Anda di halaman 1dari 6

KIE SKABIES

Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan, sesuai dengan tinjauan pustaka antara lain:

1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.

2. Kebanyakan gagalnya pengobatan scabies berhubungan dengan salah pengunaan obat atau
pengobatan yang tidak tuntas. Maka dari itu perlu untuk menerangkan kepada pasien tentang
penggunaan lotion atau cream topikal. Krim dipakai dari leher atau dari belakang telinga sampai ke
seluruh tubuh dan konsentrasikan pada daerah-daerah yang 10 terdapat lesi, namun pastikan daerah
axial, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan area pubis juga dioleskan. Krim harus segera
dibersihkan setelah delapan sampai dua belas jam pemakaian. Jika terdapat keraguan dalam
penggunaan, bisa dipakai beberapa hari kemudian.

3. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di bersihkan dengan air panas
atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung
dengan penderita pada suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang sudah tidak
terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.

4. Menerangkan kepada pasien agar menghentikan penggunaan obat atau membilas obat dengan
bersih apabila terjadi iritasi kulit atau reaksi hipersensitivitas pada saat pemakaian.

5. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua orang yang pernah kontak
dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan
scabies harus dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu lingkungan dalam satu
waktu.

6. Papula-papula yang tersisa masih bisa bertahan dalam beberapa minggu. Steroid topikal bisa
digunakan untuk menghilangkan gatalnya.

7. Infeksi sekunder pada tempat garukan juga perlu diobati. Komunikasi, informasi dan edukasi
penting diberikan kepada pasien dan keluarganya karena penyakit ini memang tidak memerlukan
waktu yang cukup lama untuk sembuh namun angka terinfeksi kembali cukup tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi. Kesabaran serta ketaatan pasien untuk berobat dan
menjaga kebersihan sangat diperlukan apalagi penularan bisa melalui kontak langsung maupun tidak
langsung.
Apa itu TOSS TBC dan Gejalanya TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan karena adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan. TBC adalah penyakit infeksi yang menular dan juga dapat
menyerang organ tubuh, terutama paru-paru. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah
masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV. TBC harus ditangani dengan serius.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC
mencapai angka 1.000.000 kasus. Dan jumlah kematian akibat penyakit Tuberkulosis
diperkirakan mencapai 110.000 kasus per tahun. TOSS TBC itu sendiri merupakan
singkatan dari Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC. Salah satu pendekatan untuk
menemukan, mediagnosis, mengobati, dan menyembuhkan pasien TBC, untuk
menghentikan penularan TBC di masyarakat. Langkah-langkah TOSS TBC juga perlu
diketahui, yaitu: - Temukan gejala di masyarakat - Obati TBC dengan tepat dan cepat -
Pantau pengobatan TBC sampai sembuh Gejala Tuberkulosis (TBC) yang dapat Anda
ketahui: - Batuk lebih dari 2 minggu. - Mengalami sesak pada pernafasan - Berkeringat
di malam hari tanpa aktivitas Jika anda menemukan gejala-gejala diatas, maka
segeralah berobat ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera diperiksa lebih lanjut.
Sebagai langkah pencegahan penularan TBC, anda harus memahami etika batuk atau
bersin sebagai berikut: - Gunakan Masker - Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas
bagian dalam - Tutup mulut dan hidung dengan tisu - Jangan lupa membuangnya ke
tempat sampah - Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Apa itu Gastritis?
 
Gastritis adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika lapisan dalam (mukosa)
dinding lambung mengalami peradangan atau pembengkakan. Sebenarnya, kondisi
ini cukup umum terjadi dan kerap dikenal dengan sebutan radang lambung.
 
Gastritis dapat terjadi secara tiba-tiba (radang lambung akut), bisa juga berlangsung
dalam waktu yang lama (radang lambung kronis). Meski begitu, gastritis akut yang
dibiarkan dalam jangka panjang dapat berkembang menjadi gastritis kronis.
 
Pada dasarnya, gastritis adalah kondisi yang tidak berbahaya dan bisa disembuhkan
melalui pengobatan tertentu. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, peradangan ini
dapat berkembang menjadi penyakit refluks asam lambung atau GERD, bahkan
meningkatkan risiko kanker.

Jenis-Jenis Gastritis
 
Selain gastritis akut dan kronis, gastritis juga dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan penyebabnya. Berikut masing-masing penjelasannya.
 

 Gastritis infeksi, disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, virus, atau jamur. Namun,
lebih sering terjadi akibat bakteri.
 Gastritis reaktif, terjadi karena lapisan lambung berinteraksi dengan zat penyebab
iritasi seperti alkohol dalam waktu yang lama. Kondisi ini bersifat erosif, artinya
mengikis lapisan lambung.
 Gastritis autoimun, terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat
di dinding lambung. Jenis gastritis ini umumnya bersifat kronis namun non erosif atau
tidak menimbulkan pengikisan lapisan lambung.
 Gastritis post-gastrektomi, disebabkan oleh trauma pada lapisan lambung dan
menyebabkan lapisan lambung merosot. Kondisi ini biasanya terjadi setelah operasi.
 Gastritis radiasi, terjadi akibat paparan radiasi yang mengiritasi lambung.
 Gastritis eosinofilik, dipicu oleh reaksi tubuh terhadap zat alergen yang tidak
diketahui.

Pengobatan Gastritis
 
Gastritis biasanya ditangani dengan pemberian obat antibiotik dan obat-obatan yang
dapat menurunkan asam lambung. Beberapa pilihan obat untuk gastritis adalah
sebagai berikut:
 

 Antasida, untuk meredakan nyeri dengan menetralkan asam lambung.


 Antibiotik, untuk mengatasi gastritis yang disebabkan oleh bakteri H. pylori.
 Obat penghambat pompa proton (PPI), untuk menurunkan produksi asam
lambung.
 Obat pelapis lambung, untuk meningkatkan produksi lendir pelindung lambung dan
aliran darah ke lambung.

 
Selain mengonsumsi obat-obatan, perubahan gaya hidup yang disarankan bagi
pasien gastritis adalah:
 

 Makan dengan porsi sedikit namun lebih sering.


 Menyusun pola makan teratur.
 Menghentikan kebiasaan merokok.
 Menghindari makanan pedas, berminyak, dan asam.
 Mengatasi stres dengan tepat.
 Menghindari konsumsi minuman berkafein dan beralkohol.

Pencegahan Gastritis
 
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gastritis adalah
sebagai berikut:
 

 Menghindari tidur setelah makan.


 Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun untuk menghindari infeksi bakteri.
 Membatasi asupan minuman berkafein dan beralkohol.
 Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat pereda nyeri.
 Menjaga berat badan ideal.
 Menerapkan posisi tidur yang baik untuk mencegah naiknya asam lambung.

Penyebab Gastritis
Dinding lambung berfungsi menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung,
serta memproduksi lendir untuk melindungi lapisan lambung dari kerusakan akibat
asam lambung.
Gastritis terjadi ketika dinding lambung mengalami peradangan. Tergantung pada
jenisnya, gastritis bisa disebabkan oleh beragam kondisi. Berikut ini adalah
penjelasannya:
Gastritis akut
Gastritis akut terjadi ketika dinding lambung mengalami kerusakan atau melemah
secara tiba-tiba. Akibatnya, lambung bisa terpapar cairan asam lambung dan
mengalami iritasi.
Seseorang dapat terserang gastritis akut bila:

 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi nonsteroid dan


kortikosteroid
 Menderita infeksi bakteri Helicobacter pylori atau infeksi virus
 Mengalami kecanduan alkohol
 Mengalami penyakit Crohn, divertikulitis, atau kanker saluran pencernaan
 Mengalami stres berat atau sedang dalam sakit parah
 Menderita penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menyerang dinding lambung
 Menelan zat yang bersifat asam yang dapat merusak dinding lambung, seperti racun
serangga
 Menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator)
 Menyalahgunakan NAPZA, terutama kokain

Gastritis kronis
Gastritis kronis terjadi akibat peradangan jangka panjang di dinding lambung yang
tidak diobati. Gastritis kronis dapat berdampak pada sebagian atau semua bagian
mukus pelindung lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gastritis kronis meliputi:

 Daya tahan tubuh lemah


 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan ibuprofen
 Penyakit tertentu, seperti diabetes atau gagal ginjal
 Stres berat yang terjadi terus-menerus sehingga memengaruhi sistem kekebalan
tubuh

Faktor risiko gastritis


Gastritis lebih sering terjadi pada orang yang melakukan atau mengalami hal-hal
berikut:

 Kebiasaan merokok
 Pola makan tinggi lemak atau garam
 Pertambahan usia, karena seiring waktu lapisan mukosa lambung akan
mengalami penipisan dan melemah
 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Konsumsi obat pereda nyeri yang terlalu sering
 Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun, HIV/AIDS, dan penyakit Crohn
 Operasi besar
 Penyakit ginjal atau liver

Gejala Gastritis
Gastritis tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, penderita gastritis umumnya
dapat mengalami beberapa keluhan berikut:

 Nyeri yang terasa panas atau perih di bagian ulu hati


 Perut kembung
 Mual dan muntah
 Tidak nafsu makan
 Cegukan
 Cepat merasa kenyang saat makan
 Gangguan pencernaan
 Buang air besar dengan tinja berwarna hitam
 Muntah darah

Komplikasi Gastritis
Gastritis yang tidak ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, yaitu:

 Tukak lambung
 Perdarahan lambung
 Lubang di dinding lambung
 Kanker lambung

Pencegahan Gastritis
Gastritis dapat dicegah dengan menjaga pola makan dan gaya hidup sehat.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah:

 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memasak dan


makan, untuk mencegah penularan infeksi bakteri pylori
 Menghindari makanan pedas, asam, atau berlemak
 Mengonsumsi makanan dengan porsi lebih kecil tetapi sering
 Tidak berbaring setelah makan, atau tunggu 2–3 jam setelah makan
 Mengurangi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
 Mengelola stres dengan baik
 Menghindari konsumsi obat pereda nyeri secara berlebihan atau tanpa seizin
dokter

Anda mungkin juga menyukai