Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan maag dan GERD

Maag dengan istilah medis gastritis, adalah peradangan pada dinding asam lambung yang disebabkan oleh
bakteri Helicobacter pylori. 
GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah salah satu kondisi penderita maag dimana asam
lambung naik hingga kerongkongan. Setidaknya terjadi dalam 1-2 kali seminggu.

Penyebab Gastritis
Dinding lambung tersusun dari jaringan penghasil enzim pencernaan dan asam lambung. Dinding lambung
juga menghasilkan lendir (mukus) yang tebal, untuk melindungi lapisan lambung dari kerusakan akibat asam
lambung.
Gastritis terjadi ketika dinding lambung mengalami peradangan. Penyebabnya bisa bermacam-macam,
tergantung pada jenis gastritis itu sendiri. Berikut adalah penjelasannya:
Gastritis akut
Gastritis akut terjadi ketika dinding lambung rusak atau melemah secara tiba-tiba. Akibatnya, lambung bisa
terpapar cairan asam lambung dan mengalami iritasi.
Seseorang dapat terserang gastritis akut bila:

 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid


 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Menderita penyakit tertentu, seperti refluks empedu, gagal ginjal, infeksi virus, atau infeksi bakteri
seperti Helicobacter pylori
 Mengalami stres berat
 Menderita penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang dinding
lambung
 Menelan zat yang bersifat korosif dan dapat merusak dinding lambung, seperti racun
 Mengalami efek samping akibat prosedur operasi
 Menggunakan alat bantu pernapasan
 Menyalahgunakan NAPZA, terutama kokain

Gastritis kronis
Gastritis kronis terjadi akibat peradangan di dinding lambung yang terjadi dalam waktu lama dan tidak
diobati. Gastritis kronis dapat berdampak pada sebagian atau semua bagian mukus pelindung lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gastritis kronis, meliputi:

 Daya tahan tubuh lemah


 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan ibuprofen
 Penyakit tertentu, seperti diabetes atau gagal ginjal
 Stres berat yang terjadi terus-menerus sehingga memengaruhi sistem kekebalan tubuh

Faktor risiko gastritis


Gastritis dapat dialami oleh semua orang, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena penyakit ini, yaitu:

 Kebiasaan merokok
 Pola makan tinggi lemak atau garam
 Pertambahan usia, karena seiring waktu lapisan mukosa lambung akan mengalami penipisan dan
melemah
 Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
 Konsumsi obat pereda nyeri yang terlalu sering
 Penyakit autoimun, seperti HIV/AIDS, penyakit Crohn
 Infeksi parasit

Gejala Gastritis
Gejala gastritis dapat berbeda pada tiap penderita. Bahkan, kondisi ini juga dapat terjadi tanpa disertai
gejala. Namun, penderita gastritis biasanya mengalami gejala berupa:

 Nyeri yang terasa panas atau perih di bagian ulu hati


 Perut kembung
 Mual
 Muntah
 Hilang nafsu makan
 Cegukan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Berat badan menurun secara tiba-tiba
 Gangguan pencernaan
 Buang air besar dengan tinja berwarna hitam
 Muntah darah

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala gastritis lebih dari satu minggu, atau jika merasakan
nyeri perut yang membuat Anda merasa tidak nyaman.
Perlu diketahui, tidak semua nyeri perut menandakan gastritis, karena banyak penyakit yang memiliki gejala
demikian. Oleh sebab itu, pemeriksaan untuk menentukan penyebab nyeri perut penting untuk dilakukan.
Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami gejala serius, seperti muntah darah atau BAB
berdarah yang ditandai dengan tinja berwarna kehitaman.

Diagnosis Gastritis
Diagnosis gastritis diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien,
diikuti dengan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan menyarankan pasien menjalani pemeriksaan
lanjutan untuk memastikan diagnosis, antara lain:

1. Tes untuk infeksi Helicobacter pylori


Tes yang dilakukan adalah tes darah, tes sampel tinja, atau uji urea pada pernapasan (urea breath test).
Selain untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes darah juga dapat mendeteksi anemia.
Pemeriksaan sampel tinja juga dapat mendeteksi gastritis, terutama gastritis erosif, dengan mendeteksi
keberadaan darah di tinja.

2. Gastroskopi
Gastroskopi bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan selang berkamera. Selang ini akan dimasukkan melalui mulut untuk melihat kondisi
lambung.
Gastroskopi dapat dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan) di area lambung yang
diduga mengalami peradangan. Selanjutnya, sampel tersebut akan diteliti di laboratorium.
Biopsi juga bisa dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi saluran pencernaan bagian atas. Agar luka di saluran
pencernaan, terutama lambung, dapat terlihat, dokter akan meminta pasien untuk menelan cairan barium
sebelum foto Rontgen dilakukan.

Pengobatan Gastritis
Pengobatan gastritis bertujuan untuk mengatasi kondisi ini dan meredakan gejala yang ditimbulkannya.
Tergantung pada penyebabnya, dokter dapat memberikan obat-obatan berupa:

1. Antasida
Antasida mampu meredakan nyeri secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini juga
efektif untuk meredakan gejala lain, terutama pada gastritis akut.
Contoh obat antasida untuk mengatasi gastritis adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.

2. Penghambat histamin 2 (H2 blocker)


Obat ini meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam lambung. Contoh obat
penghambat histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.

3. Penghambat pompa proton (PPI)


Obat ini juga bertujuan untuk menurunkan produksi asam lambung, tetapi dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole, esomeprazole,
rabeprazole, dan pantoprazole.

4. Antibiotik
Obat ini digunakan pada gastritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori. Jenis antibiotik yang
diberikan adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, atau metronidazole.

5. Antidiare
Obat ini diberikan pada pasien dengan keluhan diare. Contoh obat antidiare yang dapat diberikan adalah
bismut subsalisilat.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat yang dapat meningkatkan aliran darah ke lambung dan
produksi lendir pelindung lambung. Hal ini dapat mendukung penyembuhan dinding lambung yang rusak
karena peradangan. Contoh obat jenis ini adalah rebamipide.
Guna membantu meredakan gejala dan proses penyembuhan, pasien disarankan untuk menyesuaikan gaya
hidup, yaitu dengan:

 Menyusun pola dan jadwal makan yang teratur


 Makan dengan porsi yang lebih sedikit sehingga makan menjadi lebih sering dari biasanya
 Menghindari makanan berminyak, asam, dan pedas, karena dapat mengiritasi lambung sehingga
memperparah gejala.
 Mengelola stres dengan baik
 Tidak merokok
Komplikasi Gastritis
Gastritis yang tidak ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, yaitu:

 Tukak lambung
 Perdarahan lambung
 Kanker lambung
Jika gejala gastritis sering kambuh akibat penggunaan obat pereda nyeri jenis antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait hal tersebut. Dokter mungkin akan
mengganti pengobatan dengan OAINS golongan COX-2 inhibitor yang efek sampingnya pada lambung
lebih ringan.

Pencegahan Gastritis
Gastritis dapat dicegah dengan menjaga pola makan dan gaya hidup. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah:

 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memasak dan makan, untuk mencegah
penularan infeksi bakteri pylori
 Menghindari makanan pedas, asam, berlemak, atau digoreng
 Mengonsumsi makanan dengan porsi yang lebih sedikit
 Menghindari berbaring setelah makan sampai waktu 2–3 jam setelahnya
 Mengurangi konsumsi minuman berkafein atau beralkohol
 Mengendalikan stres
 Menghindari konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid berlebihan atau tanpa berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter
GERD (gastroesophageal reflux disease) atau penyakit asam lambung disebabkan oleh melemahnya katup
atau sfingter yang terletak di kerongkongan bagian bawah. Normalnya, katup ini akan terbuka untuk
memungkinkan makanan serta minuman masuk menuju lambung dan dicerna.

Setelah makanan atau minuman masuk ke lambung, katup ini akan tertutup kencang guna mencegah isi
lambung kembali naik ke kerongkongan. Namun pada penderita GERD, katup ini melemah, sehingga tidak
dapat menutup dengan baik.
Hal ini mengakibatkan isi lambung yang berisi makanan dan asam lambung naik ke kerongkongan. Apabila
kondisi ini terjadi terus-menerus, lapisan kerongkongan akan mengalami iritasi hingga peradangan dan lama
kelamaan menjadi lemah.

Gejala GERD yang Umum Terjadi


Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut dan sensasi perih atau
panas terbakar di dada dan ulu hati. Kedua gejala ini biasanya akan semakin memburuk saat penderita
membungkuk, berbaring, atau setelah makan.
Selain mulut terasa asam dan nyeri ulu hati, gejala lain yang juga dapat menyertai GERD adalah:

 Kesulitan menelan atau perasaan seperti ada benjolan di tenggorokan.


 Gangguan pernapasan, seperti batuk-batuk dan sesak napas. Orang yang memiliki penyakit asma
akan sering kambuh ketika gejala GERD kumat.
 Suara serak.
 Mual dan muntah.
 Sakit tenggorokan.
 Keluarnya isi lambung tanpa disadari.
 Gangguan tidur.
 Kerusakan gigi karena sering terkena asam lambung.
 Bau mulut.
Penting untuk diketahui bahwa gejala GERD terkadang disalahartikan dengan serangan jantung, karena
keduanya sama-sama menimbulkan sensasi perih di dada dan nyeri ulu hati. Akan tetapi, gejala kedua
peyakit ini bisa dibedakan.
Nyeri ulu hati atau nyeri dada karena serangan jantung biasanya dirasakan sangat berat, menjalar hingga ke
lengan, leher, atau rahang, dan biasanya muncul setelah melakukan aktivitas fisik.
Sedangkan nyeri ulu hati karena gejala GERD umumnya disertai adanya rasa asam pada mulut, tidak
diperparah oleh aktivitas fisik, tidak menyebar hingga ke lengan atau leher, dan dirasakan semakin berat saat
berbaring.

Cara Mengatasi GERD


Guna mengatasi gejala GERD, Anda bisa mengonsumsi obat-obatan golongan berikut ini, yaitu antasida, h-
2 receptor blockers, seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidine, serta proton pump inhibitors (PPIs),
seperti lansoprazole dan omeprazole.
Untuk menentukan jenis obat mana yang cocok dan tepat digunakan untuk mengobati penyakit GERD,
Anda perlu berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.
Di samping mengonsumsi beberapa obat di atas, melakukan perubahan gaya hidup juga penting dilakukan
supaya gejala GERD tidak kambuh kembali. Perubahan yang dimaksud adalah:

 Menurunkan berat badan, jika memiliki berat badan yang berlebih.


 Tidak merokok.
 Meninggikan kepala saat tidur.
 Tidak berbaring atau tidur setidaknya dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah makan.
 Menghindari makanan atau minuman yang memicu asam lambung naik, seperti alkohol, susu,
makanan yang pedas dan berlemak, cokelat, mint, dan kopi.
 Tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat.
Sebenarnya, setiap orang bisa mengalami gejala asam lambung naik, terutama setelah makan dalam jumlah
yang banyak, makan pada larut malam, atau mengonsumsi makanan yang memicu produksi asam lambung.
Asam lambung naik baru dikatakan sebagai penyakit jika gejala tersebut muncul paling tidak 2 kali dalam
seminggu.
Agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah, penting untuk mengenali gejala GERD dan lakukan
langkah penanganan sejak dini untuk mengatasinya. Namun Anda perlu segera berkonsultasi ke dokter jika
gejala GERD terjadi secara terus menerus dan tidak kunjung membaik.
Selain itu, bila nyeri dada atau nyeri ulu hati yang dirasakan menyebar hingga ke rahang dan lengan disertai
dengan sesak napas dan keringat dingin, segeralah pergi ke IGD untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Bisa jadi gejala tersebut menandakan serangan jantung.

Anda mungkin juga menyukai