayahnya melalui pertemuan
rapat koordinasi tingkat desa.
3) Peran Dukun
Dukun tidak boleh menolong persalinan tetapi melakukan
perawatan sebelum dan sesudah melahirkan kepada ibu dan
bayi sesuai dengan kemampuannya dan atas sepengetahuan
dan supervise tenaga kesehatan.

a) Masa Kehamilan
(1) Memotivasi ibu hamil untuk periksa hamil dan
melahirkan dibidan.
(2) Menyadarkan dan mengantar ibu hamil yang tidak
mau periksa ke bidan.
(3) Membantu bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil
(4) Melalkukan penyuluhan pada ibu hamil
(5) Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB
pasca persalinan
(6) Melakukan motivasi pada waktu rujukan
diperlukan
b) Masa Persalinan
(1) Mengantar calon ibu bersalin ke bidan
(2) Mengingatkan kelurga menyiapkan alat transport
untuk pergi ke bidan / memanggil bidan
(3) Membantu Nakes dalam mempersiapkan sarana
prasarana persalinan aman
(4) Mendampingi ibu saat persalinan
(5) Memotivasi ibu pada saat persalinan
(6) Memotivasi rujukan bila diperlukan
(7) Membantu ibu dan keluarga setelah persalinan
c) Masa Nifas
(1) Merawat ibu setelah melahirkan dlam beberapa
hal:
(a) Kebersihan pribadi dan lingkungan
(b) Kesehatan dan gizi
(c) ASI eksklusif
(d) Perawatan payudara
(2) Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber KB
setelah melahirkan
(3) Memotivasi rujukan bila diperlukan
(4) Melaporkan ke Bidan apabila ada calon akseptor
KB baru
4) Peran Forum Peduli KIA
a) Melakukan pertemuan rutin dengan difasilitasi oleh
bidan
b) Memberikan masukan untuk pemantapan pelaksanaan
P4K
c) Melakukan up-date data bulanan KIA
d) Membahas hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
P4K dan bagaimana mengatasinya
e) Memantau kesiapan masyarakat dalam berpartisipasi
dalam pelaksanaan P4K

E. System Pencatatan dan Pelaporan dalam Kebidanan serta


Pendokumentasian SOAP
1. Manajemen Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode pemberian
pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari bidan ke
kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah –
langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan
data, memberika pelayanan yang benar sesuai dengan
keputusan klinik yang dilakukan dengan tepat. Tujuh
langkah manajemen kebidanan menurut varney :
a. Langkah pertama : Pengumpulan data dasar, Melakukan
pengkajian dengan pengumpulan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau catata
terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data
laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
study.
b. Langkah kedua : Intepretasi data dasar, menetapkan

disgnosis atau masalah berdasarkan penafsiran data

dasar yang telah dikumpulkan.

c. Langkah ketiga : Mengidentifikasi diagnosis atau

masalah potensial, berdasarkan diagnosa

mengantisipasi penanganannya atau masalah yang

telah ditetapkan.

d. Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan akan

tindakan segera, untuk melakukan konsultasi

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi lain.

e. Langkah kelima : Perencanaan tindakan yang

dilakukan, merupakan kelanjutan penatalaksanaan

terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi dan diantisipasi.

f. Langkah keenam : Pelaksanaan, melaksanakan

rencana asuhan komprehensif. Pelaksanaan yang

efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya

dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.

g. Laporan ketujuh : Evaluasi, keefektifkan dan asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan ( Muslihatun W, 2009; h. 122 - 125 )


2. Pendokumentasian kebidanan
Metode dalam Pendokumentasian pelayanan kebidanan
yang digunakan antara lain SOAPIER, SOAPIE dan SOAP.
Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data
Objektif, A adalah Analisis / Assessment, dan P adalah
Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan
proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

a. SOAPIER
1) S= Subjektif. Data subjektif adalah data yang
diperoleh dari sudut pandang pasien atau segala
bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada
pasien bisu maka dibagian data belakang “S” diberi
kode”0” atau “X”.
2) O=Objektif. Data objektif merupakan data yag
diperoleh dari hasil pemeriksaan / observasi bidan
atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, atapu pemeriksaan
diagnostik lainnya.
3) A=Assesment. Assesment merupakan
pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif
dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat
sangat diperlukan guna pengambilan keputusan /
tindakan yang tepat.
4) P=Planning. Planning (Perencanaan) adalah rencana
yang dibuat berdasarkan hasil analisa. Rencana
asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.
5) I=Implementation. Implementation (Pelaksanaan )
merupakan tindakan yang harus dilakukan sesuai
perencanaan. Dalam melakukan tindakan harus
disetujui oleh pasien kecuali tidak dilaksanakan.
6) E=Evaluation. Evaluation merupakan hal penting
untuk menilai ketepatan tindakan dan kefektifan
asuhan yang telah diberikan bidan. Jika tujuan
tindakan tidak tercapai maka proses evaluasi
digunakan sebagai dasar tindakan alternatif lain guna
mencapai tujuan.
7) R=Revised. Revised (revisi) adalah perubahan
rencana asuhan kebidanan berdasar hasil evaluasi
guna tercapainya tujuan asuhan.
8) Contoh :
S : Pasien P3A0 mengeluh nyeri pada luka jahitan
post SC 2 hari yang lalu dan mengigil.
O : TD 120/70 mmHg, N 80x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 38,30C, pada balutan luka terlihat basah dan
terdapat PUS.
A : P3A0 post SC 2 hari dengan infeksi
P : Lakukan perawatan luka, pendidikan kesehatan
makan tinggi kalori dan protein
I : Ganti balutan, pendidikan kesehatan nutrisi tinggi
kalori dan protein
E : Luka masih bernanah
R : Ganti balutan 2 kali/hari
b. SOAPIE
1) S= Subjektif. Data subjektif adalah data yang
diperoleh dari sudut pandang pasien atau segala
bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada
pasien bisu maka dibagian data belakang “S” diberi
kode”0” atau “X”.
2) O=Objektif. Data objektif merupakan data yag
diperoleh dari hasil pemeriksaan / observasi bidan
atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, atapu pemeriksaan
diagnostik lainnya.
3) A=Assesment. Assesment merupakan
pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif
dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat
sangat diperlukan guna pengambilan keputusan /
tindakan yang tepat.
4) P=Planning. Planning (Perencanaan) adalah rencana
yang dibuat berdasarkan hasil analisa. Rencana
asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.
5) I=Implementation. Implementation (Pelaksanaan )
merupakan tindakan yang harus dilakukan sesuai
perencanaan. Dalam melakukan tindakan harus
disetujui oleh pasien kecuali tidak dilaksanakan.
6) E=Evaluation. Evaluation merupakan hal penting
untuk menilai ketepatan tindakan dan kefektifan
asuhan yang telah diberikan bidan. Jika tujuan
tindakan tidak tercapai maka proses evaluasi
digunakan sebagai dasar tindakan alternatif lain guna
mencapai tujuan.
7) Contoh :
S : Pasien P3A0 mengeluh nyeri pada luka jahitan
post SC 2 hari yang lalu dan mengigil.
O : TD 120/70 mmHg, N 80x/menit, RR 22x/menit,
Suhu 38,30C, pada balutan luka terlihat basah dan
terdapat PUS
A : P3A0 post SC 2 hari dengan infeksi
P : Lakukan perawatan luka, pendidikan kesehatan
makan tinggi kalori dan protein
I : Ganti balutan, pendidikan kesehatan nutrisi tinggi
kalori dan protein
E : Luka masih bernanah
c. SOAPIED
1) S S= Subjektif. Data subjektif adalah data yang
diperoleh dari sudut pandang pasien atau segala
bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada
pasien bisu maka dibagian data belakang “S” diberi
kode”0” atau “X”.
2) O=Objektif. Data objektif merupakan data yag
diperoleh dari hasil pemeriksaan / observasi bidan
atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, atapu pemeriksaan
diagnostik lainnya.
3) A=Assesment. Assesment merupakan
pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif
dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat
sangat diperlukan guna pengambilan keputusan /
tindakan yang tepat.
4) P=Planning. Planning (Perencanaan) adalah rencana
yang dibuat berdasarkan hasil analisa. Rencana
asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.
5) I=Implementation. Implementation (Pelaksanaan )
merupakan tindakan yang harus dilakukan sesuai
perencanaan. Dalam melakukan tindakan harus
disetujui oleh pasien kecuali tidak dilaksanakan.
6) E=Evaluation. Evaluation merupakan hal penting
untuk menilai ketepatan tindakan dan kefektifan
asuhan yang telah diberikan bidan. Jika tujuan
tindakan tidak tercapai maka proses evaluasi
digunakan sebagai dasar tindakan alternatif lain guna
mencapai tujuan.
7) D = Dokumentasi. Dokumentasi adalah pencatatan
seluruh tindakan yang sudah dilakukan dalam asuhan
kebidanan. Pencatatan dimulai dari pasien datang
sampai pulang.
F. SOAP
1. Pengkajian.
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, yaitu meliputi
data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil
adalah wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia di
bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah
komplikasi. Usia di bawah 20 tahun
meningkatkan insiden preeclampsia dan usia
diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes
melitus tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang
lama pada nulipara, seksio sesaria, persalinan
preterm, IUGR, anomali kromosom dan
kematian janin (Varney, dkk, 2007).
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang
wanita berpengaruh terhadap pola pikir
mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat
istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu
sehingga dapat membimbing dan mengarahkan
ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat
intelektual ibu sehingga tenaga kesehatan dapat
melalukan komunikasi termasuk dalam hal
pemberian konseling sesuai dengan pendidikan
terakhirnya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat
mempengaruhi pencapaian status gizinya
(Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini dapat
dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan
tumbung kembang janin dalam kandungan, yang
dalam hal ini dipantau melalui tinggi fundus uteri
ibu hamil.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga
kesehatan dalam melakukan follow up terhadap
perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama: Menurut Bobak, dkk (2005)
dan Prawirohardjo (2010), keluhan yang muncul pada
kehamilan trimester III meliputi sering kencing, nyeri
pinggang dan sesak napas akibat pembesaran uterus
serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya dan
keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering
lelah merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu
hamil (Mochtar, 2011).
3) Riwayat Menstruasi: Untuk mengkaji
kesuburan dan siklus haid ibu sehingga didapatkan
hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk menentukan
usia kehamilan dan memperkirakan tanggal taksiran
persalinannya (Prawirohardjo, 2010).
4) Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui
kondisi psikologis ibu yang akan mempengaruhi
proses adaptasi terhadap kehamilan, persalinan, dan
masa nifas-nya.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
yang Lalu: Untuk mengetahui kejadian masa lalu ibu
mengenai masa kehamilan, persalinan dan masa
nifas-nya. Komplikasi pada kehamilan, persalinan
dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul pada
kehamilan, persalinan dan nifas kali ini. Lama
persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini.
Metode persalinan sebelumnya merupakan indikasi
untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui
seksio sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan
janin sebelumnya yang dilahirkan per vaginam dikaji
untuk memastikan keadekuatan panggul ibu untuk
melahirkan bayi saat ini (Varney, dkk, 2007).
6) Riwayat Hamil Sekarang: Untuk mengetahui
beberapa kejadian maupun komplikasi yang terjadi
pada kehamilan sekarang. Hari pertama haid terakhir
digunakan untuk menentukan tafsiran tanggal
persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang
dirasakan ibu bertujuan untuk mengkaji
kesejahteraan janin (Varney, dkk, 2007). Gerakan
janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16
sampai minggu ke-20 kehamilan (Bobak, dkk, 2005).
7) Riwayat Penyakit yang Lalu/Operasi: Adanya
penyakit seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka (Hidayat
dan Uliyah, 2008). Gangguan sirkulasi dan perfusi
jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes melitus.
Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat
fagositosis dan menyebabkan terjadinya infeksi
jamur dan ragi pada luka jalan lahir (Johnson dan
Taylor, 2005).
8) Riwayat Penyakit Keluarga: Untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga.
9) Riwayat Gynekologi: Untuk mengetahui
riwayat kesehatan reproduksi ibu yang kemungkinan
memiliki pengaruh terhadap proses kehamilannya.
10) Riwayat Keluarga Berencana: Untuk
mengetahui penggunaan metode kontrasepsi ibu
secara lengkap dan untuk merencanakan penggunaan
metode kontrasepsi setelah masa nifas ini.
11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi: Makanan yang dianjurkan untuk ibu
hamil antara lain daging tidak berlemak, ikan,
telur, tahu, tempe, susu, brokoli, sayuran berdaun
hijau tua, kacangan-kacangan, buah dan hasil
laut seperti udang. Sedangkan makanan yang
harus dihindari oleh ibu hamil yaitu hati dan
produk olahan hati, makanan mentah atau
setengah matang, ikan yang mengandung
merkuri seperti hiu dan marlin serta kafein dalam
kopi, teh, coklat maupun kola. Selain itu, menu
makanan dan pengolahannya harus sesuai
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(Mochtar, 2011).
b) Pola Eliminasi: Pada kehamilan trimester III, ibu
hamil menjadi sering buang air kecil dan
konstipasi. Hal ini dapat dicegah dengan
konsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih hangat ketika lambung dalam
keadaan kosong untuk merangsang gerakan
peristaltik usus (Mochtar, 2011).
c) Pola Istirahat: Pada wanita usia reproduksi (20-
35 tahun) kebutuhan tidur dalam sehari adalah
sekitar 8-9 jam (Hidayat dan Uliyah, 2008).
d) Psikososial: Pada setiap trimester kehamilan ibu
mengalami perubahan kondisi psikologis.
Perubahan yang terjadi pada trimester 3 yaitu
periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan
dukungan pada ibu tersebut akan memberikan
kenyamanan sehingga ibu dapat menjalani
kehamilannya dengan lancar (Varney, dkk,
2006). Data sosial yang harus digali termasuk
dukungan dan peran ibu saat kehamilan ini.
b. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status
kesadaran ibu. Composmentis adalah status
kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran
penuh dengan memberikan respons yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan
Uliyah, 2008)
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tinggi Badan: Untuk mengetahui apakah ibu
dapat bersalin dengan normal. Batas tinggi badan
minimal bagi ibu hamil untuk dapat bersalin
secara normal adalah 145 cm. Namun, hal ini
tidak menjadi masalah jika janin dalam
kandungannya memiliki taksiran berat janin
yang kecil (Kemenkes RI, 2013).
e) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal
selama kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kemenkes RI,
2013).
f) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil
adalah 23,5 cm (Kemenkes RI, 2013).
g) Tanda-tanda Vital: Rentang tekanan darah
normal pada orang dewasa sehat adalah 100/60 –
140/90 mmHg, tetapi bervariasi tergantung usia
dan variable lainnya. WHO menetapkan
hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita
dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran
denyut jantung 70 denyut per menit dengan
rentang normal 60-100 denyut per menit. Namun
selama kehamilan mengalami peningkatan
sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai normal
untuk suhu per aksila pada orang dewasa yaitu
35,8-37,3° C (Johnson dan Taylor, 2005).
Sedangkan menurut Varney, dkk. (2006),
pernapasan orang dewasa normal adalah antara
16-20 ×/menit.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Muka: Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang
bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma
Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating
Hormone (Mochtar, 2011). Selain itu, penilaian
pada muka juga ditujukan untuk melihat ada
tidaknya pembengkakan pada daerah wajah serta
mengkaji kesimetrisan bentuk wajah (Hidayat
dan Uliyah, 2008).
b) Mata: Pemeriksaan sclera bertujuan untuk
menilai warna , yang dalam keadaan normal
berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan
konjungtiva dilakukan untuk mengkaji
munculnya anemia. Konjungtiva yang normal
berwarna merah muda (Hidayat dan Uliyah,
2008). Selain itu, perlu dilakukan pengkajian
terhadap pandangan mata yang kabur terhadap
suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan
mengecek ada tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang
harus diperhatikan kebersihannya sebab berbagai
kuman dapat masuk melalui organ ini (Hidayat
dan Uliyah, 2008). Karena pengaruh hormon
kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada
awal kehamilan (Mochtar, 2011).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid
tidak terlihat dan hampir tidak teraba sedangkan
kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang
kecil (Hidayat dan Uliyah, 2008).
f) Payudara: Menurut Bobak, dkk (2005) dan
Prawirohardjo (2010), payudara menjadi lunak,
membesar, vena-vena di bawah kulit lebih
terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan
tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul
strechmark pada permukaan kulit payudara.
Selain itu, menilai kesimetrisan payudara,
mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan
mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut:
(1) Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan
Linea Gravidarum pada permukaan kulit perut
akibat Melanocyte Stimulating Hormon
(Mochtar, 2011).
(2) Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap ke
arah muka ibu hamil, menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian janin yang terdapat
pada fundus. Leopold 2, menentukan batas
samping rahim kanan dan kiri, menentukan
letak punggung janin dan pada letak lintang,
menentukan letak kepala janin. Leopold 3,
menentukan bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian terbawah tersebut
sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih
dapat digerakkan. Leopold 4, pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan konvergen (Kedua jari-jari
pemeriksa menyatu yang berarti bagian
terendah janin belum masuk panggul) atau
divergen (Kedua jari-jari pemeriksa tidak
menyatu yang berarti bagian terendah janin
sudah masuk panggul) serta seberapa jauh
bagian terbawah janin masuk ke pintu atas
panggul (Mochtar, 2011). Denyut jantung
janin normal adalah antara 120-160 ×/menit
(Kemenkes RI, 2010). Pada akhir trimester III
menjelang persalinan, presentasi normal janin
adalah presentasi kepala dengan letak
memanjang dan sikap janin fleksi
(Cunningham, dkk, 2009). Tafsiran Berat
Janin: Menurut Manuaba, dkk (2007), berat
janin dapat ditentukan dengan rumus
Lohnson, yaitu: Jika kepala janin belum
masuk ke pintu atas panggul Berat janin =
(TFU – 12) × 155 gram. Jika kepala janin telah
masuk ke pintu atas panggul Berat janin =
(TFU – 11) × 155 gram
h) Ano-Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan
progesteron adalah pelebaran pembuluh darah
sehingga dapat terjadi varises pada sekitar
genetalia. Namun tidak semua ibu hamil
mengalami varises pada daerah tersebut
(Mochtar, 2011). Pada keadaan normal, tidak
terdapat hemoroid pada anus.
i) Ektremitas: Tidak ada edema, tidak ada varises
dan refleks patella menunjukkan respons positif.
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin: Wanita hamil dikatakan anemia
jika kadar hemoglobin-nya < 10 gram/dL. Jadi,
wanita hamil harus memiliki hemoglobin >
10gr/dL (Varney, dkk, 2006).
b) Golongan darah: Untuk mempersiapkan calon
pendonor darah jika sewaktu-waktu diperlukan
karena adanya situasi kegawatdaruratan
(Kemenkes RI, 2013).
c) USG: Pemeriksaan USG dapat digunakan pada
kehamilan muda untuk mendeteksi letak janin,
perlekatan plasenta, lilitan tali pusat, gerakan
janin, denyut jantung janin, mendeteksi tafsiran
berat janin dan tafsiran tanggal persalinan serta
mendeteksi adanya kelainan pada kehamilan
(Mochtar, 2011).
d) Protein urine dan glukosa urine: Urine negative
untuk protein dan glukosa (Varney, dkk, 2006).
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan
nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia
kehamilan 30 minggu fisiologis dan janin tunggal hidup.
Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu.
Menurut Bobak, dkk (2005) dan Prawirohardjo (2010),
keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi
sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat
pembesaran uterus serta rasa khawatir akan kelahiran
bayinya dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan
sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil
(Mochtar, 2011).
Contoh kebutuhan TM III adalah perubahan fisik dan
psikologis ibu TM III, tanda-tandapersalinan, tanda bahaya
kehamilan TM III, persiapan persalinan, pengurang rasa
nyeri saat persalinan, pendamping persalinan, ASI, cara
mengasuh bayi, cara memandian bayi, imunisasi dan KB.
3. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas
masalah dan kondisi ibu, tindakan segera, tindakan
antisipasi dan asuhan secara komprehensif. Sesuai dengan
Kemenkes RI (2013), standar pelayanan antenatal
merupakan rencana asuhan pada ibu hamil yang minimal
dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain
timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,
ukur LILA, ukur TFU, tentukan status imunisasi dan berikan
imunisasi TT sesuai status imunisasi, berikan tablet tambah
darah, tentukan presentasi janin dan hitung DJJ, berikan
konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan
nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,
body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi,
berikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan lakukan
tatalaksana.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah disusun dan
dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat
badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah,
mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan status
imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status
imunisasi, memberikan tablet tambah darah, menentukan
presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan
konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan
nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,
body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi,
memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan
melakukan tatalaksana.
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu
kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau
keluarga serta ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi ibu.
Berikut adalah uraian evaluasi dari pelaksanaan :
a. Telah dilakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, LILA, dan
TFU.
b. Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah
diberikan imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.
c. Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan.
d. Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin.
e. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai
lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian,
istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body
mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran
bayi.
f. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
g. Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai
dengan permasalahan yang dialami.
6. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara
lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau
kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis
dalam bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
dengan klien.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil
pemeriksaan terhadap klien.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah
kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh
perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan,
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil. Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Terdapat enam standar dalam standar
pelayanan antenatal dari 25 standar pelayanan kebidanan. P4K Adalah
kepanjangan dari Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi, yang merupakan suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh
Bidan di desa dengan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan. Pencatatan atau pendokumentasian
dilakukan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan
atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam
bentuk SOAP

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga bagi pembaca dapat
menambah wawasan dan infomasi mengenai pendokumentasian
asuhan kehamilan dan prosedur pengisian buku KIA Untuk itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai