Anda di halaman 1dari 18

5 MACAM GANGGUAN PADA GINJAL

Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah dan mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme yang tidak lagi dibutuhkan tubuh. Ginjal merupakan salah satu bagian dari sistem ekskresi
pada manusia. Ginjal haruslah selalu dalam kondisi yang baik. Karena kalau tidak, zat sisa metabolisme
akan menumpuk di dalam darah dan akan meracuni tubuh. Berikut adalah beberapa kelainan, gangguan,
dan penyakit pada ginjal. Langsung saja kita simak yang pertama:

1 GAGAL GINJAL KRONIS (ANURIA)

Penyakit ginjal kronis atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah gagal ginjal
kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal
Registry mendefinisikan gagal ginjal kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan,
komposisi darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan.

Status GGK berubah menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD) ketika
ginjal tidak lagi berfungsi. Pada stadium ini biasanya telah terjadi penumpukan limbah tubuh, cairan, dan
elektrolit yang bisa membahayakan tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan (dialisis/cuci darah)
atau transplantasi ginjal.
GGK sendiri, biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga membuat pengidap penyakit ini
biasanya tidak menyadari gejalanya hingga mencapai stadium lanjut. GGK biasanya terdeteksi pada
stadium dini ketika dilakukan pemeriksaan darah atau urine.

GGK stadium lanjut umumnya mengalami gejala sesak napas, mual, kelelahan, mengalami
pembengkakan pergelangan kaki, kaki, atau tangan karena terjadi penumpukan cairan pada sirkulasi
tubuh, sesak napas, serta munculnya darah dalam urin.

Pemeriksaan darah dan urin secara teratur setiap tahun sangat disarankan bagi orang-orang
yang berisiko tinggi mengidap penyakit ginjal kronis. Anda termasuk berisiko tinggi, antara lain jika
memiliki tekanan darah tinggi, mengidap diabetes, dan memiliki riwayat keluarga pengidap penyakit
ginjal kronis.

Fungsi Ginjal dan Penyebab Gagal Ginjal Kronis

Ginjal terletak di bawah tulang rusuk. Bentuknya menyerupai sepasang kacang di kedua sisi tubuh.

Ginjal berfungsi menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah sebelum dibuang melalui
cairan urine. Ginjal juga memiliki berbagai fungsi lain yang tidak kalah penting, yaitu:
Mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sehingga membantu jantung dan otot agar bekerja
dengan baik.
Membantu mengatur tekanan darah.
Memproduksi zat sejenis vitamin D yang menjaga kesehatan tulang.
Memproduksi hormon glikoprotein disebut erythropoietin yang membantu merangsang
produksi sel-sel darah merah.

Beberapa kondisi seperti diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi beberapa penyebab terjadinya
gagal ginjal kronis. Dalam jangka panjang, kondisi-kondisi ini menyebabkan kerusakan pada ginjal
sehingga fungsi ginjal menurun.

Pengidap Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Indonesia

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, sebanyak 0.2% dari
total jumlah penduduk Indonesia mengalami kondisi ini. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah
dengan angka tertinggi yaitu, 0.5% dari total jumlah penduduk di provinsi tersebut.

Dari data 7th Report of Indonesian Renal Registry tahun 2014, pasien gagal ginjal yang melakukan cuci
darah paling banyak disebabkan karena hipertensi (37%). Diikuti diabetes (27%), dan kelainan bawaan
(10%).

Berbagai Cara Penanganan Gagal Ginjal Kronis

Terdiagnosis mengidap GGK dapat membuat Anda dan kerabat merasa cemas. Berkonsultasi dengan
dokter dan sesama pengidap dapat membuat Anda menemukan cara agar penyakit ini tidak mengambil
alih hidup Anda.

Ini dikarenakan memang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan gagal ginjal. Perawatan terhadap
penyakit ini hanya berfokus memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit dan mencegah
munculnya kondisi serius lain. Selain itu, terapi juga bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul
akibat GGK.

Perubahan yang terjadi dalam sirkulasi tubuh membuat pengidap penyakit ginjal kronis menjadi lebih
berisiko menderita stroke atau penyakit jantung.

Pada penderita gagal ginjal stadium akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD) harus dilakukan cuci
darah atau transplantasi ginjal untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak.
Agar Terhindar dari Gagal Ginjal Kronis

Pengidap kondisi-kondisi tertentu yang berisiko mengarah ke penyakit ginjal kronis seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi disarankan untuk mewaspadai perkembangan penyakit mereka. Perubahan gaya
hidup seperti pola makan sehat, berolahraga teratur, menghindari konsumsi obat-obatan yang dapat
merusak ginjal dan menghindari kelebihan konsumsi minuman keras akan membantu mencegah
terjadinya gagal ginjal.

Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

Umumnya penyakit ini tidak dapat dicegah sepenuhnya meski Anda dapat mengambil langkah-langkah
untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit gagal ginjal kronis atau GGK.

Menggunakan Kalkulator Risiko Ginjal

Bagaimana cara untuk memperkirakan kondisi ginjal lima tahun yang akan datang? Anda dapat
menggunakan kalkulator risiko ginjal dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana di QKidney
Web Calculator. Kalkulator ini dapat digunakan bagi Anda yang sehat atau mengalami GGK stadium
awal. Jika Anda ragu, Anda dapat menanyakannya kepada dokter.

Pola Makan Sehat

Pola makan sehat penting untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan menjaga tekanan darah
tetap normal. Kedua kondisi ini penting untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis. Konsumsilah
makanan berimbang meliputi banyak sayuran dan buah segar.

Selain itu, kontrol kadar kolesterol dengan menghindari makanan kaya lemak jenuh tinggi seperti
goreng-gorengan, mentega, keju, kue, biskuit, serta makanan-makanan yang mengandung minyak
kelapa atau minyak sawit.

Sebaliknya, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya lemak tidak jenuh yang dapat
mengurangi kadar kolesterol, antara lain minyak ikan, avocad, kacang dan biji-bijian, minyak bunga
matahari, minyak biji sesawi, minyak zaitun.

Selain itu, terlalu banyak garam juga akan meningkatkan tekanan darah. Penting untuk membatasi
konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram sehari yang setara dengan satu sendok teh penuh.

Hindari Rokok dan Minuman Keras

Selain meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, merokok dan mengonsumsi minuman keras
dapat memperburuk kondisi gangguan ginjal yang sudah terjadi. Selain meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah, mengonsumsi minuman keras secara berlebihan akan meningkatkan tekanan darah Anda.

Olahraga Teratur
Naiknya tekanan darah dan risiko berkembangnya GGK dapat diminimalkan dengan olahraga teratur.
Anda disarankan untuk menjalankan aktivitas aerobik dengan intensitas menengah seperti bersepeda
atau jalan cepat selama setidaknya 150 menit tiap minggu.

Baca Petunjuk Obat

Pastikan Anda mengikuti petunjuk pemakaian jika Anda memang harus mengonsumsi obat pereda sakit.
Konsumsi obat anti-inflamasi non-steroid seperti aspirin dan ibuprofen dalam dosis berlebih dapat
menyebabkan gangguan ginjal.

Waspada Diabetes

Penyakit kronis (bersifat menetap dalam jangka panjang), seperti diabetes, dapat berpotensi
menyebabkan gagal ginjal kronis. Oleh karena itu sangat penting untuk mengendalikan kadar gula darah
bagi penderita diabetes. Selain itu setiap tahun, pengidap diabetes disarankan untuk memeriksakan
fungsi ginjalnya. Ikuti saran dokter dan lakukan langkah-langkah untuk menjaga kondisi Anda.

2 BATU GINJAL

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika material keras yang
menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam
darah yang disaring oleh ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu.

Pada sebagian besar kasus, penyakit batu ginjal dialami oleh orang-orang yang berusia 30-60
tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen pria pernah mengalami kondisi ini selama hidup
mereka.

Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain yang
mendasari. Berdasarkan jenisnya, batu ginjal dibagi menjadi empat, yaitu batu kalsium, batu asam urat,
batu struvit, dan batu sistin.
Gejala batu ginjal

Gejala akibat batu ginjal biasanya tidak akan dirasakan penderitanya jika batu ginjal berukuran
sangat kecil sehingga bisa keluar dari tubuh secara alami melalui ureter dengan mudah. Ureter adalah
saluran yang menyambungkan ginjal dengan kandung kemih.

Gejala akibat batu ginjal baru bisa terasa jika batu berukuran lebih besar dari diameter saluran
ureter. Batu yang besar akan bergesekan dengan lapisan dinding ureter sehingga menyebabkan iritasi
dan bahkan luka. Oleh sebab itu, urine kadang bisa mengandung darah. Selain mengiritasi ureter, batu
ginjal juga bisa tersangkut di dalam ureter atau uretra (saluran akhir pembuangan urine) sehingga
terjadi akumulasi bakteri dan bisa menyebabkan pembengkakan akibat infeksi. Gejala batu ginjal yang
bisa muncul apabila batu bergesekan dengan ureter di antaranya adalah nyeri pada pinggang, perut
bagian bawah atau samping, dan selangkangan yang dapat disertai mual.

Sedangkan gejala yang bisa dirasakan jika penderita batu ginjal mengalami infeksi ginjal di
antaranya urine tampak keruh dan berbau tidak sedap, badan lemas, menggigil, dan demam tinggi.

Penderita batu ginjal di Indonesia

Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) pada tahun 2013,
diperkirakan prevalensi penderita yang terdiagnosa batu ginjal untuk umur di atas 15 tahun adalah
sebesar 0,6 persen dari total penduduk Indonesia. Lima provinsi yang menduduki posisi tertinggi
masalah penyakit batu ginjal di antaranya adalah DI Yogyakarta, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Sulawesi Tengah.

Diagnosis batu ginjal

Dalam mendiagnosis batu ginjal, biasanya pertama-tama dokter akan menanyakan pada pasien
mengenai seputar gejala-gejala yang telah dialami. Dokter juga bisa menanyakan apakah pasien pernah
menderita batu ginjal sebelumnya, memiliki riwayat keluarga berpenyakit sama, atau apakah pasien
sering mengonsumsi makanan atau suplemen yang bisa memicu terbentuknya batu ginjal.

Setelah keterangan dikumpulkan, dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk
memperkuat bukti. Tes-tes tersebut bisa berupa pemeriksaan urine, pemeriksaan darah, dan
pemindaian (misalnya USG, rontgen, CT scan, dan intravenous urogram/IVU)

Pengobatan batu ginjal

Pengobatan penyakit batu ginjal yang dilakukan tergantung kepada ukuran dari batu. Jika batu
ginjal masih tergolong kecil atau menengah, serta masih dapat melewati saluran kemih tanpa harus
dilakukan operasi, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk minum air putih saja sesuai takaran
yang disarankan. Dengan adanya aliran cairan secara terus-menerus, diharapkan batu ginjal dapat
terdorong keluar dengan sendirinya. Apabila gejala yang dirasakan oleh pasien cukup mengganggu,
biasanya dokter cukup meresepkan obat pereda rasa sakit, misalnya acetaminophen, ibuprofen atau
obat anti radang non steroid.

Penanganan batu ginjal yang dengan prosedur khusus (misalnya dengan energi laser,
ultrasound, atau operasi) biasanya baru akan diterapkan jika batu berukuran lebih besar sehingga
menyumbat saluran kemih pasien.

Pencegahan batu ginjal

Cara mencegah batu ginjal sebenarnya cukup sederhana yaitu perlu minum cukup air putih tiap
hari dan membatasi konsumsi makanan, minuman, atau suplemen yang mengandung zat-zat yang
berpotensi menyebabkan terbentuknya batu ginjal, seperti zat oksalat, suplemen kalsium, dan protein
hewani.

Langkah pencegahan kedua adalah membatasi konsumsi makanan, minuman, atau suplemen
yang mengandung zat-zat yang berpotensi menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Misalnya seperti
oksalat, protein hewani, dan suplemen kalsium. Selain itu, pilihlah makanan dengan kandungan garam
yang rendah.

Contoh-contoh makanan atau minuman yang mengandung oksalat adalah:

Kacang-kacangan, termasuk produk olahan kacang kedelai


Ikan sarden
Cokelat
Teh hitam
Ubi
Bayam
Buah anggur
Asparagus

Tetap konsumsi makanan yang mengandung kalsium, karena tubuh membutuhkan kalsium untuk
merawat tulang dan gigi. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi tentang nutrisi yang sebaiknya
dipenuhi oleh penderiita. Juga diskusikan terlebih dahulu dengan dokter, jika Anda ingin mengonsumsi
suplemen kalsium tambahan.

Selain dengan minum air putih secukupnya dan membatasi asupan nutrisi tertentu, pencegahan
batu ginjal juga bisa dilakukan dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Biasanya langkah ini dianjurkan bagi mereka yang pernah menderita batu ginjal agar kondisi tersebut
tidak kambuh. Contohnya adalah pemberian allopurinol untuk menurunkan kadar asam urat di dalam
darah guna mencegah terbentuknya batu ginjal asam urat, antibiotik untuk mencegah infeksi saluran
kemih sebagai pemicu utama batu ginjal struvit, obat diuretik untuk pada pasien penyakit hiperkalsiuria
untuk mencegah batu ginjal kalsium, dan obat-obatan penurun kadar zat sistin untuk mencegah batu
ginjal sistin.

3 KANKER GINJAL
Kanker ginjal adalah suatu jenis kanker yang menyerang ginjal. Ginjal adalah organ di dalam tubuh
yang berfungsi menyaring kotoran dari darah dan mengubahnya menjadi urine. Manusia memiliki dua
buah ginjal yang terletak di kedua sisi pinggang di bawah tulang rusuk. Kanker biasanya menyerang salah
satu ginjal saja.

Kanker ginjal sebagian besar diderita oleh orang-orang yang telah berusia 50 tahun ke atas. Pada
stadium awal biasanya tidak ada gejala yang dirasakan. Pada stadium lanjut, seseorang yang menderita
penyakit ini dapat merasakan nyeri dan pembengkakan di sekitar area pinggang. Selain itu, gejala kanker
ginjal bisa berupa:

Berubahnya warna urine menjadi kemerahan atau kecokelatan karena telah bercampur dengan
darah.
Penurunan berat badan.
Kekurangan darah atau anemia.
Badan terasa lelah.
Nafsu makan berkurang.
Keluar keringat di malam hari.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis (jika kanker ginjal diderita oleh pria).
Demam tinggi.
Tingkat keparahan kanker ginjal secara umum ditandai dengan sistem TNM. Huruf T
mengindikasikan seberapa besar jaringan kanker (tumor) telah tumbuh, di antaranya:
T1a (apabila diameter tumor masih kurang dari 4 cm).
T1b (apabila diameter tumor telah mencapai ukuran 4 sampai 7 cm).
T2 (apabila diameter tumor sudah lebih dari 7 cm namun belum menyebar keluar ginjal).
T3a (apabila tumor telah menjalar ke lapisan lemak di sekeliling ginjal atau telah menjalar ke
kelenjar adrenal).
T3b (apabila tumor telah menjalar ke dalam pembuluh balik ginjal atau ke pembuluh balik
utama/vena cava).
T3c (apabila penyebaran tumor telah melewati diafragma).
T4 (apabila penyebaran tumor telah melewati lapisan jaringan keras yang melindungi ginjal).
Sedangkan huruf N menandakan apakah kanker telah menyebar ke nodus limfa di dekat ginjal,
di antaranya:
N0 (belum adanya sel kanker di dalam nodus limfa).
N1 (sel kanker sudah ada dalam satu nodus limfa).
N2 (sel kanker sudah ada dalam dua atau lebih nodus limfa).
Dan huruf terakhir, yaitu huruf M, menandakan apakah sel kanker telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Berikut ini pembagiannya:
M0 (menandakan bahwa sel kanker belum menyebar ke bagian tubuh lainnya).
M1 (menandakan bahwa kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya).

Penyebab Kanker Ginjal

Kanker terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh manusia tumbuh secara tidak terkendali. Pada kasus
kanker ginjal, penyebabnya belum diketahui. Meskipun belum diketahui, ada sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker ginjal, di antaranya:

Kelebihan berat badan atau obesitas.


Memiliki anggota keluarga penderita kanker ginjal.
Merokok.
Penyakit hipertensi.

Selain faktor-faktor tersebut, kanker ginjal juga disinyalir bisa terjadi akibat efek samping
pengobatan dialisis pada kasus gagal ginjal dan efek samping konsumsi obat pereda rasa sakit (misalnya
obat-obatan golongan antiinflamasi nonsteroid), meskipun risiko ini sangat kecil.

Diagnosis Kanker Ginjal

Jika Anda merasakan gejala-gejala kanker ginjal, seperti nyeri terus-menerus di daerah pinggang dan
kencing disertai darah, segera temui dokter untuk dilakukan pemeriksaan.

Dokter kemungkinan akan melakukan pengecekan darah dan urine terlebih dahulu untuk
memastikan kondisi ginjal yang dialami oleh pasien. Artinya gejala yang dirasakan pasien belum tentu
akibat kanker dan mungkin saja akibat batu ginjal atau infeksi ginjal lainnya.
Sama halnya seperti pemeriksaan sistoskopi, metode ini mungkin akan dilakukan jika dokter
mencurigai darah dalam urine karena adanya masalah pada kandung kemih.

Jika ternyata penyebab gejala bukan karena infeksi, penyakit batu ginjal, atau kondisi-kondisi
lainnya, maka dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan guna mendeteksi adanya kanker ginjal,
seperti:

USG
Biopsi
CT scan dan MRI scan
Pemeriksaan X-ray

Pengobatan Kanker Ginjal

Metode penanganan kanker ginjal yang utama adalah melalui operasi. Ada dua macam operasi,
pertama adalah nefrektomi. Melalui prosedur ini, dokter akan berusaha menghilangkan sel-sel kanker
dengan mengangkat sejumlah bagian dari ginjal atau bahkan seluruhnya, tergantung dari besarnya
diameter tumor.

Apabila diameter tumor masih kurang dari 4 cm, maka beberapa bagian dari ginjal yang terkena
kanker akan dipotong oleh dokter. Sebaliknya, jika diameter tumor sudah lebih dari 4 cm, maka ginjal
tersebut harus diangkat dan selanjutnya pasien akan hidup dengan satu ginjal.

Jenis penanganan yang lain adalah embolisasi. Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan zat
khusus ke dalam vena ginjal guna menghambat aliran darah. Dengan terputusnya pasokan nutrisi atau
oksigen ke dalam ginjal, maka lambat laun tumor akan menyusut.

Selain itu, saat ini berbagai obat-obatan sedang dikembangkan untuk mengobati kanker ginjal, seperti:

Sunitinib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat protein kinase (enzim yang membantu
pertumbuhan sel kanker) sehingga perkembangan kanker dapat dihentikan.
Sorafenib dan pazopanib. Selain bekerja seperti sunitinib, yaitu menghambat enzim tirosin
kinase, kedua obat ini juga mampu mencegah sel kanker menumbuhkan pembuluh darah.
Axitinib. Obat ini biasanya dijadikan alternatif oleh dokter apabila pemberian sunitinib atau
pazopanib tidak efektif. Obat ini belum masuk ke Indonesia.
Temsirolimus dan everolimus. Kedua obat ini bekerja dengan cara menghambat atau
mengganggu fungsi protein MTOR yang terdapat di dalam sel-sel kanker, sehingga jumlah sel
kanker tidak makin banyak.
Selain penggunaan obat-obatan, cara-cara penanganan dalam kasus kanker ginjal juga meliputi:
Radioterapi. Meskipun prosedur yang menggunakan radiasi dari energi radioaktif ini tidak bisa
mengobati kanker sepenuhnya, radioterapi mampu mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dan
dapat memperlambat perkembangan kanker.
Ablasi radiofrekuensi. Metode ini sering kali diterapkan dokter apabila tingkat keparahan kanker
ginjal masih rendah (tahap awal). Di lain sisi, langkah ini ditempuh karena kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk dioperasi atau posisi kanker terlalu dekat dengan usus. Dalam metode ini,
sel-sel kanker akan dimusnahkan oleh panas yang dihasilkan dari gelombang radio.
Krioterapi. Hampir sama seperti ablasi radiofrekuensi, krioterapi dilakukan jika kondisi pasien
tidak memungkinkan untuk dioperasi, misalnya karena kurang fit atau ukuran tumor masih kecil.
Pada metode ini, sel-sel kanker dibunuh dengan cara dibekukan.

Pencegahan Kanker Ginjal

Kita dapat meminimalkan risiko terkena kanker ginjal dengan cara menerapkan pola hidup sehat,
seperti:

Berhenti merokok atau menghindari asap rokok.


Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, seperti biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan,
serta mengonsumsi makanan yang rendah lemak dan garam. Selain itu, perbanyak konsumsi
ikan salmon, sarden, dan makarel karena kandungan vitamin D dalam minyak ikan dapat
menurunkan risiko terkena kanker.
Lakukan olahraga secara rutin selama 2,5 jam dalam satu minggu, seperti aktivitas bersepeda,
jalan cepat, berenang, atau lari.
Apabila Anda menderita obesitas, kurangi berat badan agar terhindar dari kanker ginjal dengan
cara mengombinasikan latihan rutin dan konsumsi makanan sehat.

Prognosis Kanker Ginjal

Tingkat keberhasilan pengobatan dan jangka umur penderita kanker ginjal tergantung kepada
agresivitas dan tingkat keparahan penyakit ini ketika terdiagnosis. Apabila kanker ginjal masih dalam
fase awal saat terdiagnosis, maka peluang penderitanya untuk hidup lebih lama akan makin besar
dibandingkan mereka yang kankernya telah memasuki fase menengah atau parah ketika terdiagnosis.
Sering kali operasi pengangkatan ginjal mampu menuntaskan penyakit ini dan pasien dapat menjalani
hidup sehat meski dengan satu ginjal.

Diperkirakan sebanyak hampir 90 persen penderita kanker ginjal tahap awal yang berhasil
terdiagnosis dokter, dapat hidup sekurang-kurangnya lima tahun ke depan. Sedangkan pada kasus
kanker yang sudah menyebar ke luar ginjal ketika terdiagnosis, penderita yang mampu hidup setidaknya
5 tahun ke depan diperkirakan mencapai 70 persen.

Harapan hidup tersebut dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan kasus kanker ginjal yang
terdiagnosis parah, yaitu ketika sel-sel kanker telah menggerogoti sejumlah organ tubuh lainnya.
Peluang untuk bisa hidup setidaknya lima tahun ke depan diperkirakan hanya 10 persen saja.
4 RADANG GINJAL (NEFRITIS)

Nefritis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan ginjal. Selain jantung, ginjal adalah
salah satu organ tubuh yang paling giat bekerja. Setiap harinya, ginjal menyaring sekitar 50 galon darah,
5 galon di antaranya adalah kotoran yang dikeluarkan dari tubuh melalui urin.

Ketika ginjal berfungsi dengan normal, bagian tubuh lainnya akan terus mendapatkan darah
bersih yang kaya oksigen. Namun, ketika mengalami peradangan, ginjal tidak akan dapat menyaring
darah dengan baik. Apabila tidak diobati, ginjal dapat masuk ke masa kritis dan berhenti bekerja. Gagal
ginjal merupakan penyakit yang serius, karena kotoran akan tertimbun di dalam darah dan meracuni
organ tubuh lainnya.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pasien harus menjalani cuci darah (dialisis), suatu
tindakan yang menggunakan alat untuk menggantikan fungsi ginjal. Namun, pasien tidak akan dapat
bertahan hanya dengan dialisis. Nantinya, ginjal harus diganti dengan ginjal yang sehat
melalui transplantasi ginjal.

Nefritis dibedakan menjadi beberapa jenis. Setiap jenisnya dibedakan berdasarkan pada bagian ginjal
yang mengalami nefritis. Tiga bagian utama yang biasanya terkena nefritis adalah glomerulus, tubule,
dan jaringan renal interstisial.
Glomerulonefritis Penyakit ini adalah peradangan pada pembuluh kapiler kecil di dalam ginjal
yang bernama glomerulus, yang berfungsi untuk menyaring darah. Ketika mengalami
peradangan, glomerulus tidak akan dapat menyaring darah dengan baik.
Nefritis Interstisial Apabila peradangan tidak mengenai glomerulus, kemungkinan besar
peradangan akan terjadi pada bagian di antara nefron yang bernama insterstitium renal,
sehingga menyebabkan nefritis interstisial, terkadang dikenal sebagai nefritis tubulointerstisial.
Pyelonephritis Kotoran yang dikeluarkan oleh darah akan dihantarkan ke kandung kemih
melalu tabung yang bernama ureter. Pada beberapa kasus, peradangan akan mulai timbul di
kandung kemih dan menjalar ke ureter sampai ginjal. Kondisi ini dikenal sebagai pyelonephritis.

Penyebab Nefritis

Setiap jenis nefritis memiliki penyebab tersendiri. Sampai saat ini, penyebab pasti dari
glomerulonefritis masih belum diketahui. Namun, para dokter dan peneliti telah mengidentifikasi
beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan infeksi, misalnya penyakit sistem kekebalan tubuh,
riwayat kanker, abses yang timbul di bagian tubuh lainnya dan menyebar ke ginjal melalui peredaran
darah.

Penyebab utama pyelonephritis adalah bakteri escherichia coli (e. coli). E. coli ada di usus dan
dapat menyebabkan infeksi di ginjal. Selain e. coli, penyebab lain pyelonephritis adalah batu ginjal,
penggunaan sistoskop untuk memeriksa bagian dalam kandung kemih, dan operasi pada kandung
kemih, ureter, atau ginjal.

Nefritis Interstisial kebanyakan disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Penyebab lainnya adalah konsumsi obat-obatan dalam jangka panjang dan kadar potasium darah yang
rendah.

Selain mengetahui penyebab nefritis, hal penting lainnya yang juga harus dilakukan adalah
mencari tahu apakah Anda berisiko terkena nefritis. Faktor risiko utama nefritis adalah:

Gejala Utama Nefritis

Walaupun nefritis dibedakan menjadi berbagai jenis dan disebabkan oleh berbagai faktor, sebagian
besar gejala yang ditimbulkan tidak berbeda. Gejala nefritis yang paling umum adalah:

Demam
Tekanan darah tinggi
Urin yang keruh dan mengandung darah atau nanah
{Nyeri perut](https://www.docdoc.com/id/id/info/condition/nyeri-perut) yang menjalar sampai
ke bagian ginjal
Sering buang air kecil, namun kesulitan setiap buang air kecil
Pembengkakan (edema), terutama di ujung atas dan bawah wajah
Sering muntah
Gejala-gejala di atas tidak hanya sering terjadi pada semua jenis nefritis, namun juga pada penyakit
dan gangguan kesehatan lainnya. Apabila Anda sering mengalami gejala tersebut, Anda harus
melakukan konsultasi dengan dokter Anda.

Siapa yang Harus Ditemui & Jenis Pengobatan yang Tersedia

Penyedia layanan kesehatan utama Anda adalah orang pertama yang harus Anda temui untuk
konsultasi mengenai gejala yang Anda alami. Karena gejala-gejala ini juga terjadi pada berbagai penyakit
lainnya, dokter Anda harus melakukan beberapa tes serta memeriksa riwayat kesehatan dan riwayat
penyakit keluarga Anda sebelum membuat diagnosis.

Apabila dokter Anda mencurigai adanya nefritis atau apabila gejala Anda sangat berkaitan
dengan gangguan ginjal, kemungkinan Anda akan dirujuk pada ahli urologi.

Ahli urologi akan meminta Anda menjalani tes dan pemeriksaan darah untuk mengonfirmasi
keberadaan nefritis atau untuk mengetahui penyebab pasti dari nefritis. Beberapa pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah:

Biopsi ginjal sampel jaringan ginjal akan diambil dan dipelajari di laboratorium
CT Scan pengambilan gambar yang terperinci dari perut dan panggul Anda untuk membantu
dokter mendiagnosis kondisi Anda
Tes urin dan darah adanya bakteri dan infeksi akan menyebabkan hasil tes urin dan darah yang
tidak normal

Setelah dokter menentukan adanya nefritis dan telah berhasil mendiagnosis penyebab pasti dari
nefritis, Anda akan menjalani pengobatan. Kemungkinan besar, dokter akan mengobati penyebab utama
dari nefritis. Apabila penyebabnya tidak dapat diketahui, Anda akan diberi obat-obat tertentu untuk
mengobati infeksi ginjal.

Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam pengobatan infeksi ginjal adalah obat penghilang
rasa sakit dan antibiotik. Obat untuk mengatur tekanan darah juga akan diberikan bagi pasien yang
memiliki tekanan darah tinggi. Apabila infeksi disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif
atau kelainan pada sistem kekebalan tubuh, pasien akan diberi obat penekan sistem kekebalan tubuh,
misalnya kortikosteroid.

Selain menjalani pengobatan, pasien juga harus melakukan perubahan gaya hidup secara drastis
untuk membantu mereka melawan infeksi ginjal. Perubahan tersebut meliputi meningkatkan konsumsi
air dan mengurangi konsumsi sodium. Air dapat membantu kinerja ginjal dan menghilangkan kotoran
dari darah. Mengurangi sodium dapat mengurangi risiko penimbunan air, yang dapat menyebabkan
komplikasi seperti edema (pembengkakan) pada berbagai bagian tubuh dan wajah.
PENCEGAHAN RADANG GINJAL (NEFRITIS)

Untuk menjaga kesehatan ginjal tentunya hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah
gaya hidup dan pola makan menjadi lebih sehat. Membiasakan diri untuk melakukan olahraga setiap
hari sangat bagus untuk menjaga kesehatan ginjal, memeriksa kesehatan secara rutin, melakukan tes
urine, tes darah untuk kreatinin (Kreatinin adalah produk limbah dari metabolisme otot yang dibuang
ginjal), mengatur tekanan dan kadar gula dalam darah (Tekanan darah tinggi dan diabetes adalah dua
penyebab terbesar penyakit ginjal), menjaga berat badan tetap sehat berdampak positif pada kesehatan
ginjal, asupan air yang cukup, berhenti merokok dan hati-hati saat makan karena jika makan
sembarangan bisa menyebabkan timbulnya penyakit yang bisa berdampak pada kerusakan ginjal.

5 ALBUMINURIA

Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein albumin yang banyak.
Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah, sehingga albuminuria disebut juga sebagai
proteinuria. Protein merupakan senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh,
termasuk otot, tulang, rambut, dan kuku.

Protein yang berada dalam aliran darah juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti
melindungi tubuh dari infeksi, membantu pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di
seluruh tubuh.
Bagaimana mekanisme terjadinya albuminuria?

Saat darah melewati ginjal yang sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat sisa yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin. Sedangkan albumin dan protein lain
merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak dikeluarkan. Namun, ketika ginjal
mengalami kerusakan dalam menyaring, maka protein dari darah dapat bocor ke dalam urin.

Jika proteinuria tidak terkontrol, peningkatan jumlah protein dalam urin dapat menyebabkan kerusakan
ginjal menjadi lebih berat. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.

Penyebab Albuminuria

Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan albuminuria adalah sebagai berikut:

Diabetes
Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Keduanya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga menyebabkan albuminuria atau
proteinuria.

Contoh penyebab albuminuria selain darah tinggi dan diabetes meliputi:

Obat-obatan
Trauma atau cedera
Racun Infeksi
Gangguan sistem kekebalan tubuh
Peningkatan produksi protein di dalam tubuh dapat menyebabkan proteinuria. Contoh termasuk
multiple myeloma dan amiloidosis.

Faktor risiko lainnya termasuk:

Kegemukan

Usia di atas 65 tahun

Riwayat keluarga penyakit ginjal

Preeklamsia ( tekanan darah tinggi dan proteinuria pada kehamilan )

Gejala Albuminuria

Albuminuria tidak memiliki tanda-tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam urin
dapat ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah meninggalkan tubuh,
darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan, sehingga dapat terjadi pembengkakan di tangan, kaki,
perut, atau wajah. Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda hilangnya protein
(proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan bahwa penyakit ginjal telah berkembang.

Pemeriksaan laboratorium adalah satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang mengalami


albuminuria atau tidak dan apakah protein dalam urine menunjukkan adanya kerusakan ginjal yang luas.

Diagnosis dan Pemeriksaan

Pemeriksaan Proteinuria (Albuminuria)

Dalam rangka melakukan pemeriksaan skrining terhadap penyakit ginjal, dokter akan memeriksa sampel
urin acak untuk mendeteksi adanya proteinuria. Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan
pengujian dipstick urin (lihat gambar di bawah). Jika tes skrining ini negatif, tes urine yang lebih akurat
dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin : kreatinin. Rasio albumin-kreatinin
terhadap sampel urin pagi dianggap akurat, tapi kadang-kadang koleksi urin 24 jam dapat dilakukan
untuk mengukur albuminuria. Albuminuria juga dapat diukur dengan menggunakan dipstick-albumin
spesifik pada sampel urin acak.

Siapa yang harus melakukan pemeriksaan albuminuria dan seberapa sering?

Semua orang dengan diabetes tipe I dan tipe 2 yang berusia antara 12 dan 70 tahun harus menjalani tes
urine untuk memeriksa albuminuria setidaknya sekali setahun. Pedoman saat ini menyarankan skrining
untuk albuminuria pada pasien dengan faktor risiko penyakit ginjal kronis, termasuk diabetes, tekanan
darah tinggi, penyakit sistemik, usia lebih dari 60 tahun, dan riwayat keluarga gagal ginjal. Jika positif,
hasilnya harus dikonfirmasi dengan tes urine kedua.

Pengobatan Albuminuria

Jika seseorang memiliki diabetes, hipertensi, atau keduanya, tujuan pertama pengobatan
albuminuria adalah mengontrol glukosa darah atau gula darah, dan tekanan darah.

Orang dengan diabetes harus tes glukosa darah dengan rutin, mengikuti rencana makan yang
sehat, mengambil obat yang diresepkan, dan melakukan olahraga atau latihan yang direkomendasikan
oleh dokter Seseorang dengan diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin juga memerlukan obat darah
tinggi seperti ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB). Obat ini telah diketahui dapat
melindungi fungsi ginjal yang lebih baik dibanding obat sarah tinggi lainnya. Banyak pasien dengan
proteinuria tapi tanpa hipertensi juga dapat mengambil manfaat dari ACE inhibitor atau ARB.

Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan albuminuria, tetapi tidak diabetes, juga
dianjurkan menggunakan obat darah tinggi ACE inhibitor atau ARB. Para ahli kesehatan
merekomendasikan bahwa orang dengan penyakit ginjal harus menjaga tekanan darah nya di bawah
140/90 mmHg. Untuk menjaga target ini, seseorang mungkin perlu untuk mengambil kombinasi dua
atau lebih obat tekanan darah. Dokter mungkin juga meresepkan diuretik dikombinaskan dengan ACE
inhibitor atau ARB. Diuretik juga disebut pil kencing karena akan membantu seseorang buang air kecil
dan menyingkirkan kelebihan cairan dalam tubuh.
Selain glukosa darah dan mengontrol tekanan darah, National Kidney Foundation
merekomendasikan agar membatasi diet garam dan protein. Seorang dokter dapat merujuk pasien ke
ahli gizi untuk membantu untuk merencanakan menu makanan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai