Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas Normal Dengan Responsive Gender


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan Dan
Menyusui

Dosen Pengampu
Ibu NS. Karningsih, S.Kep, MKM

Disusun oleh Kelas 2A:


Kelompok 1

Asya Azza Hardina P3.73.24.2.21.009


Dewi Kania Wijayanti P3.73.24.2.21.015
Fathimah Az Zahra P3.73.24.2.21.018
Nadiyah Juhainatun Jahro P3.73.24.2.21.024
Syifa Fadhilatul Insani P3.73.24.2.21.041
Syntia Nurfitriana P3.73.24.2.21.042

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-NYA sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas
Normal Dengan Responsive Gender”
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Asuhan
Kebidanan Pasca Persalinan Dan Menyusui yang sudah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi acuan dan
membuat kami menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat dipahami
oleh semua orang khususnya para pembaca, Kami mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan.

Bekasi, 09 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
C. Tujuan...................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
A. KONSEP ASUHAN MASA NIFAS ....................................................................................... 5
B. ASUHAN IBU MASA NIFAS NORMAL ............................................................................. 6
1. Pengkajian Data Fisik dan Psikososial .............................................................................. 6
2. Riwayat Kesehatan Ibu....................................................................................................... 8
3. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................. 10
C. MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL ................................................... 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 25
A. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 25
B. SARAN................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai
dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu
fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan. Masa nifas merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia (Saleha, 2009. h. 1-2).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2009. h. 122).
Selama masa pemulihan berlangsung ibu akan mengalami banyak perubahan,
baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya sebagian besar
bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan, tidak menutup kemungkinan akan menjadi keadaan patologis. Tenaga
kesehatan sudah seharusnya melaksanakan pemantauan dengan maksimal agar tidak
timbul berbagai masalah, yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas
(Purwati Eni, 2012. h. 1).

B. Rumusan Masalah
Berdasakan uraian pada latar belakang maka perumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa itu asuhan masa nifas?
2. Bagaimana asuhan kebidanan masa nifas normal?
3. Bagaimana cara merumuskan diagnose/masalah actual pada masa nifas?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui konsep dari asuhan masa nifas
2. Mengidentifikasi bagaimana asuhan kebidanan masa nifas normal
3. Menganalisis cara merumuskan diagnose/masalah actual pada masa nifas

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ASUHAN MASA NIFAS


Nifas atau peurperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sektar 6 minggu. Masa
nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperi keadaan sebelum hamil.
 Tujuan asuhan ibu nifas (Kemenkes RI, 2015) :
1. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
bagi ibu maupun bayinya, karena diperkirakan bahwa 60% kematian ibu yang
terjadi setelah persalilnan dan 50% kematian masa nifas yang terjadi pada saat 24
jam.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayi nya baik fisik maupun psikologis.
3. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
4. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta kepeningan
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui
KIE.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
 Tujuan Asuhan Masa Nifas :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
4. Mencegah atau mendeteksi atau menatalaksanakan komplikasi yang timbul pada
waktu pasca persalinan, baik medis, bedah atau obstetric
5. Dukungan pada ibu dan keluarganya pada peralian ke suasana keluarga baru.
6. Promosi dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayinya,
memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya, gizi, istirahat, tidur, dan
kesehatan diri serta memberikan micro nutrisi jika perlu.
7. Konseling asuhan bayi baru lahir

5
8. Dukungan ASI
9. Konseling dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual
Imunisasi ibu terhadap tetanus

B. ASUHAN IBU MASA NIFAS NORMAL


1. Pengkajian Data Fisik dan Psikososial
Langkah awal yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah
melakukan pengkajian data. Data yang dikaji meliputi data subyektif dan data
objektif. Data subyektif digali langsung dari klien atau keluarganya., sedangkan
data objektif diambil melalaui pemeriksaan fisik baik pemeriksaan umum,
pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan penunjang.
 Data subyektif
1. Identitas istri dan suami
Berisi nama, latar belakang pendidikan, pekerjaan, suku, serta alamat lengkap. Hal
ini berguna agar saat pemberian asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan
sosial, budaya dan ekonomi. Pencantuman alamat lengkap memudahkan dalam
kunjungan rumah dan kondisi yang mengharuskan tindak lanjut di rumah pasien.
2. Data biologis / fisiologis
 Keluhan utama
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana pengaruhnya
pada ibu. Contoh : ibu merasanyeri pada perineum akibat adanya jahitan luka jalan
lahir, sehingga ibu merasa sakit jika duduk dan upaya yang dilakukan adalah duduk
miring kiri atau kanan.
 Riwayat kelahiran dan persalinan
Kaji riwayat persalinan secara lengkap dengan menyertai durasi setiap kala dalam
persalinan serta masalah yang ditemui pada setiap kala, dan tindakan yang
dilakukan dalam mengatasi setiap masalah.
 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu
Terutama bila ibu sudah pernah hamil dan atau melahirkan sebelumnya.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh
pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-penyakit degeneratif ( jantung,
DM, dll) , infeksi saluran kencing.

6
 Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
Misalnya penyakit asma dan penyakit keturunan lainnya.
 Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Misalnya TBC, hepatitis dan HIV/AIDS .
3. Pemenuhan kebutuhan dasar
Dikaji dengan tetap memperhatikan kondisi pasien masa nifas. Kebutuhan : Nutrisi,
Eliminasi, Istirahat, Personal Hygiene, Mobilisasi dan Sexual.
4. Data pengetahuan / perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas,
asi ekslusif cara menyusui, KB serta hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam
masa nifas dan menyusui.
5. Data psikososial, ekonomi dan spiritual
 Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayi, pola hubungan ibu, suami dan
keluarga, Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga, Kepercayaan dan adat
istiadat.
 Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah
ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalem. Pola koping (pertahanan diri), hubungan
dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain,
dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan
perawatan kepada klien.
 Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis
keluarga. Post partum blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan
mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan,
berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan
yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel,
perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan
kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian, kesedihan yang
berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit berkonsentrasi.
 Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada
perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola
seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
6. Data tambahan
Dapat berisi beberapa data tambahan misalnya obat-obatan yang diperoleh selama
masa nifas.

7
 Data obyektif
1. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, bidan harus melakukan pemeriksaan menyeluruh dan
terutama berfokus pada masa nifas.
 Melakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum dan pengkajian psikososial terhadap
ibu, ayah dan anggota keluarga
 Mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
 Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul,
seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
 Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan
ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
 Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda vital,
keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal, eliminasi urin,
kontraksi uterus, Tinggi fundus uteri, perdarahan, produksi ASI, ambulasi dini dan
istirahat.
2. Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Riwayat Kesehatan Ibu


Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah :
 Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh
pada kondisi kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-penyakit degeneratif (jantung
DM, dll), infeksi saluran kencing.
 Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
Kaji apakah didalam silsilah keluarga Ibu mempunyai penyakit keturunan.
Misalnya penyakit ashma, Diabetes Melitus dan penyakit keturunan lainnya.
 Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Kaji apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit menular. Misalnya TBC,
hepatitis dan HIV/AIDS.
 Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga

8
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
 Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya
pola nutrisi, pola istirahat, pola eliminasi, personal hygiene, dll.
1. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu
makan, pola minum, jumlah, dan frekuensi.
2. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
3. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi
blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet
4. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajahPersonal
Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
6. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
 Riwayat tentang persalinan meliputi adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi
 Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi
 Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran
baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,
kecemasan, kekhawatiran.
 Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari.
 Bagaimana rencana menyusui nanti ( ASI ekslusif atau tidak ), rencana merawat
bayi di rumah ( dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua / mertua)

9
 Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu
 Pengetahuan ibu tentang nifas.

3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah
sebelum hamil selama beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko
preeklamsi pascapartum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika
peningkatan tekanan darah signifikan.
b) Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya
kenaikan suhu sampai 38 derajat pada hari kedua sampai hari kesepuluh yang
menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama
beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan
nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
d) Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma,
dan emboli paru.
2) Payudara
Pemeriksaan payudara postpartum dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pada
perempuan yang tidak menyusui, pembesaran (engorgement), nyeri payudara,
dan milk leakage dapat memuncak pada hari ke-3 hingga ke-5 setelah
melahirkan. Engorgement disebabkan oleh ASI yang tidak dikeluarkan,
sehingga terjadi kongesti ASI, darah, dan limfe. Hal ini menyebabkan payudara

10
terasa panas, keras, mengkilap, dan nyeri. Pada sumbatan duktus, dapat
ditemukan benjolan yang terasa nyeri dan kemerahan pada kulit di atasnya.
Pada kasus ini biasanya tidak disertai demam. Pada pemeriksaan juga perlu
diperhatikan adanya tanda mastitis berupa payudara kemerahan, keras, dan
nyeri, disertai demam, takikardia, atau menggigil. Pada palpasi, bila terdapat
massa fluktuatif disertai demam yang tidak menurun selama 48-72 jam setelah
penatalaksanaan mastitis, perlu dicurigai adanya abses payudara. Selain
jaringan parenkim payudara, perlu pula dilakukan pemeriksaan puting, apakah
terdapat fisura, iritasi, dan crack karena dapat mengganggu proses menyusui
dan menjadi tempat masuknya patogen.
3) Uterus
Setelah melahirkan, dilakukan pemeriksaan terhadap tonus uterus untuk
memastikan uterus berkontraksi dengan baik. Pemeriksaan tonus uterus
dilakukan dengan palpasi atau dengan pemeriksaan bimanual. Pada atonia uteri
dan subinvolusi dapat ditemukan ukuran uterus yang lebih besar dibandingkan
normal, teraba lunak, dan disertai perdarahan pada ostium serviks. Atonia
uterus fokal atau lokal sulit dideteksi melalui pemeriksaan abdomen. Involusi
uterus dapat dinilai dengan mengukur tinggi fundus uterus, yang diukur dari
simfisis pubis dengan menggunakan instrumen pita pengukur. Sebelum diukur,
uterus diarahkan ke bagian sentral abdomen. Setelah melahirkan sampai 24 jam
pertama, tinggi fundus uterus kurang lebih 13,5 cm di atas simfisis pubis. Setiap
24 jam didapatkan penurunan tinggi kurang lebih 1,25 cm, sehingga saat akhir
minggu kedua uterus seharusnya telah berada dalam pelvis. Laju involusi
kemudian terjadi secara perlahan sampai 6 minggu postpartum, hingga
akhirnya ukuran uterus menyerupai ukuran normal.
4) Kandung Kemih
Pada pemeriksaan dapat ditemukan overdistensi kandung kemih akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan kurangnya keinginan
untuk buang air kecil. Menurunnya sensasi dan kemampuan mengosongkan
kandung kemih dapat terjadi akibat efek analgesia epidural, adanya episiotomi
atau laserasi perineum, dan penggunaan instrumen untuk membantu proses
melahirkan. Pemeriksaan buangan urin juga perlu dicatat dalam waktu 6 jam.
Bila ibu tidak dapat miksi dalam waktu 4 jam, perlu dilakukan pemasangan
kateter dan dilakukan pencatatan volume urine. Pada pemeriksaan juga perlu

11
dievaluasi adanya inkontinensia urine. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara cough stress test. Cough stress test positif bila terdapat urine yang keluar
pada saat pasien batuk.
5) Genetalia
Segera setelah melahirkan, vagina umumnya tampak teregang, edema, dan
mengalami penurunan tonus. Vagina mengalami involusi atau kembali seperti
sebelum melahirkan setelah 4-8 minggu postpartum. Introitus vagina
mengalami pelebaran secara permanen. Himen mengalami laserasi dan terdapat
nodular tags yang akan membentuk myrtiform caruncles. Pada pemeriksaan
vagina dan vulva perlu diperhatikan adanya hematoma yang dapat disertai nyeri
dan perubahan tanda vital, mengindikasikan terjadinya perdarahan. Hematoma
dengan ukuran lebih dari 3-4 cm, dapat memerlukan insisi dan evakuasi bekuan
darah.
Selanjutnya pemeriksaan lochia, pada pemeriksaan lochia perlu diperhatikan
bau, jumlah, warna, dan durasi. Jumlah lochia yang sedikit atau tidak ada
mungkin disebabkan oleh infeksi atau lochiometra, sedangkan jumlah yang
banyak mungkin disebabkan oleh infeksi atau terlambatnya proses involusi.
Lochia dengan warna merah yang menetap, menandakan subinvolusi atau
terdapat sisa-sisa konsepsi atau retensio plasenta dalam uterus. Lochia
merupakan discharge vagina yang berasal dari uterus, serviks, dan vagina.
Lochia memiliki karakteristik berbau amis, dengan volume rerata 250 ml pada
5-6 hari pertama postpartum. Terdapat 3 jenis lochia berdasarkan warna dan
komposisinya, yaitu lochia rubra, serosa, dan alba.
a) Lochia Rubra:
Lochia rubra berwarna merah, umumnya ditemukan pada hari ke-1 sampai
ke-4. Lochia rubra utamanya terbentuk dari darah, disertai sisa-sisa
membran fetalis dan desidua, vernix caseosa, lanugo, dan mekonium.
b) Lochia Serosa:
Lochia serosa berwarna pucat, umumnya ditemukan pada hari ke-5 sampai
ke-9. Lochia serosa terbentuk dari sel darah merah, serum, leukosit, eksudat
luka, dan mukus serviks.
c) Lochia Alba:
Lochia alba berwarna putih pucat atau putih kekuningan, yang didapatkan
pada hari ke-10 hingga ke-15. Lochia alba terutama terbentuk dari leukosit,

12
mukus serviks, yang disertai sel desidua, kristal kolestrin, sel epitel
granular, dan lemak.
6) Perineum
Pengkajian perineum terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan
setiap jahitan, inflamasi. Pemeriksaan type, kuantitas dan bau lokea.
Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid. Pada pemeriksaan perlu
diperhatikan adanya robekan pada daerah perineum. Berdasarkan derajatnya,
ruptur perineum dapat diklasifikasikan menjadi empat derajat.
a) Derajat I : yaitu terjadi robekan superfisial pada bagian kulit
b) Derajat II : yaitu bila terjadi robekan hingga otot perineum
c) Derajat III : bila robekan melibatkan otot sfingter anal
d) Derajat IV : bila terjadi robekan ekstensif hingga mencapai mukosa rectum
7) Ekstermitas Bawah
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada
betis adanya tanda homan, refleks. Tanda Homan didapatkan dengan
meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk
menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri pada
betis maka tanda homan positif.
8) Pengkajian Psikologis dan Pengetahuan Ibu
a) Pengkajian psikologis ibu
Setelah proses persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu
dimana ia kini mempunyai bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi
kebutuhannya. Dalam perubahan psikologis terdapat beberapa periode yaitu
periode Taking In, Periode Taking Hold dan Periode Letting Go.
1. Periode Taking In
 Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia
khawatir akan tubuhnya
 Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
 Tidur tanpa gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gangguan tidur,
pusing, iritabel, interference dengan proses pengembalian keadaan
 Peningkatan nuutrisi
2. Periode Taking Hold

13
 Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab bayinya.
 Ibu konsentrasi pada pada pengontrolan fungsi tubuhnya, buang air kecil,
buang air besar, ketakutan dan ketahanan tubuhnya.
 Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi,
misalnya : menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
 Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-
hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka
untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini
bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
3. Periode Letting Go
 Terjadi setelah di rumah
 Tanggung jawab ibu dalam merawat bayi
b) Pengetahuan ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan
nifas, asi ekslusif cara menyusui, KB, hubungan seks serta hal-hal lain yang
penting diketahui ibu dalam masa nifas dan menyusui. Pengetahuan ibu dan
keluarga tentang peran menjadi orang tua dan tugas-tugas perkembangan
kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi
blass dan bowel. Pengetahuan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan,
kebutuhan minum, perubahan kulit. Keterampilan melakukan perawatan diri
sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payudara) dan kemampuan melakukan
perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti
baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan
bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur,
diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami
gangguan ringan.

C. MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


Berasal dari data – data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan diagnosis sama –

14
sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diidentifikasikan dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering
berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini
seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah
seseorang.
Dalam perumusan diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam
beberapa pokok bahasan diantaranya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan
perineum, perawatan payudara, masalah ASI eksklusif, masalah KB, gizi ibu nifas,
tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui.
1. Masalah Nyeri
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ibu, ibu
diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan member kenyamanan pada ibu.
Gangguan rasa nyaeri yang dialami ibu antara lain:
1) After pains / keram perut. Hal ini disebabkan kontraksi dalam relaksasi yang terus
menerus pada uterus. Banyak terjadi pada multipara. Anjurkan untuk
mengosongkan kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut bila
analgestik.
2) Pembengkakan payudara.
3) Nyeri perineum.
4) Konstipasi.
5) Haemoroid.
6) Deuresis
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh :
1) Kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus – menerus.
2) Penurunan tonus otot uterus secara bersamaan menyebabkan intermitten ( sebentar
– sebentar ). Berbeda pada wanita primipara, yang tonus uterusnya masih kuat dan
uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermitten.
3) Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis
posterior. Pelepasan oksitosin tidak memicu refleks let down (pengeluaran asi) pada
payudara, tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus.
Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik,
yang memerlukan kandung kemih kosong. Ibu harus diingatkan bahwa pengisian
kandung kemih yang sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan cairan

15
setelah melahirkan akan menyebabkan kebutuhan berkemih yang sering. Potensial
terjadi nyeri pada ibu nifas :
1) Mules-mules sesudah partus.
2) Berlangsung 2-3 hari post partum.
3) Lebih terasa saat menyusui.
4) Timbul bila terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta, gumpalan darah dalam
cavum uteri.
2. Masalah Infeksi
Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu, infeksi yang mungkin
terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genetalia, infeksi payudara,
infeksi saluran pernafasan. Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca
persalinan. Infeksi masa nifas merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu.
Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke
saluran urinaria dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi.
Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan taki kardia dan malaise.
Gejala lokal berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara atau
adanya disuria. Ibu beresiko infeksi post partum karena adanya pelepasan plasenta,
laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi. Penyebab infeksi adalah bakteri
endogen dan eksogen. Masalah infeksi terbagi atas beberapa macam yaitu :
Infeksi genital
Ibu beresiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital dan episiotomi pada perineum penyebab
infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen faktor predisposisi infeksi meliputi
nutrisi yang buruk defisiensi zat besi, persalinan lama, ruftur membran episiotomi
atau sexio sesarea.
Gejala klinis endometriosis tampak pada hari ketiga postpartum disertai suhu yang
mencapai 39 derajat C, sakit kepala, kadang dapat uterus yang lembek. Untuk itu
ibu harus diisolasi. Infeksi genital dapat dicegah dengan menjaga kebersihan di
daerah vulva, vagina, dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan
sering. Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika mengangkat
pembalut karena dapat memindahkan organisme dari anus sehingga
mengkontaminasi vulva dan perineum ketika melepaskan pembalut harus dari arah
depan ke belakang.
1) Infeksi saluran kemih

16
Dapat terjadikarena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering terjadi jika
terdapat retensi urine kurang nya asupan cair dan latihan. Ibu dianjurkan untuk
menjaga vulva, tidak menahan kencing minum lebih banyak, melakukan latihan dan
menghindari konstipasi.
2) Infeksi saluran pernafasan atas
Bidan yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat ibu dan bayi atau menggunakan
masker jika berada di dekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi silang. Demikian
juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit.
3) Infeksi payudara
Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena managemen laktasi
yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan
tempat masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat dicegah dengan managemen
laktasi yang benar dan menyusui bayinya on demand.
3. Masalah Cemas, Perawatan Perineum, Payudara, Asi Ekslusif
1) Masalah Cemas
Bidan harus bersikap empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk
mengatasi kecemasan. Ingat ASKEB yang holistic tidak hanya berfokus pada
kebutuhan fisik saja yapi juga psikis. Bagaimanapun juga keadaan psikis akan
mempengaruhi kondisi fisik ibu. Atasi kecemasan dengan mendorong ibu untuk
mengungkapkan perasaannya, libatkan suami dan keluarga untuk member
dukungan dan beri PENKES sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun
kepercayaan diri dalam berperan sebagai ibu
Rasa cemas ini sering timbul pada ibu masa nifas karna perubahan fisik dan emosi
masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini tersebut “masa
krisis” karena memerlukan banyak perubahan perilaku, nilai peran. Tingkat
kecemasan akan berbeda antara satu dengan yang lain. Bidan harus bersikap empati
dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan. Bidan
harus bersikap empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi
kecemasan. Ingat ASKEB yang holistic tidak hanya berfokus pada kebutuhan fisik
saja tapi juga psikis. Bagaimanapun juga keadaan psikis akan mempengaruhi
kondisi fisik ibu. Atasi kecemasan dengan mendorong ibu untuk mengungkapkan
perasaannya,libatkan suami dan keluarga untuk member dukungan dan beri
PENKES sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam
berperan sebagai ibu. Potensial terjadi masalah cemas pada ibu nifas :

17
a) Postpartum Blues
 Reaksi depresi.
 Sedih Disforia
 Menangis
 Mudah tersinggung atau iritabilitas, Cemas, Labil perasaan, Cendrung
menyalahkan diri sendiri, Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
 Gejala afektif yang ringan terjadi mulai 2 sampai 3 hari post partum dan
mencapai puncaknya pada 5 sampai 7 hari post partum dan mulai berkurang
pada minggu ke 2 (ambulatory obstetri, 2001).
 Ditandai dengan gejala-gejala seperti reaksi depresi/sedih/ menangis mudah
tersinggung, hilang nafsu makan, gangguan tidur (irritabilitas) cepat lelah,
cemas dan merasa kesepian . (Iskandar S.S, 2006).
b) Depresi postpartum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
 Berkurangnya energi.
 Penurunan efek.
 Hilang minat (anhedonia)
 Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain :
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi.
2. Kelelahan dan perubahan mood.
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur.
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain.
5. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
c) Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
 Delusi
 Halusinasi
 Gangguan saat tidur.
 Obsesi mengenai bayi.

Bidan harus dapat menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana
mengatasi rasa cemas selama masa nifas :

18
a) Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas nkehadiran
bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu
b) Dalam memberi dukungan bidan dapat melibatkan suami, keluarga dan teman
dalam merawat bayi-nya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan
menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan
atau bidan dan keluarga-nya.
c) Bidan dapat member informasi atau konseling memngenai kebutuhan ibu
selama periode ini. Sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya
sebagai ibu.
d) Bidan dapat mendukung PENKES termasuk pendidikan dalam perannya
sebagai ibu.
e) Bidan dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta menerima bayi
dalam keluarganya.
f) Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam member
nasihat.
g) Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah
ia dapat makan dan tidur dengan nyaman.
2) Perawatan Perineum
Penentuan adanya masalah ini pada ibu nifas didasarkan pada belum mampunya ia
untuk melakukan perawatan perineumnya secara mandiri, Oleh karena itu, bidan
berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum selama
masa nifas :
a) Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum karena resiko
infeksi, usahakan luka selalu dalam keadaan kering dan hindari menyentuh luka
dengan tangan.
b) Jelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lochea alba.
c) Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan
serta pembalut yang dipenuhi darah banyak.
d) Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan
setelah mandi pancuran atau berendam.
e) Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan
sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
f) Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat.

19
g) Ajari pentingnya membersihkan perineum dari arah depan kearah belakang
untuk mencegah kontaminasi.
h) Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid.
i) Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
j) Identifikasi gejala ISK. Jelaskan pentingnya asupan cairan adekuat setiap hari.
3) Masalah Payudara
Data dasar subjektif pada masalah ini dapat berupa keluhan nyeri pada payudara,
badan terasa demam dan dingin, atau pasien tidak dapat menyusui karena putingnya
masuk kedalam, karena itu data dasar objektifnya dapat berupa putting susu tidak
menonjol, adanya mastitis/abses payudara ataupun payudara bengkak (bendungan
ASI). Saat suplai susu masuk ke dalam payudara, pembesaran payudara mulai terasa
berat, distensi, tegang dan nyeri tekan saat disentuh. Puting payudara menjadi lebih
keras dan menyulitkan bayi untuk menghisapnya. Bagi beberapa wanita nyeri
tersebut dirasa sangat menyakitkan ditambah bayi sulit menyusu atau jika ia tidak
menggunakan penyangga payudara dengan baik. Tindakan menurunkan nyeri
tergantung pada apakah wanita menyusui. Untuk wanita yang tidak menyusui,
tindakan ditujukan terhadap pemulihan ketidaknyamanan dan penghentian laktasi
misalnya dengan kompres hangat dan bebat payudara.
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu
dan meningkatkan vaskularisasi dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan
penyumbatan pada saluran limfa dan vena. Terjadi pada hari ke 3 post partum baik
pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-28 jam.
Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan
mengalami distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah payudara hangat
jika disentuh, vena pada payudara terlihat, payudara nyeri terasa keras dan penuh.
Payudara memiliki beberapa kelainan:
a) Bendungan air susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudar
sering mengalami distensi menjadi keras dan benjol. Keadaan ini yang disebut
dengan bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri
yang cukup hebat dan bias disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran vena normal yang berlebihan dan pengembungan
limpatik dalam payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya
laktasi. Keadaan ini bukan merupakan over destensi system lacteal oleh air susu.

20
b) Mastitis
Inflamasi perinkimatosa gladula mamae merupakan komplikasi antepartum
yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai pada masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa
nifas dan umumnya baru di temukan setelah minggu ke 3 dan ke 4. Bendungan
yang mencolok biasanya mendahului inplamasi dengan keluhan pertama nya
berupa menggigil atau gejala tigor yang sebenarnya yang sering di ikuti oleh
kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekwensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi serta kemerahan dan pasien mengeluarkan rasa nyeri.
4) ASI eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa dan garam organic
yang disekresi oleh kedia kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik
untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi Imunologi
atau lainnya pemberian ASI memberikan kesempatan bagi ibu mencurah kan cinta
kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini mungkin dapat di alihkan
kepada ayah dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita ASI eksklusif di berikan
sejak umur 0 hari sampai 6 bulan. Masalah yang ada kaitannya dengan ASI
eksklusif Bayi bingung puting Tanda dan gejala :
 Bayi menghisap puting seperti menghisap dot.
 Menghisap sebentar-sebantar.
 Bayi menolak menyusu pada ibu ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan kepada
bayi sejak umur 0 hari sampai 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun.
Dalam pelaksanaannya, program ASI eksklusif juga akan ditemui beberapa
masalah. Data dasar subjektif dapat berupa :
 Keluhan pasien mengenai masalah payudara.
 Pasien seorang wanita karier dengan jam kerja sampai sore.
 Pasien mengatakan bahwa ia kurang minat untuk menyusui bayinya.
Data dasar objektif dapat berupa :
 Adanya kelainan pada payudara.
 Pasien kurang semangat ketika dibimbing cara menyusui yang benar.
 Ekspresi wajah menunjukkan bahwa pasien kurang suka diberikan bimbingan cara
menyusui yang benar.
4. Masalah KB, Gizi, Tanda Bahaya, Senam, Menyusui
1) KB

21
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB:
a) Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang kurang nya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali setiap pasangan harus menentukan sendiri nkapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas
kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
b) Biasanya, wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haid nya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu,
metode amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru resiko menggunakan cara ini adalah 2%
kehamilan.
c) Penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman. Terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d) Sebelum menggunakan metode KB beberapa hal yang harus di jelaskan pada
ibu a.l:
 Bagaimana dengan metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitas nya.
 Kelebihan dan kekurangannya.
 Efek samping
 Bagaimana menggunakan metode ini?
 Kapan metode ini dapat digunajkan untuk wanita pasca bersalin yang
menyusui? Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu
ada baiknya ibu atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk
mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
2) Gizi
Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama masa
nifas yang meteri nya meliputi:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kaloti setiap hari
b) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan
vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu nuntuk minum setiap kali
setelah menyusui)
d) Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi nya
melaalui ASI

22
3) Tanda Bahaya
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suami nya tentang tanda bahaya selama
masa nifas:
a) Lelah dan sulit tidur
b) Adanya tanda dan infeksi puerperalis (demam)
c) Nyeri/ panas sakit berkemih, nyeri abdomen
d) Sembelit, hemoroid
e) Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati dan edema
f) Lochea berbau busuk , sangat banyak
g) Putting susu pecah dan mamae banyak
h) Sulit menyusui
i) Rabun senja
j) Edema, sakit, panas pada tungkai
k) Perdarahan pervaginam
l) Infeksi nifas
m) Rasa sakit pada berkemih
n) Gangguan BAB
4) Senam Menyusui
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui:
a) Berbaring miring posisi ini adalah posisi yang amat baik untuk pemberian ASI
yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
b) Duduk penting untuk member topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam
posisi nya tegak lurus ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas
tempat tidur atau dilantai.
c) Berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki di topang) akan
membantu bentuk untuk payudara dan memberikan ruang untuk menggerakan
bayi nya ke posisi yang baik.
d) Badan bayi harus di hadapkan kea rah badan ibu dan mulutnya bayi dihadapkan
ke putting susu ibu.
e) Bayi sebaiknya ditopang pada bahu nya sehingga posisi kepala yang agak
terngadah dapat di pertahankan posisi bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari
pangkal putuing susu
f) Bayi harus di tempat kan dekat dan ibu nya dikamar yang sama

23
g) Pemberian ASI pada bayi sesering mungkin, biasanya BBL ingin minum ASI
setiap 2-3jam atau 10-12 kali dalam 24 jam
h) Hanya berikan kolostrum dan ASI makanan lain termasuk air dapat membuat
bayi sakit dan menurunkan persendian ASI
i) Hindari susu botol dan dot kompeng
j) Susu botol dan kompeng dan membuat bayi bingung dan membuatnya menolak
putting ibunya atau tidak mengisap dengan baik.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah periode 6-8 minggu postpartum, merupakan masa dimana ibu
menyesuaikan diri secara fisiologis dan psikososial untuk menjadi ibu.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari kompetensi
utama seorang bidan. Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam daur
hidup siklus reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling serta melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan.
Dalam perumusan diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam
beberapa pokok bahasan diantaranya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan
perineum, perawatan payudara, masalah ASI eksklusif, masalah KB, gizi ibu nifas,
tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui.

B. SARAN
1. Bagi Institusi Kesehatan
Institusi Kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar yang berkaitan dengan asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi.
2. Bagi bidan
Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar serta
wewenang dan meningkatkan deteksi dini komplikasi sehingga dapat mencegah
masalah maupun komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asih Yusari. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta.

Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal

Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.

Pusdiklatnakes, 2013. Modul 3: Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Badan PPSDM
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Sukma, Febi dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta: Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-ginekologi/pemeriksaan-fisik-
postpartum/teknik.

"wiwiksunaryatipujilestari – midwifery" https://wiwiksunaryatipujilestari.wordpress.com

26

Anda mungkin juga menyukai