Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TES FUNGSI GINJAL

Tugas ini disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik Semester 4 Prodi
Sarjana Terapan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :

DESTINE AFIFAH
NIM. P07134218043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya kepada Kita sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tes Fungsi Ginjal” ini tepat pada waktunya.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada Kita semua
yang membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin.

Yogyakarta, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

A. Anatomi Ginjal.................................................................................3

B. Tes Fungsi Ginjal.............................................................................5

C. Penyakit Gagal Ginjal.....................................................................10

BAB III KESIMPULAN.............................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal terletak retroperitoneal dalam rongga abdomen dan
berjumlah sepasang dan merupakan organ vital bagi manusia. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan menyebabkan gangguan
ginjal sering terlambat terdeteksi. Penyakit ginjal sering disertai penyakit
lain yang mendasarinya seperti diabetes melitus, hipertensi, dan
dislipidemia. Gejala dan keluhan pada gangguan ginjal stadium dini
cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan
klinis. (Verdiansah, 2016)
Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan
gangguan fungsinya disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Beberapa
pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan untuk mengevaluasi fungsi
ginjal dan identifi kasi gangguannya sejak awal. Hal ini dapat membantu
klinisi untuk melakukan pencegahan dan penatalaksanaan lebih awal agar
mencegah progresivitas gangguan ginjal menjadi gagal ginjal.
(Verdiansah, 2016)
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita
dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal secara cepat (akut) ataupun dapat menyebabkan penurunan
yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan
ampas yang toksik (racun) dalam darah. National Kidney Foundation
merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal:
tekanan darah pengukuran, cek spot untuk protein atau albumin dalam
urin, dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR) berdasarkan
pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah
memberikan informasi tambahan. (Sugianti,2015)

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi ginjal ?
2. Bagaimana pemeriksaan tes fungsi ginjal ?
3. Bagaimana pengertian dan pembagian penyakit gagal ginjal ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Ginjal


1. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-
otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas
mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang
dewasa  berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm,
kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal
kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara
120-150 gram. (Kuntarti, 2016)

3
4

Gambar 1. Letak Ginjal


Sumber : Power Point Kuntarti, 2016
5

Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima


kurang lebih 25 % darah cardiac output. Masing-masing ginjal

mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus sejak usia


35 minggu kehamilan. Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian
yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang
berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk
mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus.

Gambar 2. Nefron dan Glumerolus


Sumber : http://www.markijar.com/2018/02/7-bagian-nefron-lengkap-fungsi-dan-html?m=1

2. Fisiologi Ginjal
Menurut (Verdiansah,2016) ginjal memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut :
a. Pembuangan Non-protein Nitrogen Compound (NPN)
Fungsi ekskresi NPN ini merupakan fungsi utama ginjal. NPN
adalah sisa hasil metabolisme tubuh dari asam nukleat, asam
6

amino, dan protein. Tiga zat hasil ekskresinya yaitu urea, kreatinin,
dan asam urat.
b. Pengaturan Keseimbangan Air
Peran ginjal dalam menjaga keseimbangan air tubuh diregulasi
oleh ADH (Anti-diuretik Hormon). ADH akan bereaksi pada
perubahan osmolalitas dan volume cairan intravaskuler.
Peningkatan osmolalitas plasma atau penurunan volume cairan
intravaskuler menstimulasi sekresi ADH oleh hipotalamus
posterior, selanjutnya ADH akan meningkatkan permeabilitas
tubulus kontortus distalis dan duktus kolektivus, sehingga
reabsorpsi meningkat dan urin menjadi lebih pekat. Pada keadaan
haus, ADH akan disekresikan untuk meningkatkan reabsorpsi air.
Pada keadaan dehidrasi, tubulus ginjal akan memaksimalkan
reabsorpsi air sehingga dihasilkan sedikit urin dan sangat pekat
dengan osmolalitas mencapai 1200 mOsmol/L.1,6 Pada keadaan
cairan berlebihan akan dihasilkan banyak urin dan encer dengan
osmolalitas menurun sampai dengan 50 mOsmol/L.
c. Pengaturan Keseimbangan Elektrolit
Beberapa elektrolit yang diatur keseimbangannya antara lain
natrium, kalium, klorida, fosfat, kalsium, dan magnesium.
d. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
Setiap hari banyak diproduksi sisa metabolisme tubuh bersifat
asam seperti asam karbonat, asam laktat, keton, dan lainnya harus
diekskresikan. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa melalui
pengaturan ion bikarbonat, dan pembuangan sisa metabolisme
yang bersifat asam.
e. Fungsi Endokrin
Ginjal juga berfungsi sebagai organ endokrin. Ginjal mensintesis
renin, eritropoietin, 1,25 dihydroxy vitamin D3, dan prostaglandin.
B. Tes Fungsi Ginjal
7

Menurut (Asmoro,2016) dan (Verdiansah,2016) pemeriksaan


fungsi ginjal dapat dilakukan dengan uji-uji berikut :
1. Pemeriksaan kadar kreatinin
a. Nilai normal : 0,6 – 1,3 mg/dL SI : 62-115 μmol/L
b. Deskripsi :
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Kreatinin
dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin
fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam
darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya
akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal. Serum kreatinin berasal
dari masa otot, tidak dipengaruhi oleh diet, atau aktivitas dan
diekskresi seluruhnya melalui glomerulus. Tes kreatinin berguna
untuk mendiagnosa fungsi ginjal karena nilainya mendekati
glomerular filtration rate (GFR).
c. Implikasi klinik :
1) Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi
ginjal baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh
nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi
akut.
2) Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot,
atropi, malnutrisi atau penurunan masa otot akibat penuaan.
3) Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan
metildopa dapat mempengaruhi nilai kreatinin pada
pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti ada gangguan
fungsi ginjal.
4) Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan
fungsi ginjal pada pasien lanjut usia (lansia) dan pasien
malnutrisi akibat penurunan masa otot.
5) Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh
karena itu diperlukan waktu beberapa hari hingga kadar
8

kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi perbaikan


fungsi ginjal yang signifikan.
6) Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang
menurun 50 % hingga 30 % dari fungsi ginjal normal.
7) Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur
dan masa otot.
2. Klirens Kreatinin (Ccr)
a. Nilai normal
1) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
2) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
b. Deskripsi
Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari
zat tersebut dalam waktu tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam
mL/menit dan dapat dikoreksi dengan luas permukaan tubuh. Klirens
kreatinin merupakan pengukuran glomerulus filtration rate (GFR)
yang tidak absolut karena sebagian kecil kreatinin direabsorpsi oleh
tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin urin disekresikan oleh
tubulus. Namun, pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi
mengenai perkiraan nilai glomerulus filtration rate (GFR).

Perhitungan Klirens Kreatinin dari Konsentrasi Kreatinin Serum :


1) Menurut Traub SL dan Johnson CE, untuk anak 1 – 18 tahun

Keterangan:
 Ccr : klirens  Pcr : kadar kreatinin
kreatinin serum
 Ucr : kreatinin urin  1,73/A : faktor luas
 Vur : volume urin permukaan tubuh
dalam 24 jam
9

A adalah luas permukaan tubuh yang diukur dengan


menggunakan tinggi dan berat tubuh. Luas permukaan tubuh
pasien bervariasi berdasarkan keadaan tertentu seperti obesitas
ataupun anak-anak.
2) Metode Jelliffe, memperhitungkan umur pasien, pada umumnya
dapat dipakai untuk pasien dewasa yang berumur 20-80 tahun.
Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens kreatinin
untuk konsentrasi kreatinin serum yang sama.

Pria :Ccr=
[ 98−0,8 x ( umur−20 ) ]
Scr
Wanita : Hendaknya menggunakan 90% dari Ccr yang
diperoleh pada pria atau hasil dari pria x 0,90

3) Metode Cockroff dan Gault


Digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari
konsentrasi kreatinin serum pasien dewasa. Metode ini
melibatkan umur dan berat badan pasien.
{[ 140−Umur ( tahun ) ] xberat badan ( kg ) }
Pria :Ccr=
¿¿
Wanita : Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga
Ccr yang diperoleh pada pria atau hasil dari pria x 0,85
Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan
klirens :

Derajat kegagalan Klirens Kreatinin Serum Kreatinin


ginjal (mL/menit) (mg/dL)

Normal > 80 1,4


Ringan 57 – 79 1,5 - 1,9
Moderat 10 – 49 2,0 - 6,4
Berat < 10 > 6,4
Anuria 0 > 12
10

3. Pemeriksaan Kadar Ureum


a. Nilai normal
1) Spesimen Plasma atau serum
a) Pria : 8-20 mg/dL
b) Wanita : 6-20 mg/dL
2) Spesimen urin 24 jam : 12-20 g/hari
b. Deskripsi
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam
amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan
intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difi
ltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum sangat membantu
menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Klirens ureum merupakan
indikator yang kurang baik karena sebagian besar dipengaruhi diet.
(Verdiansah,2016)
Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan
nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil
hemodialisis. Kadar urea nitrogen dapat dikonversi menjadi ureum
perhitungan perkalian 2,14 yang melalui persamaan :

c.Implikasi klinik
Peningkatan ureum dalam darah disebut azotemia. Kondisi
gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat
tinggi dikenal dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya
dan memerlukan hemodialisis atau tranplantasi ginjal.
d.Metode
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur kadar
ureum serum, yang sering dipilih/digunakan adalah metode
enzimatik. Enzim urease menghidrolisis ureum dalam sampel
menghasilkan ion ammonium yang kemudian diukur. Ada metode
11

yang menggunakan dua enzim, yaitu enzim urease dan glutamat


dehidrogenase. Jumlah nicotinamide adenine dinucleotide (NADH)
yang berkurang akan diukur pada panjang gelombang 340 nm.
4. Tes tambahan lainnya
a.Pemeriksaan kadar asam urat
b.Pemeriksan Cystain C
c.Pemeriksaan β2 Microglobulin
d.Pemeriksaan Mikroalbuminuria
e.Pemeriksaan Inulin
f.Pemeriksaan Zat Berlabel Radioisotop

C. Penyakit Gagal Ginjal


Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Ginjal memiliki peran
vital dalam mempertahankan homeostasis. Berdasarkan keparahan
penyakit, gagal ginjal dapat dibagi menjadi lima stadium, meliputi :
1. Stadium 1 : Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi,
mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine) dengan
glomerular filtration rate (GFR) normal atau hampir normal, tepat atau
di atas 90 ml per menit ( 75% dari nilai normal.
2. Stadium 2 : Glomerular filtration rate antara 60 dan 89 ml per menit
(kira-kira 50% dari nilai normal), dengan tanda-tanda kerusakan ginjal.
Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda penurunan cadangan
ginjal. Nefron yang tersisa dengan sendirinya sangat rentan mengalami
kegagalan fungsi saat terjadi kelebihan beban. Gangguan ginjal lainnya
mempercepat penurunan ginjal.
3. Stadium 3 : Glomerular filtration rate antara 30 dan 59 ml per menit
(25%-50% dari nilai normal). Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada
stadium ini. Nefron terus-menerus mengalami kematian.
4. Stadium 4 : Glomerular filtration rate antara 15 dan 29 ml per menit
(12%-24% dari nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.
12

5. Stadium 5 : Gagal ginjal stadium lanjut. Laju filtrasi glomerulus


kuarang dari 15 ml per menit (< 12% dari nilai normal). Nefron yang
masih berfungsi tinggal beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi
tubulus ginjal.
Gagal ginjal juga digolongkan menjadi gagal ginjal akut, yang
terjadi mendadak dan biasanya reversible,dan gagal ginjal kronis, yang
terkait dengan hilangnya fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel.
Gagal ginjal kronis biasanya muncul setelah terjadi penyakit atau
kerusakan ginjal bertahun-tahun, tetapi bisa juga terjadi tiba-tiba pada
beberapa keadaan. Gagal ginjal kronis tidak diragukan lagi menyebabkan
dialisis ginjal, transplantasi, atau kematian.
BAB III

KESIMPULAN

Ginjal merupakan organ yang vital bagi manusia. Ginjal terletak


retroperitoneal dalam rongga abdomen dan berjumlah sepasang. Ginjal memiliki
beberapa fungsi penting yaitu untuk pembuangan Non-Protein-Coumpound
(NPN), pengatur keseimbangan air, pengatur keseimbangan elektrolit, pengatur
keseimbangan asam basa, serta memiliki fungsi endokrin yaitu dalam
menghasilkan hormon eitopotein yang berguna dalam eritopoesis atau
pembentukan eritrosit baru.

Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam mengidentifikasi dan


mengevaluasi fungsi ginjal. Pemeriksaan laboratorium tersebut antara lain
pemeriksaan kadar kreatinin, ureum, asam urat, Cystatin C, β 2 microglobulin,
inulin dan juga zat berlabel radioisotop. Pemeriksaan zat-zat di atas bertujuan
untuk menilai Glomerular Filtration Rate (GFR) ginjal. Penentuan GFR dapat
memberikan informasi mengenai fungsi ginjal pasien.

Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan


gangguan fungsinya disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Gangguan fungsi
tersebut yang pada akhirnya dapat menyabkan terjadinya gagal ginjal. Gagal
ginjal menurut tingkat keparahannya dibagi menjadi lima stadium. Gagal ginjal
juga digolongkan menjadi gagal ginjal akut, yang terjadi mendadak dan biasanya
reversible,dan gagal ginjal kronis, yang terkait dengan hilangnya fungsi ginjal
yang progresif dan irreversibel.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmoro, Ananda P. 2016. “ Pemeriksaan Fungsi Ginjal”. Laporan

Praktikum. Fakultas Farmasi. Jurusan Farmasi. Institut Sains Dan

Teknologi Nasional. Jakarta.

2. Sugianti, Iin. 2015. “Pemeriksaan Fungsi Ginjal”. Makalah. Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jurusan Farmasi-P2K.
Institut Sains Dan Teknologi Nasional. Jakarta.

3. Verdiansah. 2016. “Pemeriksaan Fungsi Ginjal”. CDK-237/ vol. 43 no. 2,

th. 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai