Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS WILANGAN

KABUPATEN NGANJUK

Oleh :

ATIK DWI YULISTINA


NIM. 202006090144

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS KADIRI

2021

1
2

PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

FISIOLOGIS” di Puskesmas Wilangan Kabupaten NGANJUK telah disetujui

oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :

Hari/tanggal : , Maret 2021

, Maret 2021

Mahasiswa

ATIK DWI YULISTINA

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Rahma K D , SST.,M.PH Marhenis Zuliana, S.Tr.Keb


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini yang merupakan salah satu

tugas Pendidikan Profesi Bidan Universitas Kadiri.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang akan sangat bermanfaat.

Semoga Allah memberikan balasan pahala atas semua amal yang telah diberikan

dan semoga makalah ini bermanfaat baik bagi peneliti maupun pihak lain yang

memanfaatkannya.

NGANJUK, Juni 2021

ATIK DWI YULISTINA


4

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian dari Sumber Pustaka..................................................................4
2.1.1. Pengertian Nifas..........................................................................4
2.1.2. Proses Masa Nifas
4
2.1.3. PerubahanFisiologi Masa Nifas...................................................5
2.1.4. Kebutuhan Kesehatan Masa Nifas...............................................17
2.1. Kajian dari Jurnal Penelitian.................................................................24
2.2. Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb..............................................28
BAB 3 :TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif.........................................................................................31
3.2 Data Objektif..........................................................................................35
3.3 Interpretasi Data.....................................................................................38
3.4 Intervensi................................................................................................38
3.5 Implementasi..........................................................................................39
3.6 Evaluasi..................................................................................................43
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan................................................................................................44
BAB 5 : KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................49
5.2 Saran.......................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5

DAFTAR SINGKATAN

Dkk : Dan Kawan Kawan


Fe : Ferrum
gr : gram
Hb : Hemoglobin
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Kg : Kilogram
Mg : Miligram
RI : Republik Indonesia
WHO : World Health Organization
6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Leaflet KIE

BAB 1
7

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan salah satu bagian penting dari proses kelahiran,

karena masa ini merupakan proses memasuki peran baru sebagai seorang

ibu. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca

persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan

ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan

pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi

ibu.

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, perhatian utama

bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan

persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya adalah merupakan

kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih

sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan

oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau

rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan kesehatan yang

cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga

menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini

serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang

timbul pada masa psaca persalinan.

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi

dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Masa pasca


8

persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu

yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, maka ia akan menyadari

terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya.

Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara

dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan

yang baru. Termasuk didalamnya perubahan dari seorang perempuan

menjadi seorang ibu di samping masa pasca persalinan mungkin menjadi

masa perubahan dan penyesuaian sosial atau pun perseorangan (individual).

Pada laporan ini penulis menguraikan hal – hal yang terjadi dalam

masa nifasnormal untuk lebih memahami tentang masa nifas sehingga dapat

mendeteksi secara dini jika terjadi penyimpangan.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan pelayanan

asuhan kebidanan pada ibu nifas.

1.2.2. Tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian pada klien ibu nifas

2. Mengidentifikasi diagnosa yang dihadapi klien

3. Menentukan rencana asuhan

4. Mengimplementasi asuhan

5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan


9

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi mahasiswa

Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan

kebidanan serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan padaibu

nifas.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bagi

peserta didik. Untuk menambah literatur atau bacaan di perpustakaan

yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada masa nifas normal.

1.4.1 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan/ informasi dalam asuhan padamasa nifas

normal.

1.4.2 Bagi Ibu bersalin/nifas

Untuk menambah informasi dan pengetahuan kepada ibu tentang

asuhan masa nifas normal.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
10

2.1. Kajian dari Sumber Pustaka

2.1.1. Pengertian Nifas

Masa nifas disebut juga post partum atau puerperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,

sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-

organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi,2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama

masa nifas 6-8 minggu (Synopsis Obstetric).

2.1.2. Proses Masa Nifas

Menurut (Marmi, 2015) masa nifas terbagi tiga tahapan, yaitu:

1) Puerperium dini: Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial: Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ reproduksi selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.

3) Remote puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama

hamil atau persalinan mengalami komplikasi.

2.1.3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


11

1) Perubahan Sistem Reproduksi pada Masa Nifas

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi.

Perubahan yang terjadi didalam tubuh seorang wanita sangatlah

menajubkan. Uterus atau rahim yang berbobot 60 gram sebelum

kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya hingga 1 kg

selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke keadaan

sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami

perubahan-perubahan ini.

a) Involusi uterus

Involusi uterus atau pegerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot

hanya 60 gram. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil

seperti sebelum hamil.

Tabel 2.1 Involusi Uterus Masa Nifas

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Nugroho, Nurrezki.dkk.2014.
b) Involusi plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhirnya minggu ke-2 hanya
12

sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka

bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang

tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh

dengan menjadi parut, tetapi bekas luka plasenta tidak

meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh

dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan

endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini

tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar dasar luka.

(1) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsung-angsur menciut kembali seperti sedia kala.

(2) Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah

bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini

diisebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri

terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah

kehitam-hitaman karena penuh pebuluh darah. Beberapa hari

setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,

pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan

dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat


13

dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan

dengan bagian atas dari canalis cervikallis.

(3) Lochia

Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam

yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang

amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita.

Tabel 2.2 Perbedaan lochia pada masa nifas


Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman desidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekonium, dan sisa
darah
Sanguilent 3-7 hari Putih Sisa darah
a bercampur bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 Kekuningan Lebih sedikit darah
hari atau dan lebih banyak
kecoklatan serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 Putih Mengandung
hari leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati
Sumber:Marmi, 2015

(4) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat selama proses melahirkan bayi, dan dalam


14

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara labia menjadi lebih menonjol.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada

saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat

terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan

indikasi tertentu. Pada post natal hari ke-5, perinuem sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingakan keadaan

saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan

otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat

dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

2) Perubahan sistem pencernaan pada masa nifas

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol


15

darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,

kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus

memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Beberapa hal yang

berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :

a) Nafsu makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah

melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primodial, dan dapat

ditoleransi dengan diet yang ringan.

Kerapkali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron

menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum

melahirkan diberikan enema.

b) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir, kelebihan

analgesia dan anatesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan

motilitas ke keadaan normal.

c) Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena

tonus otot uterus menurun selama proses persalinan dan pada awal
16

masa pascapartum,diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah

menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakan

diperineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan

buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus

kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular

perlu dilatih kembali untuk merangsang pengososngan usus.

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang

berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas akan

seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa

sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi

pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan

untuk membantu eliminasi pada ibu nifas.

Beberapa cara agar ibu dapar buang air besar secara teratur, antara

lain :

(1) Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.

(2) Pemberian cairan yang cukup.

(3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.

(4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

3) Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi

yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada

pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan

penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu


17

satu bulan setelah melahirkan. Urine dalam jumlah yang besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

4) Perubahan sistem muskoloskeletalpada masa nifas

a) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.

b) Kulit abdomen

Kulit abdomen yang melebar selama kehamilan tampak melonggar

dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-

bulan yang dinamakan striae. Melalui latihan postnatal, otot-otot

dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam

beberapa minggu.

c) Striae

Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada

dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat

menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang

samar.

d) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pervis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamialn dan partus, setelah janin lahir, berangsung-

angsur menciut kembali seperti sediakala.


18

5) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut,

antara lain :

a) Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang

diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat

pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental

lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa

nifas.

b) Hormon pituitary

Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH, dan LH.

Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada waktu

wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon

prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi

folikuler pada minggu ke 3, dan LH rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hipotalamik pituitary ovarium

Hipotalamik pituitary ovariumakan mempengaruhi lamanya

mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang

tidak menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan

menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45%

setelah 12 minggu pasca melahirkan.Sedangkan wanita yang tidak


19

menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6

minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

d) Hormon oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap

ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan

sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.

e) Hormon esterogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon

esterogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang

dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron

mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran

kemih, ginjal, uterus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan

vulva serta vagina.

6) Perubahan fisiologis masa nifas pada tanda-tanda vital

a) Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius.

Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat

Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari

kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun

kelelahan. Kurang lebih pada hari ke 4 post partum, suhu badan


20

akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI,

kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan

infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun

sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat Celcius,

waspada terhadap infeksi post partum.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Pasca

melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih

cepat. Denyut nadi melebihi 100 kali permenit, harus waspada

kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

c) Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh

arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh

manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-

120 mmHg dan diastol 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus

normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan

darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan

oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada pot partum

merupakan tanda terjadinya preeklamsi post partum. Namun

demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

d) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali

permenit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau


21

normal. Hal ini dikarenakan ibu dalm keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa post partum

menjadi cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

7) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem kardiovaskuler

Volume darah normal ynag diperlukan plasenta dan pembuluh

darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat

adanya penurunan hormon esterogen, yang dengan cepat mengurangi

volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar esterogen

menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada

normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya

koagulasi meningkat.

Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.

Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang

melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400 cc,

sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi

dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan

hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan

naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung

stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

8) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem hematologi


22

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari

pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukosit adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak

15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama

beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan

tetap naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi

patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritosit

sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah tingkatan ini dipengaruhi

oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada

hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi

daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah

kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama

dengan kehilangan darah 500 ml darah.(Marmi, 2015)

2.1.4. Kebutuhan Kesehatan Masa Nifas

1) Gizi Ibu nifas dianjurkan untuk :


23

a) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

b) Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6

bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400

kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kebutuhan

kalori perharinya. Misal pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800

kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan 1800

kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan

sebanyak 2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan selanjutnya

dibutuhkan rata-rata 2300 kalori dan tahun kedua 2200 kalori.

Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan 1 liter

dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain.

Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.

c) MengkonsumsivitaminA 200.000iu. Pemberian vitaminA dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI,

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan

hidup anak. Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung

pada vitaminA yang terkandung dalam ASI.

Tabel 2.3 Penambahan makanan pada wanita dewasa, hamil, dan menyusui

Zat makanan Wanita Wanita hamil Wanita


dewasa tidak 20 minggu menyusui
hamil ( BB 47 terakhir
kg )
24

Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori


Protein 47 gram 20 gram 40 gram
Calsium 0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram
Fetrum 12 mg 5 mg 5 mg
Vitamin A 4000 iu 1000 iu 2000 iu
Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 1,1 mg 0,2 mg 0,5 mg
Zat makanan Wanita Wanita hamil Wanita
dewasa tidak 20 minggu menyusui
hamil ( BB 47 terakhir
kg )
Niacin 12,2 mg 2 mg 5 mg
Vitamin C 60 mg 30 mg 30 mg
Sumber:Marmi, 2015

2) Kebersihan Diri dan Bayi

a) Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk :

(1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.

(2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air.

(3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi,

BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti

pembalut.

(4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum menyentuh daerah kelamin.

(5) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan

laserasi.

(6) Pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap dijaga agar

tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.

b) Kebersihan bayi
25

c) Hal-hal yang perludijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga

kebersihannya.

(1) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi.

(2) Mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.

(3) Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah

atau kotor karena BAB/BAK.

(4) Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan

kering.

(5) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini

adalah tempattinggal bayi.

(6) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agarselalubersih.

3) Istirahat dan Tidur

Anjurkan ibu untuk

a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.

b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan lahan.

d) Mengatur kegiatan rumahnya sehigga dapat menyediakan waktu

untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8jam.

Kurang istirahat pada ibu nifas dapatberakibat :

a) Mengurangi jumlah ASI.

b) Memperlambat involusi, yangakhirnya bisa menyebabkan

perdarahan.

c) Depresi.

4) Senam Nifas
26

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

pembahanfisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang

senggam dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan kepadakeadaan

normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat

baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk

banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak

setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali

kebentuk semula.

5) HubunganSeksdanKeluarga Berencana

a) Hubungan seks

(1) Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa

nyeri.

(2) Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan

hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu

perlu dikompromikan antara suami dan istri.

b) Keluarga berencana

(1) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua

tahun.

(2) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasiselama menyusui

ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan

haid (metode amenorhe laktasi).

(3) Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi

menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.


27

(4) Jelaskan pada ibuberbagai macam metode kontrasepsi yang

diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi :

(a) Cara penggunaan.

(b) Efek samping.

(c) Kelebihan dan kekurangan.

(d) Indikasi dan kontraindikasi.

(e) Efektifitas.

(5) Metode hormonal, khususnya kombinasi oral(estrogen

progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang

menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkannya kurang

dari6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu menyusui

tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena dapat

mempersingkat lamanyapemberian ASI, akibatnya hormon

steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI.

6) Eliminasi:BABdan BAK

a) Buang air kecil ( BAK )

(1) Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan,

kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8 jam.

(2) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu

12-36 jam setelah melahkkan.

(3) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6

minggu.

(4) Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan

diuresis sebagaiakibat :
28

(a) Pengurasan volume darah ibu.

(b) Autolisis serabut otot uterus.

b) Buang air besar (BAB)

(1) BAB biasanya tertunda selama 2- 3 hari, karena edema

persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum

yang sangat sakit.

(2) Bila lebih dari tiga hari belum BAB bisa diberikan obat

laksantia.

(3) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam

regulasi BAB.

(4) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat

dianjurkan.

7) Pemberian ASI/LAKTASI

Hal-hal yang perlu diberitahukan kepadapasien :

a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah

disusukan.

b) Ajarkan cara menyusui yang benar.

c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI

ekslusif).

d) Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).

e) Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi

berikan ASI dengan sendok.


29

f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan

menurunkan frekuensi pemberian ASI.

2.2. Kajian dari Jurnal Penelitian

Dewi Susilowati (2015) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas

Dalam Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Berdasarkanpenelitian di BPM Klatendiketahui bahwa sebagian besar

responden melakukan mobilisasi dini yaitu sebanyak 56,7%. Sebagaian

besar responden berumur antara 20-35 tahunsebanyak66,7%yang termasuk

dalam umur reproduksi sehat dan sebanyak 36,7% melakukan mobilisasi

dini, ini sesuai dengan Hidayat (2006) bahwa usia turut mempengaruhi

mobilisasi karena terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat

usia yang berbeda, hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan pertambahan usia yang berarti semakin matang

usia reproduksi seseorang tingkat pelaksanaan mobilisasi semakin

meningkat.

Sebagian 63,3% responden berpendidikan menegah, dan sebanyak

33,4% melakukan mobilisasi dini, orang yang berpendidikan lebih tinggi

akan lebih menyadari akan pentingnya informasi kesehatan, termasuk

didalamnya mengenai mobilisasi dini. Dari faktor pekerjaan didapatkan

sebagian responden bekerja yaitu sebanyak 66,7%responden,ibunifasyang

bekerjasebanyak50%melakukanmobilisasi

dini,inisesuaidenganteorimenurutHidayat(2006)tentang faktoryang

mempengaruhimobilisasidiniadalahgayahidup dapat mempengaruhi


30

kemampuan mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada

perilaku atau kebiasaan sehari-hari, Contoh dari gaya hidup adalah bekerja.

Dengan bekerja ibu akan lebih mandiri dibandingkan dengan ibu yang tidak

bekerja. Ibu yang bekerja memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri

termasuk melakukan mobilisasi secara dini setelah bersalin.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah multipara

sebanyak 70% responden, yang melakukan mobilisasi dini sebanyak

43,3%. Menurut Potter (2006) faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

salah satunya adalah paritas, semakin tinggi paritas maka semakin tinggi

pula kemampuan ibu untuk melakukan mobilisasi dini karena dipengaruhi

oleh paparan informasi yang diterima dan pengalaman ibu bersalin

sebelumnya.

Dari hasil penelitian didapatkan 63,3% responden tidak mengikuti

budaya yang melarang ibu nifas untuk bergerak setalah persalinan selesai,

terdapat 50% responden melakukan mobilisasi dini. Ini sesuai dengan teori

menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang mempegaruhi mobilisasi dini

yaitu orang yang memiliki budaya sering jalan-jalan jauh memiliki

kemampuan mobilitas yang lebih kuat. Responden yang mengikuti budaya,

terdapat 30% tidak melakukan mobilisi dini,ini dikarenakan budaya tersebut

melarang ibu nifas untuk melakukan gerakan/berjalan sebelum2 hari setelah

melahirkan dan menganjurkan ibu untuk selalu meluruskan kaki.


31

Jurnal Ayang Dyaning (2016) Pengaruh Kompres Dingin Terhadap

Tingkat Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul

Berdasarkanpenelitian di RSU PKU Muhammadiyah Bantul 2016

diketahui bahwa rasa nyeri daerah perineum pada ibu nifas disebabkan oleh

adanya robekan pada daerah tersebut pada proses persalinan.Nyeri luka

perineum dapat diartikan ketika seorang ibu merasakan nyeri akibat adanya
32

perlukaan pada daerah perineum setelah melalui proses kelahiran

bayinya.Rasa nyeri ini dapat terjadi akibat robekan spontan maupun

episiotomi pada perineum. Intensitas nyeri yang dirasakan oleh masing-

masing individu akan berbeda (Judha, 2012).

Berdasarkan hasil kuesioner pengaruh kompres dingin terhadap tingkat

nyeri luka perineum pada ibu nifas sebelum dilakukan pretest adalah nyeri

berat sebanyak 5 responden (50%),nyeri sedang sebanyak 5 responden

(50%) dan nyeri ringan sebanyak 0 responden (0%).Hasil kuesioner setelah

diberikan kompres dingin pada 1 jam pertama adalah nyeri berat

sebanyak 1 responden (10%), nyeri sedang sejumlah 6 responden (60%)

dan nyeri ringan sebanyak 3 responden (30%).Hasil kuesioner tingkat nyeri

luka perineum setelah dilakukan kompres dingin pada posttest 24 jam

adalah nyeri berat sebanyak 0 responden (0%), nyeri sedang sebanyak1

responden (10%) dan nyeri ringan sebanyak 9 responden (90%).Dengan

demikian,diketahui bahwa adanya perubahan tingkat nyeri yang sangat

signifikan setelah dilakukan kompres dinginpada1 jam dan24 jam pertama.

Hal ini sesuai dengan teori Potter&Perry (2006) yang menyatakan

bahwa kompres dingin dapat menghilangkan nyeri. Teori ini menyatakan

cara kerja dari kompres dingin adalah dengan pelepasan endorphin,sehingga

memblok transmisi serabut saraf sensoriA-beta yang lebih besar dan lebih

cepat.Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A

berdiameter kecil,sehingga gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri.

Kompres dingin atau cold therapy merupakan modalitas terapi fisik

yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi berbagai kondisi,termasuk


33

pada nyeri luka perineum.Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi

permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin yang diberikan akan

mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Bea untuk lebih

mendominasi sehingga “ gerbang ” akan menutup dan impuls nyeri akan

terhalangi.Nyeri yang dirasakan akan berkurang atauh ilang untuk

sementara waktu. Tujuan dilakukannya kompres dingin yaitu untuk

mengurangi inflamasi yang terjadi pada tempat yang terserang

nyerisehinggasensasi nyeri pasien dapat berkurang (Nurchairiah,2014).

Dalam bidang kedokteran, kompres dinginbanyak digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri.Pada aplikasi dingin memberikan efek fisiologis

yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan

mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal. Teknik ini berkaitan

dengan teori gatecontrol dimana stimulasi kulit berupa kompres dingin

dapat mengaktivasi transmisi serabut saraf sensorik A-Beta yang lebih

besa dan lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang” sehingga menurunkan

transmisi nyeri melalui serabut C dengan diameter yang kecil (Purnamasari,

2014).

2.3. Tinjauan Managemen 5 Langkah Asuhan Kebidanan

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien (Varney,

2007).Manajemen Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan


34

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan, dan rangkaian atau

tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien

(Varney, 2007)

Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb

Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien, Bidan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan menurut Managemen 5 Langkah :

1. Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu :

a. Anamnesa yang lengkap.

b. Pemeriksaan umum.

c. Pemeriksaan fisik.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap.

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

3. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


35

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah-langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi.

4. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan oleh Bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya, tetapi Bidan tetap memikul

tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

5. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah atau diagnosa.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

1. PENGKAJIAN
36

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: ATIK DWI YULISTINA

Di : Puskesmas Wilangan

Tanggal : 14 Juni 2021 Pukul : 09.00 WIB

1.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Ibu :Ny. F Nama Suami :Tn. Y

Umur :22 tahun Umur :29 tahun

Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama :Islam Agama :Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat : Wilangan Alamat : Wilangan

1.1.2 Keluhan utama

Ibu mengatakan mulas pada perutnya dan nyeri pada luka jahitan

perineumnya .

1.1.3 Riwayatmenstruasi

 Menarche : 14 tahun

 Siklusmenstruasi : 28 hari, teratur


37

 Lama : 7 hari

 Banyaknyadarah : 2-3 kali ganti pembalut

 Konsistensi : normal

 Dysmenorhoe : tidak

 Flour albus : tidak

 HPHT : 8 September 2020

 HPL : 15 Juni 2021

1.1.4 Status perkawinan

 Kawin : 1 Kali

 Lama kawin : 1 tahun

1.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas Anak


No Suami
Umu penyu penol jenis temp penyul penyul L/ BB/ Menyusu H/ KB Ket
. ke-
r l P PB i M
1. 1 9 bln Tdk bdn spt PK Tdk Tdk L 3kg - - -
ada M ada ada

1.1.6 Riwayat kehamilan sekarang

- Hamil yang ke 1 dengan umur kehamilan 9 bln

- Gerakan anak dirasakan pertama :Ibu mengatakan merasakan adanya

gerakan> 10 kali/ hari.

- Periksa kehamilan : TM I : Periksa, berapa kali: 2x

TM II : Periksa, berapa kali:3x


38

TM III : Periksa, berapa kali:3x

Status TT : T5

- Keluhan yang dirasakan selama hamil ini: mual muntah, pusing, sering

BAK

1.1.7 Riwayat persalinan sekarang

1) Bersalin tanggal : Tanggal 14 Juni 2021, jam: 09.00 WIB

1) Cara persalinan : spontan normal.

2) Perdarahan : ± 200 cc

3) Penyulit/ Komplikasi : Tidak ada

1.1.8 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar :tidak ada

b. Penyakit keturunan :tidak ada

c. Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada

1.1.9 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun: tidak mempunyai penyakit menahun seperti flu

 Penyakit menurun: tidak mempunyai penyakit menurun seperti jantung,

DM, hepatitis, asma, hipertensi

 Penyakit menular: tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS

1.1.10 Latar belakang budaya dan dukungan keluarga

- Kebiasaan/ upacara adat istiadat saat hamil: ibu mengatakan dalam

keluarganya mengadakan tradisi 4 bulan dan 7 bulanan

- Pantangan saat sesudah melahirkan/ masa menyusui: tidak ada

- Kebiasaan keluarga yang menghambat: tidak ada


39

- Kebiasaan keluarga yang menunjang: tidak ada

- Dukungan dari suami: memenuhi semua kebutuhan istri dan anaknya

- Dukungan dari keluarga yang lain: keluarga memperhatikan masa

nifasnya

1.1.11 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Selama hamil: Ibu mengatakan makan sehari 3x dengan menu nasi,

lauk, sayur porsi cukup minum air putih ± 6-7 gelas/hari.

Sesudah melahirkan: Di RS ibu makan sesuai dengan diit yang telah

ditentukan yaitu makanan tinggi kalori tinggi protein sesuai makanan

yang diberikan oleh petugas, dan ibu dapat menghabiskan porsi yang

diberikan.

Masalah yang dirasakan : tidak ada

b. Pola Eliminasi

Selama hamil: Ibu mengatakan BAB 1x/hari konsistensi lunak warna

kuning kecoklatan, bau khas feses dan BAK 4-5x/hari dengan warna

kuning jernih bau khas urine

Sesudah melahirkan: Ibu mengatakan BAB 1x/hari konsistensi lunak

warna kuning kecoklatan, bau khas feses dan BAK 4-5x/hari dengan

warna kuning jernih bau khas urine

Masalah yang dirasakan : tidak ada

c. Pola istirahat tidur


40

Selama hamil: Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/hari, mulai dari

pukul 13.00-15.00 WIB dan tidur malam ± 7-8 jam mulai pukul 21.00-

05.00 WIB.

Sesudah melahirkan: Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/hari, mulai

dari pukul 13.00-15.00 WIB dan tidur malam ± 7-8 jam mulai pukul

21.00-05.00 WIB.

Masalah yang dirasakan : tidak ada keluhan

d. Pola Aktivitas

Selama hamil: istirahat cukup, mengerjakan pekerjaan rumah tangga

Sesudah melahirkan: istirahat di tempat tidur

Masalah yang dirasakan : tidak ada

e. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil: tidak pernah

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll sesudah melahirkan:tidak pernah

1.2 DATA OBJEKTIF

1.2.1 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : composmentis

 Tekanan Darah : 110/70 mmHg

 Suhu : 36,4 C

 Nadi : 80x/mnt
41

 RR : 20x/mnt

 BB sekarang : 60 kg

 TB : 156 cm

1.2.2 Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

 Kepala :tidak ada benjolan

 Muka :Kelopak mata : tidak ada oedema

Conjungtiva : merah muda, tidak pucat

Sklera : putih, tidak kuning

 Mulut dan gigi : Bibir : tidak pucat, tidak kering

Lidah : tidak ada stomatitis

Gigi : tidak ada caries

 Hidung : Simetris : iya

Sekret : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

 Dada : Simetris : iya

Pembesaran payudara : normal

Hiperpigmentasi : iya ka/ki

Papila mammae : menonjol ka/ki

Keluaran : ada ka/ki


42

Kebersihan : bersih ka/ki

 Perut : Pembesaran : normal

Bekas luka operasi : tidak ada

Linea : tidak ada

Striae : tidak ada

Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Anogenetalia : Vulva vagina warna : merah muda

Luka parut : tidak ada

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Keluaran :lochea rubra

Hemorroid : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Kekakuan sendi: tidak ada

b. Palpasi

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

Struma : tidak ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada


43

Keluaran : tidak ada

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

TFU : TFU 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus :kontraksi uterus baik,

konsistensi keras

Kandung kemih : kosong

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada

1.2.3 Pemeriksaan penunjang : tidak ada

2. INTERPRETASI DATA

Diagnosa : P 1A0 Postpartum hari ke 1

DS : Ibu mengatakan mulas pada perutnya dan nyeri pada luka jahitan pada

perineumnya.

DO :

 HPHT : 18 september 2020

 HPL : 15 juni 2021

 Keadaan umum : Baik

 Tanda-tanda vital :

 Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi :80x/menit

Suhu :364 0C

Pernafasan :20x/menit

TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras, lochea rubra.


44

3. INTERVENSI

a) Lakukan observasi tanda – tanda vital, keadaan luka episiotomi, TFU,

kontraksi uterus, dan pengeluaran lokea setiap hari.

R/ Untuk memantau perkembangan klien

b) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

R/ Agar klien dapat mengetahui keadaannya saat ini

c) Berikan penjelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang dirasakan

oleh klien merupakan proses penyembuhan luka episiotomi.

R/ Menambah pengetahuan sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan

d) Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan

menghembuskan secara perlahan dan membantu ibu untuk mobilisasi.

R/ Menambah pengetahuan sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan

e) Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi dengan diet tinggi kalori tinggi

protein (TKTP)

R/ Menambah pengetahuan sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan

f) Berikan motivasi tentang personal hygiene agar tetap rutin dikerjakan

yaitu cebok dengan sabun, membasuh vulva dari arah depan kebelakang

dan mengeringkan dengan handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan

mengganti pembalut 2-3 kali sehari, agar proses penyembuhan luka

perineum lebih cepat.

R/ Menambah pengetahuan sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan


45

g) Memberikan HE tentang ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar,

mengajarkan cara perawatan bayi sehari-hari meliputi perawatan tali pusat

dan cara memandikan bayi

R/ Menambah pengetahuan sehingga lebih kooperatif terhadap tindakan

4. IMPLEMENTASI (Tanggal:15 Juni 2021, Jam: 10.00 WIB)

a) Melakukan observasi tanda – tanda vital, keadaan luka episiotomi, TFU,

kontraksi uterus, dan pengeluaran lokea setiap hari.

TD : 110/70, Nadi: 80 x/mnt, S : 36,40C, RR : 20 x/mnt, luka episiotomi

tidak ada oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi, TFU 2 jari bawah pusat,

kontraksi uterus keras, lochea rubra.

b) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

c) Memberikan penjelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang

dirasakan oleh klien merupakan proses penyembuhan luka episiotomi.

Menurut penelitian Ayang Dyaning(2016)Pengaruh Kompres Dingin

Terhadap Tingkat Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas

Wilangan diketahui bahwa rasa nyeri daerah perineum pada ibu nifas

disebabkan oleh adanya robekan pada daerah tersebut pada proses

persalinan.Nyeri luka perineum dapat diartikan ketika seorang ibu

merasakan nyeri akibat adanya perlukaan pada daerah perineum setelah

melalui proses kelahiran bayinya.Rasa nyeri ini dapat terjadi akibat

robekan spontan maupun episiotomi pada perineum. Intensitas nyeri

yang dirasakan oleh masing-masing individu akan berbeda(Judha, 2012).


46

Berdasarkan hasil kuesioner pengaruh kompres dingin terhadap tingkat

nyeri luka perineum pada ibu nifas sebelum dilakukan pretest adalah nyeri

berat sebanyak 5 responden (50%),nyeri sedang sebanyak 5 responden

(50%) dan nyeri ringan sebanyak 0 responden(0%).Hasil kuesioner setelah

diberikan kompres dingin pada 1 jam pertama adalah nyeri berat

sebanyak 1 responden (10%), nyeri sedang sejumlah 6 responden(60%)

dan nyeri ringan sebanyak 3 responden (30%).Hasil kuesioner tingkat nyeri

luka perineum setelah dilakukan kompres dingin pada posttest 24 jam

adalah nyeri berat sebanyak 0 responden (0%), nyeri sedang sebanyak1

responden (10%) dan nyeri ringan sebanyak 9 responden (90%).Dengan

demikian,diketahui bahwa adanya perubahan tingkat nyeri yang sangat

signifikan setelah dilakukan kompres dingin pada1 jam dan24 jam pertama.

Dalam bidang kedokteran, kompres dinginbanyak digunakan untuk

mengurangirasanyeri.Pada aplikasidinginmemberikanefekfisiologisyakni

menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan mengurangi

edema, mengurangi rasa nyeri lokal. Teknik ini berkaitan dengan teori gate

control dimana stimulasi kulit berupa kompres dingin dapat mengaktivasi

transmisi serabut saraf sensorik A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat.

Hal ini menutup “gerbang” sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui

serabut C dengan diameter yang kecil (Purnamasari, 2014).

d) Mengajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan

menghembuskan secara perlahan dan membantu ibu untuk mobilisasi.

Menurut penelitian Dewi Susilowati (2015) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Pelaksanaan Mobilisasi Dinidiketahui


47

bahwa sebagian besar responden melakukan mobilisasi dini yaitu

sebanyak 56,7%. Sebagaian besar responden berumur antara 20-35

tahunsebanyak66,7%yang termasuk dalam umur reproduksi sehat dan

sebanyak 36,7% melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan Hidayat

(2006) bahwa usia turut mempengaruhi mobilisasi karena terdapat

perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda, hal ini

dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan

dengan pertambahan usia yang berarti semakin matang usia reproduksi

seseorang tingkat pelaksanaan mobilisasi semakin meningkat.

Sebagian 63,3% responden berpendidikan menegah, dan sebanyak

33,4% melakukan mobilisasi dini, orang yang berpendidikan lebih tinggi

akan lebih menyadari akan pentingnya informasi kesehatan, termasuk

didalamnya mengenai mobilisasi dini. Dari faktor pekerjaan didapatkan

sebagian responden bekerja yaitu sebanyak 66,7% responden, ibu nifas

yang bekerja sebanyak 50% melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan

teori menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang mempengaruhi mobilisasi

dini adalah gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan

sehari-hari, Contoh dari gaya hidup adalah bekerja. Dengan bekerja ibu

akan lebih mandiri dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang

bekerja memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri termasuk melakukan

mobilisasi secara dini setelah bersalin.

e) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi dengan diet tinggi kalori tinggi

protein (TKTP)
48

f) Memberikan motivasi tentang personal hygiene agar tetap rutin dikerjakan

yaitu cebok dengan sabun, membasuh vulva dari arah depan kebelakang

dan mengeringkan dengan handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan

mengganti pembalut 2-3 kali sehari, agar proses penyembuhan luka

perineum lebih cepat.

g) Memberikan HE tentang ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar,

mengajarkan cara perawatan bayi sehari-hari meliputi perawatan tali pusat

dan cara memandikan bayi

5. EVALUASI (Tanggal: 23 Maret 2021 Jam: 10.00 WIB)

Data Subjektif: Klien mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang

diberikan petugas kesehatan.

Data Objektif :

 Keadaan umum : Baik

 Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi :80x/menit

Suhu :364 0C

Pernafasan :20x/menit

TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras, lochea rubra.

 Klien mampu mengulang penjelasan yang telah diberikan oleh petugas

kesehatan dengan sederhana

Analisa /Diagnosa : P 1A0 Post partum hari ke 1 dengan nyeri jahitan


49

Penatalaksanaan :

1. Klien bersedia untuk melakukan kontrol ulang

BAB 4

PEMBAHASAN

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
50

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi,2015).Pada asuhan kebidanan

terhadap Ny.F penulis melaksanakan manajemen kebidanan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi Ny.F:

1. Pengkajian

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Perubahan pada

perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami

robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Pada post natal hari ke-5,

perinuem sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun

tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

Didapatkan bahwa ibu nifasmulas pada perutnya dan nyeri pada luka

jahitan pada perineumnya.Kemudian pada pemeriksaan fisik tidak

ditemukan kelainan, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras,

lochea rubra. Dari data tersebut kondisi ibu hamil mengarah pada masa

nifas fisiologis dengan nyeri jahitan, jadi tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kenyataan.

2. Interpretasi Data

Diagnosa yang didapatkan adalah P 1A0 Postpartumhari ke 1 dengan

nyeri jahitan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwaMasa nifas adalah

masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu


51

setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi,2015). Jadi antara

teori dan kenyataan tidak ditemukan kesenjangan.

3. Intervensi

Pada langkah intervensi kasus masa nifas normal dilakukan asuhan

nifas normal.Menurut penelitian Ayang Dyaning(2016)Pengaruh Kompres

Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di

Puskesmas Wilangan diketahui bahwa rasa nyeri daerah perineum pada ibu

nifas disebabkan oleh adanya robekan pada daerah tersebut pada proses

persalinan.Nyeri luka perineum dapat diartikan ketika seorang ibu

merasakan nyeri akibat adanya perlukaan pada daerah perineum setelah

melalui proses kelahiran bayinya.Rasa nyeri ini dapat terjadi akibat

robekan spontan maupun episiotomi pada perineum. Intensitas nyeri yang

dirasakan oleh masing-masing individu akan berbeda(Judha, 2012).

Berdasarkan hasil kuesioner pengaruh kompres dingin terhadap

tingkat nyeri luka perineum pada ibu nifas sebelum dilakukan pretest

adalah nyeri berat sebanyak 5 responden (50%),nyeri sedang sebanyak 5

responden (50%) dan nyeri ringan sebanyak 0 responden (0%).Hasil

kuesioner setelah diberikan kompres dingin pada 1 jam pertama adalah

nyeri berat sebanyak 1 responden (10%), nyeri sedang

sejumlah6responden(60%) dan nyeri ringan sebanyak3 responden

(30%).Hasil kuesioner tingkat nyeri luka perineum setelah dilakukan

kompres dingin pada posttest 24 jam adalah nyeri berat sebanyak 0


52

responden (0%), nyeri sedang sebanyak1 responden(10%) dan nyeri

ringan sebanyak 9 responden (90%). Dengan demikian,diketahui bahwa

adanya perubahan tingkat nyeri yang sangat signifikan setelah dilakukan

kompres dinginpada1 jam dan 24 jam pertama.

Dalam bidang kedokteran, kompres dingin banyak digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri.Pada aplikasi dingin memberikan efek fisiologis

yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan

mengurangi edema, mengurangi rasa nyeri lokal. Teknik ini berkaitan

dengan teori gate control dimana stimulasi kulit berupa kompres dingin

dapat mengaktivasi transmisi serabut saraf sensorik A-Beta yang ebih

besa dan lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang” sehingga menurunkan

transmisi nyeri melalui serabut C dengan diameter yang kecil

(Purnamasari, 2014).

Menurut penelitian Dewi Susilowati (2015) Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Pelaksanaan Mobilisasi Dinidiketahui

bahwa sebagian besar responden melakukan mobilisasi dini yaitu

sebanyak 56,7%.Sebagaianbesar responden berumur antara 20-35 tahun

sebanyak 66,7% yang termasuk dalam umur reproduksi sehat dan

sebanyak 36,7% melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan Hidayat

(2006) bahwa usia turut mempengaruhi mobilisasi karena terdapat

perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda, hal ini

dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan

dengan pertambahan usia yang berarti semakin matang usia reproduksi

seseorang tingkat pelaksanaan mobilisasi semakin meningkat.


53

Sebagian 63,3% responden berpendidikan menegah, dan sebanyak

33,4% melakukan mobilisasi dini, orang yang berpendidikan lebih tinggi

akan lebih menyadari akan pentingnya informasi kesehatan, termasuk

didalamnya mengenai mobilisasi dini. Dari faktor pekerjaan didapatkan

sebagian responden bekerja yaitu sebanyak 66,7% responden, ibu nifas

yang bekerja sebanyak 50% melakukan mobilisasi dini, ini sesuai dengan

teori menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang mempengaruhi

mobilisasi dini adalah gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau

kebiasaan sehari-hari, Contoh dari gaya hidup adalah bekerja. Dengan

bekerja ibu akan lebih mandiri dibandingkan dengan ibu yang tidak

bekerja. Ibu yang bekerja memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri

termasuk melakukan mobilisasi secara dini setelah bersalin.

Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek ini dikarenakan

rencana tindakan yang disusun/penanganan pada pasien masa nifas

meliputi yang pertama menentukan penyebabnya, setelah ditemukan

penyebabnya kita bisa bisa melakukan pengobatan.

4. Implementasi

Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kenyataan, karena

tindakan yang dilakukan sesaui dengan prosedur.

5. Evaluasi

Setelah diberi penjelasan klien mengerti sehingga bisa dikatakan

bahwa Asuhan Kebidanan yang dilaksanakan berhasil.


54

Oleh karena itu sebagai seorang Bidan dalam memberikan Asuhan

Kebidanan tidak hanya memperhatikan teori-teori yang ada tetapi juga

memperhatikan kondisi pasien, tidak hanya kondisi fisik saja melainkan

juga memperhatikan kondisi psikologis pasien.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Melalui proses Asuhan Kebidanan pada Ny.”F” dengan P1A0

Postpartum hari ke 1 dengan nyeri jahitan maka penulis melakukan :


55

5.1.1 Pengkajian

Masa nifas disebut juga post partum atau puerperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,

sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Suherni,2009).Proses fisiologi masa nifas meliputi:Suatu

masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan (Puerperium dini), Suatu masa kepulihan menyeluruh dari

organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam sampai delapan

minggu (Puerperium intermedial),Waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu

selama hamil atau persalinan mengalami komplikasi (Remote

puerperium)

5.1.2 Interpretasi Data

Pada kasus ini berdasarkan pengkajian didapatkan diagnosa :

Masa nifas fisiologis

5.1.3 Intervensi

Intervensi pada kasus ini disesuaikan dengan teori yang ada untuk

menunjang keberhasilan Asuhan Kebidanan.

5.1.4 Implementasi
56

Implementasi dalam Asuhan Kebidanan merupakan realisasi dan

rencana tindakan yang diterapkan, baik secara mandiri maupun

kolaborasi.

5.1.5 Evaluasi

Evaluasi dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah

ditentukan dan dapat ditetapkan dalam pelaksanaan tindakan

perawatan.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Petugas Kesehatan

1. Sebagai Bidan dalam memberikan Asuhan harus secara utuh dan

berkesinambungan baik bio, psiko, sosial serta spiritual agar klien

dapat pelayanan yang optimal.

2. Meningkatkan peranan kesehatan promotif dan preventif dengan

penyebaran informasi pengetahuan dan deteksi dini adanya

penyakit.

5.2.2 Untuk Klien/Keluarga

1. Selalu kooperatif dengan petugas dalam proses pelayanan

kesehatan.

2. Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas

kesehatan dengan baik dan benar.

3. Segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan sebelum

penyakitnya berkelanjutan.
57

DAFTAR PUSTAKA

Ayang Dyaning(2016).Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Luka


Perineum Pada Ibu Nifas Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.Diakses
pada Tanggal 17 Februari 2021 Pukul 10.30 WIB
58

Dewi Susilowati (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam


Pelaksanaan Mobilisasi Dini. Diakses pada Tanggal 17 Februari 2021
Pukul 10.30 WIB
Marmi.(2015). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nugroho, Dr. Taufan, dkk.(2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.


Yogyakarta : Nuha Medika
Suherni, dkk.(2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai