Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA KLINIS

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

Disusun Oleh :

Venny F0B016002

Krisdayanti F0B016007

Dosen Pengampu :

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 Anatomi Ginjal .................................................................................................... 3
2.2 Fungsi Ginjal ....................................................................................................... 4
III. METODOLOGI ...................................................................................................... 6
3.1 Pemeriksaan Kadar Ureum .................................................................................. 6
3.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin .............................................................................. 7
3.3 Pemeriksaan Kadar Asam Urat ........................................................................... 8
3.4 Pemeriksaan β2 Microglobulin............................................................................ 8
3.5 Pemeriksaan Inulin .............................................................................................. 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 10
4.1 Pemeriksaan Kadar Ureum ............................................................................... 10
4.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin ............................................................................ 12
4.3 Pemeriksaan Kadar Asam Urat ......................................................................... 14
4.4 Pemeriksaan β2 Microglobulin.......................................................................... 15
4.5 Pemeriksaan Inulin ............................................................................................ 15
V. KESIMPULAN ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit merupakan hal terburuk bagi tubuh kita . Kebanyakan dari kita
menganggap remeh sebuah gejala yang terjadi dalam tubuh dan di biarkan begitu
saja, padahal tanpa kita sadari gejala tersebut akan berubah menjadi penyakit yang
akan menggerogoti tubuh kita . Hal ini di karenakan kurangnya pengetahuan kita
akan gejala yang terjadi pada tubuh kita sendiri. Manusia memiliki sepasang ginjal
yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan
tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk,
satu di setiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200
liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan
air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang
disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air
seni.
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan
banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa
metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan
menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah
dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme
disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni.
Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Selain
mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu erythropoietin atau
EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin,
yang mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu
mempertahankan kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang normal
dalam tubuh.
Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan
fungsinya disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Beberapa pemeriksaan

1
laboratorium telah dikembangkan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan identifikasi
gangguannya sejak awal. Hal ini dapat membantu klinisi untuk melakukan
pencegahan dan penatalak-sanaan lebih awal agar mencegah progre-sivitas gangguan
ginjal menjadi gagal ginjal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Pemeriksaan ginjal

2. Parameter pemeriksaan ginjal

3. Jenis-jenis pemeriksaan ginjal

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ginjal


Setiap manusia mempunyai dua ginjal dengan berat masing-masing ± 150
gram.4 Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis
dekstra yang besar.4 Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa.4 Korteks renalis terdapat di bagian luar yang berwarna cokelat gelap dan
medula renalis di bagian dalam berwarna cokelat lebih terang.4 Bagian medula
berbentuk kerucut disebut pelvis renalis, yang akan terhubung dengan ureter sehingga
urin yang terbentuk dapat lewat menuju vesika urinaria.
Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25%
darah cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang
berkembang dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron
terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding
tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk
mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan
3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi
dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus.

Gambar 1. Ginjal dan nefron

3
Terdapat kurang lebih satu juta nefron yang merupakan unit fungsional ginjal
dalam setiap ginjal.4 Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, tubulus kontortus distalis dan tubulus kolektivus. Glomerulus
merupakan unit kapiler yang disusun dari tubulus membentuk kapsula Bowman.
Setiap glomerulus mempunyai pembuluh darah arteriola afferen yang membawa
darah masuk glomerulus dan pembuluh darah arteriola efferen yang membawa darah
keluar glomerulus. Pembuluh darah arteriola efferen bercabang menjadi kapiler
peritubulus yang memperdarahi tubulus. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat
pembuluh kapiler, yaitu arteriola yang membawa darah dari dan menuju glomerulus,
serta kapiler peritubulus yang memperdarahi jaringan ginjal.

2.2 Fungsi Ginjal


Pembuangan Non-protein Nitrogen Compound (NPN)
Fungsi ekskresi NPN ini merupakan fungsi utama ginjal. NPN adalah sisa
hasil metabolisme tubuh dari asam nukleat, asam amino, dan protein. Tiga zat hasil
ekskresinya yaitu urea, kreatinin, dan asam urat.

Pengaturan Keseimbangan Air


Peran ginjal dalam menjaga keseimbangan air tubuh diregulasi oleh ADH
(Anti-diuretik Hormon). ADH akan bereaksi pada perubahan osmolalitas dan volume
cairan intravaskuler. Peningkatan osmolalitas plasma atau penurunan volume cairan
intravaskuler menstimulasi sekresi ADH oleh hipotalamus posterior, selanjutnya
ADH akan meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distalis dan duktus
kolektivus, sehingga reabsorpsi meningkat dan urin menjadi lebih pekat. Pada
keadaan haus, ADH akan disekresikan untuk meningkatkan reabsorpsi air. Pada
keadaan dehidrasi, tubulus ginjal akan memaksimalkan reabsorpsi air sehingga
dihasilkan sedikit urin dan sangat pekat dengan osmolalitas mencapai 1200
mOsmol/L. Pada keadaan cairan berlebihan akan dihasilkan banyak urin dan encer
dengan osmolalitas menurun sampai dengan 50 mOsmol/L.

4
Pengaturan Keseimbangan Elektrolit

Beberapa elektrolit yang diatur keseim-bangannya antara lain natrium,


kalium, klorida, fosfat, kalsium, dan magnesium.

Pengaturan Keseimbangan Asam Basa

Setiap hari banyak diproduksi sisa metabolisme tubuh bersifat asam seperti
asam karbonat, asam laktat, keton, dan lainnya harus diekskresikan.1,6 Ginjal me-
ngatur keseimbangan asam basa melalui pengaturan ion bikarbonat, dan pem-
buangan sisa metabolisme yang bersifat asam.

Fungsi Endokrin

Ginjal juga berfungsi sebagai organ endokrin. Ginjal mensintesis renin,


eritropoietin, dihydroxy vitamin D3, dan prostaglandin. dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal. Metode pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur
zat sisa metabolisme tubuh yang diekskresikan melalui ginjal seperti ureum dan
kreatinin.

5
III. METODOLOGI

3.1 Pemeriksaan Urin


Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes
yang seringkali pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai. Pada tahapan ini
yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat
yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan
sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau
setelah bangun tidur dan urin sewaktu adapun parameter yang diuji adalah warna,
bau, volume, darah, fospat dan nanah, berat jenis, bakteri dan protein,

3.2 Pemeriksaan Kadar Ureum


Pengukuran ureum serum dapat di-pergunakan untuk mengevaluasi fungsi
ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit
ginjal, dan menilai hasil hemodialisis. Kadar urea nitrogen dapat dikonversi menjadi
ureum dengan cara perhitungan perkalian yang melalui persamaan.

ammonium yang kemudian diukur. Ada metode yang menggunakan dua enzim, yaitu
enzim urease dan glutamat dehidrogenase. Jumlah nicotinamide adenine dinucleotide
(NADH) yang ber kurang akan diukur pada panjang gelombang 340 nm.
Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur ureum antara lain dapat dilihat
pada
Tabel 1. Metode Pemeriksaan Kadar Uream

6
3.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Klirens Kreatinin
Pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30 menit sebelum
percobaan dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai habis.
Dilakukan pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24 jam untuk
penderita yang dirawat dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat
dengan menit serta volume urin yang ditampung. Pada waktu porsi urin yang terakhir
dikeluarkan, diambil darah pasien untuk penetapan kreatinin darah. Jenis sampel
untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml
sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup
hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Tinggi dan
berat badan juga diukur.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan perhitungan. Klirens suatu zat adalah
volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam waktu tertentu. Klirens
kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat dikoreksi dengan luas permukaan
tubuh. Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut karena
sebagian kecil kreatinin di-reabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin
urin disekresikan oleh tubulus. Namun, pengukuran klirens kreatinin mengenai
perkiraan nilai GFR dapat menggunakan persamaan berikut :

Keterangan :
Ccr : klirens kreatinin
Ucr : kreatinin urin
Vur : volume urin dalam 24 jam
Pcr : kadar kreatinin serum
1,73/A : faktor luas permukaan tubuh

7
A adalah luas permukaan tubuh yang diukur dengan menggunakan tinggi dan berat
tubuh. Luas permukaan tubuh pasien bervariasi berdasarkan keadaan tertentu seperti
obesitas ataupun anak-anak.

Estimated Glomerular Filtration Rate

The National Kidney Foundation me-rekomendasi bahwa estimated GFR


(eGFR) dapat diperhitungkan sesuai dengan kreatinin serum. Perhitungan GFR
berdasarkan kreatinin serum, usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan ras tanpa
membutuhkan kadar kreatinin urin menggunakan persamaan Cockcroft and Gault.

Klirens kreatinin merupakan pemeriksaan yang mengukur kadar kreatinin


yang di-filtrasi di ginjal. GFR dipergunakan untuk mengukur fungsi ginjal.

3.3 Pemeriksaan Kadar Asam Urat


Salah satu metode pemeriksaan yang dipergunakan untuk memeriksa asam
urat adalah metode caraway dan metode coupled enzyme. Bahan pemeriksaan untuk
asam urat berupa heparin plasma, serum, dan urin. Diet akan mempengaruhi kadar
asam urat.

3.4 Pemeriksaan β2 Microglobulin


Pengukuran kadar β2 microglobulin serum memberikan informasi gangguan
fungsi tubulus pada pasien transplantasi ginjal dan adanya peningkatan kadar β2
microglobulin me-nunjukkan adanya penolakan organ tersebut. β2 microglobulin
merupakan penanda yang lebih efektif dibandingkan dengan kreatinin serum dalam
menilai keberhasilan transplantasi ginjal karena β2 microglobulin tidak dipengaruhi
oleh massa otot. Pemeriksaan β2 microglobulin dilakukan dengan menggunakan
metode Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA).

8
3.5 Pemeriksaan Inulin
Adapun cara pemeriksaan kliren inulin yaitu 25 mL inulin 10% diinjeksi
intravena diikuti dengan pemberian 500 mL inulin 1,5% dengan kecepatan 4
mL/menit. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengumpulkan urin setiap 20
menit sebanyak 3 kali. Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan inulin juga
dilakukan pada awal dan akhir periode pengumpulan urin.
Pengukuran Inulin saat ini lebih sering dilakukan dengan menggunakan
inulinase. Inulinase adalah uatu enzim yang mengubah inulin menjadi fruktosa. Kadar
fruktosa kemudian ditentu-kan dengan bantuan sorbitol dehydrogenase dan
pengukuran kadar dilakukan secara fotometris pada panjang gelombang 340 nm.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemeriksaan Urin


Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat
pengeluaran agar unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur
selular. Apabila perlu jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka
diusahakan dengan menempatkan penampung urin dalam pendingin atau
menggunakan pengawet seperti toluene, formalin 40%, dll. Dilakukan pengolahan
sampel urin untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar pada sentrifuge 1500-
2000 rpm. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur dengan sedimen.
Pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan berat
jenis), mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal,
bakteri, dan parasit), seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton,
bilirubin, urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin
saat ini kebanyakan dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup
(test strip). Jika terdapat hasil yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi
menggunakan metode gold standar.
Parameter – parameter pemeriksaan dalam urin dipengaruhi oleh cara
pengambilan specimen yang tidak bersih/steril, persiapan pasien seperti makanan,
minuman atau obat yang dikonsumsi sebelumnya, waktu penyimpanan sampel, suhu,
cahaya matahari, kontaminasi udara, temperatur dan pH.
Parameter Urin Normal
Volume 800-1600 mL/24 jam
Warna Kuning muda
Bau Amoniak
Darah Tidak ada
Bakteri Tidak ada
Berat Jenis 1,002-1,035 mg/L
pH 4,8-7,5

10
4.1 Pemeriksaan Kadar Ureum
Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin. Jika
bahan plasma harus menghindari penggunaan antikoagulan natrium citrate dan
natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat urease.
Ureum urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri. Hal ini dapat diatasi dengan
menyimpan sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa.
Peningkatan ureum dalam darah disebut azotemia. Kondisi gagal ginjal yang
ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi dikenal dengan istilah uremia.
Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan hemodialisis atau tranplantasi ginjal.
Peningkatan ureum dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu pra-renal, renal, dan
pasca-renal.
Azotemia pra-renal adalah keadaan peningkatan kadar ureum yang
disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal. Berkurangnya darah di ginjal
membuat ureum makin sedikit difiltrasi. Beberapa faktor penyebabnya yaitu penyakit
jantung kongestif, syok, perdarahan, dehidrasi, dan faktor lain yang menurunkan
aliran darah ginjal.
Peningkatan ureum darah juga terjadi pada keadaan demam, diet tinggi
protein, terapi kortikosteroid, perdarahan gastrointestinal karena peningkatan kata-
bolisme protein. Penurunan fungsi ginjal juga meningkatkan kadar urea plasma
karena ekskresi urea dalam urin menurun. Hal ini dapat terjadi pada gagal ginjal akut
atau pun kronis, glomerulonefritis, nekrosis tubuler, dan penyakit ginjal lainnya.
Azotemia pasca-renal ditemukan pada obstruksi aliran urin akibat batu ginjal, tumor
vesika urinaria, hiperplasia prostat, dan juga pada infeksi traktus urinarius berat.
Penurunan kadar ureum plasma dapat disebabkan oleh penurunan asupan
protein, dan penyakit hati yang berat. Pada kehamilan juga terjadi penurunan kadar
ureum karena adanya peningkatan sintesis protein. Pengukuran kadar ureum juga
dapat dilakukan menggunakan perbandingan ureum/kreatinin. Nilai perbandingan
normal berkisar antara 10:1 sampai dengan 20:1.
Pada gangguan pra-renal ureum plasma cenderung meningkat sedangkan
kadar kreatinin plasma normal, sehingga perbandingan ureum/kreatinin meningkat.

11
Peningkatan perbandingan ureum/kreatinin dengan peningkatan kadar kreatinin
plasma dapat terjadi pada gangguan pasca-renal. Penurunan perbandingan
ureum/kreatinin terjadi pada kondisi penurunan produksi ureum seperti asupan
protein rendah, nekrosis tubuler, dan penyakit hati berat.

4.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin


Klirens Kreatinin
Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat
yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari
metabolisme energi otot, diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding
dengan massa otot individu . Karena tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga semua
kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah waktu tertentu diekskresikan ke dalam
urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat spesifik untuk fungsi ginjal.
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit
lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-
0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.
Kreatinin klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 )
mL/menit. Untuk orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang
1% per tahun. Uji klirens kreatinin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kehamilan,
massa otot atau berat badan, diet atau asupan makanan, konsumsi obat dan proses
pengumpulan urin 12 jam atau 24 jam. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan
atau riwayat pasien, pengolahan sampel dan kondisi sampel seperti: hemolysis,
bilirubin dan lipemik yang dapat menyebabkan false negative. Asam askorbat,
glukosa, dan beberapa antibiotik juga mempengaruhi hasil. Jika kadar kreatinin
melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.

12
Pengukuran klirens kreatinin dengan menggunakan perhitungan telah men-
jadi standar untuk menentukan GFR. Perhitungannya tergantung pada kadar kreatinin
serum dibandingkan dengan kadar kreatinin urin yang diekskresikan dalam 24 jam.
Pengumpulan bahan urin untuk pemeriksaan GFR dilakukan dalam 24 jam. Wadah
yang digunakan untuk pengumpulan urin sebaiknya bersih, kering, dan bebas dari zat
pengawet. Bahan urin yang dikumpulkan disimpan dalam refrigerator selama pe-
ngumpulan sebelum diperiksakan. Volume urin yang dikumpulkan diukur
keseluruhan untuk kemudian dimasukkan ke dalam formula perhitungan.

Tabel 2. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Estimated Glomerular Filtration Rate

Kreatinin dapat diukur dari plasma, serum, atau urin. Bahan pemeriksaan yang
hemolisis dan ikterik harus dihindari jika menggunakan metode Jaffe. Bahan
pemeriksaan yang lipemik dapat mengganggu perubahan warna yang terjadi saat
reaksi berlangsung. Tidak diperlukan puasa untuk pemeriksaan kreatinin karena tidak
dipengaruhi oleh diet protein.
Tabel 3. Nilai Rujukan Kadar Kreatini

Asam askorbat, glukosa, α-ketoacid, dan asam urat meningkatkan kadar kreatinin jika
menggunakan metode Jaffe karena perubahan warna yang dihasilkan semakin tua.

13
Bilirubin menurunkan kadar kreatinin pada pemeriksaan metode jaffe ataupun
enzimatik. Asam askorbat juga dapat mengganggu metode enzimatik yang
menggunakan enzim peroksidase. Pada pasien yang meminum antibiotik sefalosporin
dapat menyebabkan pe-ningkatan kadar kreatinin palsu pada metode Jaffe. Dopamine
juga memberikan peningkatan palsu kadar kreatinin baik pada metode Jaffe ataupun
enzimatik

4.3 Pemeriksaan Kadar Asam Urat


Metode caraway menggunakan reaksi oksidasi asam urat yang dilanjutkan
reduksi asam fosfotungstat pada suasana alkali menjadi tungsten blue. Metode yang
menggunakan enzim uricase yang mengkatalisis oksidasi asam urat menjadi
allantoin. Perbedaan absorbansi sebelum dan sesudah inkubasi dengan enzim uricase
sebanding dengan kadar asam urat.
Metode coupled enzyme mengukur hidrogen peroksida yang dihasilkan dari
perubahan asam urat menjadi allantoin. Enzim peroksidase dan katalase digunakan
sebagai indikator katalis reaksi kimia. Warna yang dihasilkan sebanding dengan
kadar asam urat pada bahan pemeriksaan. Bilirubin dan asam urat dapat menjadi
faktor peng -ganggu pada metode coupled enzyme.

Tabel 4. Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat

14
4.4 Pemeriksaan β2 Microglobulin
β2 microglobulin adalah small nonglycosylated peptide dengan berat molekul
11.800 Da yang ditemukan pada permukaan sel berinti. Membran plasma β2
microglobulin berikatan erat dengan cairan ekstraseluler.
Kadar β2 microglobulin stabil pada orang normal. Peningkatan kadar β2
microglobulin menunjukkan adanya peningkatan meta-bolisme seluler yang sering
terjadi pada penyakit mieloproliferatif dan limfo-proliferatif, inflamasi, dan gagal
ginjal. β2 microglobulin mempunyai ukuran yang kecil, sehingga dapat dengan
mudah difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 99% β2 microglobulin direabsorpsi oleh
tubulus proksimal dan dikatabolisme.
Pengukuran kadar β2 microglobulin serum memberikan informasi gangguan
fungsi tubulus pada pasien transplantasi ginjal dan adanya peningkatan kadar β2
microglobulin me-nunjukkan adanya penolakan organ tersebut. β2 microglobulin
merupakan penanda yang lebih efektif dibandingkan dengan kreatinin serum dalam
menilai keberhasilan transplantasi ginjal karena β2 microglobulin tidak dipengaruhi
oleh massa otot.
Pemeriksaan β2 microglobulin dilakukan dengan menggunakan metode
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA). Protein ini difiltrasi glomerulus dan
diabsorpsi oleh tubulus proksimal atau diekskresikan ke dalam urin, sehingga protein
ini dapat digunakan sebagai penanda untuk menilai GFR.

4.5 Pemeriksaan Inulin


Fructose polymer inulin dengan berat molekul 5.200 Da merupakan penanda
yang ideal untuk glomerular filtration rate. Inulin bersifat inert dan dibersihkan
secara menyeluruh oleh ginjal. Klirens inulin menggambarkan fungsi filtrasi ginjal
karena inulin merupakan zat yang difiltrasi bebas, tidak direabsorpsi, dan tidak
disekresikan oleh tubulus ginjal. Pasien berpuasa terlebih dahulu sebelum
pemeriksaan kliren inulin dilakukan. Adapun cara pemeriksaan kliren inulin yaitu 25
mL inulin 10% diinjeksi intravena diikuti dengan pemberian 500 mL inulin 1,5%
dengan kecepatan 4 mL/menit. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk

15
mengumpulkan urin setiap 20 menit sebanyak 3 kali. Pengambilan darah vena untuk
pemeriksaan inulin juga dilakukan pada awal dan akhir periode pengumpulan urin.
Penggunaan inulin untuk menilai fungsi ginjal membutuhkan laju infus intravena
yang konstan untuk mempertahankan tingkat plasma dan kadar puncak yang telah
dicapai.
Pengukuran Inulin saat ini lebih sering dilakukan dengan menggunakan
inulinase. Inulinase adalah suatu enzim yang mengubah inulin menjadi fruktosa.
Kadar fruktosa kemudian ditentu-kan dengan bantuan sorbitol dehydrogenase dan
pengukuran kadar dilakukan secara fotometris pada panjang gelombang 340 nm.
Namun pemeriksaan inulin membutuhkan prosedur khusus yang membutuhkan
waktu, observasi, harganya cukup mahal dan tidak dapat dilakukan untuk pasien
rawat jalan.

16
V. KESIMPULAN
Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi untuk melakukan beberapa
fungsi penting dalam metabolisme tubuh. Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi fungsi ginjal. Pada saat ini
telah dikembangkan beberapa pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk
menilai fungsi ginjal.
Pemeriksaan laboratorium tersebut antara lain pemeriksaan urin, kadar
kreatinin, ureum, asam urat, Cystatin C, β2 microglobulin, dan inulin.
Pemeriksaan zat-zat di atas bertujuan untuk menilai GFR ginjal. Penentuan
GFR dapat memberikan informasi mengenai fungsi ginjal pasien. Pemilihan
pemeriksaan laboratorium yang tepat dapat memberi-kan informasi yang akurat
mengenai fungsi ginjal pasien. Hal ini dapat membantu dokter klinisi dalam
melakukan pencega-han dan penatalaksanaan lebih awal untuk mencegah
progresivitas gangguan ginjal menjadi gagal ginjal.

17
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Baron, D. N, 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Text Book of
Chemical
Pathology) Edisi 4. EGC. Jakarta.
Bishop L. Michael, Duben L, Janet – Kirk Engelel, Fody P. Edward.
2000. Clinical
Chemistry: Principles,Procedures, Correlations Edisi 4. Lippincott
Williams
& Willkins (A Wolters Kluwer Company). Baltimore.
Guyton, Arthur C. 2006. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Murray, Robert, K.Darylk, Granner, Peter, A.mayos, Victor, W.Rodwell.
2003. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.
NIDDK. 2009. The Kidneys and How They Work. Tersedia di
http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/yourkidneys/ [diakses
tanggal 10 september 2018]
Sacher, R. A., dan R. A, McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Widman, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium.Edisi 9. Terj. : Gandasoebroto,et al. EGC. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai