Anda di halaman 1dari 9

Gagal ginjal merupakan kondisi di mana satu atau kedua ginjal tidak dapat lagi berfungsi dengan baik.

Terkadang, gagal
ginjal bersifat sementara dan muncul dengan cepat. Namun di lain waktu, gagal ginjal juga dapat menjadi kondisi kronis
yang akan memburuk secara perlahan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, gagal ginjal dapat dibedakan menjadi dua
jenis utama, yakni gagal ginjal kronis dan akut.

Perlu diingat bahwa ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di daerah punggung bawah tubuh. Organ tersebut
memiliki beberapa fungsi penting pada tubuh. Salah satunya seperti membuang racun atau limbah dari tubuh.

Racun tersebut nantinya akan masuk ke kandung kemih dan dibuang ketika seseorang buang air kecil. Jika ginjal
kehilangan kemampuannya untuk menyaring limbah atau racun dari darah, maka gagal ginjal akan terjadi.

Penyebab Gagal Ginjal

Mayoritas gagal ginjal akut terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal. Berikut ini beberapa hal yang bisa
menurunkan aliran darah ke ginjal:

 Volume darah yang rendah.


 Jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal.
 Gangguan pada pembuluh darah.
 Pengaruh beberapa obat-obatan tertentu yang bisa mengganggu suplai darah ke ginjal atau bahkan mengganggu
ginjal. Contohnya, obat anti inflmasi non-steroid (OAINS), obat untuk hipertensi, dan antibiotik tertentu.
 Cairan pewarna, yang digunakan pada uji pencitraan tubuh dan sinar X.

Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa dipicu oleh dua penyebab, yaitu:

 Tersumbatnya saluran urine.


 Kerusakan langsung di ginjal.

Faktor Risiko Gagal Ginjal

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal akut, yaitu:

 Memiliki risiko tinggi menderita sumbatan saluran urine.


 Mengidap diabetes.
 Mengidap penyakit hati.
 Pembuluh darah pada lengan dan kaki tersumbat.
 Terkena infeksi parah.
 Mengalami dehidrasi.
 Berusia 65 tahun atau lebih.
 Sedang dalam perawatan intensif di rumah sakit.

Gejala Gagal Ginjal

Pada fase awal, gagal ginjal seringkali tidak menunjukkan gejala apa pun dan hanya bisa dideteksi melalui uji
laboratorium. Namun, penyakit ini bisa berkembang dengan sangat cepat sehingga membuat pengidapnya mengalami
beberapa gejala, seperti:

 Berkurangnya produksi urine.


 Linglung atau kebingungan.
 Mual dan muntah.
 Sesak napas.
 Penumpukan cairan dalam tubuh atau edema.
 Kelelahan.
 Dehidrasi.
 Sakit di bagian dada.
 Nyeri punggung.
 Sakit perut.
 Tingginya tekanan darah atau hipertensi.
 Gangguan tidur.

Di samping itu, perlu diingat bahwa gagal ginjal dapat menyebabkan gejala yang bervariasi pada setiap orang. Gejala
yang muncul akan tergantung dari tingkat keparahan pengidapnya.

Diagnosis Gagal Ginjal

Dokter akan menggunakan berbagai tes untuk mengukur fungsi ginjal dan mendiagnosis gagal ginjal. Jika dokter
mencurigai seseorang berisiko mengalami gagal ginjal, maka dokter akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan
seperti:

 Tes darah, yang dapat menunjukkan seberapa baik ginjal membuang limbah dari darah.
 Pencitraan lanjutan, yang dapat menunjukkan kelainan atau gangguan ginjal (penyumbatan).
 Tes urin, yang mengukur jumlah urin atau zat tertentu dalam urine, seperti protein atau darah.

Pengobatan Gagal Ginjal

Umumnya pengidap gagal ginjal akut menjalani perawatan di rumah sakit. Namun jika gejalanya sudah membaik, mereka
diperbolehkan untuk melakukan rawat jalan dengan beberapa ketentuan berikut ini:

 Tetap dianjurkan agar pasien berkonsultasi dengan dokter ahli urologi dan ahli ginjal.
 Mengobati infeksi yang menjadi penyebab gagal ginjal akut.
 Memperbanyak konsumsi air mineral untuk menghindari dehidrasi.
 Melakukan tes darah untuk memonitor tingkat kreatinin dan garam.
 Menghentikan pengobatan apa pun yang berisiko menyebabkan gagal ginjal akut.

Pengidap gagal ginjal sebaiknya menjalani perawatan di rumah sakit apabila:

 Adanya risiko penyumbatan urine.


 Penyakit yang menyebabkan gagal ginjal akut membutuhkan pengobatan segera.
 Kondisi pasien semakin parah.
 Pasien terkena komplikasi gagal ginjal akut.

Bagi orang yang mengalami gagal ginjal akut yang cukup parah, mungkin diperlukan prosedur dialisis atau cuci darah,
karena ginjal sudah bisa menjalankan fungsinya seperti normal.

Komplikasi Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:

 Anemia. Ketika ginjal tidak bekerja secara tidak optimal, tubuh berisiko tidak dapat membuat sel darah merah
dengan baik. Akibatnya, pengidap gagal ginjal rentan untuk mengalami anemia.
 Kelemahan Tulang. Adanya kerusakan pada ginjal  dapat mengganggu keseimbangan mineral seperti fosfor dan
kalsium dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan tulang melemah.
 Retensi Cairan. Jika ginjal tidak dapat menyaring air secara memadai dari darah, pengidap gagal ginjal berisiko
mengalami retensi cairan, terutama di tubuh bagian bawah.
 Penyakit Jantung. Penyakit jantung dapat menyebabkan gagal ginjal, dan gagal ginjal yang tidak mendapatkan
perawatan tepat juga  bisa menyebabkan penyakit jantung.
 Hiperkalemia. Gagal ginjal dapat menyebabkan hiperkalemia, atau peningkatan kadar kalium. Dalam kasus yang
parah, hiperkalemia juga dapat menyebabkan gagal jantung sebagai komplikasinya.
 Asidosis Metabolik. Fungsi ginjal yang terganggu dapat menyebabkan asidosis metabolik, di mana cairan tubuh
pengidap gagal ginjal mengandung terlalu banyak asam. Asidosis metabolik dapat menyebabkan komplikasi
seperti batu ginjal atau penyakit tulang.
 Komplikasi Sekunder. Banyak orang dengan gagal ginjal mengalami beberapa komplikasi sekunder. Misalnya
seperti depresi, gagal hati, penumpukan cairan di paru-paru, kerusakan saraf, hingga infeksi kulit.

Pencegahan Gagal Ginjal

Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal:

 Ikuti instruksi pada label ketika mengonsumsi obat bebas. Contohnya, ibuprofen dan aspirin.


 Jika diresepkan obat oleh dokter, pastikan untuk mengonsumsi obat sesuai dengan petunjuk. Jangan mengurangi
atau melebihi dosis yang diresepkan.
 Berkonsultasilah dengan dokter untuk menangani gangguan ginjal. Ikuti rekomendasi dokter untuk menjaga
tubuh dari serangan penyakit yang bisa memicu gagal ginjal.
 Menjaga dan mengelola kondisi kesehatan saat ini. Contohnya seperti pengidap diabetes yang perlu menjaga
kadar gula darahnya tetap stabil.
 Menjalani gaya hidup sehat. Melakukan latihan secara rutin, menjaga pola makanan yang sehat, dan menghindari
minuman beralkohol akan membantu menurunkan risiko mengalami gagal ginjal.

Ginjal memiliki fungsi sebagai filter terhadap pemasukan air dan zat zat sisa metabolisme pada tubuh. Ia juga berperan
untuk menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit yang ada di dalam darah. Gagal Ginjal Kronik dapat diartikan sebagai
kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan & elektrolit.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit berbahaya karena gejala yang tidak dapat disadari oleh penderita sebelum
berada di stadium akhir. Tentu kita tidak menginginkan anda untuk mengalami gagal ginjal kronis. Oleh karena itu
pembahasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadi kronis stadium tinggi dan memberikan solusi apabila
anda mengalaminya.

Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Salah satu penyebab penyakit gagal ginjal kronis adalah akibat komplikasi dari penyakit lainnya.Menurut Indonesia Renal
Registry (IRR) penyebab penyakit ini bisa terjadi bisa disebabkan oleh glomerulonefritis di urutan pertama (25%), disusul
oleh diabetes mellitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%). Selain itu ada juga faktor lain yang
mempengaruhi seperti obesitas, merokok, usia yang lebih dari 50 tahun, dan riwayat keluarga mempunyai penyakit ini.

Gejala Gagal Ginjal Kronik

Pada dasarnya penyakit pada ginjal susah untuk dideteksi oleh karena itu diperlukan pendeteksian harus dilakukan dengan
beberapa test terlebih dahulu. Namun, pada saat anda terkena gagal ginjal kronis terdapat gejala dini yang bisa diketahui
dan gejala lebih lanjut yang dapat dirasa oleh penderita.

Gejala dini dari penderita gagal ginjal kronis adalah kelelahan fisik dan mental, sakit kepala dan berat badan berkurang.
Dan gejala berlanjut yang bisa dialami adalah anoreksia, sesak nafas dan mual yang disertai muntah.

Jenis Pemeriksaan untuk Mendeteksi Gagal Ginjal Kronis

Di dalam pendeteksian penyakit gagal ginjal kronis ada beberapa pemeriksaan yang dapat anda lakukan seperti
pemeriksaan darah, urine, jantung dan radidiagnostik dengan opsi sebagai berikut:

 Pemeriksaan darah
o Hematologi ( Eritrosit, Lekosit, Trombosit, Hb dan Ht)
o Test Fungsi Renal ( Ureum dan kreatinin)
o Test Fungsi Liver
o Pemeriksaan Elektrolit ( Klorida, Kalium dan Kalsium)
o Test Koagulasi ( PTT, PTTK)
 Urine
o Urine rutin
o Urine khusus ( Benda Keaton dan analisa batu kristal)
 Jantung
o Elektrokardiogram
o Echokardiogram
 Radidiagnostik
o CT Scan bagian perut
o USG bagian perut
o Renogram
o Retio Pielografi

Klasifikasi Tingkatan Kerusakan Ginjal

Anda dapat dikatakan memiliki penyakit gagal ginjal kronik apabila penurunan fungsi ginjal yang anda alami terjadi
selama kurang lebih 3 bulan secara berturut turut. Penurunan fungsi ginjal ini juga memiliki beberapa tingkatan sebelum
mencapai stadium akhir.Tingkatan ini diukur dari penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau bisa juga disebut
Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan tingkatan sebagai berikut:

 Stadium 1: Kerusakan pada ginjal dengan GFR yang normal atau di atas ≥ 90 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium 2:Kerusakan pada ginjal dengan penurunan GFR yang ringan 60-89 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium 3:Penurunan pada GFR yang sedang 30-59 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium 4:Penurunan pada GFR yang parah 15-29 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium akhir: Anda mengalami gagal ginjal kronis apabila GFR anda kurang dari <15 mL/min/ 1.73 m²

Cara Mencegah Gagal Ginjal Kronis

Sebelum penyakit gagal ginjal kronis ini menyerang ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal
kronis dengan pembahasan sebagai berikut:

 Mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup agar ginjal tidak bekerja dengan berat
 Mengontrol konsumsi garam, daging, hidangan dengan kalsium tinggi
 Peningkatan aktivitas olahraga
 Pengontrolan terhadap gula darah, lemak darah dan anemia
 Jangan mengonsumsi obat secara berlebihan
 Melalukan pemeriksaan diri secara rutin untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan gagal ginjal kronis
seperti diabetes mellitus, hipertensi dan glomerulonefritis.
 Hindari rokok dan minuman keras

Solusi Bila Mengalami Gagal Ginjal Kronis

Jika pasien sudah mengalami Gagal ginjal kronik maka solusi yang bisa anda lakukan adalah dengan melakukan cuci
darah (Hemodialisa) atau transpalasi ginjal. Hemodialisa adalah proses pembuangan sampah berlebih pada darah. Tujuan
dari hemodialisis adalah untuk mengambil zat zat nitrogen yang beracun dalam tubuh dan mengeluarkan air yang
berlebihan.

Selain Hemodialisis, pasien juga dapat melakukan transplantasi ginjal. Namun, pasien harus menunggu ginjal yang cocok
dengan darah dan jaringan. Selain itu, pasien juga harus mengkonsumsi obat obatan yang telah dianjurkan selama hidup
untuk menjaga kemungkinan penolakan terhadap ginjal yang baru.

Urolithiasis adalah suatu kondisi di mana dalam saluran kemih individu


terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin  (Mehmed & Ender, 2015).
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini
adalah istilah penyakit batu bedasarkan letak batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):

1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal

2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter

3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli

4) Uretrolithisai disebut sebagai batu pada uretra

Patofisiologi

Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urin
dan menurunnya volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat meningkatkan
risiko terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella, et al., 2005),
selain itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor
utama bekal identifikasi penyebab urolithiasis.

Faktor Risiko

Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang disebut faktor risiko. Terapi dan perubahan gaya hidup
merupakan intervensi yang dapat mengubah faktor risiko, namun ada juga faktor risiko yang tidak dapat diubah.

1) Jenis Kelamin. Pasien dengan urolithiasis umumnya terjadi pada laki-laki 70-81% dibandingkan dengan perempuan
47-60%, salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan kadar hormon testosteron dan penurunan kadar
hormon estrogen pada laki-laki dalam pembentukan batu (Vijaya, et al., 2013).

2) Umur. Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua, namun bila dibandingkan dengan usia anak-
anak, maka usia tua lebih sering terjadi (Portis & Sundaram, 2001).

3) Riwayat Keluarga. Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan urolithiasis ada kemungkinan membantu dalam
proses pembentukan batu saluran kemih pada pasien (25%) hal ini mungkin disebabkan karena adanya peningkatan
produksi jumlah mucoprotein pada ginjal atau kandung kemih yang dapat membentuk kristal dan membentuk menjadi
batu atau calculi (Colella, et al., 2005).

4) Kebiasaan diet dan obesitas. Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat yang dapat ditemukan pada teh, kopi instan,
minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam dapat menjadi penyebab
terjadinya batu (Brunner & Suddart, 2015).

5) Faktor lingkungan. Faktor yang berhubungan dengan lingkungan seperti letak geografis dan iklim. Beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian urolithiasis lebih tinggi daripada daerah lain (Purnomo, 2012).

6) Pekerjaan. Pekerjaan yang menuntut untuk bekerja di lingkungan yang bersuhu tinggi serta intake cairan yang
dibatasi atau terbatas dapat memacu kehilangan banyak cairan dan merupakan resiko terbesar dalam proses
pembentukan batu karena adanya penurunan jumlah volume urin (Colella, et al., 2005).

7) Cairan. Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya intake cairan inilah yang menjadi
penyebab utama terjadinya urolithiasis khususnya nefrolithiasis karena hal ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran
urin/ volume urin (Domingos & Serra, 2011).

Gejala Klinis dan Komplikasi

Urolithiasis dapat menimbulkan berbagai gejala tergantung pada letak batu, tingkat infeksi, dan ada tidaknya
obstruksi saluran kemih (Brooker, 2009).

Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada pasien urolithiasis:

1) Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena
adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar (Brooker, 2009).
2) Gangguan miksi. Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow) mengalami penurunan sehingga
sulit sekali untuk miksi secara spontan.

3) Hematuria. Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan berkemih, tetapi hanya
sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang
dikeluarkan bercampur dengan darah (hematuria) (Brunner & Suddart, 2015).

4) Mual dan muntah. Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang
sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung (Brooker, 2009).

5) Demam, terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain.

6) Distensi vesika urinaria. Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan menyebabkan
vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada
regio vesika (Brooker, 2009)

Diagnosis

Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan seperti:

1) Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan
volume total (Portis & Sundaram, 2001).

2) Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.

3) Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin (bacteriuria) (Portis & Sundaram, 2001).

4) Foto polos abdomen

5) Intra Vena Pielografi (IVP). IVP merupakan prosedur standar dalam menggambarkan adanya batu pada saluran kemih.

6) Ultrasonografi (USG). USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan merupakan manajemen pada kasus
urolithiasis.

Pengobatan dan Perawatan

Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk menyingkirkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi (Brunner &
Suddart, 2015; Rahardjo & Hamid, 2004). Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan
melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi), agen disolusi
(larutan atau bahan untuk memecahkan batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi invasif minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous
Nephrolithotomy, Cystolithotripsi/ cystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi, pyelolithotomi,
uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015; Gamal, et al., 2010; Purnomo, 2012; Rahardjo & Hamid, 2004).

Pengertian Batu Kandung Kemih


Batu kandung kemih atau yang dikenal juga dengan bladder calculi merupakan batu yang terbentuk dari endapan mineral
yang ada dalam kandung kemih. Semua orang sebenarnya berisiko memiliki satu batu kandung kemih, tapi pria berusia
lebih dari 50 tahun berisiko lebih tinggi mengalaminya, terutama bagi pria yang mengalami pembesaran prostat.

Batu kandung kemih bisa menyumbat saluran urine dan menyebakan nyeri saat buang air kecil, kesulitan berkemih atau
tidak bisa berkemih sama sekali. Bila tidak segera ditangani, batu kandung kemih berpotensi menyebabkan infeksi dan
komplikasi. Penanganan batu kandung kemih biasanya memerlukan bantuan dokter. Namun, batu kandung kemih
berukuran kecil bisa saja keluar bersamaan dengan urine.

Faktor Risiko Batu Kandung Kemih


Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang berisiko mengalami batu kandung kemih, antara lain:

 Kerusakan Saraf. Atau yang disebut juga dengan neurogenic bladder, yaitu kondisi ketika saraf kandung kemih
kamu tidak bisa berfungsi seperti biasanya. Kondisi ini bisa menyebabkan urine tertinggal dalam kandung kemih.
Kerusakan saraf bisa disebabkan oleh beberapa kondisi medis, seperti diabetes cedera tulang belakang, dan
stroke.

 Memiliki prostat yang lebih besar dari ukuran normal. Prostat adalah organ yang hanya dimiliki pria. Fungsinya
adalah membantu menghasilkan air mani. Seiring bertambahnya usia pria, prostat biasanya menjadi lebih besar
dan bisa menekan uretra, yaitu tabung yang membawa urine keluar dari tubuh. Kondisi tersebut membuat aliran
urine tidak bisa mengalir keluar, sehingga akhirnya kandung kemih sulit dikosongkan.
 Batu kandung kemih juga bisa dipicu oleh membengkaknya kandung kemih. Pembengkakan ini disebabkan oleh
infeksi saluran kemih dan terapi radiasi di area panggul.
 Kondisi ini terjadi pada wanita, yaitu ketika salah satu area dinding kandung kemih melemah atau mengendur dan
jatuh ke arah vagina. Sistokel bisa menyebabkan aliran urine terhambat, sehingga akhirnya urine mengendap
membentuk batu kandung kemih.

 Alat-alat medis. Penggunaan kateter urine atau alat KB kadang bisa menjadi penyebab terbentuknya batu
kandung kemih. Mineral yang terkandung dalam urine seringkali ditemukan mengkristal di permukaan alat-alat
medis tersebut.

 Risiko terbentuknya batu kandung kemih akan lebih tinggi pada orang yang menjalani diet tinggi lemak, gula,
atau garam, tapi hanya mengonsumsi sedikit asupan vitamin A dan B. Kurang minum air juga bisa meningkatkan
risiko batu kandung kemih.

 Batu ginjal. Batu ginjal tidak sama dengan batu kandung kemih, karena proses pembentukannya berbeda. Namun,
biasanya batu ginjal berukuran kecil dan bisa turun dengan mudah ke dalam kandung kemih, sehingga menjadi
batu kandung kemih.

Baca juga: Batu Kandung Kemih Vs Batu Ginjal, Lebih Bahaya Mana?

 Divertikel kandung kemih, yaitu kantong yang terbentuk pada dinding kandung kemih saat lahir. Terbentuknya
kantong kemih tambahan ini juga bisa disebabkan oleh infeksi atau pembesaran prostat. Akibatnya, pengidap
divertikel kandung kemih akan kesulitan untuk mengosongkan urine dan mengalami batu kandung kemih.

 Operasi pembesaran kandung kemih. Lima persen orang yang menjalani operasi pembesaran kandung kemih
akan mengidap batu kandung kemih.

Penyebab Batu Kandung Kemih

Batu kandung kemih terjadi apabila urine tidak keluar seluruhnya. Tugas kandung kemih adalah untuk mengumpulkan
urine dari ginjal sampai waktunya dibuang saat ingin buang air kecil. Setelah buang air kecil, kandung kemih seharusnya
kosong. Namun, beberapa masalah kesehatan bisa mencegah hal itu terjadi dan menyebabkan urine tertinggal di dalam
kandung kemih. Akhirnya, urine yang tersisa menjadi terkonsentrasi dan mineral di dalamnya akan mengkristal menjadi
batu.

Gejala Batu Kandung Kemih

Gejala batu kandung kemih pada orang dewasa biasanya baru akan terasa apabila batu sudah menyumbat saluran urine
atau melukai dinding kandung kemih. Gejalanya, antara lain:
 Rasa nyeri saat buang air kecil.

 Darah dalam urine.


 Urine terlihat lebih pekat dan gelap.


 Kesulitan buang air kecil.


 Keinginan buang air kecil semakin sering.


 Buang air kecil tidak lancar atau tersendat-sendat


 Perut bagian bawah terasa nyeri.


 Penis terasa tidak nyaman atau sakit.

Sedangkan pada anak-anak, ada dua gejala batu kandung kemih lainnya yang bisa menyertai yaitu ereksi kuat dan
menyakitkan yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan seksual pada anak laki-laki dan mengompol.

Umumnya, batu kandung kemih yang berukuran cukup kecil bisa keluar dengan sendirinya bersama dengan urine,
sehingga gejalanya kadang tidak muncul. Namun, bicarakan dengan dokter apabila ada perubahan frekuensi buang air
kecil, darah pada cairan urine, dan rasa sakit yang kuat di bagian perut.

Baca juga: Susah Buang Air Kecil, Mungkin Kena Penyakit Ini

Diagnosis Batu Kandung Kemih

Diagnosis batu kandung kemih memerlukan

 Pemeriksaan fisik. Dokter mungkin akan meletakkan tangannya di perut bagian bawah pengidap untuk merasakan
apabila kandung kemih membesar.

 Sampel urine mungkin diperlukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda darah, bakteri dan mineral yang
terkristalisasi.

 CT Scan. Pemindaian ini menggabungkan beberapa gambar X-ray untuk menunjukkan organ internal secara
detail.

 Ultrasonografi: Menghasilkan gambar dengan memantulkan suara dari organ internal.


 X-ray. Sayangnya, tidak semua jenis batu kandung kemih muncul pada X-ray.

 Pielogram intravena. Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah
yang akan mengalir ke ginjal dan kandung kemih. Kemudian sinar X dilakukan untuk mencari tanda-tanda batu
ginjal.
Pengobatan Batu Kandung Kemih

Apabila ukuran batu kandung kemih cukup kecil, maka pengobatannya cukup dengan minum air putih sebanyak 1200
mililiter per hari. Tujuannya untuk membantu batu kandung kemih keluar bersama urine. Namun, apabila ukurannya
cukup besar, maka diperlukan tindakan medis berikut:

 Cystolitholapaxy. Dalam prosedur ini, dokter akan menghancurkan batu di dalam kandung kemih hingga menjadi
serpihan kecil dengan laser, ultrasound, atau alat mekanis. Setelah menjadi serpihan kecil, batu akan lebih mudah
dikeluarkan bersamaan dengan urine. Namun, metode ini dapat berisiko membuat pengidap terinfeksi dan cedera
pada kandung kemih. Untuk itu, biasanya dokter akan memberikan antibiotik sebelum prosedur dimulai untuk
mengurangi risiko infeksi.

 Operasi. Prosedur ini dilakukan jika batu kandung kemih terlalu besar dan terlalu keras untuk dikeluarkan dengan
cara cystolitholapaxy.

Komplikasi Batu Kandung Kemih

Meskipun beberapa kasus kandung kemih tidak menimbulkan gejala, bukan berarti kondisi kesehatan ini boleh
disepelekan. Pasalnya, bila tidak ditangani dengan baik, batu kandung kemih bisa menyebabkan dua komplikasi utama
berikut:

 Disfungsi kandung kemih kronis. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air kecil yang
disertai dengan rasa nyeri saat buang air kecil. Terkadang, batu kandung kemih benar-benar bisa memblokir urin
keluar dari tubuh.

 Infeksi saluran kemih. Infeksi ini bisa terjadi berulang.

Pencegahan Batu Kandung Kemih

Pengidap batu kandung kemih disarankan untuk minum banyak air putih agar bisa membantu melarutkan endapan
mineral dalam kandung kemih. Apabila terkena batu kandung kemih, disarankan untuk meminta bantuan dokter agar
mengetahui jumlah konsumsi air yang cukup karena jumlah air tergantung pada ukuran tubuh, aktivitas, usia, dan tingkat
kesehatan masing-masing orang.

Anda mungkin juga menyukai