Anda di halaman 1dari 39

Konsep safety pada anak

KELOMPOK 4
(EMPAT)
A 2019 1
Konsep Safety pada Anak
1. Defenisi

Menurut pasal 43 uu kesehatan No. 36


tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah
proses dalam suatu rumah sakit yang
memberikan pelayanan kepada pasien
secara aman.
Apa saja yang terdapat dalam aman itu?
a) Pengkajian mengenai resiko
b) Identifikasi manajemen terhadap pasien
c) Pelapor dan analisis insiden
d) Kemampuan untuk belajar dan belajar untuk menindak lanjuti
insiden
e) Menerapkan insiden
f) Menerapkan solusi untuk mengurangi timbulnya risiko
2. Pasien safety pada keperawatan anak

 Untuk melakukan pencengahan injuri pada anak, disebabkan


secara lansung oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri.
 Dari 10 tahun terakhir patient safety menjadi priorotas utama
dalam sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan termasuk
perawat memiliki tanggung jawab terhadap pengobatan dan
perawatan anak selama di rumah sakit. Ini merupakan salah satu
bentuk untuk meningkatkan patient safety pada anak dengan
menggunakan teknologi informasi dalam keperawatan (who
2011)
3. Konsep safety pada anak

 Leadersip
Merupakan pemimpin/pemegang peranan penting terhadap perubahan.pemimpin
bertanggung jawab terhadap keamanan pasien. Mengembangkan pemahaman
bahwa faktor manusia dapat menghambat keamanan pasien, penerapan ilmu
safety, dan pemahaman terhadap dampak budaya pada keamanan pasien,
merupakan kunci yang harus dipengang oleh pemimpin.
 Sistem pelaporan
Menggunakan sistem pendekatan person(system approach) yang menekankan
keterlibatan individu dalam suatu kejadian. Menurut lucian leape dalam
napier(2006) bahwa kesuksesan sistem pelaporan hendaknya merupakan laporan
hukuman, kerasiahan, dan independen dgn analisa ahli dan adanya feedback yg
teratur.
 Problem solving
Untuk dapat menyelesaikan masalah dapat melibatkan staf yang paling
terlibat dalam masalah. Dengan berhadapan langsung dgn pasien dapat
mengidentifikasi resiko selama melakukan asuhan perawatan, dengan
melibatkan mereka dlm upaya mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah safety dapat menjadikan mereka bertanggung jawab terhadap
diri sendiri. Teman sejawat, dan termasuk organisasi.
 Standar perilaku yang jelas
Ini termasuk sebagai saling menghargai, komunikasi terbuka, dan
tanggung jawab untuk mengembangkan praktik dan kebijakan penting
yang memegang peranan penting dalam kejelasan issue, komunikasi
terhdap hasil yg tidak dpt diantisipasi dan berpatisipasi dlm analisis
kejadian.
B. Prinsip Pencegahan Cedera Pada
Anak

Cedera pada anak dapat dicegah dan dikendalikan.


Ada 6 prinsip dasar program pencegahan cedera di
seluruh dunia, diantaranya:
 peraturan perundang-undangan
 modifikasi produk
 modifikasi lingkungan
 mendukung kunjungan rumah (home visits)
 mempromosikan alat-alat keamanan dan edukasi
(WHO, 2008).
Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap
tahap usia anak karena disesuaikan dengan karakteristiknya
Usia 18-24 •Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam
bulan bermain.
•Menekankan pentingnya persiapan anak untuk
kehadiran bayi baru dan kemungkinan terjadinya
persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry).
•Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk
toilet training.
•Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang
tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet training
•Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada
kegelapan atau suara keras
Usia 24-36 •Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan
bulan dalam kegiatan dengan cara meniru.
  •Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam
toilet training dan sikap menghadapi keadaan seperti
mengompol atau (BAB) dicelana.
•Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler
misalnya: melalui bahasa yang digunakan,
ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang
lain.
•Menekankan disiplin
Usia prasekolah Bimbingan antisipasi
Usia 3 tahun •Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
dalam hubungan yang luas.
•Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
•Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif
(menurunkan ketegangan/ tension).
•Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada
anaknya alternatif-alternatif pilihan pada saat anak
bimbang.
•Perlunya perhatian ekstra.
Usia 4 tahun •Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan
bahasa.
•Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
•Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari
tingkah lakunya
Usia 5 tahun •Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
•MeyakinkanMeyakinkan bahwa usia tersebut merupakan
periode tenang pada anak.

Usia sekolah Bimbingan antisipasi

Usia 6 tahun •Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi


dengan cara mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
•Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik
sepeda.
•Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar
rumah.
•Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan
privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
Usia 7-10 tahun •Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
•Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
•Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak
perempuan memasuki prapubertas.

Usia 11-12 tahun Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan
tubuh saat pubertas.
Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi
yang akurat.
Usia Remaja
 Terima remaja sebagai manusia biasa
 Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya.
 Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya
walaupun metdenya berbeda dengan orang dewasa.
 Berikan batasan yang jelas dan masuk akal.
 Hargai privacy remaja
 Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
 Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan
menentukan aturan-aturan.
 Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif
terhadap perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya
merupakan hal yang sangat penting dan memandang segala sesuatu
sebagai hitam atau putih, baik atau buruk.
Alasan Bimbingan Antisipasi dan Pencegahan Cedera pada Anak

Menurut Yuliastati dan Amelia (2016),


 Sebagai pembekalan bagi orang tua untuk menghindari atau meminimalkan
terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada anak.
 Sebagai petunjuk bagi orang tua untuk mengarahkan dan membimbing anak secara
bijaksana, sehingga anak dapat tubuh dan berkembang secara normal.
 Memberikan dukungan kepada orang tua dalam pengambilan keputusan sehingga
meningkatkan praktik pengasuhan.
 Dapat mengarahkan orang tua agar mampu mempraktikkan pengasuhan anak yang
senantiasa mempertimbangkan aspek keamanan.
 Memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai perkembangan anak, sehingga
dapat mengantisipasi kebutuhan anak dan memahami perubahan perilaku pada anak.
 Sebagai acuan bagi orang tua agar dapat menyesuaikan lingkungan untuk
meminimalisir tingkat cedera pada anak.
 Sebagai bahan pertimbangan bagi orang tua untuk lebih meningkatkan
pengasawasannya agar seimbang dengan pencapaian keberhasilan anaknya.
 Pencegahan cedera menurut Kusbiantoro .D (2014) yang dapat dilakukan
petugas kesehatan angtara lain memberikan informasi dan pengetahuan
pada orang tua serta selalu waspada pada gerak gerik yang dilakukan oleh
anak. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan orang tua di rumah yaitu
dengan:
a. Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci.
b. Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang tua menyimpan
harus menyimpan semua racun potensial termasuk tumbuhan, subtansi
pembersih dan obat obatan ini di lakukan agar menciptakan lingkungan
yang aman bagi anak.
c. Menjaga lantai tetap bersih dan kering. Menghindari tumpahan air minum
di lantai agar mengurangi kejadian jatuh pada anak.
d. Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak.Melakukan
pengawasan terhadap anak dengan cara memberikan perhatian pada anak.
Pengawasan saat anak beraktifitas sendiri karena anak suka memasukan
benda ke dalam mulutnya untuk mencegah keracunan pada anak.
 Pencegahan cedera menurut Wong berdasarkan klasifikasi tipe kecelakaan
yang bisa terjadi sebagai berikut:

Kendaraan bermotor Gunakan sabuk pengaman


Awasi anak saat bermain diluar, jangan biarkan anak
bermain di pinggir jalan atau belakang mobil yang
sedang parkir,
Awasi saat bermain sepeda roda tiga
Kunci pagar pintu bila tidak bisa mengawasi anak
secara langsung
Ajarkan anak untuk mematuhi peraturan keamanan
pejalan kaki

Tenggelam Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat


sumber air termasuk ember,
Jaga pintu kamar mandi dan toilet agar
tetaptertutup
Pasang pagar disekeliling kolam renang dan
kunci gerbangnya
Ajari berenang dan keamanan dalam air.
Luka bakar -Putar pegangan teko kearah kompor
- Simpan korek api dan pematik api rokok di daerah yang tidak
dapat di jangkau
- Letakan lilin dan obat nyamuk bakar yang menyala jauh dari
jangkauan anak
-Makanan panas dan rokok di luar jangkauan
- Tutup soket listrik dengan penutup plastik pengaman
- Letakan kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat di
jangkau
- Jangan mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik,
kabel atau korek api, tekankan bahaya api yang terbuka, ajari
tentang apa artinya panas
- Selalu periksa suhu air mandi, atau suhu air 48.9̊C, atau lebih
rendah, jangan biarkan anak bermain keran air. Mengatur suhu
air mandi dengan thermometer
- Memastikan makanan dan minuman agar tidak terlalu panas,
jauhkan anak dari dapur saat memasak.
Keracunan -Letakan semua bahan yang berpotensi beracun diluar jangkauan
- Waspada terhadap makanan, bahan makanan yang tidak bisa
dikunyah
- Letakan kembali obat atau bahan beracun setelah dipakai dengan
segera
- Pasang penutup obat bertakaran secara tepat
- Berikan obat sebagai obat bukan permen
- Ajarkan anak agar tidak bermain-main dalam wadah sampah
- Jangan lepaskan label dari wadah beracun dan cari tau nomor dan
lokasi pengendalian racun terdekat.

Jatuh - Pasang jaring-jaring pada jendela, paku dengan aman, dan


pasang terali pelindung
- Jaga pintu pagar tetap terkunci agar tidak bisa terbuka oleh
anak
- Pasang karpet dibawah tempat tidur
- Awasi tempat bermain, pilih tempat bermain dengan lantai
di lapisi bahan yang lembut dan aman dan yang terakhir
kenakan pakaian yang aman.
 Menurut Widjaja (2002) dan Supartini (2004), pencegahan cedera dapat
dilakukan dengan memberikan pengamanan di sekitar anak usia toddler
yaitu sebagai berikut:

1) Pengamanan secara umum


a) Tidak meletakkan pisau atau benda tajam dan berbahaya sembarangan.
b) Menyimpan zat-zat berbahaya sehingga jauh dari jangkaun anak-anak.
c) Tidak meninggalkan anak sendirian tanpa pengamanan.
d) Jangan menidurkan bayi di tempat yang tinggi, karena dapat terguling dan
jatuh.
e) Mengganti popok bayi di lantai atau di atas kasur berselimut tebal.
f) Anak yang agak besar harus jadi jauhkan dari obat-obatan, racun tikus,
racun serangga, minyak tanah, sabun, detergen, dan peralatan mandi, serta
barang-barang lainnya.
2) Pengamanan di dalam rumah
a) Jika anak sudah mulai berjalan, pastikan dia tidak terjatuh akibat lantai
yang terlalu licin atau terlalu kotor. Jaga lantai rumah selalu bersih dan
kering..
b) Di dalam ruangan tidak ada perabot yang tersudut runcing.
c) Di samping itu harus diusahakan tidak meletakkan benda-benda berbahaya,
seperti pot bunga atau lampu di tempat-tempat yang mudah dijangkau anak.
d) Jangan ada benda-benda beracun di sekitar ruangan seperti obat-obatan,
baygon, cairan pembersih lantai, pestisida, lem, dan lainnya simpan di
dalam lemari terkunci
e) Usahakan bayi tidur di boks, bukan di tempat tidur. Pastikan bahwa boks
tempat tidur aman, berpagar kuat, catnya tidak beracun atau nontoxic, jeruji
pagarnya tidak terlalu renggang agar bayi tidak dapat memasukkan
kepalanya ke sela-sela jeruji. Anak yang agak besar usahakan tidak tidur di
tempat tidur bertingkat atas.
f) Tidak meninggalkan anak di kamar mandi sendirian, sebab dia akan main
air dan dapat tenggelam atau tersedak air.
3) Pengamanan di luar rumah
a) Sebaiknya tidak membiarkan anak bermain sendiri di luar rumah.
b) Jika anak bermain di luar, pastikan bahwa tempat main dan jenis
permainannya aman atau tidak berbahaya.
c) Sebaiknya anak dilarang bermain di jalan raya atau bermain panjat-
panjatan tanpa pengawasan.
d) Alas tempat bermain harus empuk, hindari tempat bermain yang
memiliki permukaan kasar, seperti lantai yang kasar atau yang keras.
e) Jika anak mendapat kecelakaan, segera lakukan penanggulangan.
Orangtua harus mengetahui pengetahuan dasar yang menyangkut cara-cara
menangani kecelakaan pada anak.
f) Ajarkan toddler untuk menghindari hewan yang tidak di kenal.
g) Mulai ajarkan toddler mengenai melihat kendaraan ketika menyebrang
jalan, tetapi selalu bawa atau pegang tangan toddler ketika menyebrangi
jalan maupun ada diantara pejalan kaki.
C. TAHAPAN USIA BIMBINGAN
ANTISIPASI

Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera


Pada anak bayi

Cedera lahir adalah masalah serius yang harus benar-


benar ditangani dengan baik. Memang, jarang ada bayi yang
terluka dalam proses persalinan.
Cedera lahir dapat terjadi karena kelahiran prematur,
ukuran bayi yang terlalu kecil atau besar, posisi mama saat
melahirkan, persalinan yang rumit, dan lain-lain. Kondisi ini
juga lebih berisiko dialami oleh ibu yang melahirkan bayi
pertamanya, menderita diabetes gestational, atau yang
memiliki kelainan panggul.
Berikut Kriteria Cidera Pada Bayi :
 Caput succedaneum
Caput succedaneum adalah pembengkakan parah pada kulit kepala bayi. Ini terjadi saat
bayi 'turun' ketika persalinan. Kondisi ini sering dialami bayi yang lahir dengan bantuan
ekstraksi vakum meskipun juga bisa terjadi jika kepala bayi menekan serviks untuk jangka
waktu yang lama atau memar di area caput.
Caput succedaneum umumnya hanya berlangsung selama beberapa hari dan
pembengkakannya akan hilang dengan sendirinya. Jika hal ini terjadi, bayi mungkin perlu
menjalani USG untuk dilihat apakah ada masalah lebih serius.

 Cephalohematoma
Cephalohematoma adalah perdarahan di bawah periosteum atau jaringan luar yang
menutupi tulang pada kepala bayi. Cedera ini mungkin tidak langsung muncul langsung
setelah bayi dilahirkan, tetapi akan muncul beberapa jam kemudian.
Perawatan cephalohematoma umumnya tidak diperlukan, tetapi butuh waktu hingga
beberapa minggu atau bulan sampai darah diserap kembali. Cedera ini diperkirakan terjadi
pada sekitar satu hingga dua persen kelahiran spontan, tetapi lebih sering terjadi para
persalinan operatif (forsep dan ekstraksi vakum).
Berikut merupakan jenis-jenis cedera lahir pada bayi :
 Memar
Memar adalah cedera lahir yang banyak terjadi saat bayi melewati
jalan lahir. Pada bayi yang dilahirkan menggunakan bantuan forsep atau
ekstraksi vakum, akan lebih berisiko mengalami memar. Memar ini akan
hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
 Laserasi
Laserasi adalah luka dalam atau sobekan pada kulit. Terkadang, kulit
bayi tak sengaja terluka oleh pisau bedah saat operasi caesar atau karena
ekstraktor vakum. Beberapa laserasi mungkin cukup dalam sehingga
membutuhkan jahitan untuk menyatukannya kembali. Tetapi sebagian
besar kondisi ini bisa sembuh hanya dengan dibalut. Infeksi merupakan
bahaya yang harus menjadi perhatian jika terjadi laserasi pada bayi. Luka
ini dapat diobati dengan salep antibiotik
Berikut merupakan jenis-jenis cedera lahir pada bayi :
 Perdarahan subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva cukup umum terjadi pada bayi saat persalinan.
Perdarahan subkonjungtiva terjadi pada satu atau kedua mata, dan hanya
terlihat seperti kemerahan di mata. Besarnya area yang kemerahan tergantung
dari banyaknya pembuluh darah kecil yang pecah.
Perdarahan subkonjungtiva tidak membutuhkan perawatan khusus dan
mungkin akan hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu seminggu. Jenis
cedera yang satu ini juga tidak memengaruhi mata bayi dalam jangka panjang.
 Fraktur
Patahnya klavikula, daerah antara bahu dan leher yang juga dikenal sebagai
tulang selangka, adalah cedera yang terjadi dalam proses persalinan bayi.
Fraktur humerus atau cedera tulang lengan juga dapat terjadi pada bayi yang
lahir dengan posisi bokong terlebih dahulu.
Fraktur biasanya dapat sembuh tanpa pengobatan. Penggunaan belat dapat
mengurangi rasa sakit. Selama proses pemulihan, mungkin Mama akan
melihat adanya sedikit pergerakan di sisi yang bermasalah
Cara pencegahan cedera pada bayi menurut peneliti upaya untuk
pencegahan cedera anak balita di rumah seperti menyikat lantai
kamar mandi agar tidak licin, menghindari penggunaan taplak
meja, tidak meninggalkan anak di kamar mandi sendirian dan
menjauhkan perabot yang bersudut runcing merupakan upaya
yang baik. Menyikat lantai kamar mandi agar tidak licin dapat
menghindarkan anak terjatuh karena terpeleset. Menghindari
penggunaan taplak meja karena anak senang atau mudah
menariknya dan benda-benda yang ada di atas meja akan
berhamburan menimpa anak. Tidak meninggalkan anak di kamar
mandi sendirian sebab anak akan main air yang dapat
menyebabkan tenggelam atau tersedak air serta menjauhkan
perabot yang bersudut runcing agar tidak melukai anak.
Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera
Pada anak Toodler
 Anak Usia Toodler (1-3 tahun)
Di usia ini anak belajar jalan, berlari, memanjat, mereka bisa
membuka pintu dan gerbang, menjelajah segala sesuatu dengan
mulut, di usia ini rasa ingin tau anak sangat besar, anak naik turun
tangga, mereka tidak mewaspadai potensi bahaya yang di
timbulkan oleh orang asing atau orang lain. Resiko cedera pada usia
ini ialah kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar,
keracunan, jatuh, tersedak, dan kerusakan tubuh.
Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak perlu diikuti
dengan pemahaman pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang
dapat muncul karena aktivitas dari anak usia toddler, yaitu tidak
bisa diam dan bergerak terus. Oleh karena itu, orang tua harus
diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak
Pencegahan cedera pada anak usia toodler (1-3 tahun)

A. Pencegahan cedera yang dapat dilakukan petugas kesehatan


Petugas kesehatan dapat melakukan pencegahan cedera pada anak usia
toodler dengan memberikan informasi dan pengetahuan pada orang tua
serta selalu waspada pada gerak gerik yang dilakukan oleh anak. 
B. Pencegahan cedera oleh orang tua
Peran orang tua terhadap anak usia balita yaitu memahami tumbuh
kembang anak, memenuhi kebutuhan gizi, membeikan kebebasan agar
mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak membahayakan,
mengnyimpan benda–benda yang dapat membahayakan anak, mengawasi
setiap yang dilakukan anak (Potter & Perry, 2010). Pemahaman orang tua
terhadap perkembangan anak sangat penting untuk menghindari cedera
pada anak (Kusbiantoro. D, 2014), selain itu pengawasan orang tua juga
sangat penting untuk mengurang cedera pada anak.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua di rumah
yaitu dengan:
 Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci.
 Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang tua menyimpan
harus menyimpan semua racun potensial, termasuk tumbuhan, subtansi
pembersih dan obat obatan ini dilakukan agar menciptakan lingkungan
yang aman bagi anak (Potter & Perry, 2010)
 Menjaga lantai tetap bersih dan kering.
 Menghindari tumpahan air minum di lantai agar mengurangi kejadian
jatuh pada anak (Atak, et all, 2010)
 Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak
 Melakukan pengawasan terhadap anak dengan cara
 memberikan perhatian pada anak. Pengawasan saat anak beraktifitas
sendiri karena anak suka memasukan benda ke dalam mulutnya untuk
mencegah keracunan pada anak (Amal.AI, et all ,2013).
Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera
Pada anak usia preschool

Upaya pencegahan terhadap kecelakaan di rumah untuk memahami upaya


yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, terutama di
lingkungan rumah orang tua harus diajak berpikir tentang kemungkinan adanya
lingkungan rumah. Bahaya umum yang dapat terjadi diantaranya:
1. Lantai rumah yang licin atau basah pada saat sedang di pel atau ada air tumpah di
lantai
2. Rumah dengan tangga yang curam dan tidak ada pegangan
3. Alat makan dan minum yang terbuat dari bahan yang dapat pecah karena apabila
anak menggunakannya kemudian pecah hal ini beresiko terjadi perlukaan pada
anak
4. Penyimpanan obat dan zat yang berbahaya lainnya yang terbuka dan dapat
dijangkau anak titik misalnya, obat-obat P3K cairan pembersih lantai dan
insektisida seperti Baygon.
5. Adanya sumur yang terbuka titik rumah yang menggunakan sumber air sumur gali
selongsong atau tanpa selongsong terdapat risiko yang sangat besar terjadi
kecelakaan pada anak karena anak tidak mengetahui bahaya bermain di sisi
sumur tersebut.
Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera
Pada anak usia preschool
6. Adanya parit di depan atau di samping rumah walaupun kecil,
tetapi jika parit tidak tertutup anak-anak yang bermain di
pinggirnya dapat terjatuh
7. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya, terlebih lagi jika tidak
ada pagar pengaman
8. Kompor atau alat memasak yang letaknya dapat dijangkau anak-
anak.
9. Kabel listrik yang berantakan terlalu panjang anak bisa
menganggap kabel tersebut sebagai mainan tali atau ditariknya.
10. Stop kontak yang tidak tertutup dan dapat dijangkau anak karena
anak bisa penasaran ingin memegang, bahkan mencoloknya
dengan jari atau benda lain.
Upaya yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah
sebagai berikut:

1. Benda tajam untuk memasak atau berkebun dapat disimpan didalam laci
yang dapat dikunci sehingga tidak dapat dibuka oleh anak.
2. Dalam laci yang tertutup rapat dan terkunci.
3. Zat yang berbahaya, sepertiterkunci. Khususnya untuk obat-obatan, dapat
dibuat lemari khusus yang ditempel di dinding agar tidak dapat dijangkau
oleh anak.
4. Tanah dan desain dapur tidak cukup tinggi ketinggian yang cukup bagi
orang dewasa.
5. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering. Jaga anak apabila lantai baru
atau sedang dipel segera di lap jika ada air atau cairan yang tumpah.
6. Penting ada yang menjaga di belakang anak.
Upaya yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah
sebagai berikut:
7. Sekring listrik harus tertutup dan atur kabel supaya tidak terlalu
panjang sehingga tidak terjuntai kebawah dan dapat dijangkau
anak.
8. Apabila ada parit di samping atau depan rumah, tutup dengan papan
atau disemen.
9. Bagi yang letak rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya ada pintu
pagar yang harus selalu terkunci rapat.
10. Apabila rumah menggunakan sumber air dengan sumur gali buat
selongsongnya kemudian tutup dengan papan atau kayu atau besi
yang tidak dapat dibuka oleh anak.
11. Anak yang ditidurkan di tempat tidurnya jangan ditinggal tanpa
dipasang pengaman pada pinggir tempat tidur apabila ditidurkan di
tempat tidur orang dewasa harus dalam pengawasan.
Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera
Pada anak usia sekolah

1. Kemungkinan Terjadinya Cedera


Cedera pada anak usia sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti usia, jenis kelamin, lingkungan dan tingkat sosioekonomi. Selain
itu, cedera terjadi pada anak disebabkan juga oleh saraf sensori anak yang
belum berkembang dengan sepenuhnya. Kemampuan mereka untuk
mengolah dan menyatukan informasi seperti menyatukan apa yang mereka
lihat dan dengar masih terbatas. Anak-anak seringkali gagal
mempersepsikan sesuatu dengan baik, bahkan banyak anak tidak
memahami konsep tentang bahaya dan tidak bahaya. Pemahaman anak
yang terbatas mengenai bahaya menyebabkan anak kurang dapat
mengantisipasi dan mengatasi kondisi bahaya yang muncul sehingga
berakibat fatal untuk keselamatan dirinya. Kondisi tubuh mereka yang kecil
juga menyebabkan risiko terjadinya cedera pada anak, karena akan
membatasi jangkauan pandang anak.
Kemungkinan cedera yang terjadi dan pencegahan cedera
Pada anak usia sekolah
Cedera pada usia sekolah dapat berakibat fatal. Bagian tubuh anak yang
masih dalam tahap perkembangan menyebabkan dampak cedera pada anak
akan lebih berbahaya dibandingkan dengan dampak yang dialami orang
dewasa. Cedera dapat mengakibatkan hospitalisasi, tidak masuk sekolah,
kehilangan potensi hidup bertahun-tahun pada anak dan kematian. Cedera
pada usia sekolah juga dapat menyebabkan kecacatan yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain berdampak
pada fisik anak, cedera juga bisa berdampak pada jiwa anak seperti trauma,
Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD), dan lain-lain
2. Cara Pencegahan
Cedera pada anak usia sekolah dapat dicegah dan dikendalikan. Secara
umum ada 6 prinsip dasar yang sangat sukses dalam program pencegahan
cedera di seluruh dunia, diantaranya: peraturan perundang-undangan,
modifikasi produk, modifikasi lingkungan, mendukung kunjungan rumah
(home visits), mempromosikan alat-alat keamanan, dan edukasi
Sumber :.
 Kusbiantoro. D.(2014).Praktik PencegahanCedera Pada Anak Usia Toddler Ditinjau
Dari Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Bahaya Cedera Di Desa
Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. SURYA.
Juni;Vol.02, No.XVIII.
 Nining dan Yuliastati. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI
 Wong, D L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik edisi 4, Jakarta:EGC
 Wong, D. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pedriatik, Ed.6. Jakarta: EGC.
 Yulaelawati, Ella. (2015). Menjadi Orang Tua Pintar. Jakarta: PT. Mizan
Publika.
 Yuliastati, dan Amelia Arnis. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak.
Jakarta Selatan: KEMENKES RI
 Zubaidah. 2011. peran sistem informasi informasi manajemen keperawatan
keperawatan terhadap patient safety dalam keperawatan anak
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH
ANY QUESTION ?

Anda mungkin juga menyukai