Sifat benda padat, cair dan gas di atas dapat kita tuliskan dalam bentuk tabel seperti berikut:
Wujud benda
Ukuran
Bentuk
Padat
Tetap
Tetap
Cair
Tetap
Berubah
Gas
Berubah
Berubah
B. Faktor Penyebab Perubahan Sifat Benda
Wujud benda tidak selalu tetap. Setiap benda yang mendapat perlakuan tertentu pasti akan
berubah baik wujud maupun bentuknya. Benda dapat berubah wujud, misalnya dari benda padat
berubah menjadi benda cair ataupun sebaliknya. Perubahan wujud benda juga menyebabkan
perubahan sifat benda. Berikut diagram perubahan wujud benda.
1. Mencair (melebur)
Mencair adalah peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contoh: es dipanaskan
berubah menjadi air.
2. Membeku
Membeku adalah peristiwa perubahan wujud cair menjadi padat. Contoh: air yang didinginkan
(dimasukan ke dalam freezer) akan membeku menjadi es batu.
3. Menguap
Menguap adalah peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Contoh: pakaian yang basah
setelah dijemur menjadi kering.
4. Mengembun
Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Contoh: gelas yang berisi es
pada dinding bagian luarnya terdapat titik-titik air.
5. Menyublim
Menyublim adalah peristiwa perubahan wujud padat menjadi gas atau sebaliknya. Contoh: kapur
barus.
Sebuah benda dapat mengalami perubahan sifat. Perubahan sifat benda meliputi warna,
kelenturan dan bau. Perubahan tersebut dipengarauhi oleh beberapa faktor:
1. Pemanasan
Pemanasan suatu benda akan menimbulkan perubahan pada benda. Pemanasan pada benda padat
dapat mengubah wujud benda menjadi cair. Contonya lilin, es, dan mentega yang dipanaskan
akan menjadi cair. Wujud benda cair apabila dipanaskan maka akan berubah menjadi gas.
Contonya air yang dipanaskan akan menjadi uap air. Benda-benda tersebut apabila mengalami
proses pemanasan maka sifat dari benda tersebut akan berubah.
2. Pendinginan
Benda yang bersifat cair akan berubah manjadi padat dan keras jika didinginkan. Air merupakan
zat cair dan es adalah benda padat. Sifat es berbeda dengan sifat padat. Jadi sifat air berubah
setelah mengalami proses pendinginan.
3. Pembakaran
Pembakaran suatu benda akan menyebabkan perubahan pada benda. Kertas yang dibakar akan
berubah menjadi abu. Sebelum dibakar sifat kertas adalah berwarna putih, dapat menyerap tinta,
dan tidak rapuh. Namun setelah dibakar, kertas berubah menjadi abu yang berwarna hitam,
bersifat rapuh, dan tidak dapat menyerap tinta. Plastik yang dibakar akan mejadi hitam dan kayu
yang dibakar akan berubah menjadi arang atau abu.
4. Pembusukan
Pembusukan terjadi karena adanya bakteri atau jamur yang menempel. Contohnya, buah,
sayuran, daging maupun makan matang. Buah dan sayuran segar akan berubah menjadi lembek
ketika membusuk, begitu pula dengan daging dan makanan matang. Pembusukan juga
menyebabkan benda berbau busuk dan berlendir. Proses pembusukan mengubah sifat-sifat dari
benda.
Pada makanan tertentu mikroorganisme sengaja ditambahkan. Misalnya, untuk membuat tapai
singkong yang lunak dan empuk, maka ditambahkan ragi pada singkong yang keras.
Beberapa cara untuk memperlambat proses pembusukan:
a. Dimasukkan kedalam ruangan yang bersuhu rendah/dingin (kulkas).
b. Diawetkan melalui manisan.
c. Diawetkan melalui pengasinan seperti ikan asin
Pengaratan akan menyebabkan perubahan pada benda. Besi dan baja jika tidak di cat akan
mudah berkarat. Pengaratan disebabkan proses oksidasi oleh oksigen dan air. Karat akan
mengubah sifat besi dan baja yang semula kuat menjadi kerupus. Warna besi dan baja juga
berubah manjadi coklat kekuningan atau hitam.
6. Pemberian tekanan
Pemberian tekanan pada benda yang keras dapat berubah menjadi lunak. Seperti tulang dan duri
yang menjadi lunak setelah dimasak dalam panci bertekanan tinggi (panci presto).
7. Penambahan air
Pencampuran air pada suatu bahan akan menyebabkan perubahan suhu. Semen dicampur air
suhu akan meningkat sehingga dari serbuk menjadi padat. Karbit apabila diberi air maka akan
melepaskan gas. Sehingga mudah terbakar. Contoh lainnya adalah ketika gula yang berupa
kristal padat ditambah air dan kemudian diaduk maka gula tersebut akan melarut.
C. Perubahan Sifat Benda Yang Bersifat Sementara dan Bersifat Tetap
Akibat berinteraksi dengan air, udara, api, atau benda lain, suatu benda dapat berubah wujud.
Perubahan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan sementara dan perubahan tetap
1. Perubahan sementara
Perubahan benda bersifat sementara artinya bahwa bentuk benda yang mengalami perubahan
dapat berubah kembali kebentuk awalnya. Contoh perubahan sementara adalah:
a. Air yang didinginkan akan berubah wujud menjadi es. Sebaliknya jika es dibiarkan di udara
terbuka atau dipanaskan akan berubah kembali menjadi air.
Dipanaskan Didinginkan
Uap Air Air Es
Didinginkan Dipanaskan
Air dapat berubah menjadi tiga wujud, yaitu padat, cair dan gas. Air dalam wujud padat berupa
es, berwujud cair berupa air dan berwujud gas berupa uap air. Es, air dan uap air terdiri atas zat
yang sama, tetapi wujudnya berlainan. Perubahan wujud dari air menjadi es kemudian mencair
lagi da akhirnya menguap tersebut dinamakan perubahan fisika. Perubahan fisika artinya
perubahan zat yang tidak menghasilkan zat jenis baru. Perubahan yang terjadi hanya bersifat
sementara.
Perubahan sementara yang terjadi pada air juga dapat kita amati pada proses terjadinya air hujan
Awan terbentuk dari air yang menguap. Karena panas sinar matahari. Uap air dari laut, sumber
air, tanah, maupun tumbuhanberkumpul di udara membentuk awan. Karena suhu udara yang
dingin maka uap air berubah menjadi kristal-kristal es. Jika sudah penuh, maka kristal es jatuh
kebawah dalam bentuk titik-titik air hujan.
b. Gula atau garam dapat larut dalam air. Sebaliknya jika air diuapkan, akan mendapatkan
kembali gula atau garam.
c. Pada pengecoran logam lempengan besi dipanaskan pada suhu tinggi sehingga mencair.
Kemudian cairan besi dimasukkan dalam cetakan lalu didinginkan sehingga wujudnya kembali
menjadi logam padat.
Perubahan benda bersifat sementara disebut juga dengan perubahan wujud benda yang dapat
bolak-balik atau perubahan fisika.
2. Perubahan tetap
Perubahan benda bersifat tetap artinya benda mengalami perubahan dan tidak bisa kembali
seperti semula. Perubahan wujud benda yang dipanaskan atau disebabkan oleh faktor-fakror lain
akan kehilangan sifat-sifat asalnya dan tidak bisa kembali lagi. Perubahan tetap disebut juga
sebagai perubahan wujud benda yang tidak dapat bolak-balik atau perubahan kimia. Contoh
perubahan tersebut antara lain:
a. Pembusukan buah-buahan
Buah-buahan yang didiamkan selama beberapa hari di tempat terbuka akan membusuk.
Wujudnya menjadi rusak (berubah warna, berair dan lunak) serta berbau tidak sedap.
Pembusukan juga bisa terjadi peda hewan dan tumbuhan. Pembusukan disebabkan oleh bakteri
dan jamur atau faktor alam.
Jadi pembusukan termasuk kedalam perubahan tetap karena tidak bisa kembali seperti semula.
Buah yang busuk tidak bisa segar kembali.
b. Pengolahan makanan atau pemasakan
Pengolahan makanan juga termasuk kedalam perubahan tetap. Bahan makanan yang sudah
dimasak tidak bisa kembali lagi. Contohnya, memasak nasi. Beras yag sudah menjadi nasi tidak
bisa menjadi beras kembali.
c. Pembakaran benda
Pembakaran suatu benda dapat menghasilkan zat baru yang memiliki sifat berbeda. Contohnya
adalah:
1) Kertas dibakar menjadi abu. Abu tidak dapat berubah wujud menjadi kertas kembali.
2) Kayu atau lidi dibakar jadi arang atau abu. Arang atau abu tidak bisa menjadi kayu atau lidi
kembali.
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam
atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara
gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan
mineral tertentu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Larutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) [1]. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat
yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut"
(insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,
titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut
lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
Larutan ideal
Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi
antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi
yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap
pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang
benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult
sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena
dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat
1.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam
larutan .Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan elektrolit.
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada
alat uji. Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.
1. C.
Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai
sempurna, maka harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan
dengan derajat ionisasi ( ) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat
yang di hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1. Asam asam kuat
2. Basa basa kuat
3. Garam garam yang mudah larut
Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan
timbul gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari
terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat
terurai sempurna membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik
merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut
dapat di hantarkan melalui ion ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya
lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan.
Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.
Hasil kali kelarutan(Ksp)= hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh dipangkatkan
koefisien masing-masing.
Reaksi :
Rumus Ksp Ksp =
Rumus Super Cepat
Ksp =
(S) =
Pengaruh ion sejenis : Kelarutan garam semakin kecil
Pengendapan:-Mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien>Ksp (larutan lewat jenuh)
-belum mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien < Ksp (larutan tidak jenuh)
Soal
1. Jika kelarutan kelarutan CaF2 dalam air sama dengan mol/L maka nilai Ksp bagi garam ini
adalah
Penyelesaian:
s
2s
Ksp = (Ca2+)(F-)2
= s . (2s)2 = 4s3
Jurus super Cepat:
Ksp = XX . YY. (S)X+Y
= 11 . 22 . (S)1+2 = 4s3
Soal
Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4 adalah
Penyelesaian:
S
Ksp
2s
= (Ag+)2(CrO4-2)
4.10-12 = (2s)2(s)
4.10-12 = 4s3
10-12 = s3
S
= 10-4(CrO4-2) = s=10-4
* KELARUTAN (s)
dari video diatas , dimana demonstrasi pada saat satu sendok teh kristal garam dapur (NaCl) ke
dalam segelas air, kemudian diaduk.Kristal garam dapur tersebut akan larut, bukan ? Apa yang
terjadi jika garam dapur (NaCl) ditambah dan ditambah lagi, apakah garam dapur selalu dapat
larut ? tentu tidak, pada suatu saat larutan menjadi jenuh, dan garam tidak dapat larut lebih
banyak lagi.
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat terlarut dalam sejumlah
tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Istilah kelarutan dan diberi symbol s (solubility).
SATUAN KELARUTAN
Kelarutan dinyatakan dalam mol/liter. Jadi, kelarutan sama dengan kemolaran dalam larutan
jenuhnya. Contohnya, .kelarutan AgCl dalam air sebesa 1 x 10-5 mol L-1
Contoh soal menyatakan kelarutan
Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4 tersebut
dalam mol L-1 . (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawab :
Kelarutan = Molaritas larutan jenuh ; s = n/V
Mol Ag2CrO4 = Massa Ag2CrO4/Mr Ag2CrO4
= 4,35 x 10 -3 gram /332 gram/mol
= 1,31 x 10-5 mol
Kelarutan (s) = mol / volume
= 1,31 x 10-5 mol /0,1 L
= 1,31 x 10-4 molL-1
* TETAPAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
Perak kromat Ag2CrO4 merupakan contoh garam yang sangat sukar larut dalam air. Jika kita
memasukan sedikit saja kristal garam itu ke dalam segelas air kemudian diaduk, kita akan
melihat bahwa sebagia besar dari garam itu tidak larut (mengendap didasar gelas) larutan perak
kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti?
Ternyata tidak. Melali percobaan telah diketahui bahwa dalam larutan jenuh tetap terjadi proses
melarut, tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama.
Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbagan antara zat padat tak larut dengan
larutanya.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat adalah :
Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Dari reaksi tersebut data ditentukan persamaan tetapan keseimbangan Ag2CrO4 (yaitu :
Kc = [Ag+]2[ CrO42-]/
[Ag2CrO4]
Tetapan keseimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut
tetapan hasilkali kelarutan (solubility product constant) yang dinyatakan dengan lambang Ksp.
Karena [Ag2CrO4] konstan, maka kita dapat menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan
untuk Ag2CrO4, yaitu :
Ksp = [Ag+]2[ CrO42-]
Secara umum , persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah:
AxBy(s) XAy+(aq) + YBx-(aq)
Maka Ksp = [Ay+]x[Bx-]y karena [AxBy] konstan
Keterangan :
X dan Y adalah koefisien
x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B
Contoh soal menuliskan persamaan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)
Tulislah persamaan tetapan hasilkali kelarutan dari senyawa :
* AgCl dan
* Al(OH)3
Jawab :
AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl- (aq) Al(OH)3 (s) Al3+ (aq) + 3OH- (aq)
Ksp = [Ag+][ Cl-]
Ksp = [Al3+][ OH-]3
* HUBUNGAN KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN
Perhatikanlah kembali kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag2CrO4
Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Konsenterasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam alrutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4 , yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi perbandigan koefisien
reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s maka konsenterasi ion Ag+ dalam
larutan itu sama dengan 2s dan konsenterasi ion CrO42- sama dengan s :
Ag2CrO4 (s)
s
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
2s
Dengan demikian, nilai tetapan hasilkali klarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat diakitkan dengan nilai
kelarutannya (s), sebagai berikut :
Ksp = [Ag+]2[ CrO42-]
= ( 2s )2 (s)
= 4s3
Keterangan :
X dan Y adalah koefisien
x dan y adalah muatan dari ion
s adalah kelaruatan
Contoh soal Hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp)
Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4
adalah
Penyelesaian:
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4-2
s
2s
Ksp = (Ag+)2(CrO4-2)
4.10-12 = (2s)2(s)
4.10-12 = 4s3
10-12 = s3
s = 10-4(CrO4-2)
s = 10-4
Permasalahan Diskusi :
Diskusikanlah permasalahan berikut pada kelompok anda, kemudian presentasikan dikelas hasil
diskusi dari kelompok anda.
1. Sebanyak 4,5 mg Mg(OH)2 dapat larut dalam
500 ml air. Nyatakan kelarutan Mg(OH)2
dalam mol/L. (Ar H= 1 ; O = 16; Mg = 24)
2. Kelarutan PbCrO4 dalam air adalah 1,34
mol/L. Berapa gram PbCrO4 dapat larut dalam
200 ml air ? ( Ar
O = 16; Cr = 52; Pb = 206)
3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasilkali
kelarutan untuk elektolit berikut :
* HgCN)2
* Ni3(AsO4)2
4. Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4
x 10-12, maka konsenterasi ion CrO42dalam larutan
jenuh AgCrO4
5. Jika konsenterasi ion Ca2+ dalam larutan
jenuh CaF2 = 2 x 10-4 mol/L, maka hasil kali
kelarutan CaF2 adalah
6. Diketahui Ksp dari AgCl = 1 x 10-5, Ag2CrO4 = 1,1 x 10-12, dan Ag3AsO4 = 1 x 10-22.
urutkanlah ketiga garam tersebut berdasarkan kelarutanya, dimulai dari yang terkecil
https://dsupardi.wordpress.com/kimia-xi/kesetimbangan-larutan/
dilakukan
pada
laju
terentu.
Analisis termometrik merupakan pengukuran perubahan temperatur sebagai fungsi pemanasan
volume
titran.
Termogram adalah suatu alat bantu untuk mengikuti absorpsi gas ataupun mengikuti proses
reaksi gas dengan cara merekam secara kontiyu perubahan volume gas yang di konsumir
ataupunyang dibebaskan apabila materi tersebut dinaikkan temperaturnya pada laju yang konstan
a.
Analisis
termogravimetri(TGA)
TGA dipakai terutama untuk menetapkan stabilitas panas polimer-polimer. Metode TGA yang
paling banyak dipakai didasarkan pada pengukuran berat yang kontinyu terhadap neraca sensitif
disebut neraca panas. Ketika suhu sampel dinaikan dalam udara atau dalam suatu atmosfer yang
inert. TGA ini dinyatakan sebagai TGA Nonisoterma. Data dicatat sebagai termogram berat
versus temperature. Hilangnya berat bisa timbul dari evaporasi lembab yang tersisa atau pelarut,
tetapi pada suhu-suhu yang lebih tinggi terjadi dari terurainya polimer. Selain memberikan
informasi mengenai stabilitas panas, TGA bisa dipakai untuk mengkarakterisasi polimer melalui
hilangnya suatu entitas yang diketahui, sebagai HCL dari poli(vinil klorida). Dengan demikian
kehilangan berat bisa dikorelasikan dengan persen vinil klorida dalam suatu vinil klorida dalam
suatu kopolimer. TGA juga bermanfaat untuk penetapan volatilitas bahan pemlastik dan bahan
bahan tambahan lainnya. Penelitian-penelitian stabilitas panas akan tetapi, merupakan aplikasi
utama dari TGA. Suatalsiu temogram khas yang mengilustrasikan perbedaan stabilitas panas
antara polimer yang seluruhnya aromatik dan polimer alifatik sebagian yang berstruktur analog.
Berat yang tersisa seringkali merupakan refreksi yang akurat dari pembentukan arang, yang
merupakan
parameter
penting
dalam
pengujian
daya
nyala.
Suatu variasi dari metode tersebut adalah mencatat kehilangan berat dengan waktu pada suhu
konstan. Disebut TGA insotermal, TGA ini kurang umum dipakai daripada TGA nonisotermal.
Insturmen-insturmen TGA modern memungkinkan termogram-termogram dicatat pada kuantitas
mikrogram terhadap produk-produk degradasi yang terjadi.Analisis termogravimetri dilakukan
baik secara dinamik maupun secara static. Pada termogravimetrik dinamik, sampel dinaikkan
temperaturnya secara linier terhadap waktu. Pada cara static atau termogravimetri isothermal,
sampel dipelihara temperaturnya pada suatu periode waktu tertentu, selama waktu tersebut setiap
perubahan
berat
dicatat.
Pada rangkaian peralatannya diperlukan paling tidak tiga komponen utama, yakni timbangan
berpresisi tinggi, tungku dan perekam. Kenaikan temperatur dalam tungku haruslah berfungsi
linier terhadap waktu dan mampu digunakan baik dalam lingkungan inert, oksidasi maupun
reduksi.Perubahan temperatur dan berat direkam secara kontinyu sedemikian rupa Sehingga
tidak
ada
termogram
yang
terlewati.
Laju pemanasan sampel dan atmosfer sekeliling sampel dapat mempengaruhi bentuk termogram
suatu senyawa tertentu. Metode analisis termal ini diantaranya berguna untuk mengetahui
formula materi hasil dekomposisi termal. Ia berguna juga untuk mengetahui range temperatur. Ini
dapat dilakukan dengan memfariasikan laju pemanasan dan mencatat perubahan beratnya. Data
termogravimetri dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi parameter kinetik. Order reaksi(x)
dengan energi aktivitasi(EA) dapat dihitung secara grafis dari hubungan:
Dimana R= Tetapan gas universal, T= temperatur absolute, wr= wc-w), Berat yang hilang pada
saat t, wc = berat yang hilang setelah reaksi selesai, w = berat mula-mula. Dengan mengalurkan
(memplot
)
grafik
terhadap
,
maka
baik
nilai
EA
maupun
x
dapat
diperoleh.
b.
Analisis
termal
diferensial(DTA)
Teknik ini dilakukan dengan cara merekam secara terus-menerus perbedaan temperature antara
contoh yang diukur dengan materi pembanding yang inert sebagai fungsi dari temperatur tungku.
DTA dan TGA masing-masing komplementer satu terhadap lainnya, tetapi range pengukuran
DTA
jauh
lebih
besar.
Komponen peralatan utama DTA terdiri atas pemegang sampel, tungku yang dilengkapi dengan
termokopel, sistem pengendali aliran, sistem penguat sinyal, pengendali program tenaga tungku
dan perekam. Untuk memperoleh data DTA, mula-mula kedalam tabung yang berisi sampel
(diameter 2 mm, kapasitas 0,1-10 mg sampel) dimasukkan termokopel yang sangat tipis. Hal
yang sama juga terhadap tabung yang berisi pembanding seperti alumina, pasir kuarsa ataupun
dibiarkan kosong. Pada metode dinamik, kedua tabung diletakkan bersisian pada blok tempat
sampel, kemudian dipanaskan atau didinginkan dengan laju yang seragam. Agar memperoleh
hasil yang reprodusibel semua langkahnya sebaiknya mengikuti tata cara standar. Pertama materi
sampel harus halus(100 mesh). Hasil pengaluran antara T Sebagai fungsi T merupakan indikasi
perolehan
ataupun
kehilangan
energy
dari
sampel
yang
diteliti.
Kalorimeter bersistem scanning diferensial atau differential scanning colorimeter(DSC)adalah
suatu perangkat peralatan yang mampu merekam perbedaan tenaga listrik yang diperlukan untuk
menjaga agar temperatur suatu sampel dan materi pembanding tetap selama mereka dipanaskan
atau didinginkan pada laju sampai dengan 80 /menit. DTA sering dimanfaatkan dalam bidang
lempung, keramik, mineral, telahan perubahan lempung,telahan kestabilan termal suatu senyawa,
identifikasi senyawa baru hasil pemanasan, telahan reaksi fase padat, trasformasi fase, kinetika
reaksi, telahan degradasi padat, transformasi fase, kinetika reaksi, telahan degradasi termal dan
oksidatif.
c.
Titrasi
Termometrik
Variabel yang diukur pada titrasi dengan metode ini adalah panas reaksinya. Temperatur
dialurkan terhadap volume titran. Titran diteteskan dari buret terhadap suatu larutan yang terletak
dalam suatu bejana yang terisolasi secara termal. Perubahan temperatur pada setiap penambahan
volume titran direkam secara terus-menerus.Titik akhir ditandai dengan belokan yang tajam pada
kurva
titrasi
pada
media
tidak
berair.
Komponen utama dan metodologi dalam titrasi termometrik sangatlah sederhana. Ia terdiri atas
buret dengan penetesan otomatis, kamar titrasi adiabatis, termistor dan perekam. Perubahan
temperature direkam sebagai fungsi waktu. Kurva titrasi termometrik menyatakan ukuran
perubahan etalpi total, tercakup didalamnnya perubahan entropi dan energi dalam. Metode ini
digunakan untuk titrasi dan titrasi asetat anhidrida dalam asam asetat serta studi asetilasi.
d.
Metode
termal
dalam
analisis
kuantitatif
Peranan metode analisis termal, misalnya dalam pemilihan temperature yang serasi untuk
akurat.
Dalam metode pirolis laser, pirolis diselesaikan dengan suatu berkas laser yang terfokus.
Pirogram-pirogram yang diperoleh biasanya jauh lebih sederhana daripada yang diperoleh
dengan dua metode lainnya.Karena tidak semua polimer menyerap sinar laser, hitam karbon
sering dicampur dengan sampel untuk mempermudah pirolis. PGC polimer-polimer bermanfaat
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Dengan analisis kualitatif, polimer-polimer seringkali
bisa diindentifikasi dari pola peak-peak (sidik jari) dalam program. Bahkan homopolimerhomopolimer dengan taktisitas berbeda, atau kopolimer-kopolimer acak,blok,dan cangkok yang
dipreparasi dengan monomer-monomer sama selalu memperlihatkan program-pirogram
karakteristik. Satu contoh dari analisis kuantitatif adalah penetapan vinil asetat dalam poli
[etilena-co-(vinil asetat)] dengan mengukur asam asetat yang keluar selama pirolis.
PGC juga bermanfaat dalam menjelaskan langkag-langkah degradasi termal. Sebagai contoh,
program polietina terdiri dari triplet-triplet berjarak teratur sesuai dengan Alkana, alkena, dan ,
alkadiena (masing-masing dengan jumlah karbon yang sama), yang menunjukkan bahwa
degradasi terjadi melalui pengguntingan acak rangka polimer . Karena terjadinya degradasi lebih
lanjut produk-produk pirolis yang mula-mula terbentuk, beberapa polimer seperti polistirena dan
poli (metal metakrilat) memperlihatkan peak-peak monomer yang besar dalam pirogramnya yang
timbul dari reaksi-reaksi depolimerisasi. Spektrometri massa atau kombinasi GC dan spektometri
massa
juga
dipakai
untuk
mengidentifikasi
produk-produk
pirolis.
f.
Uji
daya
nyala
Daya nyala merupakan hal yang sulit untuk diukur dengan suatu cara yang berarti karena uji-uji
laboraturium berskala kecil pada umumnya tidak mencerminkan kelakuan pembakaran dalam
kondisi pembakaran yang sesungguhnya. Misalnya, polimer seperti poliuretana yang banyak
dipakai untuk kain pelapis karpet dan furnitur, tidak terbakar dengarun baik jika di pakai korek
api untuk membakar sampel uji yang kecil : tetapi dalam suatu ruangan pembakaran di mana
suhunya jauh lebih tinggi dan gas-gas yang mudah terbakar terakumulasi, sampel yang sama bisa
terbakar dengan dasyat. Pengujian-pengujian berskala dengan ruangan telah membuktikan bahwa
ketika gas-gas yang mudah terbakar terbakar terakumulasi mencapai suhu tertentu, maka
terbakar spontan suatu fenomena yang disebut flash over dan api menyebar hampir dalam
sekejap ke semua objek lainnya dalam ruangan yang mudah terbakar. Oleh karenanya tidak aneh
jika
telah
di
kembangkan
sejumlah
besar
pengujian.
Uji skala kecil yang paling serbaguna dalam penggunaan laboratorium yang tersebar luas adalah
uji indeks oksigen pembatas (LOI). LOI adalah persentase minimum oksigen dalam campuran
oksigengnitrogen yang akan memulai dan mendukung selama tiga menit pembakaran suatu
sampel polimer yang menyerupai nyala lilin, yakni:
Prosedur ini melibatkan pengempitan sampel uji dengan dimensi-dimensi yang terspesifikasi
dalam suati silinder pyrex,. Suatu campuran O2 dan N2 terukur di masukkan ke dalam dasar
instrumen, dan sampel di bakar dengan nyala gas. Nilai-nilai LOI representatif untuk beberapa
polimer umum. Yang merupakan catatan berharga yaitu perbedaan antara poli (etilena oksida)
isomerik dan poli (vinil alcohol) menghasilkan pendinginan zona pirolis dengan penurunan
daya nyala sebagai akibat akhirnya. Sifat-sifat tahan nyala dari halogen juga muncul.
Prosedur pengujian lainnya yang banyak di pakai adalah mengepit sampel secara horizontal
dalam udara dan mengenakan nyala api ke salah satu ujungnya selama 30 detik. Jika, setelah
nyala di hentikan, sampel gagal terbakar hingga 4 inci dari titik penyalaan, maka di sebut
pemadaman dini.
https://banemo.wordpress.com/2009/12/27/metode-analisis-thermal/
Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( Tb ).
Tb = titik didih larutan titik didih pelarut)
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari
molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb). Oleh karena itu, kenaikan titik
didih dapat dirumuskan seperti berikut.
Tb = Kb m
Keterangan:
b T = kenaikan titik didih molal
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas larutan
Contoh
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan tersebut!
(Kb air = 0,52 Cm-1, Ar Na =23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram p = 500 gram Kb = 0,52 Cm-1
Ditanya : Tb ?
Jawab : Tb = m Kb
=
m
x
1.000
Kb NaOH
Mr
p
= 0,04 2 0,52 C
= 0,0416 C
Td = 100 C + b T
= 100 C + 0,0416 C
= 100,0416 C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 C.
PERNURUNAN TITIK BEKU(Tf)
Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih. Larutan mempunyai titik
beku yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut murni.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan titik beku
larutan ( Tf = freezing point).
Tf = Titik beku pelarut titik beku larutan
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.
Tf = m Kf
Keterangan:
f T = penurunan titik beku, m = molalitas larutan, Kf = tetapan penurunan titik beku molal
TEKANAN OSMOSIS
Adakalanya seorang pasien di rumah sakit harus diberi cairan infus. Sebenarnya apakah cairan
infus tersebut? Larutan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah
haruslah memiliki tekanan yang sama dengan tekanan sel-sel darah. Apabila tekanan cairan
infus lebih tinggi maka cairan infus akan keluar dari sel darah. Prinsip kerja infus ini pada
dasarnya adalah tekanan osmotik. Tekanan di sini adalah tekanan yang harus diberikan pada
suatu larutan untuk mencegah masuknya molekul-molekul solut melalui membran yang
semipermiabel dari pelarut murni ke larutan.
Sebenarnya apakah osmosis itu? Cairan murni atau larutan encer akan bergerak menembus
membran atau rintangan untuk
mencapai larutan yang lebih pekat. Inilah yang dinamakan osmosis. Membran atau rintangan ini
disebut membran
semipermiabel.
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut.
J.H. Vant Hoff menemukan hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan
persamaan gas ideal, yang
dituliskan seperti berikut:
V = nRT
Keterangan: = tekanan osmotik, V = volume larutan (L), n = jumlah mol zat terlarut,
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)T = suhu mutlak (K)
Persamaan dapat juga dituliskan seperti berikut.
= n RT
V
Ingat bahwa n/V merupakan kemolaran larutan (M), sehingga persamaan dapat diubah
menjadi = MRT
Contoh Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bilakemolaran cairan tersebut 0,3
molar pada suhu tubuh 37 C,
tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L1
T = 37 C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : ?
Jawab : = 0,3 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K
= 7,626 L
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT
Tahukah kamu bahwa larutan terdiri dari larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan
elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Sifat koligatif larutan nonelektrolit telah kita pelajari di
depan, bagaimana dengan sifat
koligatif dari larutan elektrolit?Larutan elektrolit memiliki sifat koligatif yang lebih besar
daripada nonelektrolit.
, bahwa penurunan titik beku NaCl lebih besar daripada glukosa. Perbandingan harga sifat
koligatif larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit dinamakan dengan faktor Vant Hoff
dan dilambangkan dengan i.
sehingga untuk larutan elektrolit berlaku rumus:
1. P = XA P i
2.
Tb = K m i
3. f Tf = K m i
4. = M RT i
ket i = faktor van,t hoff = 1 + (n 1)
n= jumlah ion,
= derajat ionisasi
Contoh soal;
Pada suhu 37 C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH)2 Sehingga volume 100 mL (Mr
Ba(OH)2 = 171). Hitung besar
tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 C = 310 K
Ditanya : ?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 Ba2+ + 2 OH, n = 3
mol Ba(OH)2 = gram/Mr
=1,71 gram
171
= 0,01 mol
M =n/V =0,01 mol/0,1 L = 0,1 mol L-1
=MRTi
= 0,1 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1
310 K (1 + (3 1)1) = 7,626 atm
https://dsupardi.wordpress.com/kimia-xii-2/sifat-koligatif-larutan/
2.1 Pelarutan
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung
karbon) biasanya disebut pelarut organik. (http://wapedia.mobi/id/Pelarut)
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di
dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per
million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan
antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan
terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi
antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, maka tidak akan
dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada
suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut
dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.
Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,
seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat
yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku
pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara
umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan
gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
2.2 Faktor-Faktor Pemilihan Pelarut
Dalam pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a.
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen lain dari bahan
ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan alami, sering juga bahan lain (lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal ini larutan ekstrak
b.
tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu diekstraksi lagi dengan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
c.
d.
ekstraksi.
Kerapatan
Pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut
dan bahan ekstraksi. Hal ini bertujuan kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali
pemisahan harus dilakukan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor
e.
sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkomponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapat selktifitas tinggi. Seringkali ekstraksi juga
disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk
f.
larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengancara penguapan, destilasi atau
retifikasi, maka titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk
aseotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih.
g. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,tidak dapat
terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan
timbulnya emulsi, memiliki viskositas yg rendah dan stabil secara kimia maupun termis.
(Handojo, 1995: 180)
2.3 Tablel Macam-macam Pelarut
Solvent
Pelarut Non-Polar
Rumus kimia
Titik
Konstanta
Massa
didih
Dielektrik
jenis
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2- 69 C
2.0
0.655 g/ml
CH3
C6H6
C6H5-CH3
CH3CH2-O-CH2-CH3
CHCl3
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3
80 C
111 C
35 C
61 C
77 C
2.3
2.4
4.3
4.8
6.0
0.879 g/ml
0.867 g/ml
0.713 g/ml
1.498 g/ml
0.894 g/ml
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-
101 C
2.3
1.033 g/ml
O-\
Tetrahidrofuran (THF)
/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\
Diklorometana (DCM) CH2Cl2
Asetona
CH3-C(=O)-CH3
Asetonitril (MeCN)
CH3-CN
Dimetilformamida (DMF) H-C(=O)N(CH3)2
Dimetil
sulfoksida CH3-S(=O)-CH3
66 C
40 C
56 C
82 C
153 C
189 C
7.5
9.1
21
37
38
47
0.886 g/ml
1.326 g/ml
0.786 g/ml
0.786 g/ml
0.944 g/ml
1.092 g/ml
(DMSO)
Pelarut Polar Protic
Asam asetat
n-Butanol
Isopropanol (IPA)
n-Propanol
Etanol
Metanol
Asam format
Air
118 C
118 C
82 C
97 C
79 C
65 C
100 C
100 C
6.2
18
18
20
30
33
58
80
1.049 g/ml
0.810 g/ml
0.785 g/ml
0.803 g/ml
0.789 g/ml
0.791 g/ml
1.21 g/ml
1.000 g/ml
Benzena
Toluena
Dietil eter
Kloroform
Etil asetat
Pelarut Polar Aprotic
1,4-Dioksana
CH3-C(=O)OH
CH3-CH2-CH2-CH2-OH
CH3-CH(-OH)-CH3
CH3-CH2-CH2-OH
CH3-CH2-OH
CH3-OH
H-C(=O)OH
H-O-H
Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak larut (pada
temperature tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya. Dekantasi ini digunakan apabila
kedua zat yang tercampur ini sudah terpisah sendiri, padat di bawah cair di atas.
Penyaringan (Filtrasi), adalah proses pemisahan zat padat dari campuran zat cairnya melalui
media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa melewati pori-pori keras sedangkan
menyatakan bahwa, asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperature adalah
konstan :
= = KD
Dimana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (koefisien partisi).
Hukum ini seperti dinyatakan di atas, secara termodinamis tidaklah benar-benar tepat, (misalnya,
tak diperhitungkan aktivitas dari berbagai spesi itu, dan karenanya diharapkan hanya akan
berlaku dalam larutan encer dimana angka banding aktivitas itu mendekati satu), tetapi
merupakan suatu pendekatan yang berguna. Hokum ini dalam bentuknya yang sederhana, tak
berlaku bila spesi yang didistrubusikan itu, mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu
fase tersebut. Pada penetapan praktis ekstraksi pelarut ini, kita terutama memperhatikan fraksi
zat terlarut total dalam fase yang satu atau fase yang lainnya, tak peduli bagaimanapun cara-cara
disosiasi, asosiasi , atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut.
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan dalam analisis untuk memisahkan suatu zat
terlarut (zat-zat terlarut) yang dianggap penting dari zat yang mengganggu dalam analisis
kuantitatif terakhir terhadap bahan tersebut,kadang justru zat terlarut pengganggu itu tidak
diekstraksi secara selektif. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan suatu spesi, yang
dalam larutan air adalah terlalu encer untuk dianalisis.
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan berikut:
-
Angka banding distribusi yang tinggi untuk zat terlarut, angka banding distribusi yang rendah
untuk zat-zat pengotor yang tidak diingini.
Viskositas yang cukup rendah, dan perbedaan rapatan yang cukup besar dari fase airnya, untuk
mencegah terbentuknya emulsi.
Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut untuk proses-proses analisis berikutnya. Jd
t.d. pelarut, kemudahan pelucutan (stripping) zat terlarut dari pelarut dengan reagensia-reagensia
kimia, patut diperhatikan bilamana mungkin untuk memilihnya.
(Svehla, 1979)
Contoh :
Yod larut (sedikit) dalam air, akan tetapi larut juga dalam CCI 4 atau CHCI 3 yang
merupakan pelarut organik, CCI4 tidak bercampur dengan air. Kelarutan Yod dalam air dan
dalam CCI4/CHCI3 tidak sama, maka Yod dalam air dapat diekstraksi dengan menggunakan
CCI4 atau CHC13. Untuk mengetahui apakah CCI4 melarutkan I2 lebih besar daripada air
maka perlu adanya pembuktian. Pelarut yang baik untuk ekstraksi harus memiliki daya
kelarutan zat terlarut lebih besar dari pelarut semula.
Praktek pemisahan secara ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Suatu
larutan dimasukkan kedalam corong pisah sejumlah kira-kira sepertiganya. Masukkan pelarut
lain yang mempunyai kelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan larutan di atas, juga
kedua pelarut tidak saling larut (polar-non polar). Kemudian dikocok, kedua pelarut akan
saling terdispersi, dan pelarut kedua akan menarik zat dari larutannya. Cara di atas harus
dilakukan berulang kali yang banyak sekali, karena proses pemisahan tergantung kepada
jumlah kontak yang terjadi diantara kedua pelarut.
http://yie-myutzz.blogspot.com/2011/03/pengertian-pelarut.html
BE
Konsentrasi Larutan
Ditulis oleh Innoki Saragih pada09-11-12
Ada beberapa cara dalam menyatakan konsentrasi suatu larutan, yaitu sebagai berikut :
MOLARITAS (M) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
NORMALITAS (N) : adalah banyaknya gram ekivalen zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
MOLALITAS (m) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mg pelarut.
Normalitas (N) ditentukan oleh banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam 1000 ml larutan. Berat ekivalen
(BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi, sebagai berikut :
Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh valensi dari
senyawa tersebut.
Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron yang dilepaskan atau
diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan konsentrasinya 37% (Mr =
36,5)
Jawab :
- BJ = 1,1878 gram berarti di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram
- Konsentrasi 37%
439,486
= _______ = 12,04
36,5
Secara langsung dapat dihitung sebagai berikut :
Berapa Normalitas (N) H2SO4 pekat dengan BJ= 1,19 dan konsentrasinya 98% (Mr=98).
Jawab :
- BJ H2SO4 = 1,19
Berarti dalam 1 Liter larutan terdapat 1190 gram
-Konsentrasi 98 %
Jadi untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 mL yang dibuat dari HCl pekat dengan
konsentrasi 37% dan BJ 1,1878 yang mempunyai normalitas 12,04 (hasil perhitungan nomor 1). Maka HCl
pekat tersebut yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
Untuk membuat larutan dengan bahan yang digunakan dalam bentuk padatan, maka banyaknya
bahan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Contoh:
Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 500 mL, maka AgNO3 padatan yang dibutuhkan dapat dihitung
sebagai berikut :
Untuk membuatlarutan NaCl 10% sebanyak 500 mL, maka bahan padatan NaCl yang dibutuhkan
adalah 50 gram NaCl dilarutkan sampai dengan 500 mL. Jadi AgNO 3 yang dibutuhkan sebanyak 9 gram
Untuk membuat larutan NaCl 100 ppm maka dilarutkan sebanyak 100 mg kedalam 1 Liter larutan.
Cara menghitung :
100 ppm= 100 gram/106 gram
= 100 gram/103 kg
= 100.000 mg /103 kg
= 100 mg/ 1 kg
100 mg/ 1 Liter
http://innokisaragih.blogspot.com/2012_
11_01_archive.html