Anda di halaman 1dari 45

Konsep Anticipatory

Guidence
By Yeni Elviani, SKM, M.Kes
Pengertian
Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-
petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar
orang tua dapat mengarahkan dan membimbing
anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal.
Tahapan Usia Anticipatory Guidance
1.    Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12
Bulan)
a. Usia 6 (enam) bulan pertama
 Proses penyesuaian antara orang tua dengan
bayinya
 Memahami bayinya sebagai individu yang
mempunyai kebutuhan
 Bayinya tidak akan menjadi manja
Membuat jadwal kebutuhan bayi
Kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan.
Petumbuhan dan perkembangan  bayinya
Kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi
Mengenalkan dan memberikan makanan padat
b. Usia 6 (enam) bulan kedua
 Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi
terhadap orang yang belum dikenal (stranger anxiety).
 Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya
dekat dengan ayah dan ibunya
 Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin
dengan semakin meningkatnya  mobilitas (pergerakan si
bayi).
 Menganjurkan untuk menggunakan suara yang negative
dan kontak mata daripada hukuman badan sebagai
suatu disiplin
Lebih banyak perhatian ketika bayinya berkelakuan
baik dari pada ketika ia menangis.
Pencegahan kecelakaan karena ketrampilan motorik
dan rasa ingin tahu bayi meningkat.
Meninggalkan bayinya beberapa saat dengan
pengganti ibu yang menyusui.
Kesiapan untuk penyapihan.
Menggali perasaan orong tua sehubungan dengan
pola tidur bayinya.
2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)
a. Usia 12-18 bulan
 Perubahan tingkah laku dari toodler terutama
negativism.
 Kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan
dari botol, peningkatan asupan makanan padat.
 Makanan selingan antara 2 waktu makan dengan rasa
disukai.
 Pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang
merupakan penyebab utama gigi berlubang.   
Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah.
Perlu ketentuan-ketentuan/disiplin dengan lembut
(negativism, tempertantrum serta penekanan akan
kebutuhan yang positif dan disiplin yang sesuai)
Perlunya mainan ,meningkatkan aspek perkembangan
anak.
b. Usia 18-24 bulan
Persahabatan dalam bermain.
Menyiapkan kehadiran adik baru.
Pengawasan terhadap kesehatan gigi dan kebiasaan-
kebiasaan pencetus gigi berlubang.
Mendiskusikan metode disiplin yang ada.
Kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet training.
Berkembangnya rasa takut anak.
Adanya tanda regresi pada waktu mengalami stress.
Kemampuan anak untuk berpisah dengan orang tua.
Kesempatan orang tua untuk mengekspresikan
kelelahan, frustasi dan kejengkelan dalam merawat
anak usia toodler.
c.  Usia 24-36 bulan
 Pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk
dilibatkan dalam kegiatan.
 Pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training.
 Keunikan dari proses berfikir toodler terutama
untuk bahasa yang diungkapkan.
 Disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan
nyata, hindari kebingungan dan salah pengertian.
 Adanya taman kanak-kanak atau play group.
3.  Anticipatory Guidance Pada Masa Preschool (3-5
Tahun)
Proteksi pagar, penutup stop kontak disertai dengan 
penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan
dapat dimengerti.

a. Usia 3 tahun
 Meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
 Batas-batas / peraturan-peraturan.
 Perubahan perilaku agresif.
 Menawarkan anaknya alternative-alternatif pilihan
pada saat anak bimbang.
 Perlunya perhatian ekstra
b.  Usia 4 tahun
Perilaku anak yang agresif, termasuk aktifitas
motorik dan bahasa yang mengejutkan.
Perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua.
Perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah
laku anak.
Beberapa macam istirahat dari pengasuh utama,
seperti menempatkan anak pada taman kanak-
kanak selama setengah hari.
Meningkatnya rasa ingin tahu seksual pada anak.
Batas-batas yang realistic dari tingkah laku.
Disiplin.
Imajinasi di usia 4 tahun, dimana anak mengikuti kata
hatinya dalam “ketinggian bicaranya” (bedakan
dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam
permainan yang membutuhkan imajinasi.
Pelajaran berenang.
Perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya..
Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi
buruk anak
c. Usia 5 tahun
eriode yang relative lebih tenang dibandingkan masa
sebelumnya.
anak memasuki lingkungan sekolah.
Imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
Bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak.
4.  Anticipatory Guidance Pada Masa Usia Sekolah
(6-12 Tahun)
a. Usia 6 tahun
Mendorong anak berinteraksi dengan teman.
Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan
terutama naik sepeda.
Peningkatan interst anak ke luar rumah.
kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar
tidur yang berbeda.
b.  Usia 7-10 tahun
Mendorong kebutuhan akan kemandirian.
Tertarik beraktifitas diluar rumah.
Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita
pubertas.
c.  Usia 11-12 tahun
 Menyiapkan anak tentang perubahan tubuh
pubertas.
 Anak wanita pertumbuhan cepat.
 ex education yang adekuat dan informasi yang
adekuat.
Pencegahan Terhadap Kecelakaan Pada Anak
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan :
1.   Jenis kelamin,
2.  Usia, fisik dan kognitif,  semakin besar akan
semakin tahu mana yang bahaya.
3.  Lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan :
1. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku
anak.
2.Kualitas asuhan meningkat.
3.Lingkungan aman.
Bahaya umum yang harus diperhatikan ortu:
1. Lantai rumah yang basah atau licin
2. Rumah dengan tangga yang curam 7 tidak ada
pegangan
3. Alat makan dari bahan pecah belah
4.Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat
dijangkau anak
5.      Adanya sumur yang terbuka
6.      Adanya parit di depan/samping rumah
7.      Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
8.      Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
9.      Kabel listrik yang berantakan
10.  Stop kontak yang tidak tertutup
Upaya yang dapat dilakukan ortu di rumah:
1.  Benda tajam disimpan di tempat yang aman
2. Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup
3.  Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci
4. Amankan kompor dan berikan penutup yang aman
5. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
6. Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah
atau atas tangga
7. Sekring listrik harus tertutup
8.   Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen
9.   Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya da
pintu pagar yang tertutup rapat
10. Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka
anak
11.  Bila bayi tidur, berikan p[engaman di pinggir tempat
tidur
Pencegahan Terhadap Kecelakaan:
1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker,
keracunan, kurang O2.
Pencegahan
a. Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).
b. Kurang O2 : plastic, sarung bantal.
c. Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint),
tidak pakai kursi tinggi.
d. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.
e. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
2. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
a. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
b. Tenggelam.
c. Keracunan atau terbakar.
d. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
e. Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan :
a. Awasi jika dekat sumber air.
b. Ajarkan berenang.
c. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak
dan strika.
d. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
e. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
f. Cek air mandi sebelum dipakai.
g. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang
aman.
h. Jangan biarkan kabel listrik menggantung  mudah
ditarik.
i. Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan
permen yang keras.
j. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense
of balance.
3.Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari
potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat
naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil
bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial
bahaya.
a. Jauhkan korek api dari jangkauan.
b. Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial
dapat membahayakan anak.
c. Mendidik anak : Cara menyeberang jalan, arti rambu-
rambu lalulintas, cara mengendarai  peran orang tua =
perlu belajar mengontrolàsepeda yang aman 
lingkungan.
4.  Usia Sekolah
a. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
b. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda,
mendaki gunung, berenang.
c. Perawat mengajarkan keamanan:
 Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
 Aturan yang aman dalam berenang
 Mengawasi pada saat anak menggunakan alat
berbahaya : gergaji, alat listrik.
 Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang
bisa meledak/terbakar.
5. Remaja
a. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur,
luka pada kepala.
b.Kecelakaan karena olah raga.
Pencegahan:
a. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
b. Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
c. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan
olah raga.
B. Toilet Training
adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB)
Tahapan Toilet Training
1.  Tahap Pengendalian Kandung Kemih (Thomson,
2003)
Kurun waktu anak tidak memakai popok semakin
lama. Ini artinya kandung kemihnya semakin
berkembang dan kapasitas menyimpan lebih besar.
Anak sadar kalau air seninya akan keluar dan
memberitahukan kita apabila celananya basah.
Anak bisa melapor tepat pada waktunya, sehingga
orang tua bisa mengantarkannya ke toilet.
Anak bisa pergi ke kamar kecil sendiri.
Tidak mengompol di siang dan malam hari.
Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah :
a.  Melihat Kesiapan Anak
b.  Persiapan dan Perencanaan :
1.  Mendiskusikan tentan toilet training dengan anak
2. Menunjukkan penggunaan toilet
3. Membeli pispot sesuai dengan kanyamanan anak
4. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak
c.  Toilet Training
1.  Membuat jadwal untuk anak
2.  Melatih anak untuk duduk di pispotnya
3.  Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat
dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh anak
4. Buatlah bagan anak supaya dia bisa melihat sejauh
mana kemajuan yang bisa dicapainya dengan stiker
lucu dan warna-warni
Keuntungan Dilakukan Toilet Training
Terbentuknya kemandirian anak secara nyata seperti
buang air kecil dan buang air besar

Faktor – Faktor Toilet Training


a. Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training
 Minat
 Pengalaman
 Lingkungan
b. Faktor Yang Mendukung Toilet Training
 Kesiapan Fisik
 Usia telah mencapai 18-24 bulan.
 Dapat jongkok kurang dari 2 jam.
 Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti
duduk dan berjalan.
 Mempunyai kemampuan motorik halus seperti
membuka celana dan pakaian.
Kesiapan Mental
Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi.
Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa
ingin berkemih.
Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan
meniru perilaku orang lain.
Kesiapan Psikologis
Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit
tanpa berdiri dulu.
Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap
kebiasaan orang dewasa dalam BAK dan BAB.
Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya
benda padat dicelana dan ingin segera diganti.
Kesiapan Anak
Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan
devekasi.
Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk
latihan berkemih dan devekasi pada anaknya.
Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga
yang berarti (Perceraian).
Dampak Toilet Training
Kepribadian akspresif dimana anak lebih tega,
cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,
emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
Yang boleh dan tidak boleh dalam melakukan tindakan
toilet training adalah (Thompson, 2003) :
Tidak boleh membiarkan anak memilih sendiri
dudukan toiletnya karena akan berbahaya bagi anak.
Membiarkan anak menyiram toilet, jika anak mau.
Memastikan anak mencuci tangan dengan baik
setelah buang air.
Membandingkan kemajuan dengan anak lain.
Cara – Cara Melakukan Toilet Training
· Teknik Lisan
· Teknik Modeling

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama Toilet Training


1.  Hindari pemakain popok sekali pakai.
2.  Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan
buang air kecil dan buang air besar.
3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi
seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat
bangun tidur.
4. Jangan marah bila anak dalam melakukan toilet training
GOOD LUCKY

Anda mungkin juga menyukai