Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP TEKNIK ISOLASI, UNIVERSAL PRECAUTION, MEKANISME


DAN PENGGUNAAN APD

AKADEMI KEPETAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG

KEPERAWATAN KLINIS

Disusun oleh:
Gilang Oktaverina
Hilda Hestika Fahroji

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE


TANGERANG
2020
ISI

KONSEP TEKNIK ISOLASI


a. Pengertian

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi

yang disusun oleh Center for Desease Control (CDC) dan harus diterapkan di

rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan

untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke

pekerja medis.Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu

Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan

berdasarkan cara penularan (Transmission based Precautions) (Muchtar, 2014;

Akib, dkk, 2008; Rosa, 2015).

Universal precaution adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang


digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada
semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.

a. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan

dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di

semua fasilitas kesehatan.Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian

infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko

penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh

dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan (Nursalam, 2007).Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi:

1) Kebersihan tangan.

2) APD : sarung tangan, masker,goggle, face shield , gaun.


3) Peralatan perawatan pasien.

4) Pengendalian lingkungan.

5) Penatalaksanaan Linen.

6) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.

7) Penempatan pasien

8) Hygiene respirasi/Etika batuk

9) Praktek menyuntik aman

10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

11) Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based Precautions).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk

kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang

dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib, dkk,

2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba penyebab

infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang sudah

terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak

kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014). Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis

kewaspadaan berdasarkan transmisi:

1) Kewaspadaan transmisi kontak

Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting dan tersering


menimbulkanHealthcare Associated Infections(HAIs).Kewaspadaan transmisi
kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi mikroba yang secara
epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.

a) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang rentan/petugas

dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh

pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan luka basah

saat mengganti verband, petugas tanpa sarung tangan merawat oral pasien dengan

Virus Herpes Simplex (HSV) atau scabies.

b)Transmisi kontak tidak langsung

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi

mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa,

tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti

saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak serta

kontak dengan cairan sekresi pasien

terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati

dilingkungan pasien.

Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih

memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Petugas

harus menghindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak

berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu,

telepon.

2)Kewaspadaan transmisi droplet

Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien dengan

infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet(

> 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan

jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak


konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet

partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier

dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,

bronkhoskopi.

Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau


terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi
permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane.
Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal:
commoncold,
respiratory syncitial virus (RSV). Transmisi ini dapat terjadi saat pasien

terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi

fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.

c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions )

Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan

kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui

terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan

melalui jalur udara.Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster)

langsung melalui udara.Kewaspadaan transmisi melalui udara ditunjukan untuk

menurunkan resiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang

ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari

droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu yang mengandung

mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m

dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh

dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal

penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi


melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi bakteriS.

aureus.

b. Tujuan

Universal precaution perlu diterapkan dengan tujuan untuk

1) mengendalikan infeksi secara konsisten,

2)memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau terlihat
seperti beresiko,

3) mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien,

4) asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.

c. Lingkup

Lingkup universal precaution


meliputi :

1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.


2. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
3. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tagan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lainnya.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang.
7. Pengelolaan linen.
ALAT PELINDUNG DIRI

A. Pengertian

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan untuk


melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua
jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu seseorang untuk

melindungi atau mengisolasi tubunnya dari segala macam bahaya yang dapat

mengancam jiwa di tempat kerja (Permenaker, 2010). Menurut Budiono

(2006), APD merupakan seperangkat alat yang melindungi sebagian atau

keseluruhan tubuh dari kemungkinan bahaya yang akan muncul di tempat kerja.

Dari penjelasan tentang APD dapat diambil kesimpulan bahwa alat pelindung

diri merupakan alat yang dapat membantu dan melindungi seseorang dari

bahaya yang akan terjadi.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh

tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker, 2006). APD adalah alat

pelindung diri yang dipakai oleh tenaga kerja secara langsung untuk mencegah

kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada atau timbul di

lingkungan kerja (Soeripto, 2008).

Dari pengertian tersebut, maka Alat Pelindung Diri (APD) dibagi

menjadi 2 kelompok besar yaitu :


a. Alat pelindung diri yang digunakan untuk uapaya pencegahan terhadap

kecelakaan kerja, kelompok ini disebut Alat Pelindung Keselamatan Industri. Alat

pelindung diri yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat yang digunakan

untuk perlindungan seluruh tubuh.

b. Alat pelindung diri yang digunakan untuk pencegahan terhadap gangguan

kesehatan (timbulnya suatu penyakit), kelompok ini disebut Alat Pelindung

Kesehatan Industri.

B. Kriteria Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai dan efektif dalam

penggunaan dan pemiliharaan menurut Tarwaka (2008) yaitu :

a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi.

b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman

dipakai dan tidak merupakan beban bagi pemakainya.

c. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya.

d. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

e. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta gangguan

kesehatan lainnya pada waktu dipakai.

f. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan.

g. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di

pasaran.

h. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

i. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
C. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri

Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan

merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya KAK dan PAK oleh bahaya

potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan

(Suma’mur, 2006).

Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan sebagai pelindung

kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan, terutama petugas yang

bekerja dan beresiko terkena paparan radiasi. Berdasarkan penjelasan tentang

manfaat dan tujuan alat pelindung diri dapat diambil kesimpulan bahwa APD

memiliki manfaat dan tujuan sebagai pelindung tubuh pekerja dari bahaya-

bahaya yang berada di tempat kerja.

D. Prinsip dalam Penggunaan APD

Prinsip penggunaan APD berdasarkan Panduan Pemakaian Alat

Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tahun

2015, yaitu:

1) Setiap pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II harus

dapat menggunakan APD dengan baik dan benar.

2) Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya

di rumah sakit harus dilakukan dengan menggunakan APD

3) Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan

disetiap instalasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.


4) Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam

menggunakan APD di rumah sakit, bukan merupakan tanggung jawab

rumah sakit.

E. Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010

tentang Alat Pelindung Diri) :

a. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam

atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi

panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikroorganisme) dan

suhu yang ekstrim.

Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :

a. Topi pengaman ( Safety Helmet )


Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda – benda.
b. Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi iklim
yang buruk.
c. Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan
rambut dari mesin.

Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang lain,
yaitu:

a. Kaca Mata ( gogles )


b. Penutup muka
c. Penutup telinga
d. Respirator, dll
b. Alat Pelindung Muka dan Mata

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan

partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-

benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang

mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan

benda keras atau benda tajam.

Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi Mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik bening,
kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau
kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan
pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker
dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang
memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila
tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :

a. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )


Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa
pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak
memberikan perlindungan.
b. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat  kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan
bagi mata.

c. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

Alat pelindung telinga ada 2 jenis :


a. Sumbatan telinga ( ear plug )

Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu saja.


Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu.

b. Tutup telinga (ear muff )

Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai daya


pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30 DB. Untuk keadaan khusus
dapat dikombinasikan antara tutup telinga dengan sumbat telinga,
sehingga dapat mempunyai daya lindung yang lebih besar.

d. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara

menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,

mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/

fume, dan sebagainya.

Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

a. Respirator yang sifatnya memurnikan udara


b. Respirator yang mengandung bahan kimia
c. Topeng gas dengan kamister
d. Respirator dengan cartridge
e. Respirator dengan filter mekanik
f. Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi ……… udara
berupa saringan / filter
g. Biasanya di gunakan pada pencegahan debu
h. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia
i. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply
udara berasal dari :
j. Saluran udara bersih atau kompresor
k. Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )

Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

a. Udara yang dimampatkan


b. Oksigen yang dimampatkan
c. Oksigen yang dicairkan
d. Respirator dengan supply oksigen
Biasanya berupa “ Self …………….. Breathing ………. Yang harus diperhatikan
pada respirator jenis tersebut di atas :

a. Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya


b. Pemakaian yang tepat
c. Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

e. Alat Pelindung Tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,

benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad

renik.

f. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau

berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan

panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia

berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

g. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,

pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan

logam panas, uap panas, benturan dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores,

radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan

dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

h. Alat pelindung jatuh perorangan


Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja

agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga

pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring

maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak

membentur lantai dasar.

i. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain
(Mulyanti, 2008):
Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sikap, yaitu reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek.

a. Kondisi APD, yaitu berkaitan dengan fasilitas/ketersediaan APD yang

akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.

b. Pengawasan, berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan

kuantitatif.

c. Dukungan sosial, baik dari rekan kerja maupun dari pimpinan. Peran

rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran

atasan/ pimpinan adalah berupa adanya anjuran, pemberian sanksi

maupun pemberian hadiah.

2. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia berperilaku,


karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku penggunaan APD adalah tindakan atau aktivitias dalam penggunaan

seperangkat alat oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian

tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

Penggunaan APD merupakan tahap akhir dari pengendalian kecelakaan

maupun penyakit akibat kerja. Pada kenyataannya masih banyak pekerja yang

tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya manfaat dan telah

tersedianya APD. Hal tersebut disebabkan karena banyak faktor yang

mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung

diri tersebut (Yusmardian, 2005).

3. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan sesorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja, yang etrjadi secara tiba-tiba, tidak diduga

sebelumnya, dan tidak diharapkan terjadi, yang menimbulkan kerugian ringan

sampai yang paling berat, bahkan bisa menghentikan kergiatan di lingkungan

kerja (Kurniawati, 2013).

Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman

yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera

hingga kematian.1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe

action atau tindakan tidak aman.Kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak

aman (Unsafe Action) dianggap sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak

manajemen perusahaan (Pratiwi, 2012).

4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan promosi dan

pemeliharaan tertinggi tingkat fisik, mental dan kesejahteraan sosial, dimana

terdapat pencegahan risiko mengalami kecelakaan kerja, perlindungan pekerja

dari risiko yang dapat merugikan kesehatan, menempatkan dan memelihara

pekerj a dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan peralatan fisiologis

dan psikologis yang tidak membahayakan nyawa (WHO, 2010). Definisi

menurut keilmuan adalah ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari

tentang cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja, Penyakit Akibat Kerja

(PAK), kebakaran, peledakan, dan pecemaran lingkungan (Djatmiko, 2016).

Tujuan dari program K3 adalah untuk memperoleh derajat kesehatan baik

fisik, mental maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit

dan kecelakaan akibat kerja yang dapat disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,

bahan, proses maupun lingkungan kerja (Suma’mur, 2009). Faktor utama

penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah faktor perilaku 31.776 kasus

(32.06% dari total kasus) dan 57.626 kasus (58,15% dari total kasus) karena

tindakan yang tidak aman (Jamsostek, 2011). Tindakan tidak aman (unsafe action)

adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja maupun orang lain dan

menyebabkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti

tidak memakai alat pelindung diri (APD), tidak mengikuti prosedur kerja, tidak

mengikuti peraturan keselamatan kerja maupun bekerja tidak hati-hati (Pratiwi,

2012).
Indikasi pemakaian alat pelindung diri: tidak semua alat pelindung diri
harus dipakai, tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan.

No Jenis pajanan Contoh Pilihan ADP


1 Resiko sedang: kontak dengan  Injeksi  Sarung tangan
kulit, tidak terpajan langsung  Perawatan luka
dengan darah. ringan

2 Resiko sedang: kemungkinan  Pemeriksaan  Sarung tangan


terpajan darah tidak cipratan. pelvis  Mungkin
 Insersi IUD perlu gaung
 Melepas IUD pelindung
 Pemasangan
kateter IV
 Perawatan luka

3 Resiko tinggi: kemungkinan  Tindakan bedah  Sarung tangan


terpajan darah dan mayor  Celemek
kemungkinan terciprat  Bedah mulut  Kacamata
 Persalinan pelindung
pervagina  Masker
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scibd.com/UniversalPrecaution (Rabu, 02 September 2020) 14.30

WIB

https://repository.umyac.id/10BABIITINJAUANPUSTAKAA.LandasanTeori-

UMYRepsitory ( Kamis, 03 September 2020) 20.30 WIB

https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/AlatPelindungDiri (Rabu, 02 September

2020) 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai