Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

POLIO

AKADEMI KEPETAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG

KMB 2

Disusun oleh:
Ahmad Haviro
Hilda Hestika Fahroji

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE


TANGERANG
2020
BAB II
ISI

A. Definisi
Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh
infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio
virus termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe
1,2,dan 3. Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1,
dimana infeksi didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan
tipe 3. (Elzouki, 2012)
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat
mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain
poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis.
Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada
umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat
menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama
kali ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan
secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit
ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa
Yunani berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon
(marrow). Artinya predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang dan init motorik batang otak. Penyakit ini
hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa
endemi dan epidemic. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011)
Polio is a contagious viral illness that in its most severe form
causes paralysis, difficulty breathing and sometimes death
(http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/polio.html).
Polio (poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan
kadang berakibat fatal. Virus ini mempengaruhi sarar dan dapat
menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejala-
gejala lainnnya (http://medicastore.com/).
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun.
Bahkan ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu
dengan fitur-fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah
disebut dengan banyak nama-nama yang berbeda, termasuk
kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian
bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis.
Virus dan penyakit polio adalah kependekan untuk poliomyelitis dan
mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan
itis (peradangan) (http://growupclinic.com/2012/05/20/infeksi-polio-
manifestasi-klinis-dan-penegakkan-diagnosis-terkini/).
B. Etiologi
Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah
virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok
enterovirus asli koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus dibedakan
dibedakan oleh pengaruhnya pada biakan jaringan dan binatang

C. Klasifikasi
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu :
1. Poliomielitis Asimtomatis: Masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
tanda dan gejala karena daya tahan tubuh yang cukup baik, maka
tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala yang timbul berupa infeksi virus
seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri tenggorokan nyeri
abdomen, nyeri kepala, dan konstipasi.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik yang timbul hampir sama
dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit
ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang
otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala yang timbul sama pada poliomyelitis
non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot
skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk
gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara
bentuk spinal dan bentuk bulbar.
d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.
D. Pathway

Polio
VIRUS

Kurang pengetahuan tentang polio b.d Melalui fekal-oral (makanan yang


informasi yang tidak adekuat terkontaminasi) melalui oral-oral

multiplik
infeksi orofharing asi Mukosa usus
Sulit menelan

Virus ada disekresi


Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d sulit menelan
System limfatik/pembuluh darah

Menyebar ke organ target

Hipertermi b.d proses infeksi Hipertermi Fase viremia


a

Infeksi System syaraf pusat (SSP)


Nyeri

Menyerang selsel syaraf yang mengendalikan otot


Nyeri b.d proses infeksi yang
menyerang syaraf
Melemahnya otot

Gangguan kecemasan pada anak dan keluarga


b.d kondisi penyakit Paralisis

Otot tungkai (flaccid


Gangguan mobilitas fisik b.d paralisis otot paralisis)
tubuh
E. Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain
disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler
langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis.
Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk
penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit
saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat
yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia
radiks dorsalis);
2. Medulla (nucleus vestibuler, nucleus saraf cranial, dan
formasiretikularis, yang berisi pusat-pusat vital);
3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia
nigra dan kadang-kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris)
Daerah-daerah yang terselamatkan:
a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik
b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam
c. Substansi alba medulla spinalis
Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis.
Pathogenesis nefritis, miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis,
pneumonitis, dan sindrom lain terkait enterovirus tidak jelas.
Gangguan ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen virus
atau cedera jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah
diperagakan pada jaringan jantung dari penderita dengan
kardiomiopati, tetapi hubungan sebab akibat belum ditegakkan.
Beberapa rangakain peptide yang menyusun epitop virus dimiliki
bersama oleh jaringan hospes, yang dapat menyediakan mekanisme
untuk reaksi autoimun pada infeksi enterovirus.
F. Manifestasi Klinis
1.Infeksi virus polio
a. Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-
gejala berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk,
eksudat faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan
jarang. Demam jarang melebihi 39,5°C (103°F), dan faring
biasanya menunjukan sedikit perubahan walaupun sering ada
keluhan nyeri tenggorok.
b. Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali
bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada
nyaeri dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai.
Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering
dijumpai, dan konstipasi sering ada.
c. Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik
yang disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih
kelompok otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat
disertai dengan jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian
pada puncak berulang dengan paralisis. Paralisis kandung
kencing lamanya 1-3 hari pada sekitar 20% penderita dan atoni
usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai mengarah pada
ileus paralitikus.
d. Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan
klinis-viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang
terbatas dan karena enterovirus sering tanpa gejala dalam
saluran cerna, beberapa dari penyakit yang diamati yang secara
bersamaan ditemukan virus mungkin tidak mempunyai
hubungan sebab akibat. Namun pengamatan ulang telah
meperkuat beberapa hubungan virus penyakit, walaupun
kejadiannya sporadic. Lebih dari 90% infeksi yang disebabkan
oleh enterovirus nonpolio tidak bergejala atau menyebabkan
sakit demam tidak spesifik. Beberapa sindrom klinis sangat
tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan serotype tertentu.
e. Infeksi Tidak Bergejala
Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja
anak sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi
enterovirus nonpolioyang tidak bergejala
f. Penyakit Demam Nonspesifik
ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim.
Semua tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering
sangat bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya
penyakit biasanya mendadak dan tanpa gejala yang
mendahului. Pada anak lebih muda awal adalah demam dan
malaise terkait. Pada anak yang lebih tua biasanya juga
ditemukan nyeri kepala dan mialgia.
g. Manifestasi pernapasan
Faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, dan nasofaringitis
h. Manifestasi Saluran Cerna
1) Muntah, tetapi bukan merupakan keluhan utama penderita
atau orangtua
2) Diare
3) Nyeri perut
i. Konjungtivitis Hemoragik akut
Konjungtivitis hemoragik akut mulai mendadak yang disertai
dengan nyeri mata berat dan disertai fotofobia, pandangan
kabur, lakrimasi, eritema dan kongesti mata, serta palpebra
edema dan kemosis. Ada perdarahan subkonjungtiva dari
berbagai ukuran dan seringkali keratitis epithelial pungktata
sementara, folikel konjungtiva, dan linfadenopati preaurikuler.
Kotoran mata pada mulanya serosa tetapi menjadi
mukopurulen dengan infeksi bakteri sekunder. Gejala-gejala
sistemik termasuk demam jarang.
j. Perikarditis dan miokarditis
k. Manifestasi genitourinarius
1) Orkitis
2) Epidedimitis
3) Glomerulonefritis akut
4) Glomerulonefritis mesangiolitik mesangiolitik pada bayi
dengan imunodefisiensi
5) Sindrom hemolitik-uremik
6) Gagal ginjal akut
7) Piuria
8) Hematuria
9) Proteinuria
10) Sistitis hemoragis
11) Lesi ulseratif vagina
l. Miositis dan arthritis
m. Manifestasi Kulit
1) Eksatem
2) Ruam pada kulit
3) Lesi intraoral
4) Lesi pada bokong, tangan dan kaki
n. Manifestasi Neurologis
1) Meningitis aseptic
2) Kekauan atau spasme otot menyeluruh
3) Tanda kernig dan brudzinski positif
G. Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35
hari. Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan.
Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring
terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat
memutuskan rantai penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio
berpotensial menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus
polio dapat ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian.
Bahkan bias bertahan sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu 72
jam atau lebih.

H. Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan
otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot.
Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.
Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas
tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-
polio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa
dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin
terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas
tulang mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang
salah.
2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada
pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot
dan kelemahan.
3. Komplikasi respiratorySkoliosis dan atropi otot dapat
menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat
pada insufisiensi pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012)
H. Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan
artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status
nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif
mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
I. Pemeriksaan
1. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai
terkena poliomyelitis selama rentan waktu 2 minggu setelah gejala
kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan cerebrospinal sangat
diagnostic, tetpi hal itu jarang dikerjakan.
2. Bila virus polio dapat diisolasi dari tinja seseorang dengan paralisis
flaksit akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan
cara oligonukleotide mapping (finger printing) atau genomic
sequencing untuk menetukan apakah virus tersebut termasuk virus
liar atau virus vaksin serta serotipenya, yang penting untuk respon
epidemiologi.
3. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada
kasus yang sulit.
J. Pencegahan
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah:
1.Peningkatan hygiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus
resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin
yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya,
sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus
vaksin yang berbiak akan menutup PVR(polio virus reseptor)
diusus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat
menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan
IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian
saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
dasar (12 tahun). Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan
vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan, di Indonesia umumnya
diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1
pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3
hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum
yang distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah
sebagai indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih
yang cepat sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari).
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1
tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa kadaluarsa
2 tahun).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini
sebagai deskripsi masalah, keluhan utama didapat dengan
menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien.
Keluarga klien membawa anaknya kepelayanan kesehatan
terdcekat dengan keluhan kelemahan ekstremitas bawah.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal
sampai perkembangan saat ini , meliputi komponen :
a.Rincian awitan :
Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam
b. Riwayat interval yang lengkap
Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan
ekstremitas
c. Status saat ini
Klien mengalami kelumpuhan/ paralisis kaki
d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini
Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat
seperti sebelum sakit.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi infromasi yang berhubungan dengan aspek status
kesehatan anak yang telah ada sebelumnya. Memfokuskan pada
beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian
riwayat orang dewasa.
4. Riwayat kelahiran
Meliputi :
a. Kesehatan ibu selama kehamilan
b. Proses persalinan dan kelahiran
c. Kondisi bayi segera setelah lahir
d. Faktor emosional mempengaruhi hasil akhir kelahiran dan
hubungan orang tua dan anak lebih lanjut, selidiki :
a) krisis yang terjadi selama masa kehamilan
b) sikap terhadap fetus selama pranatal
5. Riwayat diet
Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan , pola
makan ,jenis makanan yang sulit diterima oleh klien, faktor-
faktor finansial dan budaya yang mempengaruhi pemilhan dan
persiapan makanan.
6. Penyakit, cedera dan pembedahan sebelumnya
Tanyakan secara spesifik tentang demam, sakit telinga dan
penyakit masa kanak-kanak seperti campak, rubella , cacar air ,
gondongan, pertusis, difteri , demem scarlet, radang tergorokan
, tonsilitis atau manifestasi alergi. Selain penyakit tersebut,
tanyakan juga tentang riwayat cidera (terjatuh, keracunan ,
tersedak , atau terbakar ) yang memerlukan intevensi medis,
pembedahan dan alasan lain untuk hospitalisasi.
7. Alergi
Adakah gangguan hay fever , asma dan reaksi yang tidak biasa
tehadap obat-obatan , makanan , atau produk-produk latek
(karet), ataupun kontak dengan agen yang lain seperti
tumbuhan beracun , hewan, produk-produk rumah atau pabrik.
Dokumentasi tentang pedoman riwayat alergi, pertanyaan
yang bisa diajukan pada keluarga :
a. obat-obat an apa yang menyebabkan alergi, apakah anda
dapat mengingat nama obat tersebut ?
b. bagaimana reaksinya ?
c. apakah digunakan per oral atau disuntikan ?
d. berapa lama setelah menggunakan obat itu reaksi
berlangsung ?
e. pernahkah mengunakan obat yang sama , dan bagaimana
reaksi nya , apakah sama ?
f. apakah ada yang mengatakan tentang reaksi alergi, apa
yang anda lakukan ?
8. Riwayat pengobatan
Catat semua pengobatan, nama, dosis, jadwal, durasi dan
alasan pemberian. Pengkajian yang teliti harus memasukan
semua obat atau pengobatan alternatif.
9. Riwayat imunisasi
Catatan tentang semua imunisasi meliputi : nama imunisasi ,
jadwal pemberian imunisasi , tempat akses pemberian
imunisasi , reaksi setelah imunisasi.
10. Pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkambangan meliputi :
a. Perkiraan BB pada usia 6 bulan , 1 tahun , 2 tahun , 5
tahun.
b. Perkiraan Tinggi badan pada usia 1 dan 4 tahun.
c. Pertumbuhan gigi : usia mulai tumbuh gigi , jumlah gigi
dan gejala selama tumbuh gigi
d. Perkembangan menahan kepala secara stabil
e. Usia duduk tampa bantuan
f. Bisa berjalan tanpa bantuan
g. Mulai dapat berkata yang bermakna
h. Kelas di sekolah saat ini
i. Peringkat di kelas
j. Interaksi dengan anak lain
11. Kebiasaan
Pengkajian tentang kebiasaan anak, meliputi :
12. Pola perilaku anak (misalnya menggigit kuku, mengisap
jempol, dan pergerakan tidak lazim, masturbasi secara terang-
terangan dan berjalan jinjit)
13. Aktivitas kehidupan sehari-hari (seperti : jam tidur dan
bangun, lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan
lamanya olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi,
urinasi untuk pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada
tidur siang atau tidur malam.
14. Respons terhadap frustasi
15. Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, kopi
atau tembakau.
16. Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi umum
b. Integumen
Perubahan pigmen/ kemerahan, kecenderungan memar,
petekie, kekeringan kulit yang berlebihan
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
f. Telinga
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Dada meliputi : respirasi dan kardiovaskuler
j. Gastrointestinal
k. Genitourinaria
l. Ginekologi
m. Muskuloskeletal
n. Neurologi
o. Endokrin
17. Riwayat Pengobatan Keluarga
a. Digunakan untuk mengungkapakan kemungkinan adanya
penyakit keturunan
b. Informasi yang dapat digali, seperti : usia, status
pernikahan, kondisi kesehatan jika masih hidup, penyebab
kematian jika sudah meninggal.
c. Konfirmasi keakuratan gangguan –gangguan yang
dilaporkan dengan menanyakan gejala, rangkaian kejadian,
terapi dan urutan setiap diagnosis
d. lokasi geografis menentukan indikasi kemungkinan terpajan
penyakit endemis.
18. Riwayat Psikososial
Meliputi pengkajian pada konsep diri, meliputi : Citra diri,
Identitas diri, Peran diri, Ideal Diri, dan Harga Diri. riwayat
pengobatan tradisional, meliputi bagian personal dan sosial
anak, seperti penyesuaian di sekolah, atau kebiasaan lain yang
tidak biasa. observasi hubungan orangtua dan anak, perlakuan
orangtua pada anak juga dikaji dalam riwayat ini.
19. Riwayat Seksual
Merupakan riwayat penting pada kejadian remaja,
mengungkapkan area persoalan yang berhubungan dengan
aktifitas seksual , kondisi yang dapat digunakan sebagai
skrining untuk penyakit menular seksual atau pemeriksaan
kehamilan, informasi konseling seksual.
20. Pengkajian Keluarga
a. Pengkajian struktur keluarga
Struktur keluarga merujuk pada komposisi keluarga
yang tinggal dalam rumah, dan memiliki karekterisktik
sosial, budaya , agama dan ekonomi yang mempengaruhi
kesehatan psikobiologis anak dan keluarga. Area
perhatiannya pada komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas , pekerjaan dan pendidikan anggota keluarga
, tradisi budaya dan agama.
b. pengkajian fungsi keluarga
Berkaitan dengan cara keluarga berprilaku satu sama
lain dan dengan kualitas hubungan. Bisa dilakukan dengan
tekhnik skrining (family APGAR. FAPGAR)
21. Pemerikasaan klinis diagnostic
a. Pemeriksaan antropometri
b. Pemeriksaan penunjang seperti tes biokimia, darah
lengkap , faal darah dan pemeriksaan penunjang lainnya
B. Rumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
2. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan
3. Hypertermi b.d proses penyakit
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
5. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

Contoh Kasus Poliomielitis :


An.S berumur 4 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakan bahwa
anaknya tiba-tiba merasa lemas dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal
panas selama dua hari, kemudian mual-mual dan muntah disertai pusing sejak
semalam.
Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan Luaran Intervensi Paraf
1. Hypertermi b.d proses Setelah dilakukan Observasi
penyakit tindakan 1. identifikasi
Ds: keperawatan ...x... penyebab
Do: jam masalah hipertermia
keperawatan . 2. monitor suhu
hypertermi b.d tubuh
proses penyakit 3. monitor
dapat membaik . komplikasi akibat
Dengan kriteria hipertermi
hasil: Tarapeutik
1. pucat menurun 4. sediakan
2. takikardi lingkungan yang
menurun dingin
3. takipnea 5. longgarkan atau
menurun lepaskan pakian
4. bradikardi 6. berikan cairan
menurun oral
5. suhu tubuh 7. ganti linen setiap
membaik hari atau lebih
6. suhu kulit sering jika
membaik hiperhidrosis
7. pengisian (keringet nerlebih)
kapiler membaik 8. lakukan
8. tekanan darah pendinginan
membaik eksternal
9. hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
10. berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
11. anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
12. kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi
ketidakmampuan tindakan 1. identifikasi
mencerna makanan keperawatan status nutrisi
Ds: selama ...x... jam. 2. identifikasi
Do: Masalah alergi dan
keperawatan intoleransi
defisit nutrisi b.d makanan
ketidakmampuan 3. identifikasi
mencerna makanan makanan yang
dapat membaik. disukai
Dengan kriteria 4. monitor asupan
hasil: makanan
1. porsi makanan 5. monitor berat
yang dihabiskan badan
meningkat Tarapeutik
2. kekuatan otot 6. lakukan oral
mengunyah hygiene, jika perlu
meingkat 7. sajikan makanan
3. kekuatan secara menarik dan
menelan suhu yang sesuai
meningkat 8. berikan makanan
4. verbalisasi tinggi serat untuk
keinginan untuk mencegah
meningkatkan konstipasi
nutrisi meningkat 9. berikan makanan
5. pengetahuan tinggin kalori dan
tentang pilihan protein
makanan yang 10. berikan
sehat meningkat suplemen
6. pengetahuan makanan, jika perlu
tentang minuman Edukasi
yang sehat 11. anjurkan posisi
meningkat duduk
7. pengetahuan 12. ajarkan diet
tentang standar yang diprogramkan
asupan nutrisi yang Kolaborasi
tepat meningkat 13. kolaborasi
8. penyiapan dari dengan ahli gizi
penyimpanan untuk menentukan
makanan yang jumlah kalori dan
sehat meningkat jenis nutrien yang
9. penyiapan dan dibutuhkan, jika
penyiapan perlu
minuman yang
sehat meningkat
10. sikap terhadap
makanan /
minuman sesuai
dengan tujuan
kesehatan
meningkat
11. perasaan cepat
kenyang menurun
12. berat badan
membaik
13. IMT membaik
14. frekuensi
makan membaik
15. nafsu makan
membaik
16. membran
mukosa membaik

3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Observasi:


pencedera fisiologis tindakan 1. Identifikasi
Ds: keperawatan 1x7 lokasi
Do: jam masalah 2. Identifikasi skala
keperawatan nyeri yeri
akut b.d agen 3 Identifikasi
pencedera fisiologis respon nyeri
dapat menurun Tarapeutik
dengan kriteria 1. Berikan teknik
hasil: nonfarmakalogis
1. Keluhan nyeri untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
2. Meringis 2. Kontrol
menurun lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri

4. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Observasi


kurang terpapar tindakan 1. Identifikasi
informasi keperawatan 1x7 kesiapan dan
Ds: jam masalah kemampuan
Do: keperawatan defisit menerima
pengetahuan b.d informasi
kurang terpapar
2. Identifikasi
informasi dapat
faktor-faktor yang
meningkat dengan
kriteria hasil: dapat
1. Verbalisasi meningkatkan dan
minat dalam menurunkan
belajar meningkat motivasi perilaku
2. Kemampuan hidup bersih dan
menjelaskan sehat
pengetahuan Tarapeutik
tentang suatu topik 1. Sediakan materi
meningkat dan media
3. kemampuan pendidikan
menggambarkan kesehatan
pengalaman 2. Jadwalkan
sebelumnya yang pendidikan
sesuai dengan kesehatan sesuai
topik meningkat kesepakatan
4. Perilaku sesuai 3. Berikan
dengan kesempatan untuk
pengetahuan bertanya
meningkat Edukasi
5. Pertanyaan 1. Ajarkan perilaku
tentang masalah hidup bersih dan
yang dihadapi sehat
menurun
5. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi
b.d penurunan kekuatan tindakan 1. identifikasi
otot keperawatan 1x7 adanya nyeri atau
Ds: jam. Masalah keluhan fisik
Do: keperawatan laiinya
gangguan mobilitas 2. identifikasi
fisik b.d penurunan toleransi fisik
kekuatan otot dapat melakukan
meningkat. dengan ambulasi
kriteria hasil: 3. monitor kondisi
1. pergerakan umum selama
ekstremitas melakukan
meningkat ambulasi
2. kekuatan otot Tarapeutik
meningkat 4. fasilitasi
3. rentang gerak aktivitas ambulasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu
4. nyeri menurun 5. fasilitasi
5. kaku sendi melakukan
menurun mobilisasi fisik,
6. gerakan terbatas jika perlu
menurun 6. libatkan keluarga
7. kelemahan fisik untuk membantu
menurun pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
7. jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
8. anjurkan
melakukan
ambulasi dini
9. ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
1) Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Diagnostik Edisi I Cetakan I Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

2) Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnostik Edisi I Cetakan II Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

3) Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Diagnostik Edisi I Cetakan II Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

4) https://id.scribd.com/AskepPolio-scribd (selasa,01 September 2020) 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai