Anda di halaman 1dari 2

Laju filtrasi glomerulus

Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi glomerulus (GFR), yang
memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi. Seperti yang telah dijelaskan
pada bab 44, cara yang paling teliti untuk mengukur GFR adalah dengan uji kebersihan inulin.
Namun, uji ini jarang digunakan dalam klinik karena melibatkan proses infus intravena dengan
kecepatan yang konstan dan pengumpulan urine pada saat-saat tertentu dengan kateter. Bila
dibandingkan, uji kebersihan kreatinin endogen jauh lebih sederhana.
Uji kebersihan kreatinin
Kreatini merupakan hasil akhir metabolism otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang
hampir konstan dan diekskresi dalam urine dengan kecepatan yang sama. Oleh karena itu,
kadarnya dalam plasma (serum) hamper konstan dan berkisar antara 0,7 sampai 1,5 mg per 100
ml (nilai ini pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan karena otot laki-laki lebih besar).
Kreatinin diekskresi dalam urine melalui proses filtrasi dalam glomerulus, tetapi kreatinin tidak
direabsorbsi oleh tubulus bahkan sejumlah kecil disekresi oleh tubulus terutama bila kadar
kreatinin serum tinggi. Meskipun sejumlah kecil disekresi, uji kebersihan kreatinin merupakan
pemeriksaan yang cukup memuaskan untuk memperkirakan GFR dalam klinik. Untuk melakukan
uji bersihan kreatinin, cukup mengumpulkan specimen urine 24 jam dan satu specimen darah yang
di ambil dalam waktu 24 jam yang sama (Gbr.45-3). Bersihan kreatinin (Ccr)kemudian dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:

=

Ccr = kreatinin bersih
Ucr = kadar kreatinin urine,
V = volume urine 24 jam,
Pcr = kadar kreatinin plasma.
Ccr merupakan indeks GFR yang cukup baik meskipun bukan merupakan pengukuran yang
sebenarnya karena kreatinin juga disekresi oleh tubulus. Kreatinin yang sedikit disekresi ini
cenderung memperbesar perkiraan nilai GFR. Kreatinin plasma dianggap terlalu tinggi, karena
kesulitan cara penentuan laboratorium. Untungnya kedua jenis kesalahan ini kurang lebih saama
besarnya, dan akan saling menutupi, sehingga nilai bersihan kreatinin mendekati nilai GFR.
Pada penyakit ginjal kronik dan beberapa bentuk gagal ginjal akut, GFR turun dibawah nilai
normal sebesar 125 ml/menit. GFR juga menurun seiring bertambahnya usia : sesudah usia 30
tahun nilai GFR menurun dengan kecepatan sekitar 1 ml/ menit.
Kreatinin plasma dan nitrogen urea darah
Konsentrasi kreatinin plasma dan nitrogen urea darah (BUN) juga dapat digunakan sebagai
petunjuk GFR. Konsentrasi BUN normal besarnya sekitar 10 sampai 20 mg per 100 ml, sedangkan
konsentrasi kreatinin plasma besarnya 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml. kedua zat ini merupakan
hasil akhir nitrogen dari metabolisme protein yang normalnya diekskresi dalam urine. Bila GFR
turun (misal, pada insufisiensi ginjal), kadar kreatinin dan BUN meningkat. Keadaan ini dikenal
sebagai azotemia (zat nitrogen dalam darah). Kratinin plasma merupakan indeksGFR yang lebih
cermat dari pada BUN pada kecepatan produksinya terutama merupakan fungsi dari massa otot
yang sedikit sekali mengalami perubahan. Sedangkan BUN teruama dipengaruhi oleh jumlah
protein dalam diet dan katabolisme protein tubuh. Hubungan antara peningkatan kadar kreatinin
plasma dan kadar BUN terhadap penurunan GFR
Tes fungsi tubulus
Sejumlah tes telah dilakukan untuk menilai fungsi dan integrase tubulus ginjal. Fungsi tubulus
adalah reabsorbsi selektif dari cairan tubulus dan sekresi ke dalam lumen tubulus dari zat-zat yang
beredar dalam kapiler-kapiler peritubular ataupun dibentuk oleh sel-sel tubulus. Proses-proses ini
berada dalam pengawasan berbagai macam hormon, tekanan gas, dan konsentrasi elektrolit
plasma. Tes yang sering dilakukan untuk fungsi tubulus proksimal adalah tes ekskresi
fenolsulfonftalein (PSP) dan para-amino-hipurat (PAH). Tes-tes fungsi tubulus distal adalah tes
pemekatan, pengenceran, pengasaman, dan konservasi natrium. Ekskresi fraksional natrium
(FENa) adalah perhitungan penting untuk membedakan antara azotemia prarenal dan nekrosis
tubular akut (ATN).
Tes eskresi psp
Psp merupakan zat warna tidak beraacun, yang terutama disekresi ketubulus proksimal.
Daya ikat psp pada protein plasma demikian tinggi hingga hanya sekitar 4% yang dieskresi oleh
filtrasi glomerulus dengan dosis umum sebesar 6mg maka kada plasma dari zat warna ini hanya
sekitar 1/5 dari kapasitas eskresi psp tubulus. Oleh sebab itu, kecepatan eksresi psp biasanya
dibatasi oleh kecepatan pengiriman ke tubulus melalui aliran plasma ginjal, dan oleh fungsi tubulus
pada proksimal dan gangguan ginjal yang berat. Tes psp selama 15 menit merupakan tes yang
paling sering dilakukan.
30 menit sebelum diberi zat warna psp, pasien disuruh minum 2-3 gelas air

Anda mungkin juga menyukai