Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SPONTAN

DI RUANG VK RSUD KOTA TANGERANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Stase Keperawatan Maternitas
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

1. Afrina Kusuma Dewi 23030011


2. Ati Setiawati 23030052
3. Tsani Dermawan 23030016
4. Yeni Gumiati 23030014
5. Ibnu Rizal Syarifudin 23030025
6. Sopian Sauri 23030027
7. Dwi Sagita Apriyani 23030050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Penyusunan makalah ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipresentasikan pada
Stase Keperawatan Gawat Darurat Program Studi Profesi Ners
Univesitas Yatsi Madani
Tangerang

Tangerang, 11 September 2023


Menyetujui

Pembibing Akademik Pembimbing Lahan

Yuli Safitri, STr.Keb Ns. Febi Ratnasari, S.Kep.,M.Kep

Mengetahui
Kaprodi Profesi Ners

Ns. Cicirosnita J. Idu,S.Kep.,M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SPONTAN
DI RUANG VK RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

1. Afrina Kusuma Dewi 23030011


2. Ati Setiawati 23030052
3. Tsani Dermawan 23030016
4. Yeni Gumiati 23030014
5. Ibnu Rizal Syarifudin 23030025
6. Sopian Sauri 23030027
7. Dwi Sagita Apriyani 23030050

Telah Dipertahankan Di Hadapan Pembimbing


Tangerang, 11 september 2023
Menyetujui

Pembibing Akademik Pembimbing Lahan

Yuli Safitri, STr.Keb Ns. Febi Ratnasari S.Kep., M.Kep

Mengetahui
Kaprodi Profesi Ners

Ns. Cicirosnita J. Idu,S.Kep.,M.Kep

iii
ABSTRAK

Nuryani1 Yuli Safitri2


Afrina Kusuma Dewi3, Ati Setiawati4, Tsani Dermawan5, Yeni Gumiati6, Dwi
Sagita Apriyani7, Ibnu Rizal Syarifudin8, Sopian Sauri 9
Universitas Yatsi Madani

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SPONTAN


DI RUANG VK RSUD KOTA TANGERANG

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6-8 minggu. selama periode paska
melahirkan, sang ibu akan mengalami sejumlah perubahan fisiologis dan
psikologis ketika tubuh kembali ke keadaan sebelum hamil. Berdasarkan hasil
data kesehatan di Ruang Vk Kota. Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Partum
Spontan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini antara nyeri akut,
resiko infeksi, defisit perawatan diri. Hasil dari implementasi yang dilakukan
antara lain frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri menurun, resiko infeksi
menurun, kebersihan diri meningkat.

Kata Kunci : Post Partum Spontan, Masa Nifas, Diagnosa Keperawatan.

iv
ABSTRACT

Nuryani1 Yuli Safitri2


Afrina Kusuma Dewi3, Ati Setiawati4, Tsani Dermawan5, Yeni Gumiati6, Dwi
Sagita Apriyani7, Ibnu Rizal Syarifudin8, Sopian Sauri 9
Universitas Yatsi Madani

NURSING CARE FOR SPONTANEOUS POST PARTUM PATIENTS IN


THE VK ROOM OF TANGERANG CITY HOSPITAL

Postpartum is the period after childbirth, it can also be called the postpartum
period (puerperium), namely the period after childbirth which is necessary for the
recovery of the womb, which lasts 6-8 weeks. During the postnatal period, the
mother will experience a number of physiological and psychological changes as
the body returns to its pre-pregnancy state. Based on the results of health data in
the City Vk Room. The purpose of this paper is to find out how nursing care is for
patients with Spontaneous Post Partum. The nursing diagnoses that arise in this
case include acute pain, risk of infection, self-care deficit. The results of the
implementation include decreased frequency, quality and intensity of pain,
decreased risk of infection, increased personal hygiene.

Keywords: Spontaneous Post Partum, Postpartum Period, Nursing Diagnosis.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktik klinik
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Spontan Di Ruang
Vk RSUD Kota Tangerang.
Penulisan laporan praktik klinik ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat. Dalam menyusun
laporan praktik klinik ini, penyusun telah dibimbing dengan baik oleh para dosen
pembimbing dan mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
sebagai bentuk syukur, penyusun ucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. Trisonjaya M.Si., MM, selaku Rektor Universitas Yatsi Madani
Direktur RSUD Kota Tangerang
2. Ns. Cici Rosnita J.Idu S.Kep.,M.Kep, selaku Plt. Sekprodi Profesi Ners
Universitas Yatsi Madani
3. Yuli Safitri, STr.Keb sebagai pembimbing akademik, yang dengan tekun
memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai pengarahan, sharing, dan
usul/saran yang cemerlang
4. Ns. Nuryani, S. Kep., M. Kep., S.pKep., Mat selaku pembimbing lahan,
yang juga dengan tekun memberikan berbagai masukan secara ilmiah
melalui pengarahan, sharing dan saran yang diberikan
5. Pihak RSUD Kota Tangerang yang telah memfasilitasi penyusun sehingga
dapat melaksanakan praktik klinik
6. Orangtua yang selama ini selalu memberikan motivasi, do’a, perhatian dan
kasih sayang selama menyelesaikan skripsi
7. Teman-teman yang telah memotivasi dan membantu penyusun dalam
pembuatan laporan praktik klinik
8. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung hingga tersusunnya laporan praktik klinik ini. Semoga apa yang
telah mereka berikan kepada penyusun mendapatkan balasan dan selalu
berada dalam ridho Allah SWT.

vi
Penyusun menyadari dalam penulisan dan penyusunan laporan praktik
klinik ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan waktu dan
pengetahuan penyusun. Untuk itu penyusun akan sangat menghargai segala kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki karya penyusun di masa
yang akan datang. Penyusun berharap agar laporan praktik klinik ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama ilmu keperawatan.

Tangerang, 11 September 2023

Tim Kelompok

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Tujuan Makalah...................................................................... 3
1. Tujuan Umum............................................................... 3
2. Tujuan Khusus............................................................... 3
D. Manfaat Makalah.................................................................... 4
1. Bagi Penulis................................................................... 4
2. Bagi Praktik Keperawatan............................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5


A. Konsep Dasar Post Partum Spontan....................................... 5
1. Definisi.......................................................................... 5
2. Tahapan Masa Nifas...................................................... 6
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas.................................. 6
4. Gangguan Psikologis Post Partum................................ 6
5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas.......................................... 13
6. Tahapan Masa Nifas..................................................... 15
7. Pathway.........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................... 16

viii
A. Pengkajian............................................................................... 16
B. Analisa Data............................................................................ 17
C. Diagnosa Keperawatan........................................................... 20
D. Kriteria Hasil.......................................................................... 20
E. Intervensi Keperawatan.......................................................... 21
F. Implementasi Keperawatan.................................................... 28

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 36


A. Kesimpulan............................................................................. 36
B. Saran....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa post partum adalah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk
memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula sebelum melahirkan
sampai persalinan berlangsung antara 6 minggu (42 hari). Pada masa post
partum, ibu akan mengalami perubahan secara fisiologi. Perubahan tersebut
memerlukan proses adaptasi (Rusniati, 2019). Hasil pengamatan selama
praktik di Ruang Vk RSUD Kota Tangerang rata-rata hari pertama pada ibu
post partum masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri pada bagian
luka episiotomy. Ada juga ibu yang belum mengetahui tanda dan gejala
infeksi pada luka episiotomy.
Menurut World Health Organitation (WHO) setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan post
partum. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih
dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan,
persalinan dan nifas. Kemudian Angka Kematian Ibu (AKI) di negara
ASEAN lainnya, seperti di Thailand pada tahun 2011 adalah 44/100.000
kelahiran hidup, di Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup dan Singapura
6/100.000 kelahiran hidup (Nurrahmaton dan Sartika 2018).
Hasil penelitian tentang Disparity of Maternal Mortality in Indonesia,
didapatkan hasil bahwa 61,4% dari total kabupaten/kota di Indonesia yang
cakupan kunjungan nifas (KF) rendah memiliki angka kematian maternal
tinggi. Sedangkan 61,8% dari total kabupaten/kota yang cakupan kunjungan
nifas (KF) tinggi memiliki angka kematian maternal rendah. Keluhan paling
umum dari kunjungan masa nifas adalah demam (30,3%), masalah pada
episiotomi atau bekas luka operasi (26,6%) dan sakit perut (25,7%).
(Situmorang, 2021). Data profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2019
AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 91,45 per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur 2019). Data pasien di Ruang
Vk RSUD Kota Tangerang dalam satu bulan, menyebutkan ada 16 ibu post
10
partum datang, sebanyak 8 ibu dilakukan episiotomy dengan presentasi
2,03% dan belum ditemui kasus komplikasi yang menyebabkan kematian.
Penyebab dilakukan episiotomy biasanya ibu yang kesulitan
melahirkan, gawat janin, posisi bayi sungsang, perineum tidak elastis dan
riwayat adanya robekan perineum yang parah maka muncul rasa nyeri pada
bagian perineum, selain timbul masalah nyeri pada kasus ibu post partum
spontan biasanya terjadi resiko infeksi. Hal tersebut terjadi karena kondisi
perineum yang terkena lochea dan lembab akan menunjang perkembangan
bakteri. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun jalan lahir yang dapat berakibat munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jalan lahir. Penanganan
komplikasi yang lambat dapat menyebabkan kematian pada ibu post partum
mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah.
Peran perawat dan kolaborasi dengan tim medis lain sangat
dibutuhkan dalam upaya peningkatkan meliputi cara mengontrol nyeri
akibat tindakan episiotomi, cara mencegah infeksi dan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, dan upaya pemulihan
perawat menganjurkan pasien untuk segera melakukan mobilisasi secara
bertahap serta mengedukasi pasien tentang pentingnya merawat luka
perineum untuk mencegah infeksi..
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik ingin
memaparkan kasus ini sebagai laporan praktik klinik dengan harapan dapat
memberikan gambaran mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Post partum
spontan di Ruang Vk RSUD Kota Tangerang”.

11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengambil rumusan masalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Persalinan spontan Di Ruang Vk RSUD Kota Tangerang?”

C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan praktik klinik ini adalah menggambarkan
tentang bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum
Spontan Di Ruang Vk RSUD Kota Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan post partum
spontan
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Post Partum Spontan
c. Mampu membuat intervensi pada pasien dengan Post Partum
Spontan
d. Mampu melakukan implementasi pada pasien dengan Post
Partum Spontan
e. Mampu melakukan evaluasi mengenai apa yang sudah
diimplementasikan

D. Manfaat Makalah
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan serta informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
penulis serta mahasiswa keperawatan yang lain sebagai bahan bacaan
dan referensi dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas
pada pasien dengan Post Partum Spontan.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Laporan praktik klinik ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau
panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan Post Partum Spontan.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Post Partum


1. Definisi
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6-8 minggu.
selama periode paska melahirkan, sang ibu akan mengalami sejumlah
perubahan fisiologis dan psikologis ketika tubuh kembali ke keadaan
sebelum hamil. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih enam minggu (Johnson, 2019)..

2. Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia yang lamanya 6- 8
minggu
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu , bulanan,
tahunan. (Kumalasari 2019).

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1. Perubahan fisiologis system reproduksi
a. Involusi uterus dan pergerakan ke bawah fundus uterin

13
(Johnson, 2019) menjelaskan bahwa involusi mengecilnya
ukuran uterus setelah melahirkan, dan uterus kembali ke
keadaannya sebelum kehamilan. Proses involusi dimulai
segera setelah kelahiran plasenta ketika urat otot uterin
berkontraksi:
1) Kontraksi otot uterin menekan pembulu darah dan
mengontrol pendarahan.
2) Oksitosin dilepaskan dari kelenjar pituitary untuk
memperkuat dan mengoordinasikan kontraksi uterin.
3) Untuk memastikan bahwa uterus masih kuat dan
berkontraksi dengan baik selama 1-2 jam paska
melahirkan, oksitosin eksogenus (pitocin) diberikan
melalui pembuluhan darah atau otot segera setelah
keluarnya plasenta.
4) Sangat penting untuk memonitor ibu dengan selama 1-
2jam paska- melahirkan untuk mendeteksi tanda
pendarahan dan mencegah syok hipovolemik.
Ukuran dan berat uterus mengalami penyusutan dengan
cepat. Di awal kala keempat persalinan, uterus berada di tengah
dan dapat di palpasi di tengah di antara simfisis pubis dan
pusar :
1) Bobot uterus sekitar 0.9kg sesaat setelah kelahiran.
2) Memulai proses katabolisme sel, ukuran sel individu
dalam uterus berkurang, menyebabkan penyusutan
ukuran uterus.
3) Dalam waktu 12 jam setelah melahirkan, fundus berada
sekitar 1 cm di atas pusar dan terus turun hingga 1 cm
atau satu buku jari setiap harinya.
4) Selama seminggu pertama, berat uterus berkurang
separuhnya, dan 2 minggu paska melahirkan bobot
uterus menjadi sekitar 12 ons.
5) Area plasenta pulih melalui proses eksfoliasi, yang
menyisakan garis goresan jaringan uterin.
14
Periode 6 minggu paska melahirkan diperlukan untuk
pemulihan kembali ke bentuk awal uterin secara menyeluruh
(involusi)

Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri masa nifas.

4. Gangguan Psikologis Post Partum


1. Transisi Menjadi Orang Tua
Transisi menjadi orangtua adalah proses pembangunan yang
dinamis, yang diawali dengan pengetahuan tentang kehamilan dan
selama periode nifas sebagai pasangan baru akan menjadi peran
ibu dan ayah. Apakah ini adalah anak pertama atau kesepuluh,
transisi ini adalah peristiwa yang harus dihadapi. Berjiwa besar
dalam hidup yang menarik dan menegangkan, serta menghasilkan
tantangan untuk membangun anggota keluarga, hubungan dengan
pasangan, dan keluarga. Setiap individu berkaitan dengan
pertumbuhan, realisasi, dan persiapan menjadi orang tua dengan
cara yang berbeda, dan keyakinan budaya berpengaruh bagaimana
individu mengambil peran orang tua. (Karjatin, A., 2021).
2. Peran Orang Tua
Individu memiliki banyak peran sepanjang hidup mereka. Sebagai
seorang anak, peran sebagai putra atau putri, adik atau kakak,
cucu, dan mahasiswa. Peran tambahan yang diperoleh sebagai
individu dewasa. Peran berubah seiring waktu sebagai individu
dewasa dan peran baru ditambahkan. Peran ibu atau ayah
berkembang dan perubahan dari waktu ke waktu sebagai anak
tumbuh di dalam keluarga. Setiap peran baru memiliki harapan

15
dan tanggung jawab bahwa individu harus belajar agar berhasil
dalam peran. (Karjatin, A., 2021).
3. Bonding dan Attachment Behaviors
Bonding dan Attachment dipengaruhi oleh waktu, kedekatan
orangtua dan bayi, apakah kehamilan direncanakan/diinginkan dan
kemampuan orang tua untuk memproses melalui tugas–tugas
perkembangan yang diperlukan orangtua. Faktor–faktor lain yang
mempengaruhi ikatan dan perilaku attachment adalah: dasar
pengetahuan dari pasangan, pengalaman masa lalu dengan anak–
anak, kematangan dan tingkat pendidikan dari pasangan,
dukungan diperpanjang, harapan ibu/ayah dari kehamilan ini,
harapan ibu/ayah dari bayi dan harapan budaya. (Karjatin, A.,
2021).
4. Post partum blues
Perubahan suasana (postpartum blues) umum terjadi selama
periode paska-melahirkan. Penurunan hormone dengan cepat
seperti progestoren dan estrogen diyakini menyebabkan gangguan
emosi. Factor-faktor lain terkait reaksi emosi adalah konflik antara
peran ibu dan ketidakamanan personal. Perempuan yang memiliki
persoalan ekonomi atau keluarga biasanya tambak lebih stress
terkait peran keibuan. Selain itu, keguguran sebelumny atau
kegagalan kehamilan juga menyebabkan persoalan emosi paska-
melahirkan. Ketidaknyamanan fisik seperti rasa nyeri,
pembengkakan payudara, dan kelelahan mengakibatkan reaksi
negative paska melahirkan dan harus segera diatasi untuk
mendukung kenyamanan ada fase paska melahirkan. (Kumalasari,
2019).
5. Depresi post partum
(Johnson, 2019) menjelaskan bahwa tanda-tanda depresi paska
melahirkan (PPD) meliputi tanda-tanda umum depresi seperti
hilangnya berat badan, insomnia, dan ambivalensi terhadap bayi
yang baru lahir dan keluarga. Depresi paska melahirkan terjadi

16
kira- kira 13% para ibu baru dan mungkin memiliki efek jangka
Panjang pada interaksi ibu-ibu yang baru lahir.
Gejala-gejala depresi paska melahirkan merupakan bukti sebelum
penetapan rumah sakit, dan pasien berisiko sebaiknya dijadwalkan
untuk kunjungan berkelanjutan sebelum kunjungan paska
melahirkan tradisional 6 minggu.wanita pada risiko tinggi
terhadap depresi paska melahirkan memiliki factor-faktor risiko
seperti:
1) Lingkungan keluarga yang tidak stabil dan kasar
2) Riwayat kejadian depresif sebelumnya.
3) Riwayat system dukungan terbatas.
4) Penghargaan diri yang rendah
5) Ketidakpuasan dengan Pendidikan, ekonomi, atau pilihan
pasangan.

5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Menurut (Kumalasari, 2019) perawatan fisik dan pemenuhan
kebutuhan dasar pada masa puerperium harus mengarah pada
tercapainya kesehatan yang baik, dengan upaya perawat atau bidan
diarahkan pada identifikasi dan penatalaksanaan masalah kesehatan
yang muncul pada masa nifas tersebut. Adapun kebutuhan dasar ibu
nifas di antaranya sebagai berikut:
1. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet
yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein dan banyak mengandung cairan dan serat untuk mencegah
konstipasi. Obat – obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan
tidak berlebihan., selain itu ibu memerlukan asupan sebagai
berikut :
a. Tambahan kalori 500 kalori tiap hari

17
Untuk menghasilkan setiap 100ml susu, ibu memerlukan
asupan kalori 85 kalori. Pada saat minggu pertama dari enam
bulan menyusui (ASI ekslusif) jumlah susu yang harus
dihasilkan oleh ibu sebanyak 750ml setiap harinya. Mulai
minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah
600ml, jadi tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi
oleh ibu adalah 510ml.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup, pedoman umum yang baik
untuk diet adalah 2-4 porsi/hari dengan menu empat
kebutuhan dasar makanan (daging, buah, sayuran, roti/biji-
bijian)
c. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
d. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
e. Minum sedikit tiga liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setelah setiap kali selesai menyusui)
f. Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin
2. Ambulasi
Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu
dua jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partus normal
ambulasi dini dilakukan paling tidak 6- 12 jam post partum.
Tahapan ambulasi yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu,
kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka
ibu dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih).
Manfaat ambulasi dini adalah sebagai berikut :
a. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
b. Menurunkan insiden tromboembolisme
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea)
d. Mempercepat mengembalikan tonus dan vena
3. Eliminasi
18
a. Buang Air Kecil
Pengeluaran urine akan menngkat pada 24- 28 jam pertama
sampai hari kelima post partum karena volume darah ekstra
yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah
persalinan;. Sebaiknya, ibu tidak menahan buang air kecil
ketika ada rasa sakit pada jahitan karena dapat menghambat
uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan
perdarahan yang berlebihan. Dengan mengosongkan kandung
kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan
pulih kembali dalam 5-7 hari post partum. Ibu harus berkemih
spontan dalam 6- 8 jam post partum. Pada ibu yang tidak bisa
berkemih motivasi ibu untuk berkemih dengan membasahi
bagian vagina atau melakukan kateterisasi.
b. Buang Air Besar
Kesulitan buang air besar (konstipsi) dapat terjadi karena
ketakutan akan rasa sakit takut jahitan terbuka, atau karena
hemoroid. Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,
mengonsumsi makanan tinggi serat, dan cukup minum
sehingga bisa buang air besar dengan lancar. Sebaiknya pada
hari kedua ibu sudah bisa buang air besar. Jika sudah pada hari
ketiga ibu masih belum bisa buang air besar, ibu bisa
menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak
tinja.
4. Personal hygiene atau perawatan diri
Perawatan diri yang dianjurkan diantaranya sebagai berikut :
a. Perawatan perineum
a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Bersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada
ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi sarankan untuk
tidak menyentuh luka
19
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari
c) Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.

b. Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak
(disamping urine). Sebaiknya pakaian agak longgar didaerah
dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian
juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitarnya akibat lochea
c. Kebersihan rambut
Cuci rambut dengan kondisioner rambut yang cukup, lalu
sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan
pengering rambut
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat
untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis
dan tangan ibu. Oleh karena itu dalam minggu- minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
lebih sering dan jaga kulit tetap kering.
e. Perawatan payudara
Perawatan payudara hendaknaya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali
sehari
5. Istirahat dan tidur
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan

20
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan- kegiatan rumah
tangga secra perlahan- lahan, serta untuk tidur siang atau
istirahat selagi bayi tidur
6. Aktivitas seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri bagitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Hubungan seksual dapat
dilanjutkan setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai dan
aktivitas tersebut dapat dinikmati
7. Latihan senam nifas
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan
langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan
senam nifas

6. Tahapan Masa Nifas


Menurut (Kumalasari, 2021) tahapan asuhan kunjungan masa nifas
yaitu sebagai berikut.
1) Kunjungan I yaitu 6-8 jam postpartum.
Asuhan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Pemantuan keadaan umum ibu.
c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu.
d. Asi eksklusif.
2) Kunjungan II yaitu enam hari postpartum.
Asuhan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, dan tidak ada tanda- tanda
pendarahan.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan pendarahan
abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
21
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
f. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-
hari.
3) Kunjungan III yaitu dua minggu postpartum.
Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada
enam hari postpartum, yaitu sebagai berikut :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, dan tidak ada tanda-
tanda pendarahan.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan pendarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
f. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-
hari
g. Kunjungan IV yaitu enam minggu postpartum.
h. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
i. Memberikan konseling untuk kb secara dini, imunisasi, senam
nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi..

22
7. Pathway

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,
2018). Diagnosa keperawatan berfokus pada respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan (Siregar dkk., 2021).
Diagnosa keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat (Hidayat, 2021).
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik kontraksi uterus,
resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder tubuh, defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelelahan (PPNI, 2018).

23
9. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penialain klinis.
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (PPNI, 2018). Dalam tahap perencanaan, perawat
mengembangkan tujuan dan intervensi keperawatan yang dirancang
untuk membantu pasien dalam memenuhi tujuan atau mencapai hasil
yang diinginkan (Siregar dkk., 2021). Manajemen hipoglikemia
merupakan salah satu intervensi utama dari diagnosa keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah. (PPNI, 2018).

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pasien merupakan ibu post partum dengan nama Ny. R usia 26 tahun,
bersuku Jawa berbangsa Indonesia, beragama islam, Pendidikan terakhir
SLTA/sederajat, tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga, alamat di
Tangerang, pasien di rawat dengan diagnose medis post partum spontan.
pasien adalah istri Tn. P bersuku Jawa berbangsa Indonesia, bekerja sebagai
pegawai swasta di sebuah perusahaan. Pasien datang ke RSUD Kota
Tangerang pada tanggal 22 Agustus 2023. Keluhan utama yaitu Nyeri post
partum spontan. Pada tanggal 22 Agustus 2023 pukul 08.00 dilakukan
pengkajian, pasien mengatakan merasakan nyeri pada daerah perineum,
pasien tampak meringis dan gelisah, rasanya hilang timbul seperti tersayat-
sayat, skala nyeri 5 (1-10). Pemerikasaan TTV, TD : 110/70 mmHg, suhu :
36,5°c, RR : 20x/menit, nadi : 100x/menit. Diagnosa medik: P2002 Post
Partum Spontan.

B. Analisa Data
No Data fokus Masalah keperawatan Etiologi
1 DS: Kategori : psikologis Nyeri akut
Subkategori : nyeri
Pasien mengeluh nyeri
dan kenyamanan
P : nyeri karena episiotomi Nyeri Akut
Q : nyeri seperti ditusuk- D.0077
tusuk
R : nyeri pada perineum
S : 5 dari 1-10
T : hilang timbul

DO:
- Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak
25
gelisah
pendarahan pervaginam
±50 cc
TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,50 C
RR : 20x/menit
- Nadi : 100xmenit
2 Kategori : lingkungan Resiko Infeksi
DS :
Subkategori :
- Pasien mengatakan
keamanan dan proteksi
khawatir terjadi
Resiko infeksi
infeksi pada
D.0142
perineum
DO :
- TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 36,50 C
- RR : 20x/menit
- Nadi : 100xmenit
- Tidak ada
kemerahan
- Lochea rubra
- Kerekatan
jaringan kuat
- Warna darah terang
- Terdapat jahitan yang
masih basah
3 Ds : Pasien mengatakan Defisit Perawatan Diri Defisit perawatan
nyeri pada luka operasi - Kategori : Perilaku diri
Pasien mengatakan ingin Subkategori :
lekas sembuh Kebersihan Diri
D.0109
Do :
- Pasien tampak
26
lemas
- Terdapat luka
operasi pada bagain
perut
TTV : - TD : 130/90 mmhg
- Suhu : 37,8’C - N : 100
x/menit - Respirasi : 20
x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik kontraksi uterus
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan
tidak adekuatnya pertahanan sekunde tubuh
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan

D. Kriteria Hasil
1. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 mnt diharapkan
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Frekuensi nadi membaik
e. Frekuensi tekanan darah membaik
2. Resiko nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 mnt diharapkan
control resiko meningkat dengan kriteria hasil :
a. Kemampuan menghindari factor resiko meningkat
b. Kemampuan mengenali status kesehatan meningkat
c. Kemampuan melakukan strategi control resiko
3. Defisit perawatan diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 mnt perawatan
diri meningat dengan kriteria hasil :
27
a. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri cukup
meningkat
b. Mempertahankan kebersihan mulut cukup meningkat.

E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Kategori : psikologis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Subkategori : nyeri dan intervensi keperawatan I.08238
kenyamanan selama 2x24 jam Observasi
D.0077 Nyeri Akut diharapkan tingkat - Identifikasi
nyeri menurun, dengan lokasi,
kiteria hasil : karakteristik,
 Keluhan nyeri durasi,
(cukup menurun) frekuensi,
 Meringis (cukup kualitas,
menurun) intensitas nyeri
 Gelisah (cukup - Identifikasi
menurun) skala nyeri

 Frekuensi nadi Terapeutik


(cukup membaik) - Berikan teknik

 Frekuensi tekanan nonfarmakologis

darah (cukup untuk

membaik) mengurangi rasa


nyeri
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis
Cahaya dan
kebisingan)
Edukasi
- Anjurkan
28
monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kategori : lingkungan Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
Subkategori : keamanan intervensi keperawatan Edukasi :
dan proteksi selama 2x24 jam maka - Siapkan materi,
Resiko infeksi terhindar dari infeksi media tentang
D.0142 dengan kriteria hasil : faktor-faktor
- pasien bebas dari penyebab, cara
tanda dan gejala identifikasi dan
infeksi pencegahan
- jumlah leukosit risiko infeksi di
dalam batas rumah sakit
normal maupun di
- menunjukan rumah
prilaku hidup - Jadwalkan
sehat waktu yang
- menunjukan tepat untuk
kemampuan untuk memberikan
mencegah pendidikan
kesehatan sesuai
kesespakatan
dengan pasien
dan keluarga
Terapeutik
- Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi lokal
dan sistemik
- Anjurkan

29
mengikuti
tindakan
pencegahan
sesuai kondisi
- Anjurkan
membatasi
pengunjung
- Ajarkan cara
merawat kulit
pada area
infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
- Anjurkan
kecukupan
nutrisi, cairan,
dan istirahat
- Anjurkan
kecukupan
mobilisasi
- Anjurkan
latihan napas
dalam.

3. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan


Kategori : Perilaku intervensi selama 3x24 diri
Subkategori : Kebersihan jam maka perawatan Observasi :
Diri diri meningat dengan - Identifikasi kebiasaan
D.0109 kriteria hasil : aktivitas perawatan diri
- Verbalisasi
30
keinginan sesuai usia
melakukan - Monitor tingkat
perawatan diri kemandirian
cukup meningkat - Identifikasi kebutuhan
(4) alat bantu kebersihan
- Mempertahankan diri, berpakaian, berhias
kebersihan mulut dan makan
cukup meningkat Teraputik :
(4) - Sediakan lingkungan
yang terapeutik
- Siapkan keperluan
pribadi
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

31
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi hari ke-1

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


jam Keperawatan
(SDKI)
22/08/2023 Kategori : - Mengidentifikasi S:
Jam 16.00 Psikologis lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan
Subkategori : durasi, frekuensi, nyeri sedikit
Nyeri dan kualitas, intensitas berkurang setelah
kenyamanan nyeri di lakukan teknik
D.0057 hasil : nyeri pada nafas dalam Skala
uterus hilang timbul, 5
nyeri seperti ditusuk O:
-tusuk. - Kien tampak lebih
- Mendentifikasi skala tenang
nyeri - klien tampak
Hasil : berdasarkan meringis kesakitan
pengukuran Konzier - TD : 105/80
scale hasil 6 mmHg,
- Berikan teknik - Frekuensi nadi : 82
nonfarmakologis x/menit
untuk mengurangi - Frekuensi
rasa nyeri pernafasan : 22
- hasil : melakukan x/menit
teknik nafas dalam A : Nyeri Akut (+)
untuk mengurangi P : Intervensi dilanjutkan
nyeri selama 10-15
menit.
- Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa

32
nyeri (mis
pencahayaan dan
kebisingan)
Hasil : pasien
dihindari tempat dan
pencahayaan yang
terlalu terang dan
panas
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Hasil : perawat
menjelaskan kepada
orang tua klien, jika
nyeri semakin
bertambah maka
segera lapor
keperawat penjaga
- Berkolaborasi
pemberian analgetik
Hasil : pasien
diberikan obat anti
nyeri yaitu
(paracetamol 3x500
mg).
22/08/2023 Kategori : - Mempersiapkan S:
Jam 15.00 lingkungan materi, media - Pasien mengatakan
Subkategori : tentang faktor- nyeri berkurang
keamanan dan faktor penyebab, - Pasien mengatakan
proteksi cara identifikasi merasa lebih baik
Resiko infeksi dan pencegahan O:
D.0142 risiko infeksi di - Luka pasien
rumah sakit
33
maupun di rumah terlihat bersih
- Menjadwalkan - Tidak ada tanda
waktu yang tepat tanda infeksi pada
untuk memberikan luka operasi TTV:
pendidikan TD : 135/88
kesehatan sesuai mmHg N : 97
kesespakatan x/menit R : 21
dengan pasien dan x/menit S : 37.0c
keluarga A: Masalah teratasi
- Menjelaskan tanda sebagian
dan gejala infeksi P: Intervensi dilanjutkan
lokal dan sistemik
- Menganjurkan
mengikuti
tindakan
pencegahan sesuai
kondisi
- Menganjurkan
membatasi
pengunjung
- Mengajarkan cara
merawat kulit
pada area infeksi
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- Menganjurkan
kecukupan nutrisi,
cairan, dan
istirahat
- Menganjurkan
kecukupan
34
mobilisasi
- Menganjurkan
latihan napas
dalam.

22/08/2023 Defisit Perawatan - Identifikasi S:


Jam 15 Diri kebiasaan aktivitas - Pasien
Kategori : Perilaku perawatan diri sesuai mengatakan
Subkategori : usia untuk
Kebersihan Diri Hasil : pasien tidak membersihkan
D.0109 bisa melakukan tubuh biasanya
perawatan diri sendiri pasien
- Memfasilitasi untuk dibersihkan oleh
menerima keadaan suaminya karena
ketergantungan pasien sulit untuk
- Menjadwalkan menggerakan
rutinitas perawatan tubuh sehingga
diri membersihkannya
kurang maksimal
O:
- Tercium aroma
kurang sedap dari
tubuh pasien,
rambut dan kuku
pasien tampak
kotor dan panjang
TD:110/47 mmHg,
N:83x/menit, RR :
21x/menit, S: 37
A : Masalah keperawatan
Defisit perawatan diri
P : Intervensi dilanjutkan

35
Implementasi hari ke-2

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


jam Keperawatan
(SDKI)
23/08/2023 Kategori : - mengidentifikasi S:
Jam 16 Psikologis lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan
Subkategori : durasi, frekuensi, nyeri sedikit
Nyeri dan kualitas, intensitas berkurang setelah
kenyamanan nyeri dilakukan teknik
D.0057 hasil : nyeri pada nafas dalam.
perut kanan atas, Skala 3
hilang timbul, nyeri O:
seperti ditusuk -tusuk. - Kien tampak lebih
- Mendentifikasi skala tenang
nyeri - TD : 125/80
Hasil : berdasarkan mmHg,
pengukuran Konzier - Frekuensi nadi : 85
scale hasil 3 x/menit
- Berikan teknik - Frekuensi
nonfarmakologis pernafasan : 22
untuk mengurangi x/menit
rasa nyeri hasil : A : Nyeri Akut (+)
memberikan teknik P : Intervensi dihentikan
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
selama 10-15 menit
- Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis

36
pencahayaan dan
kebisingan)
Hasil : pasien
dihindari tempat dan
pencahayaan yang
terlalu terang dan
panas
- Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Hasil : perawat
menjelaskan kepada
orang tua klien, jika
nyeri semakin
bertambah maka
segera lapor
keperawat penjaga
- Berkolaborasi
pemberian analgetik
Hasil : pasien
diberikan obat anti
nyeri yaitu (Ms
continus 10mg).
23/08/2023 Kategori : - Mempersiapkan S:
Jam 15 lingkungan materi, media - Pasien
Subkategori : tentang faktor- mengatakan nyeri
keamanan dan faktor penyebab, berkurang
proteksi cara identifikasi O:
Resiko infeksi dan pencegahan - Tidak terdapat
D.0142 risiko infeksi di tanda tanda
rumah sakit infeksi
maupun di rumah - TTV: TD : 110/70
- Menjelaskan tanda mmHg N : 98
37
dan gejala infeksi x/menit R : 21
lokal dan sistemik x/menit S : 37.6 c
- Menganjurkan A: Masalah teratasi
mengikuti tindakan P: Intervensi dihentikan
pencegahan sesuai
kondisi
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- Menganjurkan
kecukupan nutrisi,
cairan, dan istirahat
- Menganjurkan
kecukupan
mobilisasi
- Menganjurkan
latihan napas
dalam.

38
23/08/2023 Defisit Perawatan - Mengidentifikasi S:
Jam 15 Diri kebutuhan alat bantu - Pasien mengatakan
Kategori : Perilaku kebersihan diri, tubuhnya sudah
Subkategori : berpakaian, berhias bersih dan akan
Kebersihan Diri dan makan membersihkan
D.0109 Hasil : keluarga pasien tubuhnya setiap
membutuhkan waslap hari.
dan air hangat untuk O:
membersihkan tubuh - Tubuh pasien
pasien tampak bersih,
- Menyiapkan rambut dan kuku
keperluan pribadi pasien tampak
Hasil : popok dewasa bersih
dan baju bersih A : Masalah
- Menganjurkan keperawatan Defisit
melakukan perawatan perawatan diri
diri secara konsisten P : Intervensi dihentikan
sesuai kemampuan.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi


anatara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan dengan
diagnose Post Partum Spontan diruang Vk RSUD Kota Tangerang yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kesenjangan
tersebut akan diuraikan sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan
sebagai berikut:

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien.
Agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian
yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu. Pengkajian yang sistematis
dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan, meliputi pengumpulan
data, analisis data, sistematika data, penentuan masalah, dan dokumentasi
data. Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Hasil pengkaijian yang didapatkan peneliti melalui anamnesa
observasi dan studi dokumentasi pada partisipan adalah sebagai berikut :
Ny. R usia 26 tahun, bersuku Jawa berbangsa Indonesia, beragama islam,
Pendidikan terakhir SLTA/sederajat, tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga,
alamat di Tangerang, pasien di rawat dengan diagnose medis post partum
spontan. pasien adalah istri Tn. P bersuku Jawa berbangsa Indonesia,
bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan.
Pasien datang ke RSUD Kota Tangerang pada tanggal 22 Agustus
2023. Keluhan utama yaitu Nyeri post partum spontan. Pada tanggal 22
Agustus 2023 pukul 08.00 dilakukan pengkajian, pasien mengatakan
40
merasakan nyeri pada daerah perineum, pasien tampak meringis dan gelisah,
rasanya hilang timbul seperti tersayat-sayat, skala nyeri 5 (1-10).
Pemerikasaan TTV, TD : 110/70 mmHg, suhu : 36,5°c, RR : 20x/menit,
nadi : 100x/menit. Diagnosa medik: P2002 Post Partum Spontan.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan sebelumya tidak pernah
dirawat inap di rumah sakit.
Riwayat penyakit keluarga, keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes, maupun penyakit bawaan
lainnya, namun pasien mempunyai keturunan Gemeli atau kehamilan
kembar.
Pada Riwayat menstruasi, pasien Menarche pada umur 13 tahun dan
haid keluar banyaknya ±80cc lamanya 3-5 hari dengan siklus menstruasi
antara 28-30 hari secara teratur. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pasien
pada tanggal 26 Juli 2020 dan tanggal perkiraan yaitu 2 Mei 2021
Riwayat persalinan post partum sekarang asien MRS ke Ruang Vk
RSUD Kota Tangerang pada tanggal 22 Agustus 2023 pasien merasakan
kontraksi hebat jam 19.30 WIB saat pemeriksaan pembukaan serviks pasien
sudah pembukaan lengkap dan melahirkan pukul 20.05 WIB. Pada pukul
20.05 WIB bayi lahir spontan jenis kelamin perempuan, menangis kuat,
APGAR Skor 8-9, anus berlubang, BB 2,8 kg, tidak ada kelainan kongenital,
panjang 49 cm, lingkar kepala 32 cm.. Berdasarkan data di Ruang Vk RSUD
Kota Tangerang kala I terjadi selama 7 jam, kala II 25 menit, kala III 5 menit
dan kala IV terjadi selama 2 jam dengan perdarahan ±50 cc. Pada tanggal 28
April 2021 pukul 22.00 wib pasien dipindahkan ke Ruang Vk untuk
menjalani perawatan nifas.
Riwayat KB Ny. R melakukan KB pil, pasien menjalani program KB
dari tahun 2021 kurang lebih sekitar 2 tahun dan setelah melahirkan ini ibu
mempunyai rencana KB pil lagi. Tidak ada masalah dengan KB.
Pasien mengatakan tinggal di kontrakan dan lingkungannya bersih,
tidak ada hal yang membahayakan dan jauh dari jalan raya ataupun pabrik.
Aspek Psikososial pasien tentang persepsi ibu tentang persalinan saat
ini : ibu mengatakan sangat senang melahirkan anak ke 2 Pasien berharap
bisa tetap merawat keluarga meski sekarang mempunya bayi. Pasien
41
mengatakan saya tinggal bersama suami dan anak di kontrakan, dan orang
yang terpenting adalah keluarga (suami dan anak serta orang tua). Sikap
anggota keluarga terhadap keadaan saat ini keluarga tampak support dan
mengerti peran masing-masing. kesiapan mental untuk menjadi ibu, ibu
mengatakan siap karena ini sudah anak kedua.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah
aktual dan risiko tinggi. Label diagnosis keperawatan memberikan format
untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan
(Doenges,2019).
Disini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus tetapi penulis
menegakkan diagnose sesuai data yang ditemukan pada saat pengkajian.
Tidak ada factor penghambat yang ditemukan dalam mengangkat diagnosa
keperawatan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terhadap pasien,
didapatkan 3 diagnosa keperawatan yang muncul. Diagnosa pertama yaitu
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik kontraksi uterus
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan tidak
adekuatnya pertahanan sekunde tubuh
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan.

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan awal
yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,
termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan. Karenanya dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal
(Asmadi, 2018). Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
42
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat
kesehatan optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau
keparahan gejala diabetes mellitus tipe II, hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri seperti perilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan. Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia / SLKI
(2019) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia / SIKI (2018).
a. Diagnosa keperawatan pertama, nyeri akut berhubungan dengan engan
agen injuri fisik kontraksi uterus. setelah dilakukan intervensi selama
2x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan
nyeri menurun (skala nyeri menurun 2 dari (1-10), meringis menurun,
tekanan darah membaik (90/60mmHg-120/80mmHg), fokus diri sendiri
membaik.
b. Diagnosa keperawatan kedua, resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan tidak adekuatnya untuk pertahanan sekunder tubuh.
Setelah dilakukan intervensi selama 2x24jam maka control resiko
meningkat dengan kriteria hasil kemampuan menghindari factor resiko
meningkat, kemampuan mengenali status kesehatan meningkat,
kemampuan melakukan strategi control resiko, diagnosa keperawatan
ketiga defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan. Setelah
dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka tingkat kebersihan diri
membaik dengan kriteria hasil Verbalisasi keinginan melakukan
perawatan diri cukup meningkat dan mempertahankan kebersihan mulut
cukup meningkat.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah realisasi rencana Tindakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respons klien selama dan
sesudah pelaksanaan Tindakan, serts meniai data yang baru (Budiono &
Budi, 2018).
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang
telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan
43
karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus
nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada klien dan ada
pendokumentasian serta intervensi keperawatan.
Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara koordinasi dan
terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama dengan
tujuan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan klien sebenarnya.
Faktor penunjang dalam asuhan keperawatan yaitu antara lain adanya
adanya kerjasama yang baik dari perawat maupun tim kesahatan lainnya,
tersedia sarana dan prasarana di ruangan yang menunjang dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan penerimaan adanya penulis.
Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka
episiotomy). Masalah ini dilakukan tindakan yang pertama mengidentifikasi
lokasi nyeri, memantau skala nyeri (PQRST), mengajarkan pasien untuk
relaksasi nafas dalam, memfasilitasi istirahat tidur dan kolaborasi pemberian
analgetic hal ini sesuai dengan SIKI (2018) bahwa pelaksanaan nyeri akut
pada pasien yakni dilakukan pemantuan lokasi nyeri, pemantuan skala nyeri
untuk mengetahui rasa nyeri yang dirasakan pasien menurun atau mengalami
peningkatan, dan teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan skala
nyeri karena hal tersebut menentukan tingkat nyeri klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dilakukan
tindakan keperawatan memonitor ttv, memonitor keadaan lochea agar
perawat dapat mengetahui karakteristik lochea normal atau abnormal,
melakukan periksa perineum dan mengajarkan cara perawatan perineum
yang tepat hal ini sesuai teori menurut SIKI (2018).
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan dilakukan
tindakan keperawatan mengkajian kebersihan diri ibu tentang cara perawatan
post spartum spontan, memberikan kesempatan ibu bertanya tentang
perawatan post spartum spontan, menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan organ reproduksi dan menjelaskan tanda-tanda infeksi hal ini
sesuai dengan teori menurut SIKI (2018).
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak mengalami kesulitan,
karena klien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga rencana dan
tindakan keperawatan dapat dilakukan.
44
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Budiono & Budi, 2019).
Pada tinjauan pustaka evaluasi tidak dapat dilakukan karena
merupakan kasus semu. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat
dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan masalahnya secara
langsung.
Pada waktu dilakukan evaluasi nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri fisik kontraksi uterus, nyeri berkurang dari skala 5 (1-10) menjadi
skala 2 (1-10) masalah teratasi selama 2x24 jam karena tindakan yang
tepat dan telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan. Pada
diagnosa ke dua resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan tidak
adekuat klien mengatakan sudah bisa cara mengontrol resiko, cara
membersihkan luka perineum masalah teratasi selama 2x24jam. Pada
diagnosa ketiga deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan
klien mengatakan sudah mengetahui cara kebersihan diri, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada perineum masalah teratasi selama 2x24jam.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat di capai karena adanya
kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
Hasil evaluasi pada Ny. R sudah sesuai dengan harapan maslah teratasi
dan KRS pada tanggal 22 Agustus 2023.

45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis P2002 post
partum spontan Di VK RSUD Kota Tangerang, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien :
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien di dapatkan data fokus klien pasien merasakan
nyeri pada daerah perineum, pasien tampak meringis dan gelisah,
rasanya hilang timbul seperti tersayat-sayat, skala nyeri 5 (1-10). Saat
pengkajian ditemukan masalah keperawatan resiko infeksi yang
bertujuan untuk mengantisipasi adanya infeksi pada perineum dan
Adapun masalah keperawatan deficit pengetahuan yang di sebabkan
karena pasien mengatakan belum bisa cara melakukan perawatan
perineum pasca melahirkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dapat ditegakkan 3 diagnosa
keperawatan prioritas yang telah memenuhi data karakteristik pada
pasien Ny. R dengan kasus hipoglikemia yang berupa diagnosa aktual
yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik kontraksi uterus
b. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan
tidak adekuatnya pertahanan sekunder tubuh
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dipilih berdasarkan SLKI dan SIKI untuk prioritas
masalah yang ditegakkan yaitu post partum spontan dengan
intervensi menggunakan teknik nafas dalam.
4. Implementasi
Dalam melaksanakan rencana keperawatan penulis melakukan
46
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Beberapa tindakan
mandiri keperawatan seperti cara perawatan perineum di rumah.
Untuk itu, penulis melibatkan klien dan keluarga secara aktif dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan karena dibutuhkan kerjasama
antara klien, keluarga dan perawat.
5. Evaluasi
Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat di capai karena adanya
Kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya. Hasil evaluasi pada Ny. R sudah sesuai dengan harapan
maslah teratasi dan KRS pada tanggal 22 Agustus 2023.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana serta
meningkatkan kepuasan dengan memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif (total dan menyeluruh). Khususnya, di ruang VK
RSUD Kota Tangerang dalam melakukan tindakan keperawatan
diharapkan sesuai dengan standar prosedur operasional yang ada, agar
perawat dapat menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian,
atau tidak teratasi.
2. Bagi Program Studi Keperawatan
Diharapkan institusi untuk memfasilitasi buku-buku yang terbaru di
perpustakaan terkhusus tentang post partum spontan agar
mempermudah mahasiswa untuk mencari referensi untuk membuat
laporan tugas akhir.
3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan arahan dan anjuran kepada
penderita memberikan informasi-informasi tentang kesehatan pada
pasien menggunakan leaflet agar dapat di informasikan pada orang
lain, sehingga pengetahuan ibu tentang kesehatan meningkat yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien diharapkan mendapatkan istirahat yang cukup karena ni sangat
47
penting untuk pemulihan pasca melahirkan dan menjaga asupan
makanan yang sehat dan bergizi. Keluarga dan pasien diharapkan
untuk saling mendukung satu sama lain untuk proses
penyembuhan pasien.

48
DAFTAR PUSTAKA

Askandar, T. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: Airlangga
University Press.
Dinarti & Yuli, M. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Hutabarat, R, Y., & Putra, C, S. (2016). Asuhan Keperawatan Maternitas.. Bogor: In
Media.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi Dan Analisis Post Partum pada ibu. Jakarta:
Pusat Data Dan Informasi, Depkes RI.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Nugroho, T., Bunga T.P.& Dara K.P. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Post Partum
Spontan. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Suarni, L & Heni, A. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Panasea.

Anda mungkin juga menyukai