Anda di halaman 1dari 13

Tes Fungsi Ginjal

May 9, 2014
Ginjal normal mempunyai 3 fungsi pokok yaitu: ultrafiltrasi oleh glomerulus, reabsorbsi air dan
padatan yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan non-organik tubulus.
Dalam menangani penderita penyakit ginjal diperlukan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Disamping untuk menetapkan diagnosis penyakitnya, pemeriksaan laboratorium juga berperan
untuk memantau fungsi ginjal. Pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal mempunyai arti penting
agar dokter tidak hanya mampu mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk mengevaluasi fungsi
ginjal penderita tidak bertambah parah.
Fungsi ginjal dapat dievaluasi dengan berbagai uji laboratorium secara mudah. Langkah awal
dimulai dengan pemeriksaan urinalisis lengkap, termasuk pemeriksaan sedimen urin. Berbagai
informasi penting mengenai status fungsi ginjal dapat diperoleh dari urinalisis. Pengukuran kadar
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum berguna untuk evaluasi gambaran fungsi ginjal
secara umum. Dalam keterbatasannya, kedua uji tersebut mampu membuat estimasi laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang akurat. Untuk menetapkan LFG yang lebih tepat dapat dilakukan
pengukuran dengan klirens kreatinin atau klirens inulin atau penetapan LFG secara kedokteran
nuklir. Evaluasi fungsi tubulus diukur melalui pengukuran metabolisme air dan mineral serta
keseimbangan asam basa.
Orang yang mengidap penyakit ginjal kronis mungkin memiliki beberapa atau semua tes berikut.
1. Kreatinin serum
Kreatinin adalah produk limbah dalam darah yang berasal dari aktivitas otot. Produk limbah ini
biasanya dibuang dari darah melalui ginjal, tapi ketika fungsi ginjal melambat, tingkat kreatinin
akanmeningkat. Biasanya hasil pemeriksaan serum kreatinin digunakan untuk menghitung GFR.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total
daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan
efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat
atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml
sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang
dikonsumsi oleh penderita yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.

Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer


atau analyzer kimiawi.
Nilai Rujukan

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.

Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih
sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar
nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya
hipovolemia (kekurangan volume cairan), namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi
glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan
kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, preeklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan,
gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis,
uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi],
unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, sefalosporin
(sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam
askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa, triamteren.
Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu disatukan
(dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin
serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya
meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin).
Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin.
Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar
kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi
(>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal
ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium Pemeriksaan Kreatinin serum

Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.

Kehamilan

Aktivitas fisik yang berlebihan

Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

2. Glomerular Filtration Rate (GFR)


GFR menggambarkan fungsi ginjal yang kita miliki dan umumnya diperkirakan dari tingkat
kreatinin darah. GFR atau LFG (laju filtrasi glomerular) adalah tes terbaik untuk mengukur
tingkat fungsi ginjal dan menentukan stadium penyakit ginjal. Para dokter biasanya dapat
menghitung dari hasil tes darah kreatinin, usia Anda, ras, gender dan faktor lainnya.Penyakit
ginjal lebih awal terdeteksi, semakin baik kesempatan untuk memperlambat atau menghentikan
perkembangannya.
GFR merupakanperhitungan yang menandai tingkat efisiensi penyaringan bahan ampas dari
darah oleh ginjal. Perhitungan GFR yang umum membutuhkan suntikan zat pada aliran darah
yang kemudian diukur pada pengambilan air seni 24 jam. Baru-baru ini, para ilmuwan
menemukan bahwa GFR dapat dihitung tanpa suntikan atau pengambilan air seni. Hitungan baru
ini hanya membutuhkan pengukuran tingkat kreatinin dalam contoh darah.
Kreatinin adalah bahan ampas dalam darah yang dihasilkan oleh penguraian sel otot secara
normal selama kegiatan. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan
memasukkannya pada air seni untuk dikeluarkan dari tubuh. Bila ginjal tidak bekerja
sebagaimana mestinya, kreatinin bertumpuk dalam darah.
Dalam laboratorium, darah kita akan dites untuk menentukan ada berapa miligram kreatinin
dalam satu desiliter darah (mg/dL). Tingkat kreatinin dalam darah dapat berubah-ubah, dan
setiap laboratorium mempunyai nilai normal sendiri, umumnya 0,6-1,2mg/dL. Bila tingkat
kreatinin sedikit di atas batas atas nila normal ini, kita kemungkinan tidak akan merasa sakit,
tetapi tingkat yang lebih tinggi ini adalah tanda bahwa ginjal kita tidak bekerja dengan kekuatan
penuh. Satu rumusan untuk mengestimasikan fungsi ginjal adalah menyamakan tingkat kreatinin
1,7mg/dL untuk kebanyakan laki-laki dan 1,4mg/dL untuk kebanyakan perempuan sebagai 50%
fungsi ginjal normal. Tetapi karena tingkat kreatinin begitu berubah-ubah, dan dapat dipengaruhi
oleh makanan, perhitungan GFR adalah lebih tepat untuk menentukan apakah kita mempunyai
fungsi ginjal yang rendah.

Perhitungan GFR baru memakai ukuran kreatinin bersamaan dengan berat badan, usia, dan nilai
ditentukan untuk jenis kelamin dan ras. Beberapa laboratorium dapat menghitung GFR saat
tingkat kreatinin diukur, dan memasukkannya pada laporan.
Glomerular filtration rate adalah volume cairan yang disaring dari glomerulus ginjal ke kapsul
Bowman per satuan waktu. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dihitung dengan mengukur
bahan kimia yang memiliki tingkat mantap dalam darah dan disaring secara bebas tetapi tidak
diserap atau dikeluarkan oleh ginjal. Tingkat itu diukur adalah jumlah substansi dalam urin yang
berasal dari volume diperhitungkan darah. GFR ini biasanya dicatat dalam satuan volume per
waktu, misalnya, mililiter per menit ml / menit.
Ada beberapa teknik yang berbeda digunakan untuk menghitung atau memperkirakan laju filtrasi
glomerulus. Cara yang paling sering dipakai untuk menghitung LFG dalam klinik adalah dengan
menggunakan prinsip klirens. Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibutuhkan untuk
membersihkan suatu zat dari glomerulus dalam suatu periode waktu. Marker yang digunakan
untuk mengukur LFG dengan prinsip ini haruslah bebas filtrasi dalam glomerulus dan tidak
direabsorbsi maupun disekresi oleh tubulus renal. GFR ini dapat ditentukan misalnya dengan
menyuntikkan inulin dalam plasma. Inulin tidak diserap atau dikeluarkan oleh ginjal setelah
penyaringan glomerular, hingga laju ekskresi berbanding lurus dengan tingkat filtrasi air dan zat
terlarut di saringan glomerulus. Pada tahap awal penyakit ginjal, hasil akan tetap normal karena
hyperfiltration dalam nefron. Koleksi lengkap urin merupakan sumber penting kesalahan dalam
pengukuran inulin clearance. Bila marker dengan karakteristik seperti tersebut diatas diberikan,
jumlah marker yang difiltrasi oleh glomerulus dalam 1 menit (LFG x P) harus sama dengan
jumlah marker yang diekskresi dalam kemih dalam 1 menit (U x V). Maka rumus tersebut dapat
ditulis sebagai berikut:
LFG x P = U x V

LFG = laju filtrasi glomerulus


P = kadar marker dalam plasma
U = kadar marker dalam kemih
V = volume kemih yang dikeluarkan selama masa uji
Sehingga, bila volume kemih (V) diukur selama masa uji dan kadar marker dalam plasma (P)
dan kemih (U) diketahui, maka LFG dapat dihitung dengan mudah.
Normal GFR pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. GFR berfungsi untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. GFR yang terlalu cepat menyebankan proses reabsorpsi di
renal tubule tidak sempurna, sebaliknya GFR yang lambat menyebabkan tingginya reabsorpsi zat
yang seharusnya dibuang lewat urin. GFR sangat erat kaitannya dengan Tekanan Darah tubuh.

GFR dapat dikatakan normal jika TD 80-180 mmHG. GFR dipertahankan dengan mekanisme
autoregulasi dan miogenik ginjal (renal myogenik autoregulation) dan umpan balik
tubuloglomerular (tubuloglomerular feedback).

Marker untuk estimasi LFG


Marker yang ideal untuk pengukuran LFG adalah marker yang non-toksik, dapat mencapai kadar
plasma yang stabil dalam keadaan keseimbangan, tidak terikat pada protein plasma, difiltrasi
bebas oleh glomerulus, tidak disekresi dan direabsorbsi oleh tubulus ginjal.
1. Klirens inulin
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut, sehingga
klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada dewasa maupun
pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena klirens
inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari. Prosedur pemeriksaan adalah dengan cara infus
inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan
intake cairan yang banyak.
1. Klirens kreatinin
Kreatinin endogen paling sering dipakai untuk menentukan LFG. Meskipun kreatinin bebas
filtrasi dalam glomerulus, terdapat sejumlah kecil kreatinin disekresi dalam tubulus. Perlu
pengumpulan kemih 24 jam. LFG berhubungan terbalik dengan kadar kreatinin plasma.
Prosedur pelaksanaan uji klirens kreatinin
Metode klirens kreatinin untuk penentuan LFG membutuhkan pengumpulan kemih yang akurat.
Meskipun pengumpulan kemih 24 jam dipakai sebagai metode standard dalam pengukuran
klirens kreatinin, pengumpulan kemih jangka pendek (1-2 jam) juga dapat dilakukan. Prosedur
pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Anak diminta untuk miksi dan mengosongkan buli pada
pukul 7 pagi Kemih tersebut dibuang, dan saat itu dicatat sebagai waktu mulainya pengumpulan
kemih. Semua kemih yang dikeluarkan dalam 24 jam berikutnya ditampung dan disimpan dalam
kulkas atau termos dingin. Pada akhir dari 24 jam pengumpulan (pukul 7 pagi keesokan harinya),
anak diminta kencing dan mengosongkan bulinya dan kemih ditampung. Volume kemih tampung
dicatat dengan seksama lalu kirim ke laoratorium untuk estimasi kadar kreatinin. Darah untuk
estimasi kreatinin sebaiknya diambil pada midpoint dari pengumpulan kemih (lebih kurang 12
jam); apabila pengambilan darah tersebut tidak memungkinan, darah dapat diambil pada akhir
dari pengumpulan kemih.
Untuk menyeragamkan satuan pengukuran LFG, hasilnya diinterpolasikan terhadap luas
permukaan tubuh (mL/Min/1.73 m2) sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:
Ucr (mg/dL) x V (mL) x 1.73

Ccr (mL/min/1.73m2)

=
Pcr (mg/dL) x 1440 x SA (m2)

Ccr

= klirens kreatinin

Ucr

= kadar kreatinin

= volume kemih yang dikumpulkan dalam 24 jam

Pcr

= kreatinin plasma

SA

= luas permukaan tubuh

1440 = jumlah waktu dalam menit dimana kemih ditampung (24 jam x 60 menit = 1440
menit)
Penentuan LFG dengan radionuclide scans
Penentuan LFG dengan memakai isotop radioaktif semakin sering digunakan pada anak-anak.
Metode penentuan LFG ini terutama digunakan untuk bayi baru lahir dan anak-anak kecil, bila
mengalami kesulitan dalam melakukan penampungan kemih yang akurat. Beberapa radioisotop
yang dapat dipakai sebagai marker untuk estimasi LFG dalam klinik, antara lain Tcdiethylenetriaminepentacetic acid (Tc-DTPA), I-iothalate, dan Cr-ethylenediaminetetraacetic acid
(Cr-EDTA).
Uji Laju Fitrasi Glomerulus memakai marker cystatin C
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi
glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein
berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C bebas
filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi maupun
direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak bergantung
umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih baik
dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus.
3. Asam urat (uric acid)
Asam Urat adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan
konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim
xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain,
dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam
urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan
metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.

Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam dan
dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan
kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi
berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari
sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau beberapa
minggu.
Masalah Klinis
Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik, monositik),
kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme, hiperlipoproteinemia,
diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia
hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale, pajanan sinar-X (berlebih), latihan
fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi protein.
Obat-obatan yang berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat adalah : diuretik (tiazid,
furosemid, asetazolamid), levodopa, metildopa, asam askorbat, 6-merkaptopurin, fenotiazin,
salisilat (penggunaan dalam jangka waktu lama), teofilin.
Pada gout, peningkatan produksi asam urat dipengaruhi oleh mekanisme idiopatik atau belum
diketahui, tetapi biasanya karena peningkatan sintesis asam urat endogen sebagai cacat metabolik
bawaan. Pada gout, pangkalan asam urat dalam tubuh bisa lebih dari 10 kali normal, dan natrium
urat dideposit di dalam jaringan lunak, terutama sendi, sebagai tofi. Adanya pengkristalan ura
menyebabkan sendi membengkak, meradang, dan nyeri. Alopurinol digunakan dalam
pengobatan gout yang bekerja sebagai penghambat xantin oksidase.
Pada leukemia atau keganasan lain, peningkatan produksi secara bermakna disebabkan oleh
penguraian asam nukleat apabila terjadi lisis sel-sel tumor akibat nekrosis atau kemoterapi.
Peningkatan kadar urat karena peningkatan lisis sel juga dapat dijumpai pada polisitemia, anemia
pernisiosa, dan kadang-kadang pada psoriasis. Pengobatan dengan hormon adrenokortikotrofik
atau kortikosteroid, yang kerjanya katabolik protein mempercepat pemecahan inti sel atau
dengan obat-obatan sitotoksika, menyebabkan peningkatan urat plasma.
Pada kegagalan glomerulus ginjal atau bila ada obstruksi aliran keluar urin, asam urat serta
ureum dan kreatinin terakumulasi. Asam urat tinggi yang dapat terjadi pada eklampsia tanpa
azotemia atau uremia disebabkan oleh lesi ginjal atau perubahan metabolisme asam urat.
Asidosis ketotik dan laktat bisa meningkatkan asam urat dengan mengurangi sekresi tubulus
ginjal, seperti yang terjadi dengan diuretik tiazid dan furosemid, dan aspirin dosis rendah.
Penurunan kadar asam urat dapat dijumpai pada : penyakit Wilson, asidosis tubulus ginjal
proksimal, anemia defisiensi asam folat, luka bakar, kehamilan. Pengaruh obat : alopurinol,
azatioprin, koumadin, probenesid, sulfinpirazon.
Prosedur

Jenis spesimen yang diperlukan adalah serum atu plasma heparin. Diambil 3-5 ml darah vena
dimasukkan ke dalam tabung bertutup merah atau tabung bertutup hijau (heparin) kemudian
disentrifus; cegah terjadinya hemolisis. Serum atau plasma heparin dipisahkan. Kadar asam urat
diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi.
Sebelum pengambilan sampel darah, pasien diminta puasa 8-10 jam. Tidak ada pembatasan
asupan makanan atau cairan; namun pada banyak kasus, asupan makanan tinggi purin (mis.
daging, jerohan, sarden, otak, roti manis, dsb) perlu ditunda minimal selama 24 jam sebelum uji
dilakukan; demikian pula dengan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Jika
terpaksa harus minum obat, catat jenis obat yang dikonsumsi.
Nilai Rujukan

DEWASA : Laki-laki : 3.5-7.0 mg/dl. Perempuan : 2.5-6.0 mg/dl. Kadar panik :


>12mg/dl.

ANAK : 2.5-5.5 mg/dl

LANSIA : 3.5-8.5 MG/DL

Catatan : nilai normal dapat bervariasi di setiap laboratorium.


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium :

Sampel serum/plasma hemolisis,

Stress dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum,

Diet tinggi purin, Pengaruh obat (lihat pengaruh obat).

4. Blood Urea Nitrogen (BUN)


Blood Urea Nitrogen (BUN) atau nitrogen Urea adalah produk limbah normal dalam darah anda
yang berasal dari pemecahan protein dari makanan yang anda makan dan dari metabolisme
tubuh. Hal ini biasanya dihapus dari darah Anda dengan ginjal Anda, tapi ketika fungsi ginjal
melambat, tingkat BUN naik. BUN juga dapat meningkat bila mengkonsumsi lebih banyak
protein, dan dapat turun jika makan sedikit protein.
Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea
berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin
untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea
diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi urea.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat
yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal.
Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam
makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa
mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga
walaupun tanpa penyakit ginjal.
Prosedur
Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml
darah vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis.
Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan
untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi
pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer
kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang
memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya
dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen,
BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total.
Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung
dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Nilai Rujukan

DEWASA : 5 25 mg/dl

ANAK : 5 20 mg/dl

BAYI : 5 15 mg/dl

LANSIA : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.

Masalah Klinis
1. Peningkatan Kadar
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa
nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia
dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi
karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut
meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi;
2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan
hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan
lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat,
luka bakar, demam.

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan
ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna,
obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus
ginjal, penyakit kolagen-vaskular.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter, kandung
kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor,
peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh
prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali
ke dalam darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat nefrotoksik; diuretic
(hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis
besar), gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat
antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol, morfin; litium karbonat;
salisilat. Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.
2. Penurunan Kadar
Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut,
sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik
yang tidak semestinya.
Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan androgen yang intensif, kadar
urea rendah karena kecepatan anabolisme protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan, kadar urea
kadang-kadang terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus, diversi nitrogen
ke fetus, atau karena retensi air. Penurunan kadar urea juga dijumpai pada malnutrisi protein
jangka panjang. Penggantian kehilangan darah jangka panjang, dekstran, glukosa, atu saline
intravena, bisa menurunkan kadar urea akibat pengenceran.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir selalu disatukan dengan
kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN terhadap kreatinin merupakan suatu indeks
yang baik untuk membedakan antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin
yang normal mengindikasikan bahwa penyebab uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau
transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal
jangka panjang yang paranh, kadar yrea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung
mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi
(>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal
ginjal, azotemia pascarenal.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan
temuan kadar tinggi palsu.

Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya,
diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak
minum.

Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar BUN

5. Protein Urine
Bila ginjal Anda rusak maka dapat terjadi kebocoran protein ke urin. Adanya protein dalam urin
merupakan tanda awal penyakit ginjal kronis.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus
ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau
urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal
ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis.
Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan
proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Prosedur
1. Spesimen urin acak (random)
Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam
urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan
warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil
kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap
albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
2. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika
perlu, tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein dengan metode kolorimetri menggunakan
fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.

Nilai Rujukan

Urin acak : negatif (15 mg/dl)

Urin 24 jam : 25 150 mg/24 jam.

Masalah Klinis
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki risiko
tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat. Proteinuria yang
persistent (tetap +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal.
Proteinuria persistent juga akan memberi hasil +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine
pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan
petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler,
diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul
rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan menggunakan
sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator
untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh
obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase),
asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau
kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma
multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia.
Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik,
glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh
senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa
(pH > 8)

Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH
di bawah 3)

6. Osmolalitas urin test


Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin. Pengukuran ini lebih
tepat dilakukan daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal untuk menghasilkan

urine dengan konsentrasi pekat ataupun encer. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan
lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat. Jika asupan cairan menurun,
ginjal mengeluarkan air kurang dan urin menjadi lebih terkonsentrasi. Pengujian dapat dilakukan
pada sampel urin dikumpulkan hal pertama di pagi hari, pada sampel berjangka waktu beberapa,
atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama periode 24-jam. Pasien biasanya akan
memerlukan makanan protein tinggi selama beberapa hari sebelum ujian dan diminta untuk
minum cairan malam sebelum pengujian.

Anda mungkin juga menyukai