PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, dibahas mengenai seorang pasien perempuan berusia
27 tahun yang datang dengan keluhan kedua mata kabur yang timbul mendadak
sejak sekitar 3 minggu SMRS dan disertai rasa sakit saat mata digerakkan, gatal,
silau dan berair, serta tanpa mata merah. Kedua mata dirasakan semakin hari
semakin kabur. Keluhan tidak disertai adanya gejala sistemik (seperti demam,
batuk dan pilek). Riwayat trauma mata disangkal. Pasien belum ada berobat
kemanapun. Pasien mengaku baru pertama kali mengalami sakit pada mata seperti
ini. Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis dan kadar kolesterol tinggi
disangkal. Pasien juga mengaku tidak pernah sakit yang parah yang menggangu
aktivitas ataupun harus dirawat di rumah sakit.
Identitas pasien yakni jenis kelamin perempuan dan usia dewasa muda (27
tahun) serta tidak adanya riwayat sakit sebelumnya (idiopatik) mengarahkan
kepada neuritis optik. Neuritis optik (NO) idiopatik lebih sering terjadi pada
perempuan berusia 20-40 tahun (Ilyas, 2008). NO biasanya terjadi pada orang
dewasa muda yang sehat, dengan perbandingan wanita dan laki-laki adalah 3:1
(Hoorbakht dan Bagherkashi, 2012). Neuritis optik disebabkan idiopatik ataupun
19
penyakit sklerosis multipel (Ilyas, 2008). Penyebab NO kebanyakan idiopatik,
namun dapat berhubungan dengan lesi demielinisasi (contohnya sklerosis
multipel), neuromielitis optik atau etiologi lain yang jarang seperti penyakit
otoimun (misalnya sarkoidosis, lupus eritematosus sistemik), infeksi (misalnya
sifilis, tuberkulosis), inflamasi dan respon imun post vaksinasi (misalnya sinusitis
dan vaksinasi terhadap measles dan rubella) (Hoorbakht dan Bagherkashi, 2012).
Gejala kedua mata kabur yang timbul mendadak sejak sekitar 3 minggu
SMRS yang dirasakan semakin hari semakin kabur, rasa sakit saat mata
digerakkan dan tanpa mata merah, dan pada pemeriksaan fisik mata ditemukan
visus yang turun pada kedua mata tanpa adanya kelainan lain, dapat mengarahkan
kepada neuritis optik. Pada neuritis optik, akan terdapat kehilangan penglihatan
dalam beberapa jam sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata, tajam
penglihatan turun maksimal dalam 2 minggu dan sebagian besar akan kembali
normal sesudah beberapa minggu, sakit pada rongga orbita terutama pada
pergerakkan mata (Ilyas, 2008). Kehilangan tajam penglihatan berkisar mulai dari
mendekati normal hingga tidak ada persepsi cahaya (no light perception/NLP).
Pada ONTT; 10 % pasien visusnya 20/20, 25 % pada 20/25 dan 20/40, 29% pada
20/50 hingga 20/190, dan 36 % pada 20/200 hingga NLP (Murphy, 2008).
20
Kedua hal ini membuat diagnosis neuritis optik, terutama tipe papilitis, menjadi
tegak. Edema diskus mengacu pada pembengkakan bagian kepala saraf optik yang
dapat terjadi sebagai respon terhadap berbagai kondisi yang mempengaruhi saraf
optik atau retina atau sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial. Pada
penyakit yang mempengaruhi kepala saraf optik secara langsung, edema dapat
terlihat karena adanya inflamasi seperti papilitis ataupun iskemia seperti neuropati
iskemia anterior. Manifestasi klinis dari pasien dengan edema diskus optikus
dapat bervariasi mulai dari asimptomatik atau hanya dengan sakit kepala (papil
edema) hingga kehilangan penglihatan yang berat (papilitis). Edema diskus
optikus dapat terjadi secara bilateral ataupun unilateral. Selain itu, jika diskus
yang edema berwarna hiperemis, itu mengarahkan kepada papilitis, sedangkan
jika pucat, itu mengarah ke iskemi. Papilitis dan neuropati berhubungan dengan
kehilangan penglihatan, sedangkan papil edema tidak (Saxena dan Singh, 2013).
21