Anda di halaman 1dari 4

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Makroskopik
1. Warna : Putih Mutiara / Keruh
2. Bau : Khas, seperti rumput basah
3. Volume : 2,3 ml
4. Gumpalan : tidak ada
5. Likuifikasi : mencair setelah < 60 menit setelah dikeluarkan
6. Viskositas : Sedang
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik didapatkan hasil bahwa morfologi dari sperma
sampel tergolong normal.
Morfologi :
-

Kepala : berbentuk oval


Ekor : relatif lurus dan panjang

Motilitas :
-

Tipe A : Bergerak maju, cepat dan lurus. Sebagian besar sperma terlihat

bergerak maju, cepat dan lurus


Tipe B : Bergerak maju, tetapi kurang cepat dan tidak lurus. Ada beberapa

sperma yang terlihat bergerak maju, tetapi kurang cepat, dan tidak lurus.
Tipe C : Bergerak di tempat, dan tidak maju. Ada sedikit sperma yang terlihat

bergerak di tempat dan tidak maju.


Tipe D : Tidak bergerak atau mati. Pada awal pemeriksaan, terdapat sedikit
sekali sperma tipe ini, tetapi, setelah agak lama banyak terlihat sperma yang
telah mati.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Makroskopik
Pada pemeriksaan cairan semen secara makroskopik didapatkan warna semen seperti
putih mutiara atau keruh. Warna ini disebabkan oleh sekret dari kelenjar prostat. Sekret
dari kelenjar prostat mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan
profibrinolisin. Semen akan terlihat kurang opaq jika konsentrasi sperma sangat rendah;
warna mungkin juga dapat berbeda, misalnya coklat-merah ketika terdapat sel darah
merah (haemospermia), ataupun kuning pada pria yang sakit kuning atau menggunakan
vitamin-vitamin atau obat-obat tertentu.
Selain berwarna putih mutiara atau keruh, semen ini juga berbau khas, seperti
rumput basah. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas oksidasi sperma. Semen
dengan bau yang tidak nyaman dapat menjadi tanda peradangan atau infeksi sementara
semen yang tidak berbau dapat mengindikasikan kelainan pada kelenjar prostat.
Dari hasil pengamatan, volume yang didapatkan adalah 2,3 ml dan telah memenuhi
kriteria normal yaitu volume diantara 2-5 ml. Volume semen yang rendah merupakan ciri
obstruksi duktus ejakulatorius ataupun absennya vas deferens bilateral kongenital ,
sebuah kondisi dimana vesikula seminalis juga tidak berkembang. Volume semen yang
rendah juga mengindikasikan masalah berkumpulnya semen (kehilangan fraksi
ejakulasi), ejakulasi retrograd parsial ataupun defisiensi androgen. Sedangkan, volume
semen yang besar menandakan eksudasi aktif dikarenakan inflamasi aktif pada organ
aksesorius.
Berdasarkan hasil pengamatan, semen yang dihasilkan encer karena mengalami
likuifaksi/ mencair setelah kurang dari 60 menit diejakulasikan. Hal tersebut tergolong
normal karena sperma akan terlikuifaksi setelah 30-60 menit dikeluarkan. Selain itu,
sampel sperma ini juga memiliki viskositas sedang. Hal ini juga menunjukkan bahwa
sampel ini tergolonh normal. Jika viskositas abnormal, tetesan akan memanjang hingga
lebih dari 2 cm. Berbeda dengan sampel yang tidak terlikuifaksi parsial, spesimen semen
yang kental menunjukkan kelengketan yang homogen dan konsistensinya tidak akan
berubah seiring waktu.

4.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik cairan semen tanpa menggunakan eosin bertujuan untuk


menilai motilitas, dan morfologi sperma. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa
morfologi dari sperma sampel tergolong normal dengan kepala sperma berbentuk oval
dan ekor relatif lurus dan panjang. Sperma yang bentuk kepalanya bulat
(globozoospermia) adalah sperma abnormal dan tidak dapat membuahi telur serta
mungkin memiliki DNA abnormal. Kerusakan morfologi dapat berhubungan dengan
meningkatnya fragmentasi DNA, sebuah insidensi aberasi struktur kromosom yang
meningkat, kromatin yang tidak matang dan aneuploidi.
Pada pemeriksaan motilitas sperma didapatkan hasil bahwa sebagian besar sperma
yang terlihat tergolong kedalam tipe A yaitu sperma yang bergerak maju, cepat dan lurus.
Selain itu, juga terlihat beberapa sperma yang tergolong kedalam tipe B yaitu sperma
yang bergerak maju, tetapi kurang cepat dan tidak lurus. Sperma yang tergolong tipe C
yaitu bergerak ditempat dan tidak maju juga ditemukan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Pada awal pemeriksaan, terdapat sedikit sekali sperma yang tergolong tipe D yaitu
sperma yang tidak bergerak atau mati. Tetapi, setelah agak lama didiamkan, terlihat
banyak sperma golongan ini. Selain itu, untuk melihat hidup-matinya sperma secara
lebih jelas dapat dilakukan pemeriksaan dengan menambahkan larutan eosin 5%. Sperma
yang mati akan berwarna kemerah-merahan. Pada pemeriksaan sperma dengan larutan
eosin 5 % banyak ditemukan sperma yang telah mati. Hal ini disebabkan karena
pemeriksaan yang dilakukan hampir satu jam setelah sperma dikeluarkan. Sehingga
banyak sperma yang telah mati. Motilitas sperma dalam semen seharusnya dinilai
secepat mungkin setelah sampel terlikuifaksi; dianjurkan 30 menit, tetapi pada kasus
yang agak jarang dalam 1 jam setelah ejakulasi untuk membatas efek dehidrasi, pH atau
perubahan temperatur pada motilitas. Adanya proporsi besar sel sperma immotil dapat
mengindikasikan kerusakan flagellum; sebuah persentasi yang tinggi dari sel immotil dan
non-viabel (necrozoospermia) dapat mengindikasikan patologi epididimis.
Sumber :
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

V. PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Warna, bau, volume, likuifikasi, dan viskositas semen secara makroskopis masih
dalam batas normal (tanpa kelainan). Secara mikroskopis, sperma dalam kualitas baik baik
dalam jumlah, motilitas dan morfologi, walau banyak ditemukan sperma yang sudah mati.
Hal ini disebabkan karena pemeriksaan dilakukan hampir

satu jam setelah sperma

dikeluarkan.
5.2

Saran

Pada pemeriksaan sperma, pengambilan sampel sebaiknya dilakukan dalam waktu


kurang dari 1 jam sebelum pemeriksaan agar didapatkan hasil yang maksimal. Selain itu,
pada saat praktikum diharapkan mahasiswa lebih teliti dan serius agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai