Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI

PATOLOGI SISTEM RESPIRASI

TUBERKULOSIS
(TBC)

OLEH:

JUNIAR DINARA SALSABILA NAPU

202010490311011

KELOMPOK 1

FISIOTERAPI 2020 A

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.1 TUBERCULOSIS...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Definisi................................................................................................................5
2.2 Epidemiologi......................................................................................................5
2.3 Etiologi...............................................................................................................6
2.4 Patofisiologi........................................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala...............................................................................................7
BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI................................................................8
3.1 Pemeriksaan Fisioterapi.................................................................................8
3.2 Intervensi Fisioterapi....................................................................................11
3.3 Edukasi..........................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUBERCULOSIS (TBC)

Tuberculosis paru (TB paru atau biasa disebut TBC) merupakan salah satu

penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. TBC paru merupakan

penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan

lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TBC paru merupakan penyakit

infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat

menularka nmelalui percikan ludah, bersin dan batuk yang ditularkan melalui

udara. Penyakit TBC paru biasanya menyerang paru akan tetapi dapat pula

menyerang organ tubuh lain.

Salah satu Negara berkembang yang terinfeksi kasus TBC adalah

Indonesia. Indonesia menempati peringkat ketiga jumlah penderita TBC di dunia,

setelah India (1.762.000) dan China (1.459.000). Depkes RI memperkirakan

bahwa setiap tahunnya terdapat 528.000 kasus TBC di Indonesia. Perkiraan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2 tersebut mengacu pada

hasil suvei dari seluruh rumah sakit (RS) yang menyatakan bahwa 220.000 orang

pasien oenderita TBC baru per tahun atau 500 orang penderita per hari, inilah

yang membuat Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia dalam jumlah

penderita TBC. Secara umum dapat disimpulkan bahwa setiap hari 5.000 orang

meninggalakibat TBC, setiap jam 833 orang jatuh sakit TBC, setiap menit 13

orang jatuh sakit TBC, setiap jam 208 orang meninggal akibat TBC, setiap menit

3 orang meninggal akibat TBC, dan setiap detik orang terinfeksi TBC.

3
Pengobatan TBC merupakan aspek penting untuk mencegah terjadinya

transmisi. Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama (sekitar 6 bulan),

sehingga diperlukan tingkat kepatuhan yang baik. Penyebab paling umum dari

kegagalan pengobatan TBC adalah karena penggunaan obat yang tidak teratur.

Ada banyak hambatan yang menyebabkan kontrol TBC tidak berhasil, misalnya

seperti terlambatnya diagnosis, TBC yang tidak didiagnosis, kurangnya hati-hati

dalam tindakan menindaklanjuti serta tingkat kepatuhan pasien yang masih minim

dalam hal pengobatan. Untuk dapat meningkatkan kepatuhan, diperlukan

pengetahuan yang baik mengenai TBC, baik dari pasien, keluarga, maupun

masyarakat luas.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang otak, kelenjar

getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi

TBC paling sering menyerang paru-paru.

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui

percikan dahak (dorplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan.

Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, namun dapat

juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe,

tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-lain.

2.2 Epidemiologi

Menurut data epidemiologi, tuberkulosis paru atau TBC paru terjadi secara

global di seluruh belahan dunia. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun

2013 sebesar 272 per 100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 153 per

100.000 penduduk dengan jumlah kematian akibat tuberkulosis sebesar 25 per

100.000 penduduk. Akan tetapi, epidemiologi tuberkulosis lebih umum berkaitan

dengan negara berkembang karena faktor sosioekonomi yang kurang baik. Pada

tahun 2020, sekitar 10 juta orang diestimasikan terinfeksi TB di seluruh dunia,

dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta kasus perempuan. Pada tahun yang

5
sama, jumlah kasus baru TB paling banyak terjadi di Asia Tenggara dengan 43%

kasus baru, lalu Afrika sebanyak 25%, dan Pasifik Barat sebanyak 18%.

2.3 Etiologi

Tuberkulosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem,

kondisi rendah oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya

menginfeksi paru-paru tetapi dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang,

otak, hati, ginjal, dan saluran pencernaan. Manusia merupakan satu-satunya host

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar dari orang ke orang melalui

partikel droplet aerosol. Ukuran droplet infeksius dari pasien tuberkulosis paru

bervariasi dari 0,65 µm hingga >7,0 µm.

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang

merupakan basil tahan asam dan alkohol. M. tuberculosis adalah bakteri yang

bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan intraseluler. Kandungan lipid yang tinggi

pada dinding sel M. tuberculosis menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap

beberapa jenis antibiotik dan sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau

pewarnaan lainnya.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru

individu yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk,

bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh

individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan

berkembang dalam waktu 2–12 minggu.

6
Jika respon imun adekuat, jaringan parut sekitar tuberkel atau lesi

granulomatosa dan basil akan tetap tertutup. Lesi ini akan mengalami klasifikasi

dan terlihat pada sinar-x. sehingga ketika pasien terinfeksi oleh bakteri

Myobacterium Tuberculosis dengan respon imun yang adekuat, tidak terjadi

penyakit TB. Jika pasien dengan respon imun tidak adekuat untuk mengandung

basili, maka penyakit TB akan terjadi.

2.5 Tanda dan Gejala

 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)

 Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah

 Nyeri dada saat bernapas atau batuk

 Berkeringat di malam hari

 Hilang nafsu makan

 Penurunan berat badan

 Demam dan menggigil

 Kelelahan

7
BAB III

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

3.1 Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis yaitu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik

langsung pada pasien atau dari sumber lain seperti keluarga pasien.

2. Inspeksi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat apakah ada

kelianan pada pasien contohnya kelainan pada bentuk dada pasien. Terdapat 2

macam inspeksi yaitu inspeksi statis dan inspeksi dinamis.

Statis Dinamis

3. Palpasi yaitu pemeriksaan dengan meraba, dalam sistem respirasi dapat

dilakukan dengan cara :

8
a. Pemeriksaan Ekspansi Thorax

Dilakukan untuk melihat mobilisasi sangkar thorax, dimana mengukur

selisih antara pengembangan thorax saat inspirasi dan ekspirasi. Ada 2

cara dalam pemeriksaan ekspansi thorax yaitu :

 Menggunakan Midline, diukur di 3 tempat yaitu :

1. Upper lobus : Axilla

2. Middle lobus : Papila Mamae

3. Lower lobus : processus xypoideus

 Teknik manual, menggunakan kedua tangan terapis

Expansi upper lobus: Pasien lying, kedua thumb di mid sternal line

sternal notch, ari-jari extensi di atas kedua clavicula, pasien full

expirasi lalu deep inspirasi.

Expansi middle lobus: Pasien lying, kedua ujung thumb di

pracessus xyphoideus dan jari-jari di extensikan ke lateral costa,

pasien full expirasi lalu deep inspirasi.

4. Perkusi adalah suatu teknik pemeriksaan ketukan atau pukulan dengan

jari-jari tangan yang dilakukan untuk memeriksa atau evaluasi kepekaan

paru-paru khususnya ratio udara dalam paru-paru.

9
5. Auskultasi adalah suatu teknik pemeriksaan dengan mendengar bunyi

napas menggunakan stetoskop untuk evaluasi paru. Area paru yang

mengalami hambatan berat dan area letak sputum untuk menentukan

posisi potural darainase akan dilakukan.

3.2 Intervensi Fisioterapi

 Sinar Infrared

Pemberian Infra Red ditujukan untuk membersihkan darah, memperlancar

proses metabolisme tubuh dan mengurangi nyeri serta mengurangi spsme

pada otot pernapsan. Apabila sirkulasi darah lancar gas beracun dan

berbahaya dapat dikeluarkan tubuh melalui metabolisme.

10
 Nebulizer

Teknik uap yang digunakan untuk mengencerkan mukus agar mudah

untuk keluar.

 Breathing Exercise

Ada 2 exercise yang sering digunakan dalam kasus kardiorespirasi yaitu

Pernapasan Diapragma dan Purce Lip Breathing yang digunakan untuk

mengatur frekuensi dan pola napas, memperbaiki fungsi diapragma dan

mengatur kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif.

 Mobilisasi Sangkar Thorax teknik yang digunakan untuk memperpaiki

mobilisasi thorak saat proses pernapasan.

11
 Postural Drainage

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan

sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya

gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi

maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan

parunya.

 Batuk Efektif yaitu suatu metode batuk yang benar, agar pasien tidak

menggunakan tenaga yang berlebihan saat batuk sehingga tidak mudah

lelah dan pengeluaran mukus lebih optimal.

12
3.3 Edukasi

Edukasi yang diberikan kepada pasien tuberkulosis yaitu pasien harus

berhenti merokok, menerapkan pola hidup sehat, selalu menjaga lingkungan tetap

bersih, menjauhi hal-hal yang dapat memicu penyakit menjadi lebih parah.

Penerapan kondisi hidup sehat oleh pasien guna menghindari infeksi dan faktor-

faktor lain yang dapat memperparah penyakit seperti asap dan debu yang dapat

menurunkan kualitas hidup pasien. Pasien harus bersemangat untuk sembuh dan

dukungan dari keluarga yang besar dan juga pasien tidak hanya melakukan latihan

saat bersama fisioterapis, namun pasien juga harus rajin melakukan latihan diluar

sesi terapi yang telah diedukasikan oleh fisioterapis.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang

paling besar di seluruh dunia. Penyakit ini juga merupakan penyebab kematian

dan morbiditas yang tertinggi pada negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Tuberkulosis adalah masalah medis dan masalah sosial, faktor-faktor seperti sosial

ekonomi dan status nutrisi, persepsi tentang penyakit, perilaku kesehatan dan

akses pelayanan kesehatan mempengaruhi. Pasien tuberkulosis akan merasakan

batuk yang biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah, nyeri dada saat

bernapas atau batuk. berkeringat di malam hari dan hilang nafsu makan. Peran

fisioterapi untuk menagani penyakit bronkitis kronik yaitu membantu mengurangi

gejala-gejala yang timbulkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sriratih, E. A., Suhartono, S., & Nurjazuli, N. (2021). Analisis Faktor Lingkungan

Fisik Dalam Ruang Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

Di Negara Berkembang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(4), 473–

482. https://doi.org/10.14710/jkm.v9i4.29741

Muhammad Rofi’i, Bambang Edi Warsito, Agus Santoso, S. U. (2018). Asuhan

Keperawatan TB Paru. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajememen

Keperawatan, 1(2), 1–8.

Prihantana, A. S., & Wahyuningsih, S. S. (2016). Hubungan Pengetahuan dengan

Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pada Pasien Tuberkulosis di RSUD dr.

Soehadi Prijonegoro Sragen. Farmasi Sains Dan Praktis, II(1), 47.

http://journal.unimma.ac.id/index.php/pharmacy/article/view/188%0Ahttps://

journal.unimma.ac.id/index.php/pharmacy/article/download/188/135/

15

Anda mungkin juga menyukai