Y DENGAN HIPOGLIKEMIA DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat)
Disusun Oleh :
Agnes Ayu Agra Eni E.0105.20.001
Azmi Nuraeni E.0105.20.008
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Dita Risa Nirwanti E.0105.20.014
Karsidin E.0105.20.023
Riyansah E.0105.20.037
Siti Stuwaibah Aslamiyyah E.0105.20.043
Dita Aryanti E.0105.20.049
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Stase Keperawatan Gawat Darurat Tingkat
II Semester V Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
dengan judul:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y DENGAN HIPOGLIKEMIA DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Telah dilaksanakan di Rumah sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta
Pada tanggal 03 Oktober 2022 – 29 Oktober 2022
Meyetujui, Menyetujui,
Mengetahui, Mengetahui,
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan laporan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y
DENGAN HIPOGLIKEMIA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BAYU ASIH
PURWAKARTA” dengan tepat waktu. Adapun pembuatan laporan ini dilakukan sebagai
pemenuhan tugas prakerin dan nilai tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Mudah –
mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan laporan PKL ini masih jauh dari kata sempurna, baik bentuk
maupun Teknik penulisannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, serta kemampuan penulis dalam menelaah suatu masalah.
Dalam proses penyelesaian laporan ini kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran selama praktek dan penyusunan
laporan.
2. Kedua Orang Tua kami yang telah mendoakan dan memberikan semangat selama
berlangsungnya praktek.
3. dr. H. Deni Darmawan, MARS, selaku Plt. Direktur RSUD Bayu Asih Purwakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan praktek di RSUD
Bayu Asih Purwakarta
4. Sri Wahyuni., S.Pd., M.Kes., Ph.D., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi
Luhur Cimahi
5. Taofiq Mutaqin, S.Kep., Ners selaku Kepala Instalasi Pendidikan dan penelitian RSUD
Bayu Asih Kabupaten Purwakata
6. Reini Astuti, S.Kp., M.Kep. selaku Kaprodi Diploma 3 keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi
7. Siti Aminah, S.Kep., Ners selaku koordinator dan Pembimbing Akademik Kelompok
1 pada Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
8. Mella Maya Sopha, S.Kep., Ners selaku pembimbing di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Bayu Asih Purwakarta.
ii
iii
9. Kepala ruangan dan staff ruangan Instalasi Gawat Darurat yang telah membimbing
kami selama praktek di RSUD Bayu Asih Purwakarta
10. Keluarga Tn.O yang telah bersedia bekerja sama dengan kami dan membantu dalam
penyusunan laporan
11. Teman seperjuangan yang telah bekerja sama dalam menjalankan tugas dan saling
mendukung satu sama lain.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan dan memberi mamfaat bagi
pembaca.
Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI
iv
v
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................ 44
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Hipoglekemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah (glukosa)
yang rendah . Dalam keadaan normal , tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70
- 11 – mg/dl (Aina Abata, 2014) .
Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula di dalam darah
berada di bawah kadar normal. Hipoglikemia adalah komplikasi yang paling umum terjadi
pada individu dengan diabetes melitus (Kemenkes RI, 2017).
Hipoglikemia adalah ciri umum dari DM tipe I dan juga dijumpai pada klien dengan
DM tipe II yang menjalani terapi obat insulin atau obat oral. Hipoglikemia dapat
disebabkan karena dosisinsulin berlebihan, asupan makanan lebih sedikit dari biasanya,
aktivitas berlebihan, ketidakseimbangan nutrisi dan cairan serta riwayat mengkonsumsi
alcohol (Black dan Hawks, 2021).
2.2 Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, harus tahu dan paham dosis obat yang suntik sesuai
dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya tidak dapat memantau kadar gula
darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi..
3
4
4
5
2.3 Klasifikasi
PERKENI 2015 menjelaskan secara umum terdapat beberapa klasifikasi hipoglikemia
antara lain :
a. Hipoglikemia berat apabila kadar GDS sangat rendah dan pasien tidak sadar serta
membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau
tindakan resusitasi lainnya.
b. Hipoglikemia simtomatik apabila kadar GDS 70 mg/dl, namun terdapat gejala dan
keluhan hipoglikemi
c. Probable hipoglikemia apabila gejala dan keluhan hipogllikemia, tanpa disertai
pemeriksaan GDS Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hipoglikemia merupakan kondisi klinis yang ditandai oleh penurunan kadar glukosa
darah melewati ambang batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Secara klinis
hipoglikemia didefinisikan sebagai nilai glukosa
2.4 Patofisiologi
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan
kosentras yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologi insulin secara fisiologis
seiring dengan seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan
gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa
darah di sadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, (Setyohadi, 2012).
5
6
2.5 Pathway
Hipoglikemia
Jantung GI
Tekanan pada
bagian tubuh
tertentu
Resiko Resiko
ketidakefektifsn ketidakefektif
perfuis jaringan an perfusi
curah jantung jaringan Kelembaban
Resiko kulit
Jatuh
Resiko
kerusakan
integritas kulit
7
8
2.7 Penatalaksanaan
Strategi penanganan pasien diabetes melitus dengan komplikasi akut hipoglikemia terdiri
atas 3 kelompok utama yaitu pencegahan hipoglikemia, pengunaan obat-obatan dengan
dosis rendah sampai optimal atau gunakan golongan obat yang mempunyai risiko
hipoglikemia rendah dan terapi hipoglikemia (Mansyur, 2018).
a. Pencegahan hipoglikemia Edukasi untuk mencegahan atau menurunkan risiko
terjadinya hipoglikemia maka sangat penting dilakukan. Edukasi kepada pasien dan
keluarganya dan juga pemantauan glukosa darah secara mandiri (self monitoring blood
glucose/ SMBG) merupakan strategi utama dalam upaya pencegahan terhadap
tejadinya hipoglikemia. Pemantauan glukosa darah secara mandiri secara reguler
merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui kecenderungan kadar glukosa
darah dan mengidentifikasi terjadinya hipoglikemia asimptomatik. Pemantauan dapat
dilakukan secara periodik dengan pemeriksaan kadar glukosa darah kapiler maupun
melalui monitoring glukosa darah secara kontinyu (continous glucose
monitoring/CGM) (American Diabetes Association, 2018).
8
9
b. Pengunaan obat-obatan dengan dosis rendah sampai optimal atau gunakan golongan
obat yang mempunyai risiko hipoglikemia rendah Terapi farmakologis pada penderita
diabetes melitus ditujukan untuk mempertahankan kontrol glikemik selama mungkin
tanpa risiko hipoglikemia, oleh karena itu pemberian obat-obatan sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah dan kemudian dilakukan titrasi secara bertahap hingga mencapai
dosis optimal. Sesuai dengan mekanisme kerjanya maka golongan obat-obatan anti
diabetes dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu kelompok risiko rendah dan
kelompok risiko tinggi sebagai penyebab hipoglikemia. Kelompok risiko tinggi akan
meningkatkan kadar insulin tanpa dipengaruhi kadar glukosa dalam darah. Sedangkan
golongan obat dengan risiko hipoglikemia rendah berkerja bedasarkan kadar glukosa
dalam darah (Mansyur, 2018).
c. Terapi hipoglikemia Penanganan utama pasien hipoglikemia pada pasien diabetes
adalah deteksi dini dan atasi kadar glukosa darah yang rendah dengan mengembalikan
kadar glukosa darah secepat mungkin ke kadar yang normal sehingga gejala dan
keluhan hipoglikemia juga akan segera menghilang. Rekomendasi terapi hipoglikemia
(Setiati, Alwi dan Sudoyo, 2015):
1) Hipoglikemia ringan dan sedang Berikan 15-20 gram glukosa tablet atau yang telah
dilarutkan dalam air minum (2-3 sendok makan). Cek ulang kadar glukosa darah 15
menit kemudian, bila kadar glukosa darah masih kurang dari 70 mg/dl maka
pemberian 15 gram glukosa dapat diulangi, demikian pula untuk 15 menit
berikutnya.
2) Hipoglikemia berat dan pasien masih sadar Berikan 20 gram glukosa secara oral.
Cek ulang 15 menit kemudian, bila kadar glukosa darah tetap < 70 mg/dl maka
ulangi pemberian 20 gram glukosa, demikian pula untuk 15 menit berikutnya.
3) Hipoglikemia berat dan pasien tidak sadar. Jika terdapat gejala neuroglikopeni, maka
pasien harus diberikan terapi parenteral yaitu Dextrose 40% 25 ml, diikuti dengan
infus D50% atau D10%, 15 dengan rumus 3-2-1-1. Lakukan pemantauan gula darah
setiap 1-2 jam. Apabila terjadi hipoglikemia berulang pemberian Dextrose 40%
dapat diulang kembali. Adapun tatalaksana hipoglikemia pada pasien tidak sadar
yang menunjukkan gejala neuroglikopenia menurut Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 2015 adalah sebagai berikut
(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2015):
a. Pemberian larutan Dekstrosa 40% sebanyak 50 ml dengan bolus intravena (IV)
b. Pemberian cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf (500 cc).
9
10
c. Periksa GDS, bila: 1) GDS < 50 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50 ml IV 2)
GDS 200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%
d. Bila hipoglikemia belum teratasi, pertimbangka pemberian antagonis insulin,
seperti: Deksametason 10 mg IV bolus, dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol
1,5-2 g/KgBB IV setiap 6-8 jam.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena
efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh
perilaku dan pola bicara abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia
juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
2.9 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Pengkajian primer kegawat daruratan pada umumnya menggunakan pendekatan A-B-
C (Airway, Breathing dan Circulation) (Harmono, 2016).
1) Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal
jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur frekuensi nafas pasien
dan dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya sumbatan jalan napas, karena
adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen
ke otak (Harmono, 2016).
2) Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat.
Jika pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Gambaran
klinik yang penting diperhatikan pada pasien hipoglikemia adalah sesak napas
(tachypnea, hyperpnea) dan asidosis metabolik (Mansyur, 2018).
3) Circulation
Kaji adanya kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun. Pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah akibat
hipoglikemia akan mengalami perubahan hemodinamik melalui peningkatan denyut
10
11
11
12
2. Rambut
Warna rambut putih, persebaran merata, tidak ada seborae dan tidak rontok,
kekuatan rambut lemah, kebersihannya terjaga.
3. Wajah
Warna kult sawo mtatang, Bentuk wajah simetris, tidak adanya oedema atau lesi
dan tidak adanya nyeri tekan.
4. Mata
Bentuk mata normal, mata smentris, skelera an ikterik, konjungtiva ananemis,
respon pupil baik dan tidak ada benjolan,
5. Hidung
Terpasang nasal canul 5l, hidung Simetris, tidak ada nyeri tekan, hidung lembab,
kebersihan terjaga
6. Telinga
Pina sejajar dengan kantus mata, bentuk simetris, kebrsihannya terjaga, tidak
adanya nyeri tekan sehingga pendengarannya masih normal.
7. Leher
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening dan tidak ada pembesaran vena jugularis.
8. Dada
Bentuk dada simetris, bunyi napas vesikuler, pola napas normal, irama
pernafasan regular, tidak ada tamda distraes pernafasan, jenis pernafasan dada,
irama jantung ireguler, kekuatan jantung lemah, tidak ada edema ,suara jantung
murmur.
9. Abdomen
Tidak ada pembesaran abdomen, warna kulit merata, tidak ada oedema, tidak
ada masa pada abdomen, bising usus normal dan tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
Ekstrimitas atas pasien simetis, tidak ada oedema, pesebaran warna kulit merata,
tidak ada nyeri tekan. Pada ekstrimitas bawah tidak ada nyeri tekan dan tidak
adanya oedema tetapi aktivitas pasien sedikit terbatas karena factor usia.
11. Genetalia & Anus
Bersih, tidak ada hemoroid dan tidak ada keluhan. Pasien mengatakan sering
buang air kecil.
12
13
15 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang
mengalami hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :
a. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum
diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. Biasanya
pada penderita hipoglikemia akan terjadi penurunan kadar glukosa darah
F. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Hipoglikemia Ketidakstabilan
Mengantuk. Pusing, kadar glukosa
palpitasi, mengeluh Aturan pengobatan teraputik yang darah
lapar kompleks
DO:
Gangguan koordinasi, Kegagalan mengikuti atura
kadar glukosa dalam pengobatan dalam kehidupan sehari-
darah rendah, hari
gemetar, kesadaran
menurun, perilaku Penggunaan terapi insulin
naeh, berkeringan
,sulit bicara Ketidakstabilan kadar glukosa darah
13
14
14
15
Penurunan nutrisi pada selotak
Gangguan metabolism sel otak
Kerusakan sel otak
Penurunan kesadaran
Resiko jatuh
6. DS : Hipoglikemia Ansietas
Merasa bingung,
merasa khawatir, sulit Reaksi berlebihan dari keluarga
berkonsentrasi,
mengeluh pusing, Keluarga mengungkapkan
DO : kecemasan terhadap kondisi pasien
Tampak gelisah,
frekuensi napas Ansietas
meningkat, muka
tampak pucat,
7. DS : - Hipoglikemia Risiko gangguan
DO: - integritas kulit
Transportasi glukosa ke otak
menurun
Penurunan nutrisi pada sel otak
Gangguan metabolisme sel otak
Kerusakan sel otak
15
16
16
17
17
18
2. Risiko perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Tekanan Manajemen Peningkatan Tekanan
serebral tidak efektif tindakan selama 1x6 jam
Intrakranial Intrakranial
maka Perfusi Serebral
meningkat dengan Observasi Observasi
kriteria hasil :
1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Untuk mengetahui penyebab
1. Tingkat kesadaran TIK peningkatan TIK
meningkat 2. Monitor tanda gejala peningkatan TIK 2. Untuk mengetahui tanda gejala
2. Gelisah mrnurun 3. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), peningkatan TIK
3. Kecemasan menurun jika tersedia 3. Agar memntau ICP
4. Kesadaran membaik 4. Monitor CPP (Cerebral Perfusion 4. Agar memantau CPP
5. Tekanan darah Pressure) 5. Agar mengetahui gelombang ICP
membaik 5. Monitor gelombang ICP 6. Untuk mengetahui status
6. Monitor status pernapasan pernapasan
7. Monitor intake dan ouput cairan 7. Untuk memantau intake dan ouput
8. Monitor cairan serebro-spinalis (mis cairan
wama, konsistenal
18
19
Terapeutik Terapeutik
Kolaborasi Kolaborasi
19
20
20
21
Edukasi Edukasi
Kolaboras Kolaborasi
21
22
22
23
Terapeutik Terapeutik
Edukasi Edukasi
23
24
Kolaborasi Kolaborasi
24
25
25
26
4. Tekanan darah
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk 1. Membina trust dnegan psien
menurun
menumbuhkan kepercayaan 2. Agar kecemasan berkurang
5. Pola tidur membaik
2. Temani pasien untuk mengurangi
6. Palpitasi menurun
kecemasan , jika memungkinkan
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami 1. Memebritahukan klien pada klien
26
27
27
28
Kolaborasi Kolaborasi
28
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
TRIAGE
Kesadaran Kategori Triage Klasifikasi kasus
Unrespon Merah ATS 2 Non Trauma
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
29
30
Tanda dan Gejala : Pasien datang ke IGD RSUD Bayu Asih pada pukul 10.48 WIB
tanggal 25 Oktober 2022 dengan kesadaran menurun sejak pukul
05.30 WIB. Keadaan umum lemah disertai tampak gelisah dan
pucat
Onset / Awal kejadian : Selama 1 minngu asupan makan pasien hanya sedikit
Lokasi : Di rumah pukul 05.30 WIB
Durasi : kurang lebih sudah 4 jam ysng lalu
Karakteristik : GCS E:3 M:4 V:3 = 11 (somnolen)
Faktor yang meringankan: -
Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS
Faktor pencetus : Pasien mengidap DM type II
Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga mengatakan pasien menderita Hipertensi dari 15
tahun lalu dan Diabetes dari 2 tahun yang lalu
Riwayat Alergi : Pasien tidak ada alergi
TTV :
TD: 180/110 mmHg HR : 110x/menit RR : 24x/menit
Suhu : 36.0 C SpO2 : 95%
Airway
-Paten : jalan nafas paten tidak ada masalah
-Obstruksi : tidak ada hambatan dalam bernafsas nafas
Breathing
- Pergerakan Dada : Simetris
-Pola Nafas : Normal
-Bunyi Nafas : Vesikuler.
-Irama Pernafasan : Reguler
-Tanda Distress Pernafasan : tidak ada distress pernafasan
-Jenis Pernafasan : Pernafasan dada
SPO2 : 95%
Circulation
-Irama Jantung : Reguler
-Kekuatan : Kuat
-Akral : Dingin
-Pucat : Ya
30
31
-Sianosis : Tidak
-CRT : < 2 detik
-Turgor Kulit : Baik
-Edema : Tidak ada edema
-Perdarahan : Tidak ada perdarahan
Disability
-Tingkat kesadran : Somnolen
-Nilai GCS : E: 3 M: 5 V: 3 = 11
-Pupil : Isokor respon cahaya normal Diameter : 2mm
-Ekstremitas : Normal
-Kekuatan otot : 4 4
4 4
-Fraktur : Tidak ada
-Paralisis : tidak ada
Eksposure
-Adanya trauma pada daerah : Tidak ada
Adanya jejas / luka pada daerah : Tidak ada
31
32
4. Mata
Bentuk mata normal, mata smentris,
skelera an ikterik, konjungtiva ananemis,
respon pupil baik dan tidak ada benjolan,
5. Hidung
Terpasang nasal canul 5l, hidung Simetris,
tidak ada nyeri tekan, hidung lembab,
kebersihan terjaga
6. Telinga
Pina sejajar dengan kantus mata, bentuk
simetris, kebrsihannya terjaga, tidak
adanya nyeri tekan sehingga
pendengarannya masih normal.
7. Leher
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening dan tidak ada pembesaran vena
jugularis.
8. Dada
Bentuk dada simetris, bunyi napas
vesikuler, pola napas normal, irama
pernafasan regular, tidak ada tamda
distraes pernafasan, jenis pernafasan dada,
irama jantung ireguler, kekuatan jantung
lemah, tidak ada edema ,suara jantung
murmur.
9. Abdomen
Tidak ada pembesaran abdomen, warna
kulit merata, tidak ada oedema, tidak ada
masa pada abdomen, bising usus normal
dan tidak ada nyeri tekan.
32
33
10. Ekstremitas
Ekstrimitas atas pasien simetis, tidak ada
oedema, pesebaran warna kulit merata,
tidak ada nyeri tekan. Pada ekstrimitas
bawah tidak ada nyeri tekan dan tidak
adanya oedema tetapi aktivitas pasien
sedikit terbatas karena factor usia.
11. Genetalia & Anus
Bersih, tidak ada hemoroid dan tidak ada
keluhan. Pasien mengatakan sering buang
air kecil.
1. HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 11,8 g/dL 11.8-18.5
2. Hematokrit 33,9 % 36-47 Low
3. Leukosit 8,2 10^3 / µL 4.4-11.3
4. Eritrosit 4,06 10^6 / µL 4-5.2 High
5. Trombosit 428 10^3 / µL 139-335
6. MCV 84 FL 78-95
7. MCH 29,1 Pl 26-32
8. MCHC 34,8 g / dL 32-36
KIMIA
9. Gula Darah 38 mg/dL <140 Low
Sewaktu
33
34
34
35
35
36
3.8 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Edukasi
Edukasi
1. Agar kadar glukosa darah dapat
1. Anjurkan monitor kadar glukosa
terkontrol.
darah
2. Agar pasien dan keluarga mengetahui
2. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
bagaimana menangani hipoglikemia.
36
37
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dextrose 1. Untuk mengatasi hipoglikemia
Observasi Observasi
1. Identifikasi penggunaan obat
1. Agar penggunaaan obat sesuai resep
sesusai resep
2. Untuk mengetahui pengetahuan
2. Identifikasi kemampuan dan
pasien dalam menjalani program
pengetahuan menjalani program
pengobatan.
pengobatan
Terapeutik Terapeutik
37
38
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara 1. Agar pasien dan keluarga dapat
mengelola obat mengelola obat dengan tepat.
meningkat dengan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Memantau tanda dan gejala
kriteria hasil : peningkatan intracranial peningkatan intracranial
38
39
4. Kesadaran
membaik.
3. Resiko gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Tanda Vital Pemantauan Tanda Vital
sirkulasi spontan d.d tindakan
hipoglikemia keperawatan selama
1x6 jam maka Observasi Observasi
39
40
3.9 Implementasi
No. Diagnosa Keperawatan Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
4. Mempertahankan akses IV
40
41
20 tpm
40% 50 mg
40% 50 mg
41
42
42
43
43
44
44
44
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah
megadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien sehingga pasien atau dan keluarga terbuka dan mengerti serta
kooperatif.
1. Keluhan utama
Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak banyak
kesenjangan, Tinjauan teori yang di dapat keluhan pertama biasanya ditandai dengan
kelemahan, berat badan menurun, anoreksia dan lain sebagaimana. Pada tinjauan
kasus di dapatkan data pasien mengeluh tidak sadarkan diri,gelisah, penurunan nafsu
makan. Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan.
2. Riwayat penyakit saat ini
pada tinjauan teori yang berpacu pada buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) didapatkan keadaan pasien yang menderita hipoglikemia adalah kadar glukosa
dalam darah menurun, gemetar, kesadaran menurun, perilaku aneh, sulit bicara dan
berkeringat, lelah, lesu. Pada tinjauan kasus ada beberapa kesenjangan dengan
tinjauan teori dikarenakan pada tinjauan kasus ditemukan dengan data, antara lain
yaitu penurunan kesadaran, lelah, lesu.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pada tinjauan teori didapatkan riwayat dahulu seperti riwayat hipertensi diabetes
gestasional, riwayat ISK berulang, riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat
berlebihan. Sedangkan hasil dari tinjauan kasus diperoleh hal yang sama yaitu riwayat
diabetes 2 tahun yang lalu.
4. pemeriksaan fisik
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus ditemukan beberapa adanya kesenjangan
dikarenakan yaitu penurunan kesadaran, lelah, lesu.
44
45
Pada tinjauan teori di dapatkan diagnosa keperawatan resiko perfusi selebral tidak
efektif, diagnosa ini juga ditemukan pada tinjauan kasus yaitu pasien mengalami
penurunan kesadaran yaitu somnolen dan tekanan darahnya yaitu 180/110 mmHg.
Diagnosa pada tinajuan teori yaitu Resiko perfusi perifer tidak efektif, Resiko
penurunan curah jantung, Resiko cedera, Ansieta dan Resiko kerusakan integritas kulit.
Ini tidak ditemukan pada tinjauan kasus karena pasien tidak ada tanda gejala pada diagnosa
tersebut.
45
46
46
47
47
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di RSUD Bayu Asih Purwakarta selama
28 hari yang dimulai pada tanggal 03 Oktober 2022 sampai 29 Oktober 2022. Kami
melakukan pengkajian di RSUD Bayu Asih Purwakarta pada Tn.O dengan diagnosa medis
Hipoglikemia + DM Type II + Hipertensi di Instalasi Gawat Darurat RSUD Bayu Asih
Purwakarta.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapat dari Ny.Y diagnosa Hipoglikemia + DM Type II +
Hipertensi dengan keluhan tidak sadarkan diri. Pada saat dilakukan pengkajian pasien
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung gelisah, kesadaran E:3 M:5 V: 3 =
11(somnolen), keadaan umum lemah, pasien tampak pucat, akral teraba dingin, GDS
38mg/dL, Tekanan Darah: 180/110 mmHg, N : 101x/menit, RR : 24x/menit, S : 36.0 0
C, SpO2 : 95%,
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada Ny.Y dengan diagnose Hipoglikemia + DM Type II +
hipertensi dengan daignosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah, resiko
perfusi serebral tidak efektif, dan resiko sirkulasi spontan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan ketidakstabilan
kadar glukosa darah dengan tindakan yang dapat dilakukan seperti: Identifikasi tanda
dan gejala hipoglikemia, identifikasi penyebab hipoglikemia, Pertahankan akses IV,
48
49
5.2 Saran
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis terhadap
Keperawatn Gawat Darurat pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakstabilan
kadar glukosa darah, risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif dan resiko sirkulasi
spontan.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan bagi
pasien diagnosa Hipoglikemia + DM Type II + Hipertensi dengan penerapan intervensi
manajemen hipoglikemia, manajemen medikasi, manajemen peningkatan intracranial,
pemantauan tanda vital
49
50
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Aina Abata, Q. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Lengkap Cetakan 1. Jakarta. Gandasoebrata,
R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 9. Dian Rakyat. Jakarta.
Black, J. M. and Hawks, J. H. 2021. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Edited by Li. Erliana and N. A. Waluya. Singapura: Elsevier.
Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4, No. 5:93-99
Hidayat, A. A. 2021. Proses Keperawatan : Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan SDKI. I.
Edited by N. A. Aziz. Surabaya: Health Book Publishing.
Kemendikbud RI. 2016. Kamus Besar bahasa Indonesia Versi Daring. Jakarta Timur: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia (1sted.). PB. PERKENI.
Setyohadi, Bambang. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I.
Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I.
Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I .
Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
51