Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN


“HIRSCHPRUNG/MEGA COLON“

DISUSUN OLEH :
ANDIKA AJI MAULANA

DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATA BUDI LUHUR CIMAHI
2021
A. Definisi
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel -sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak. adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Cecily
Betz & Sowden: 2002)

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab


gangguan pasase usus tersering pada neomatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir ≤ 3 Kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer:
2000).

Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel-sel ganglion di dalam usus yang
terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman & vaughan,
1992:426)

Hirschprung adalah aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya neuron


mienterikus dalam sengmen kolon distal tepat disebelah proksimal sfingter ani
(Isselbacher.dkk. 1999:255)

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis
pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 2005)

Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi


mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2009)

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah
rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5% dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus.
1. Ketiadaan sel-sel ganglion
Ketiadaan sel-sel ganglion pada lapisan submukosa (Meissner) dan pleksus
Myenteric (Auerbach) pada usus bagian distal merupakan tanda patologis untuk
Hirschsprung disease. Okamoto dan Ueda mempostulasikan bahwa hal ini
disebabkan oleh karena kegagalan migrasi dari sel/sel neural crest vagal servikal dari
eso'agus ke anus pada minggu ke 5 smpai 12 kehamilan. Teori terbaru mengajukan
bahwa neuroblasts mungkin bisa ada namun gagal untuk berkembang menjadi
ganglia dewasa yang berfungsi atau bahwa mereka mengalami hambatan sewaktu
bermigrasi atau mengalami kerusakan karena elemen/elemen di dalam lingkungn
mikro dalam dinding usus. Faktor-faktor yang dapat mengganggu migrasi,
proliferasi, differensiasi, dan kolonisasi dari sel/sel ini mingkin terletak pada genetik,
imunologis, vaskular, atau mekanisme lainnya.
2. Mutasi pada RED-oncogen
Mutasi pada RET proto/oncogene,yang berlokasi pada kromosom 10q11.2, telah
ditemukan dalam kaitannya dengan penyakit Hirschsprung segmen panjang dan
familial. Mutasi RET dapat menyebabkan hilangnya sinyal pada tingkat molekular
yang diperlukan dalam pertumbuhan sel dan diferensiasi ganglia enterik. Gen
lainnya yang rentan untuk penyakit Hirschsprung adalah endothelin-B receptor gene
(EDNRB) yang berlokasi pada kromososm 13q22. Sinyal dari gen ini diperlukan
untuk perkembangan dan pematangan sel-sel neural crest yang mempersarfi colon.
Mutasi pada gen ini paling sering ditemukan pada penyakit non-familial dan short-
segment.
Endothelian-3 gene baru-baru ini telah diajukan sebagai gen yang rentan juga. Defek
dari mutasi genetik ini adalah mengganggu atau menghambat pensinyalan yang
penting untuk perkembangan normal dari sistem saraf enterik. Mutasi pada proto-
oncogene RET diwariskan dengan pola dominan autosom dengan 50 sampai 70%
penetrasi dan ditemukan dalam sekitar 50- kasus familial dan pada hanya 15 sampai
20 kasus spordis. Mutasi pada gen EDNRB diwariskan dengan pola pseudodominan
dan ditemukan hanya pada 5 dari kasus, biasanya yang sporadis.
3. Kelainan dalam lingkungan mikro dinding usus
Kelainan dalam lingkungan mikro pada dinding usus dapat mencegah
migrasi sel/sel neural crest normal ataupun diferensiasinya. suatu peningkatan
bermakna dari antigen mayor histocompatibility complex (MHC) kelas 2 telah
terbukti terdapat pada segmen aganglionik dari usus pasien dengan penyakit
Hirschsprung, namun tidak ditemukan pada usus dengan ganglionik normal pada
kontrol, menga"ukan suatu mekanisme autoimun pada perkembangan penyakit ini.
4. Matriks protein ekstraselular
Matriks protein ekstraseluler adalah hal penting dalam perlekatan sel dan
pergerkan dalam perkembangan tahap awal. Kadar glycoproteins laminin dan
kolagen tipe IV yang tinggi dalam matriks telah ditemukan dalam segmen usus
aganglionik. Perubahan dalam lingkungan mikro di dalam usus ini dapat mencegah
migrasi sel/sel normal neural crest dan memiliki peranan dalam etiologi dari
penyakit Hirschsprung.

C. Manispestasi Klinik

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 - 28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson. 2000:317). Gejala Penyakit Hirshsprung adalah
obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan
gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan mumtah, distensi
abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium
diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi
ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang
dapat berdarah (Nelson, 2002: 317).

D. Tanda dan gejala


Gejala Penyakit Hirshprung menurut (Betz Cecily & Sowden, 2002)
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak-anak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d. Distenssi abdomen.
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f. Gagal tumbuh
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi

E. Klasifikasi
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, pada sel ganglion Auerbach
dan Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebaal dan serabut otot hipertofik.
&ganglionosis ini mulai dari anus ke arah oral. Berdasarkan panjang segmen yang
terkena, penyakit Hirschprung dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori:
1. Penyakit Hirschsprung segmen pendek/ HD klasik (75%)
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki/laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschsprung segmen panjang/long segment HD (20%)
Daerah agonglionosis dapat melebihi sigmoid malah dapat mengenai seluruh
kolon atau sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki/laki dan
perempuan

3. Total Colonic Aganglionosis (3-12%)

F. Komplikasi
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan
elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer
(2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:
1. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
2. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi pasca tindakan bedah penyakit Hirschsprung yaitu:
1. Obstruksi usus
Merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus.
2. Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di
mana seorang manusia (atau mungkin juga pada he!an) mengalami pengerasan
feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan
dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya.
3. Ketidakseimbangan volume
Ketidakseimbagan terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler ( EFC ) dan
menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang
relative sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan 3 voleme
ekstraseluler ( EFC)
4. Entrokolitis
Suatu keadaan dimana lapisan dalam usus mengalami cedera dan meradang. Fika
penyakitnya berat, sebagian jaringan usus bisa mati (menjadi nekrotik) dan
menyebabkan perforasi usus serta peritonitis.
5. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily sowden, 2002)

G. Patofisiologi
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan
sphincter anus internal sehingga teradi obstruksi. Maka dari itu bagian yang abnormal
akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan
mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionik selalu terdapat di
bagian distal rektum. dasar pato'isiologi dari penyakit Hirschprung adalah tidak adanya
gelombang propulsive dan abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus
internus yang disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada
usus besar.

Hipoaganglionosis
Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area
tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana
jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang
5 kali dari jumlah normal. Pada kolon inervasi jumlah plexus myentricus berkurang 50-
dari normal.
Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian panjang kolon namun ada pula yang
mengenai seluruh kolon
Imaturitas dari sel ganglion
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan
LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat
menghasilkan dehidrogenase, sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwann’s
dan sel sara' lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi
succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama
kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang memerlukan
!aktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah hubungan antara
imaturitas dan hipoganglionosis.

Kerusakan sel ganglion


Aganglionosis dan hipoganglionosis yang didapa dapat berasal dari vaskular atau
nonvaskular. Dang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma cruzi
(penyakit hagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti tuberculosis. Kerusakan
iskemik pada sel ganglion karena aliran darah yang inadekuat, aliran darah pada
segmen tersebut, akibat tindakan pull through secara Swenson, Duhamel, atau Soave.

Pathway

H. Penatalaksanaan klinis
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. ada dua tahap pembedahan
pertama dengan kolostomi loop atau double barrel dimana diharapkan tonus dan
ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu
3-4 bulan. Terdapat prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan
cara penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya
dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
b. Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.
c. Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara
membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.

2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain:
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini.
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan)
d. Mendamping orang tua pada perawatan corostomy setelah rencana pulang
Pada peralatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak-anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta
situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NP4 )
Perencanaan pulang dan peralatan dirumah:
a. Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjan berikut ini.
1) Stenosis dan kontriksi
2) Inkontinensia
3) Pengosongan usus yang tidak adekuat
b. Ajarkan tentang pera!atan kolostomi pada orang tua dan anak.
1) Persiapan kulit
2) Penggunaan alat kolostomi
3) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat,rolaps,
feses seperti pita )
4) Perawatan dan pemBersihan alat kolostomi
5) Irigasi kolostomi
c. Beri dan kuatkan informasi/informasi tentang penatalaksanaan diet.
1) Makanan rendah sisa
2) Masukan cairan tanpa batas tanda/tanda ketidakseimbangan elektrolot dan
dehidrasi.
d. Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kolostomi.
1) Tampilan
2) Bau
3) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
e. Rujuk ke prosedur institusi spesi'ik untuk in'ormasi yang dapat diberikan pada
orang tua tentang pera!atan dirumah.
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terradinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding
perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang
terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak
berusia 6 bulan atau lebih. Fika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau
enterokolitis, diberikan antibiotik.

I. Pengkajian
1. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
4. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
5. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
6. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
7. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
8. Riwayat kebiasaan sehari/hari
Meliputi - kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktivitas.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur,gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda/tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda/tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda/tanda enterokolitis
4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak

Post Operasi
1) Kaji status pasca bedah anak (tanda/tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2) Kaji adanya tanda/tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3) Kaji adanya komplikasi
4) Kaji adanya tanda/tanda infeksi
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
7) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan
peralatan yang berkelanjutan.

Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada penyakit hischprung
adalah :

1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya ada
keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.

a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret

b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun

c. Peningkatan atau penurunan berat badan.

d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral


4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian proximal
karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit anaknya.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga perlu
dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan kurangnya asupan
protein.

Menurut Wong (2004:507) mengungkapkan pengkajian pada penyakit hischprung yang


perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu:
1. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas. keluhan utama, pengkajian
pola fungsional dan keluhan tambahan.
2. Monitor bowel elimination pattern adanya konstipasi, pengeluaran mekonium yang
terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang berbentuk pita dan berbau busuk..
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen semakin
besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi abdomen
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi keadaan umum
klien
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distensi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis diare berdarah,
letargi berat)
c. Masa anak-anak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk

6. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian


a. Radiasi Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran obstruksi usus
letak rendah
b. Biopsi rektal menunjukan aganglionosis otot rectum
c. Manometri anorectal: ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum
dikembangkan tekanan gagal menurun.
Lakukan pengkajian fisik rutin, dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat terutama
yang berhubungan dengan pola defekasi.
- Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
- Monitor bowel elimination pattern
- Ukur lingkar abdomen
- Observasi manifestasi penyakit hischprung

Periode bayi baru lahir


- Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir.
- Menolak untuk minum air
- Muntah berwarna empedu/hijau
- Distensi abdomen

Masa bayi
- Ketidakadekuatan penambahan berat badan
- Konstipasi
- Distensi abdomen
- Episode diare dan muntah
- Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis).
- Diare berdarah
- Demam
- Letargi berat

Masa kanak-kanak (gejala lebih kronis)


- Konstipasi
- Feses berbau menyengat seperti karbon
- Distensi abdomen.
- Masa fekal dapat teraba
- Anak biasanya mampu mempunyai nafsu makan & pertumbuhan yang buruk

10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit
Hirschprung dapat mencakup:
a. Foto Polos & Adomen (BNO)
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan
penumpukan udara di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan
pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen
dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk
membedakan usus halus dan usus besar.
Bayangan udara dalam kolon pada neonatus jarang dapat bayangan udara
dalam usus halus. Daerah rektosigmoid tidak terisi udara. Pada foto posisi
tengkurap kadang/kadang terlihat jelas bayangan udara dalam rektosigmoid
dengan tanda/tanda klasik penyakit Hirschsprung.
b. Barium enema
Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa
Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda khas:
- Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya
bervariasi.
- Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah
daerah dilatasi.
- Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi. Apabila dari
foto barium enema tidak terlihat tanda/tanda khas HD, maka dapat
dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium
dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya
barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon. Sedangkan
pada penderita yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi
kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid.
- Anal manometri (balon ditiupkan dalam rektum untuk mengukur tekanan
dalam rektum). Sebuah balon kecil ditiupkan pada rektum. &no/rektal
manometri mengukur tekanan dari otot sfingter anal dan seberapa baik
seorang dapat merasakan perbedaan sensasi dari rektum yang penuh. Pada
anak/anak yang memiliki penyakit Hirschsprung otot pada rektum tidak
relaksasi secara normal. Selama tes, pasien diminta untuk memeras, santai,
dan mendorong. Tekanan otot spinkter anal diukur selama aktivitas. Saat
memeras, seseorang mengencangkan otot spinkter seperti mencegah sesuatu
keluar. Mendorong, seseorang seolah mencoba seperti pergerakan usus. Tes
ini biasanya berhasil pada anak/anak yang kooperatif dan dewasa.
- Biopsi rektum. Ini merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung.
Dokter mengambil bagian sangat kecil dari rektum untuk dilihat di bawah
mikroskop. Anak-anak dengan penyakit Hirschsprung akan tidak memiliki
sel/sel ganglion pada sampel yang diambil. Pada biopsi hisap, jaringan
dikeluarkan dari kolon dengan menggunakan alat penghisap. Karena tidak
melibatkan pemotongan jaringan kolon maka tidak diperlukan anestesi. Fika
biopsi menunjukkan adanya ganglion, penyakit Hirschsprung tidak terbukti.
Fika tidak terdapat sel/sel ganglion pada jaringan contoh, biopsi full-
thickness biopsi diperlukan untuk mengkon'irmasi penyakit Hirschsprung.
Pada biopsi full-thickness lebih banyak jaringan dari lapisan yang lebih
dalam dikeluarkan secara bedah untuk kemudian diperiksai di bawah
mikroskop. Tidak adanya sel/sel ganglion menunjukkan penyakit
Hirschsprung.
- Biopsi isap rectum. Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea
dentata untuk menghindari daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus.
Biopsi ini dilakukan untuk memperlihatkan tidak adanya sel-sel ganglion di
sub mukosa atau pleksus saraf intermuscular.
- Biopsi otot rektum pengambilan otot rektum dilakukan bersifat traumatik,
menunjukan ganglionosis otot rektum.

Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Tanda Mayor Aganglionik saluran cerna Nyeri Akut
DS:
1. Mengeluh nyeri
DO: Peristaltik menurun
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(mis. waspada,poisi Perubahan pola eliminasi
menghindar nyeri) (konstipasi)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
Akumulasi isi usus
meningkat
5. Sulit tidur
Proliferasi bakteri
Tanda Minor
DS: -
Pengeluaran endotoksin
DO: Inflamasi
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah Diare
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir Enterokolitis
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri Prosedur operasi
sendiri
7. Diaforesis
Nyeri Akut

2. Tanda Mayor Mual&Muntah Ketidakseimbangan


DS: - nutrisi kurang dari
DO: kebutuhan tubuh
1. Berat badan Anoreksia (Defisit Nutrisi)
menuru minimal
10% dibawah
rentang ideal Imunitas menurun

Tanda Minor Perubahan tumbuh kembang


DS:
1. Cepat kenyang
Ketidakseimbangan nutrisi
2. Kram/nyeri
kurang dari kebutuhan tubuh
abdomen
(Defisit Nutrisi)
3. Nafsu makan
menurun
DO:
1. Bising usus
hiperaktif
2. Otot pengunyahaan
lemah
3. Otot menelan
lemah
4. Membran mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

3 Tanda Mayor Mual&Muntah Perubahan tumbuh


DS: - kembang
DO: 1. Tidak melakukan (Gangguan tumbuh
keterampilan atau perilaku Anoreksia Kembang)
khas sesuai usia (Fisik,
Bahasa, Motorik,
Psikososial. Imunitas menurun
2. pertumbuhan fisik
terganggu.
Ketidakseimbangan nutrisi
Tanda Minor kurang dari kebutuhan tubuh
DS: -
DO: 1. Tidak mampu Perubahan tumbuh kembang
melakukan perawatan disi (Gangguan tumbuh
sesuai usia
2. Afek datar Kembang)
3. Respon Social Lambat
4. Kontak Mata Terbatas
5. Nafsu Makan Menurun
6. Lesu
7. Mudah Marah
8. Regresi
9. Pola Tidur Terganggu
(Pada Bayi)

4 1. Penyakit kronis Dilatasi usus Resiko tinggi


(mis.diabetes militus) infeksi (Resiko
2. EFek prosedur Infeksi)
invasive Fases membusuk produks gas
3. Malnutrisi meningkat
4. Peningkatan paparan
organisme pathogen
lingkungan Mual&Muntah
5. Ketidaadekuatan
pertahanan tubuh
Drainase gester
primer
a. Gangguan
peristaltic Resiko tinggi infeksi (Resiko
b. Kerusakan Infeksi)
integritas kulit
c. Perubahan sekresi
pH
d. Penurunan kerja
siliaris
e. Ketuban pecah
lama
f. Ketuban pecah
sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
a. Penurunan
hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon
inflamasi
e. Vaksinasi tidak
adekuat

5. Tanda Mayor Distensi abdomen Pola Napas Tidak


DS: Efektif
1. Dispnea
DO: Penekanan pada diafragma
1. Penggunaan otot
bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi Ekspansi paru menurun
memanjang
3. Pola napas
abnormal Pola Napas Tidak Efektif
(mis.takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyn-
stokes)

Tanda Minor
DS:
1. Ortopnea
DO:
1. Pernapasan pursed-
lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilsi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah

J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut Berhubungan dengan Proliferasi bakteri Ditandai Dengan pasien,
Mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif (mis. waspada,poisi
menghindar nyeri), Gelisah Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur, Tekanan darah
meningkat, Pola napas berubah, Nafsu makan berubah, Proses berfikir terganggu,
Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri,Diaforesis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit Nutrisi)
Berhubungan Dengan anoreksia Ditandai dengan Berat badan menuru minimal 10%
dibawah rentang ideal,Cepat kenyang, Kram/nyeri abdomen, Nafsu makan menurun,
Bising usus hiperaktif, Otot pengunyahaan lemah, Otot menelan lemah, Membran
mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare.
3. Perubahan tumbuh kembang (Gangguan tumbuh Kembang) Berhubungan Dengan
imunitas tubuh Ditantai Denagn Tidak melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (Fisik, Bahasa, Motorik, Psikososial, Pertumbuhan fisik terganggu, Tidak
mampu melakukan perawatan disi sesuai usia , Afek datar, Respon Social Lambat,
Kontak Mata Terbatas, Nafsu Makan Menurun, Lesu, Mudah Marah, Regresi, Pola
Tidur Terganggu (Pada Bayi)
4. Resiko tinggi infeksi (Resiko Infeksi) Ditandai dengan Penyakit kronis (mis.diabetes
militus), EFek prosedur invasive, Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan. Ketidaadekuatan pertahanan tubuh primer, Gangguan
peristaltic, Kerusakan integritas kulit, Perubahan sekresi pH, Penurunan kerja
siliaris, Ketuban pecah lama, Ketuban pecah sebelum waktunya, Merokok, Statis
cairan tubuh. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, Penurunan hemoglobin,
Imununosupresi, Leukopenia, Supresi respon inflamasi, Vaksinasi tidak adekuat.
5. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Drainase Gester Ditantai dengan
Dispnea, Penggunaan otot bantu pernapasan, Fase ekspirasi memanjang, Pola napas
abnormal (mis.takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyn-stokes),
Ortopnea, Pernapasan pursed-lip, Pernapasan cuping hidung, Diameter thoraks
anterior-posterior meningkat, Ventilsi semenit menurun, Kapasitas vital menurun,
Tekanan ekspirasi menurun, Tekanan inspirasi menurun, Ekskursi dada berubah.

K. Intervensi

No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
intervensi keperawatan Management Nyeri Management Nyeri
selama 2X24 jam tingkat Observasi Observasi
nyeri menurun dengan - Identifikasi respons - Untuk mengetahui respon
kriteria hasil: nyeri non verbal
nyeri non verbal
1) Meringis menurun - Identifikasi faktor
2) Sikap protektif yang memperberat - Untuk mengetahui faktor
menurun dan memperingan
yang memperberat dan
3) Gelisah menurun nyeri
4) Sulit tidur menurun - Identifikasi memperingan nyeri
5) Mual menurun pengetahuan dan
- Untuk mengetahui
6) Muntah menurun keyaninan tentang
7) Frekuensi nadi nyeri pengetahuan dan keyakinan
Membaik - Monitor efek
tentang nyeri
8) Tekanan Darah samping
Membaik penggunaan - Untuk mengetahui efek
9) Fokus Membaik analgetik
samping penggunaan analgetik
10) Perilaku Membaik
11) Nafsu Makan Terapeutik Terapeutik
Membaik - Berikan teknik - Untuk mengurangi rasa nyeri
12) Pola Tidur nonfarmakologis
Membaik untuk mengurangi - Untuk Meminimalisir rasa
13) Memampuan rasa nyeri (mis.
nyeri
menuntaskan TENS, hipnosis,
aktivitas Meningkat akupresur, terapi - Untuk memfasilitasi Istirahat
musik,
Edukasi
biofeedback, terapi
- Untuk meredakan nyeri
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi - Agar bisa memonitor nyeri
terbimbing,
secara mandiri
kompres
hangat/dingin, - Agar tidak terjadi komplikasi
terapi bermain)
Kolaborasi
- Kontrol lingkungan
- Untuk mengurangi Rasa
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Nyeri
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat
dan tidur

Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Setelah dilakukan Intervensi Utama: Intervensi Utama:


intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
selama 2X24 jam Status Observasi Observasi
Nutrisi Membaik dengan - Identifikasi status - Untuk mengetahui
kriteria hasil : nutrisi status nutrisi
1) porsi makanan yang - Identifikasi alergi - Untuk mengetahui
dihabiskan Meningkat dan intoleransi alergi dan intoleransi
2) Perasaan Cepat kenyang makanan makanan
menurun - Identifikasi makanan - Untuk mengetahui
3) sariawan menurun yang disukai makanan yang disukai
4) Nyeri abdomen menurun - Identifikasi - Untuk mengetahui
5) Sariawan menurun kebutuhan kalori dan kebutuhan kalori dan
6) Rambut Rontok menurun jenis nutrien jenis nutrien
7) Diare menurun - Monitor asupan - Untuk mengetahui
8) Berat Badan Indeks makanan asupan makanan
Masa Tubuh (IMT) - Monitor berat badan - Untuk mengetahui
membaik - Monitor hasil berat badan
9) Frekuensi makan pemeriksaan - Untuk mengetahui
membaik laboratorium keadaan pasien dari
10) Nafsu Makan Membaik dapat penunjang
11) Bising usus membaik Terapeutik Terapeutik
12) Membran Mukosa - Lakukan oral -Membantu marangsang
membaik hygiene sebelum nafsu makan meningkat
makan, jika perlu - Untuk membantu dalam
- Fasilitasi asupan makan yang
menentukan pedoman dibutuhkan
diet (mis. piramida - Dengan penyajian yang
makanan)
- Sajikan makanan menarik diharapkan dapat
secara menarik dan meningkatkan selera
suhu yang sesuai
- Berikan makanan makan
tinggi serat untuk - Untuk membantu dalam
mencegah konstipasi
- Berikan makanan melancarkan dalam system
tinggi kalori dan tinggi pencernaan
protein
- Berikan suplemen - Untuk membantu dalam
makanan, jika perlu mengatasi diare

Edukasi -Untuk meninglatkan


- Anjurkan posisi dalam asupan makanan
duduk, jika mampu)
- Ajarkan diet yang Edukasi
diprogramkan - Agar mudah dalam
memakan asupan makanan
Kolaborasi
- Kolaborasi -Agar sesuai dengan
pemberian medikasi kondisi pasein
sebelum makan (mis.
pereda nyeri, Kolaborasi
antiemetik), jika perlu - Mengatasi dalam rasa nyeri
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk dan mual
menentukan jumlah - Untuk mengetahui jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika makan yang sesuai dengan
perlu kondisi pasien

3. Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama Intervensi utama


keperawatan 2X24 jam (Perawatan (Perawatan Perkembangan)
status perkembangan Perkembangan) Observasi
membaik dengan kriteria Observasi - Untuk mengetahui
hasil : - Identifikasi perkembangan anak
1) Keterampilan/perilaku pencapaian tugas - Untuk mengetahui
sesuai usia meningkat perkembangan anak perkembangan isyarat
2) kemampuan melakukan - Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
perawatan diri meningkat perilaku dan fisiologis Terapeutik
3) respon sosial meningkat yang ditunjukkan - Untuk memberikan
4) kontak mata meningkat Terapeutik sentuhan seminimal
5) kemarahan Menurun -Pertahankan sentuhan mungkin pada bayi
6) Regresi menurun seminimal mungkin prematur bayi (mis.
7) Afek membaik pada bayi prematur lapar, tidak nyaman)
8) Pola tidur membaik bayi (mis. lapar, tidak - Berikan sentuhan yang
nyaman) bersifal gentle dan
-Berikan sentuhan tidak ragu-ragu
yang bersifal gentle - Memperhatikan nyeri
dan tidak ragu-ragu kebisingan ruangan
- Minimalkan nyeri - Untuk memperhatikan
kebisingan ruangan lingkungan yang
- Pertahankan mendukung
lingkungan yang - Agar anak bisa
mendukung berinteraksi dengan
perkembangan optimal anak lain
- Motivasi anak - Menyediakan aktivitas
berinteraksi dengan yang memotivasi anak
anak lain berinteraksi dengan
- Sediakan aktivitas anak lainnya
yang memotivasi anak - Memfasilitasi anak
berinteraksi dengan berbagi dan
anak lainnya bergantiar/bergilir
- Fasilitasi anak - Untuk anak dapat
berbagi dan mengekspresikan diri
bergantiar/bergilir melalui penghargaan
- Dukung anak positif atau umpan
mengekspresikan diri balik atas usahanya
melalui penghargaan Pertahankan
positif atau umpan kenyamanan anak
balik atas usahanya - Untuk melatih
Pertahankan keterampilan
kenyamanan anak pemenuhan kebutuhan
- Fasilitasi anak secara mandiri (mis,
melatih keterampilan makan, sikat gigi, cuci
pemenuhan kebutuhan tangan, memakal baju)
secara mandiri (mis, - Agar anak dapat
makan, sikat gigi, cuci Bernyanyi bersama
tangan, memakal baju) anak lagu-lagu yang
- Bernyanyi bersama disukal
anak lagu-lagu yang - Berikan dukung
disukal partisipasi anak di
-Dukung partisipasi sekolah,
anak di sekolah, ekstrakurikuler dan
ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas
aktivitas komunitas - Agar anak dapat
- Bacakan cerita atau memahami cerita atau
dongeng dongeng
Edukasi
Edukasi - Menjelaskan orang tua
- Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh
dan/atau pengasuh tentang milestone
tentang milestone perkembangan anak
perkembangan anak - Untuk mengetahui
- Anjurkan orang tua orang tua menyentuh
menyentuh dan dan menggendong
menggendong bayinya bayinya
- Anjurkan orang tua - Untuk mendapat
berinteraksi dengan memahami orang tua
anaknya berinteraksi dengan
- Ajarkan anak anaknya
keterampilan - Untuk memberikan
berinteraksi keterampilan
- Ajarkan anak teknik berinteraksi
asertif - Untuk memberikan
anak teknik asertif
Kolaborasi Kolaborasi
- Rujuk untuk - Rujuk untuk
konseling, jika perlu konseling, jika perlu

4. Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama


keperawatan 2X24 jam Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
Tingkat Infeksi menurun Observasi Observasi
dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan - Untuk mengetahui
1) Kebersihan tangan gejala infeksi lokal tanda dan gejala dari
meningkat dan sistemik infeksi
2) Kebersihan badan Terapeutik Terapeutik
meningkat - Batasi jumlah - Untuk menghindari
3) Nafsu makan meningkat pengunjung paparan luar
4) Demam Menurun - Berikan perawatan - Untuk menghindari
5) Kemerahan menurun kulit pada area edema penyebaran infeksi
6) Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum Untuk menghindari
7) Bengkak menurun dan sesudah kontak Penularan Infeksi
8) Kadar sel darah putih dengan pasien dan - Untuk mencegah
Membaik lingkungan pasien organisme masuk ke
9) Kultur darah Membaik - Pertahankan teknik dalam tubuh pasien
10) Kultur Urine Membaik aseptik pada pasien
11) Kultur Sputum berisiko tinggi Edukasi
Membaik - Agar pasien memahami
12) Kultur area luka Edukasi tanda gejala infeksi
Membaik - Jelaskan tanda dan - Mencuci tangan yag baik
13) Kultur Feces Membaik gejala infeksi dan benar bilas
- Ajarkan cara mengurangi atau
mencuci tangan mencegah infeksi
dengan benar - Agar saat batuk tidak
- Ajarkan etika batuk menyebarkan infeksi
- Ajarkan cara atau bakteri
memeriksa kondisi - Agar bisa membersihkan
luka atau luka operasi luka secara mandiri
- Anjurkan - Agar Sistem imun terjaga
meningkatkan asupan - Agar kebutuhan cairan
nutrisi tubuh terpenuhi
- Anjurkan Kolaborasi
meningkatkan asupan - Kolaborasi pemberian
cairan imunisasi untuk
menambah daya tahan
Kolaborasi tubuh
- Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu

5. Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama : Intervensi Utama :


keperawatan 2 x 24 jam Manajemen Jalan Manajemen Jalan Nafas
pola nafas baik dengan Nafas Observasi
kriteria hasil : Observasi - Untuk mengetahui pola
1) Ventilasi Semenit - Monitor pola napas napas pasien
Meningkat (frekuensi, kedalaman, - Untuk mengetahui
2) Kapasitas Vital usaha napas) apakah ada bunyi
meningkat - Monitor bunyi napas tambahan
3) Diameter Thoraks tambahan (mis. - Untuk mengetahui
anterior-posterior gurgling, mengi, jumlah, warna atau
Meningkat wheezing, ronkhi yang lainya pada
4) Tekanan Ekspirasi kering) Monitor sputum
Meningkat sputum (jumlah, Terapeutik
5) Tekanan inspirasi warna, aroma) - Untuk memberikan
Meningkat rasa nyaman dan
6) Dispnea Menurun Terapeutik mempelancar sirkulasi
7) Penggunaan Otot bantu - Pertahankan mekanisme pernapasan
napas Menurun kepatonan Jalan napas - Untuk
8) Pemanjangan fase dengan head-till dan mengurangi/mengence
Ekspirasi Menurun chin-lift (jaw-thrust rkan tingkat sputum
9) Ortopnea Menurun trauma servikal) - Agar pasien dapat
10) Pernafasan Cuping - Posisikan semi- batuk dan
Hidung Menurun Fowler atau Fowler mengeluarkan sputum
11) Pernafasan pursed-lip - Berikan minum - Untuk mengatasi jalan
Menurun hangat napas yang tersumbat
12) Frekuensi nafas - Lakukan fisioterapi - Untuk membantu
Membaik dada, jika perlu memperlancar
13) Ekskursi Dada Lakukan penghisapan pernapasan
membaik lendir kurang dari 15 - Mengurangi sesak
detik pada pasien
- Lakukan - Untuk mengetahui
hiperoksigenasi perkembangan atau
sebelum penghisapan kelainan respirasi
endotrakeal Keluarkan - Untuk mengetahui
sumbatan benda padat adanya kelainan pada
dengan forsep McGill pola napas
- Berikan oksigen, jika Edukusi
perlu - Untuk memperlancar
dalam proses
Edukusi pernapasan
- Anjurkan asupan - Utuk mengurangi
cairan 2000 ml/hari, dahak yang keluar
jika tidak
kontraindikasi Kolaborasi
-Ajarkan teknik batuk Untuk mengeluarkan secret
efektif Kolaborasi yang dapat membuat adanya
hambata pada saluran nafas
Kolaborasi
Kolaborasi pernberian
bronkodilator,
okspektoran,
mukolitik, jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Acklet, B. J., Ladwig, G. B., &Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An


Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St Louis: Elsevier
Bowker, G. C., Star, S. & Spasser, M. (2001) Classifying Nursing Work. OJIN: Online
Journal of Issues in Nursing, 6(2).

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

https://www.scribd.com/doc/56613064/LP-dan-ASKEP-Hirschprung

https://id.scribd.com/document/265104694/LP-Hisprung

https://www.scribd.com/doc/270236865/Laporan-Pendahuluan-Hisprung-Desease

Anda mungkin juga menyukai