Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Makalah yang berjudul “Cara Kerja Di Laboratorium Kesehatan” merupakan salah

satu tugas mata kuliah kesehatan dan keselamatan kerja program studi D-III Analis

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari. Penulis selaku penyusun makalah, mengucapkan

terima kasih kepada ibu Nursidah S,Km, M, Ked selaku dosen mata kuliah kesehatan dan

keselamatan kerja yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini, dan juga pihak-

pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan makalah ini. Penulis

menyadari bahwa keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki,

tentunya makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dengan segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Kendari, 30 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1. 2 Tujuan Penulisan............................................................................ 2

1. 3 Rumusan Masalah.......................................................................... 2

1. 4 Metodologi Penulisan .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja................................ 3

2. 2 Pemeriksaan Kesehatan Kerja...................................................... 3

2. 3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan di Dalam Laboratorium......... 5

2. 4 Tata cara penggunaan alat-alat di laboratorium.......................... 6

BAB III PENUTUP

3. 1 Kesimpulan................................................................................... 11

3. 2 Saran............................................................................................ 11

Daftar Pustaka................................................................................................ 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,

kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal

tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan

Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja

tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi

juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada

akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan

Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum

terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa

negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.

Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta

keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,

sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Oleh karena itu

diharapkan dengan menulisan makalah ini, penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja”

hendaknya dapat dilaksanakan pada semua Institusi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini agar dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu di

perhatikan saat kerja dalam laboratorium kesehatan

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan dari makalah ini adalah tingginya angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja

di beberapa negara maju yang disebabkan karena para pekerja maupun perusahaan atau instansi

yang mempekerjakan tidak memperhatikan standar keselamatan kerja. (dari beberapa

pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.

1.4 Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah berdasarkan

pustaka dari buku.

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap pekerja merupakan resultan dari tiga komponen

kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan

beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu

derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat

ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Pengawasan

kesehatan terhadap pekerja harus didasarkan pada prinsip-prinsip pemeriksaan kesehatan

pada umumnya. Pengawasan kesehatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum

bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja dan pemeriksaan kesehatan pada waktu

pemutusan hubungan kerja. Yang dimaksudkan dengan pemeriksaan kesehatan ini adalah

pemeriksaan khusus, disamping pemeriksaan umum yang disyaratkan untuk pengangkatan

pegawai negeri atau tenaga kerja pada umumnya.

2. 2 Pemeriksaan Kesehatan Kerja

Pemeriksaan kesehatan sebagaimana tersebut pada Nomor 4.3.2.1. meliputi:

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

Pemeriksaan ini meliputi penyelidikan terhadap riwayat kesehatannya termasuk semua

penyinaran terhadap radiasi pengion dari pekerjaan sebelumnya yang diketahui diterimanya atau

dari pemeriksaan dengan pengobatan medik, dan juga penyelidikan secara klinik atau

lainnya yang diperlukan untuk menentukan keadaan umum kesehatannya. Harus

dilakukan juga pemeriksaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang

dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh calon pekerja misalnya pemeriksaan

haematologi, dermatologi, ophtalmologi, paru-paru, neurologi dan atau kandungan.

b. Pemeriksaan kesehatan selama masa kerja

Pemeriksaan kesehatan ini harus dilakukan secara rutin untuk menentukan keadaan

kesehatan pekerja dalam menjalankan tugasnya. Pemeriksaan itu dilakukan sekurang-kurangnya

sekali setahun atau lebih bergantung pada kondisi penyinaran yang diterima oleh pekerja atau

apabila keadaan kesehatan pekerja memerlukannya. Untuk pekerja radiasi kategori A


dilakukan pemeriksaan khusus pada organ yang peka terhadap radiasi. Dokter instalasi

mempunyai kewenangan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.

c. Pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan kerja.

Setiap pekerja pada saat memutuskan hubungan kerja dengan instalasi diwajibkan

menjalani pemeriksaan kesehatan secara teliti dan menyeluruh. Dokter instalasi dapat

menentukan perlunya pengawasan kesehatan setelah putusnya hubungan kerja untuk mengawasi

kesehatan orang yang bersangkutan selama diangap perlu, atas biaya pengusaha Instalasi. Hasil

pemeriksaan kesehatan untuk pekerja harus dinyatakan sebagai :

 Sehat dan memenuhi syarat

 Sehat dan memenuhi syarat, dengan kondisi tertentu

 Tidak sehat dan tidak memenuhi syarat; untuk bekerja sebagai pekerja dan atau untuk kondisi

kerja khusus.

2. 3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan di Dalam Laboratorium

1. Melindungi petugas/ Praktikan

a. Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman /pembakaran

dengan sengkelit

b. Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor

c. Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai

d. Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan menyentuh mulut, hidung

dan mata saat bekerja

e. Jangan makan/minum/merokok saat bekerjaGunakan jas praktikum saat bekerja

f. Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-hati)
2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa spesimen

3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah terkontaminasi dengan

bakteri

4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi

5. Gunakan sarung tangan dengan tepat

2. 4 Tata cara penggunaan alat-alat di laboratorium

1) Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet

 Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi

kontaminasi.

 Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet

 Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa

 Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di meja,

kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclav

 Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

2) Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum suntik penyebab umum infeksi

yang terjadi di laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)

 Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum suntik

 Gunakan sarung tangan

 Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke kapas yang telah ada desinfektan

 Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan tangan

 Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril


3) Cara pembukaan wadah

Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi terinfeksi,

karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja.

Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang

ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :

 Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke luar.

 Gunakan jas lab. dan sarung tangan

 Hindari aerosol.

 Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.

4) Penerimaan spesimen di Laboratorium

 Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak

banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam areal

laboratorium.

 Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah

tumpahnya/bocornya spesimen.

 Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.

 Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.

 Wadah diberi label tentang identitas spesimen.

 Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi

atau diautoklaf ulang.


 Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari

 Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.

5) Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium

 Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat membawa spesimen.

 Membawa spesimen di atas kaki

 Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari spesimen.

 Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf.

 Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat bekerja

6) Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen

 Gunakan sarung tangan

 Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.

 Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus

merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai. Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen

dengan hari-hati dan tutup rapat mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya

dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan sempritnya

diautoklaf dalam kantong yang terpisah

 Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA INFEKSI.

 Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan

dibawa secara terpisah.

b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel


 Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas II.

 Gunakan sarung tangan

 Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa.

c. Kaca dan benda tajam

 Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas

dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.

 Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil darah.

d. Sediaan darah pada kaca objek

 Pegang kaca objek dengan forsep.

e. Peralatan otomatis

 Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)

 Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau

dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

 Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat disinfektan hanya pada

keadaan tertentu.

f. Melakukan sentrifus

 Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup

 Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup.

g. Jaringan

 Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti dari biopsi jarum, dapat

difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran besar

membutuhkan waktu beberapa hari.

 Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru didekontaminasi.


BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja

harus diterapkan di laboratorium kesehatan, terutama mengenai tata cara kerja di dalam

laboratorium. Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan seseorang yang bekerja di laboratorium

kesehatan harus mengenakan alat pelindung diri yang lengkap untuk meminimalkan terjadinya

bahaya yang dapat menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

3. 2 Saran
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentunya dalam penulisan makalah

ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca sekalian guna kedepannya jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Bapeten. 1999. Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 01/Ka-BAPETEN/V-99 Tentang Ketentuan Keselamatan

Kerja terhadap Radiasi

Depnaker. 1996.Pedoman Teknis Audit Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja.Nomor: PER.05/MEN/1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I

Tresnaningsih, Erna. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan.

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Analais Kesehatan. Pusat

Kesehatan Kerja DEPKES R.I

Anda mungkin juga menyukai