NIM : 1614042026
kelompok : V (Lima)
dinyatakan diterima.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….…………i
DAFTAR ISI….…………………………………………………………………..ii
C. Tujuan Praktikum……………………………………………………………....3
E. Manfaat Praktikum……………………………………………………………..3
A. Hasil Pengamatan…………………………………………………………….15
B. Pembahasan…………………………………………………………………...18
BAB V PENUTUP………………………………………..……………………...20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..……………………..21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan adalah ciri yang membedakan objek yang memiliki isyarat dan
proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang tidak memilikinya,
baik karena fungsi-fungsi tersebut telah mati atau karena mereka tidak memiliki
fungsi tersebut dan diklasifikasikan sebagai benda mati. Ilmu yang berkaitan
Proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup pada hakikatnya
adalah mengubah molekul kompleks yang syarat akan energi menjadi molekul-
molekul sederhana yang tidak lagi mengandung energi. Misalnya saja pada proses
makanan untuk dapat memproduksi energi. Di samping itu, proses ini juga
organ yang memiliki peranan penting dalam proses tersebut. Beberapa organ
penting tersebut ialah ginjal, hati, kulit, paru-paru, dan anus. Zat-zat sisa hasil dari
proses metabolisme yang tidak lagi dimanfaatkan akan dikeluarkan melalui organ-
organ tersebut. Namun ada kalanya sistem eksresi pada manusia dan hewan
dalam tubuhnya. Proses biologis ini akan menghasilkan zat sisa yang tidak
berguna bagi tubuh. Bila kadar zat-zat sisa tersebut di dalam tubuh berlebihan,
akan membahayakan tubuh kita sendiri. Oleh karena itu, zat-zat sisa tersebut
sebagian berupa gas dan cairan. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan dari dalam
yaitu paru-paru, hati, kulit, dan ginjal. Alat-alat tersebut sekaligus berfungsi untuk
menjaga stabilitas suhu tubuh atau homeostatis agar tetap dalam kondisi normal.
Salah satu bentuk zat yang dikeluarkan atau diekskresikan dari tubuh adalah urin.
Urin merupakan produk limbah yang disaring oleh ginjal yang berasal dari
darah dan berwarna kekuningan tergantung pada proporsi zat limbah pada air seni.
Warna kuning tersebut berasal dari urochrome, zat yang dihasilkan oleh pemecah
hemoglobin yang merupakan protein pembawa oksigen dalam sel darah merah.
Dalam mata kuliah anatomi dan fisiologi manusia sendiri, kita telah mengenal
adanya sistem eksresi. Istilah ekskresi ini sebenarnya sangat erat kaitannya
dengan osmoregulasi atau pengaturan osmosis dalam sel. Urin ini merupakan
hasil ekskresi dari ginjal atau organ sistem eksresi itu sendiri.
Organ yang memiliki peranan penting itu yaitu ginjal yang terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu kapsul, korteks dan medulla. Kapsul adalah bagian terluar
pengamatan pada air seni yang diproduksi oleh manusia setiap saatnya.
Praktikum uji fungsi ginjal menggunakan urin sebagai produk hasil ekskresi
terhadap fungsi ginjal. Selain itu kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang
dapat memengaruhi rusaknya kerja ginjal pada tubuh manusia. bagaimana hal
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melakukan uji fungsi ginjal secara
sederhana.
D. Manfaat Praktikum
Salah satu organ yang mengekskresikan urin, yaitu berupa ginjal. Dalam
kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari:
kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada
bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah.
Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk
urin. Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam.Di tiap ginjal terdapat bukaan
yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter
4
5
(Yaswir, 2012).
Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup.
bahan kimia asing; pengatur tekanan arteri, sekresi hormon, dan glukoneogenesis.
Jika ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, akan terlihat dua bagian utama yaitu
korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam. Unit terkecil dari ginjal
adalah nefron. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru sehingga apabila terjadi
trauma pada ginjal, penyakit ginjal, atau terjadi penuaan normal, akan terjadi
Sebagian besar dari air yang disaring pada glomerulus (80-85%) tidak
boleh tidak harus diserap kembali dalam tubul proksimal. Berbagai jumlah dari
sisanya diserap kembali dalam tubul distal dan saluran pengumpul sesuai dengan
keperluan air dalam tubuh. Penyerapan kembali yang selektif ini diatur oleh suatu
mengurangi volume urin yang terbentuk. Karena tindakannya ini, maka hormone
itu dinamai hormone anti diuretic atau ADH (diuresis = ekskresi urin yang
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang
pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin
hitam, bru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin tidak
pemecahan hemoglobin atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna
menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah
akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat
(Khidri, 2004).
pengumpul menguras urin dari beberapa nefron ke dalam pelvis ginjal. Lalu urin
itu mengalir dari ginjal ke gelembung melewati saluran, yaitu ureter. Gelembung
itu adalah organ berotot yang kosong yang menggembung ketika urin masuk ke
dalamnya dari kedua ginjal. Bila kantung kemih ini berisi urin, maka sphingter
garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah dan pengeluaran bahan
buangan dan kelebihan garam, sistem pengaliran air kemih (urine) adalah sebagai
kencing) → uretra → kemudian keluar dari tubuh. Pada kaliks ginjal air kemih
7
keluar dengan ritme getar peristaltik. Ritme getar peristaltik terjadi dengan adanya
aebesar 760 cc. Seseorang yang kandung kencingnya tidak mencapai 760 cc
tergantung jenis makanan dan volume air minum. Urin biasanya jernih, berwarna
sedikit kuning yang disebabkan oleh warna urobilinogen. Makin peka urin makin
kuning-coklatlah warnanya dan makin tinggi berat jenisnya. Berat jenis urin
normal ialah 1,002 -1,035. Urin yang keruh biasanya menunjukkan adanya kristal
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang
pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin
hitam, bru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin tidak
pemecahan hemoglobin atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna
menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah
akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat
(Khidri, 2004).
8
Penentuan berat jenis urin merupakan barometer untuk mengukur jumlah solid
yang terlarut dalam urin. Penentuan BJU dapat dilakukan dengan metode
data yang dihasilkan cukup teliti. Prinsip penetapan dengan urinometer yaitu BJU
diukur dengan temperatur urin berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Metode
berat jenis urin berkorelasi dengan warna urin, sehingga dapat digunakan untuk
jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi
zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan
ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Berat jenis urin sangat erat
hubungannya dengan diuresis, makin besar diuresis makin rendah berat jenisnya,
Berat jenis urine normal berkisar 1,003 – 1,030 (Soewolo). Berat jenis
(Gandasoebrata, 2006). Efek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus
pemekatan di ginjal. Penetapan berat jenis urin biasanya cukup teliti dilakukan
9
dengan menggunakan urinometer (Tim Dosen UNJ, 2010). Berat jenis urine yang
dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan Berat jenis kurang dari 1.018, kadar
glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna
radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan
Berat jenis urine mencerminkan sifat dan jumlah zat padat yang terlarut
dalam urine misalnya glukosa,karena glukosa memilki sifat sebagai pereduksi dan
sebagai partikel yang padat. Berat jenis urine rendah dapat dijumpai pada
Diabetes Insifidus dengan berat jenis berkisar antara 1.001- 1.003 dan juga pada
,2010). Faktor yang mempengaruhi berat jenis urine adalah: Makanan, obat-
obatan, perombakan bakteri dan ureum (bau amoniak), dan adanya ketonuria
Berat jenis urine tinggi dapat dijumpai pada keadaan insufisiensi adrenal,
kelainan hati, payah jantung dan kehilangan cairan badan yang berlebihan
refraktometer. Penetapan berat jenis urine biasanya cukup teliti dengan urinometer
Bila urine pekat terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urine
encer terjadi ekresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut, kedua hal ini
memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh
10
(Gandasoebrata, 2006). Pemeriksaan berat jenis urine dapat dilakukan dengan cara
terisi kemih (Price dan loraine, 2005). Urinometer akan mengapung pada angkat
dekat ujung yang menwentukan berat jenis secara langsung, untuk meyakinkan
1. Alat :
b. Urinometer
c. Batang pengaduk
d. Gelas plastik
2. Bahan :
a. Urin probandus
b. Air tawar
c. Air isotonis
d. Air teh
e. Kapas
C. Langkah Kerja
1. Puasa
12
a. Probandus mulai berpuasa pada pukul 4 sore atau 1 hari sebelum pelaksanaan
praktikum.
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu menuangkan urin pada gelas
d. Menambahkan air hingga volume pada gelas ukur mencapai 50 mL, tambahan
pengaduk agar lebih mudah dibaca. Skala pada urinometer ini sebagai berat jenis
a. Probandus mulai berpuasa pada pukul 4 sore atau 1 hari sebelum pelaksanaan
praktikum.
b. Probandus bangun pada pukul 4 pagi untuk mengosongkan kandung kemih dan
pada pukul 5 pagi, mengambil urin sebagai sampel I kemudian probandus minum
air isotonis sebanyak 1200 mL hingga pengambilan sampel ke-VI dengan selang
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu menuangkan urin pada gelas
pengaduk agar lebih mudah dibaca. Skala pada urinometer ini sebagai berat jenis
a. Probandus yang diperlukan mulai berpuasa pada pukul 21.00 atau 1 hari
b. Probandus bangun pada pukul 4 pagi untuk mengosongkan kandung kemih dan
pada pukul 5 pagi, mengambil urin sebagai sampel I, setelah itu probandus
minum air teh sebanyak 1200 mL hingga pengambilan sampel ke-VI dengan
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu menuangkan urin pada gelas
d. Menambahkan air hingga volume pada gelas ukur mencapai 50 mL, tambahan
pengaduk agar lebih mudah dibaca. Skala pada urinometer ini sebagai berat jenis
4. Minum Air
a. Probandus mulai berpuasa pada pukul 4 sore atau 1 hari sebelum pelaksanaan
14
praktikum.
b. Probandus bangun pada pukul 4 pagi untuk mengosongkan kandung kemih dan
pada pukul 5 pagi, mengambil urin sebagai sampel, setelah itu probandus minum
air sebanyak 1200 mL hingga pengambilan sampel ke-VI dengan selang waktu
setengah jam.
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu menuangkan urin pada gelas
d. Menambahkan air hingga volume pada gelas ukur mencapai 50 mL, tambahan
pengaduk agar lebih mudah dibaca. Skala pada urinometer ini sebagai berat jenis
5. Kontrol
tetap makan dan minum tetapi pengambilan urinnya sama dengan kegiatan
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Puasa
Vc Va Vu
SC Sa
PROBANDUS SAMPEL (mL (mL (Vc-Va)
(Kg/m3) (Kg/m3)
) ) (mL)
I 30 8 1 15 15
Hardianto
II 30 5 1 15 15
15
16
I 30 2 1 15 15
II 30 0,8 1 15 15
Nur Afni
III 30 1 1 15 15
IV 30 0,6 1 15 15
III 30 2 1 15 15
B. Analisis Data
(𝑆𝑐 .𝑉𝑐)−(𝑆𝑎 . 𝑉𝑎)
Su =
𝑉𝑢
1. Puasa
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel I, Su = 𝑉𝑢
8.30−1.15
= 15
= 15 Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel II, Su = 𝑉𝑢
5.30−1.15
= 15
= 9 Kg/m3
2. Minum Air Isotonis
17
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel I, Su = 𝑉𝑢
5.30−1.15
= 15
= 9 Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel II, Su = 𝑉𝑢
2.30−1.15
= 15
= 3 Kg/m3
= 3Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel II, Su = 𝑉𝑢
0,8.30−1.15
= 15
= 0,6Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel III,Su = 𝑉𝑢
1.30−1.15
= 15
= 1Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel IV,Su = 𝑉𝑢
0,6.30−1.15
= 15
= 0,2Kg/m3
5. Kontrol
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel I, Su = 𝑉𝑢
18
6.30−1.15
= 15
= 11Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel II, Su = 𝑉𝑢
1.30−1.15
= 15
= 1Kg/m3
𝑆𝑐.𝑉𝑐−𝑆𝑎.𝑉𝑎
Sampel III, Su = 𝑉𝑢
2.30−1.15
= 15
= 3Kg/m3
B. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan percobaan uji fungsi ginjal dengan sampel
probandus yang puasa, minum air isotonis, minum air teh, minum air, dan sebagai
kontrol. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin. Berat jenis
air. Berat jenis dipengaruhi oleh berat dan jenis zat terlarut. Terdapatnya zat-zat
terlarut dalam urin, seperti glukosa, protein akan meningkatkan berat jenis
(Yaswir, 2012).
1. Probandus Puasa
berat jenis urin pada sampel I adalah 15 kg/mL dan pada sampel II adalah 9
kg/mL. Jika berdasarkan teori dimana orang yang berpuasa memiliki berat jenis
urine ≥ 1,035. Tingginya berat jenis urin disebabkan karena kurangnya air yang
diserap ginjal dari darah, tentunya hal tersebut karena perlakuan pada probandus
adalah 9 kg/mL dan data pada sampel II adalah 3 kg/mL. Hal ini tidak sesuai
dengan teori bahwa berat jenis urin orang yang minum cairan isotonis adalah ≤
1,001. Hal ini membuktikan bahwa berat jenis urin probandus tidak normal atau
Berdasarkan hasil pengamatan maka diketahui bahwa berat jenis urin pada
sampel I adalah 13 kg/mL dan data pada sampel II adalah 2 kg/mL. Berdasarkan
teori bahwa berat jenis urine, tergantung dari jumlah air yang larut di dalam urin
atau terbawa di dalam urin. Apabila ginjal mengencerkan urine maka berat
jenisnya kurang dari 1010. apabila ginjal memekatkan urine maka berat jenis
sampel I adalah 3 kg/mL, data pada sampel II adalah 0,6 kg/mL, data pada sampel
III adalah 1 kg/mL dan data pada sampel IV adalah 0,2 kg/mL. Berdaskan teori
5. Probandus Kontrol
probandus pada sampel I adalah 11 kg/mL, pada sampel II adalah 1 kg/mL dan
data pada sampel III adalah 3 kg/mL. Berdasarkan teori bahwa ciri-ciri urin yang
normal jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari dengan catatan tergantung jumlah air
yang diminum. Berdasarkan teori bahwa berat jenis urin kontrol adalah antara
1,001-1,035.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, dapat kita simpulkan bahwa perbedaan air yang
diminum. Dimana semakin banyak air yang diminum, maka semakin banyak pula
air yang dapat diserap oleh ginjal dari darah sehingga urin menjadi lebih encer dan
berat jenisnya akan lebih kecil, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, hal ini tidak
akan berlaku apabila terjadi kelainan pada ginjal. Probandus yang berpuasa
cenderung memiliki berat jenis urin yang lebih besar dari pada probandus yang
control, minum air isotonis dan air tawar. Hal ini ini disebabkan karena pekatnya
B. Saran
Diharapkan praktikan hendaknya lebih tertib dalam melakukan praktikum
agar praktikum berjalan sesuai yang dikehendaki dan dapat memperoleh data yang
20
DAFTAR PUSTAKA
Baron, D.N. 2003. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Setianingsih, asri. 2013. Perbedaan Kadar Ureum & Creatinin Pada Klien Yang
Menjalani Hemodialisa Dengan Hollow Fiber Baru Dan Hollow Fiber
Re Use Di RSUD Ungaran STIKES Ngudi Waluyo. Jurnal
Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 No 1.
21