PENDAHULUAN
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteri atau parasit), bukan
disebabkan faktor fisik, (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Cara
menularkannya yaitu : Media langsung dari orang ke orang (permukaan kulit) dan
melalui media udara penyakit dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui udara pernafasan disebut sebagai air borne
disease. Jenis penyakit yang di tularkan antara lain : TBC Paru, Varicella, Difteri,
paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi
pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap
asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini
tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada
1
Pasien dengan TB BTA positif merupakan sumber penularan penyakit
tuberculosis. Batuk atau bersin dari pasien TB akan menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak).Kurang lebih 3000 percikan dahak
dihasilkan pada waktu sekali batuk. Percikan dahak yang berada pada waktu yang
lama dalam suatu ruangan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit TB.
Jumlah percikan dapat dikurangi dengan adanya ventilasi atau aliran udara yang
matahari secara langsung. Dalam keadaan gelap dan lembab, percikan dahak
semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000
kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positip sebesar 189 per 100.000
penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27
per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari. Menurut laporan WHO tahun
2013, Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah India
dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian masih sama
dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya
turun menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012 (WHO, 2013).
2
mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–masing saling
paru”
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
dengan Tb paru.
3. Bagi penulis
dengan Tb paru.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
5
Keadaan ini hanya berlangsung beberapasaat. Penyebaran akan
berhenti bila jumlah kuman yang masuk dan telah terbentuk daya tahan
tubuh yang spesifik terhadap basil tuberculosis. Tetapi bila jumlah basil
2.1.2 Etiologi
2015).
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,
atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang
6
yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri
ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri
aktif.
dengan HIV).
7
2.1.3 Klasifikasi
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih
bagian 1 paru.
8
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
positif 1 kali.
aktif.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
mendukung).
2.1.4 Patofisiologi
9
dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil
dibagian atas lobus bawah, biasanya dibagian bawah kubus atau paru
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat
10
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
kelenjr getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.
paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan taut bronkus
penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
11
yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
1 Uji Tuberkulin
2 Pemeriksaan Radiologi
3 Pemeriksaan Bakteriologis
5 Uji BCG
12
2.1.6 Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009) komplikasi yang dapat terjadi pada klien
1 Pleuritis tuberkulosa
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan
kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau
columna vertebralis.
2 Efusi Pleura
3 .Empiema
4. Laringitis
13
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe) Bakteri mycrobacterium
terinfeksi.
2.1.7 Penatalaksanaan
finding).
14
positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan
Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
tuberkulosis, yakni:
a. Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif
paru.
kemungkinan terkena.
15
BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka
utama ialah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA positif,
berikut:
menular
16
tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga
(OAT)
Isoniazid (INH).
Isoniazid.
Pirazinamid (Z).
17
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif
digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
2004)
komponen, yaitu:
18
khususnya dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum
cukup.
2.2. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Data Pasien
pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4
tahun.
b. Riwayat Kesehatan
19
dimulai dari batuk kering sampai dengan atuk purulent
(menghasilkan sputum).
setengah paruparu.
4) Keringat malam.
pleuritis.
keringat malam.
jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi
keatas.
20
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
sakitnya
dengan penyakitnya
21
lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
h. Pemeriksaan Fisik
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
trakea.
22
2) Thorak
3) Abdomen
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum
2) Tes Tuberkulin
72 jam).
23
3) Poto torak
Infiltnasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap dini tampak
4) Bronchografi
TB paru.
5) Darah
menurun.
Subyektif :
hari.
Obyektif:
24
2) Pola Nutrisi
Subyektif :
Obyektif
kutan.
3) Respirasi
Subyektif :
Obyektif :
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif :
25
Obyektif :
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif :
ada harapan.
Obyektif :
tersinggung.
26
BAB III
Metode Penelitian yang digunakan dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
yang menekankan pada waktu pengkuranatau observasi data dalam satu kali
pasa satu waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan variabel
bebas..Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta jumlah
Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah prosedur
Studi kasus tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih mengarah
kepada istilah subjek studi kasus oleh karena yang menjadi subjek studi kasus
Kajian utama dari masalah yang di jadikan titik acuan studi kasus yaitu :
27
3.1.3 Definisi Operasional
yang dirumuskan secara operasional yang akan digunakan pada studi kasus dan
yang digunakan. pada studi kasus di Rumah sakit, lama waktu sejak pasien
pertama kali masuk RS sampai pulang dan atau pasien yang dirawat
minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari pasien sudah pulang, maka perlu
28
3.1.5 Pengumpulan data
Pengkajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
c. onfidentiality (kerahasiaan)
Data yang sudah diisi oleh responden tidak dilihat responden lain.
29
BAB IV
A. Hasil
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
Tabel. 1
Pengkajian Identitas Pasien dan Riwayat Kesehatan / Penyakit
30
Rumah Sakit RSUD Abepura RSUD Abepura
Diagnosa Medis Malaria Tropika
Riwayat Kesehatan /
Kasus I Kasus II
Penyakit
Keluhan Utama Pasien mengatakan panas Pasien mengatakan
tinggi dan demam lemah, demam, mual,
muntah
Riwayat Keluhan Utama Demam 1 hari sebelum Demam 3 hari sebelum
MRS MRS, Muntah 1 hari
sebelum MRS 1x dan
lemas
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan panas Pasien mengatakan
Sekarang dan demam selama 1 hari demam dan muntah
Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada selama 3 hari
Tabel. 2
Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
31
- konjungtiva simetris, ovale, tampak simetris, ovale,
Hidung pucat tampak pucat
- Inspeksi Tampak simtris kanan dan Tampak simtris
kiri, tdk terdapat sekret kanan dan kiri, tdk
terdapat sekret
- Palpasi Tdk ada nyeri tekan
Telinga
- Inspeksi Tdk ada nyeri tekan
- Palpasi Tampak simetris
kanan/kiri, tdk
Leher terdapat seruman
- Inspeksi
c. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel. 3
Hasil Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
1. Analisis Masalah
Tabel. 5
Analisis Masalah
32
Kasus I
Data Subyektif Peningkatan Metabolisme Hipertermi b.d
- Pasien mengatakan tubuh Peningkatan metabolisme
Panas/ demam tubuh
Data Obyektif
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak demam
SB : 38,7°C
Kasus II
Data Subyektif Peningkatan metabolisme Hipertermi b.d
- Pasien mengatakan tubuh Peningkatan metabolisme
lemah, demam, muntah tubuh
Data Obyektif
- Pasien tampak lemas
- Pasein tampak demam
SB : 38,9°C
2. Diagnosa Keperawatan
33
3. Perencanaan
Perencanaan &
Dx Keperawatan Kriteria Hasil
Rasional
Kasus I
1. Hipertermi b.d Peningkatan Suhu tubuh dalam Kompres Hangat
metabolisme tubuh rentang normal Monitor Suhu sebelum
dan sesudah kompres
Kasus II
1. Hipertermi b.d Peningkatan Suhu tubuh dalam Kompres biasa
metabolisme tubuh rentang normal Monitor Suhu sebelum
dan sesudah kompres
4. Pelaksanaan
Kasus II
- Hipertermi b.d Peningkatan Hari/tanggal : 14-6-2017 Hari/tanggal : 15-6-2017
metabolisme tubuh Jam : 11.00 WIT Jam :09 .00 WIT
Melakukan kompres Melakukan kompres
biasa biasa
5. Evaluasi
34
metabolisme tubuh S : pasien S : ibu pasien
mengatakan panas mengatakan panas
nya agak menurun nya menurun
O : - Pasien tampak O : - Pasien tampak
Tenang Tenang
- TTV - TTV
SB : 37,2°C SB : 37,2°C
A : Masalah teratasi A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan P : intervensi dihentikan
intervensi untuk karena data hasil
Penelitian kompres penerapan penelitian
selanjutnya cukup.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
a. KASUS I
laki-laki, alamat Abe Lingkaran, masuk Rumah Sakit pada tanggal 13 Juni
Protestan.
35
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 juni 2107 di dapatkan
keluhan utama yang dirasakan Tn. J adalah panas tinggi sejak hari senin,
12 juni 2017. Keluarga mengatakan pada saat hari senin siang Tn. J
tetapi sampai hari selasa pasien masih panas apalagi saat malam hari tubuh
pasien teraba lebih panas di bandingkan saat pagi ataupun siang hari.
Kemudian tanggal 13 juni 2017 jam 08.00 WIT pasien dibawa keluarga
per menit mikro, setelah mendapatkan terapi dari IGD kemudian pasien
Dari data pengkajian yang telah di jelaskan di atas bahwa pasien bernama
tinggi (hipertermi) sehari sebelum masuk Rumah Sakit dan ketika pasien
mengalami demam tinggi, ibu pasien mengompres Tn. J dengan air dingin
untuk menurunkan demam Tn. J, namun pasien masih panas apalagi saat
36
malam hari tubuh pasien teraba lebih panas di bandingkan saat pagi
periksan suhu tubuh pasien mencapai 39°C, nadi 85 kali setiap menitnya,
per menit mikro, setelah mendapatkan terapi dari IGD kemudian pasien
b. KASUS II
laki-laki, alamat sentani, masuk Rumah Sakit pada tanggal 16 Juni 2017
Protestan.
keluhan utama yang dirasakan Tn. B adalah mual dan panas tinggi sejak
hari senin, 14 juni 2017. Kemudian tanggal 16 juni 2017 jam 14.00 WIT
karena tubuhnya teraba panas. Di rumah sakit pasien diterima diIGD dan
37
kali setiap menitnya, pernapasan 30 kali setiap menit. Pasien mendapat
terapi infus RL 40 tetes per menit mikro, setelah mendapatkan terapi dari
IGD kemudian pasien dibawa keruang rawat inap yaitu di ruang kanak-
Dari data pengkajian yang telah di jelaskan di atas bahwa pasien bernama
tinggi (hipertermi) dua hari sebelum masuk Rumah Sakit, setelah pasien
39°C, nadi 85 kali setiap menitnya, pernapasan 30 kali setiap menit. Pasien
2. Diagnosa Keperawatan
1. Malaria Tersiana
2. Malaria Tropika
3. Perencanaan
KASUS I
38
Rencana yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien turun dengan kriteria hasil suhu tubuh turun menjadi 37,5°C, kulit
atau alat yang menimbulkan hangat pada bagain tubuh yang memerlukan.
Menggunakan kain / handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
Tujuan adalah pernyataan pasien dan perilaku keluarga yang dapat diukur
39
keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi tanda-tanda vital
tubuh.
KASUS II
dengan kriteria hasil suhu tubuh turun menjadi 37,5°C, kulit teraba hangat.
suhu tubuh.
Tujuan adalah pernyataan pasien dan perilaku keluarga yang dapat diukur
40
menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan
tubuh.
4. Penatalaksanaan
KASUS I
tubuhnya panas, dari hasil observasi didapatkan badan terasa panas, suhu
peningkatan suhu dari 37,5°C sampai dengan 39°C, pada jam 09.10 WIT
41
memberikan kompres hangat di dapatkan respon pasien mengatakan
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
dari hasil observasi di dapatkan kulit terasa panas, pasien mau diberikan
Pada hari selasa, tanggal 13 juni 2017 jam 08.30 WIT memonitor suhu
tubuh pasien didapatkan respon ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien
panas, dari hasil observasi didapatkan badan terasa panas, suhu tubuh
suhu dari 37,5°C sampai dengan 39°C, pada jam 09.10 WIT memberikan
42
panas, pasien mau diberikan kompres hangat, setelah dilakukan kompres
37,2°C.
KASUS II
suhu tubuh pasien panas, dari hasil observasi didapatkan badan terasa
panas, suhu tubuh 38,9°C, pada jam 12.40 WIT memberikan penjelasan
dapatkan peningkatan suhu dari 37,5°C sampai dengan 39°C, pada jam
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga
43
dari hasil observasi di dapatkan kulit terasa panas, pasien mau diberikan
pada jam 12.30 WIT memonitor suhu tubuh pasien didapatkan respon
didapatkan badan terasa panas, suhu tubuh 38,9°C, pada jam 12.40 WIT
kompres dingin, dari hasil observasi di dapatkan kulit terasa panas, pasien
5. Evaluasi
KASUS I
44
tampak tenang dengan hasil TTV Suhu 37,2°C, maka masalah hipertermi
KASUS II
tampak tenang dengan hasil TTV Suhu 37,2°C, maka masalah hipertermi
45
BAB V
A. KESIMPULAN
penulisan, melalukan tindakan Kompres hangat pada pasien Tn. J dan Tn.
menggunakan Head To Toe selama 3 hari pada Kasus I Tn. J selama 13 Juni
2017 sampai 16 Juni 2017, Kasus II Tn. B selama 16 Juni 2017 sampai 18
nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu
mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat
mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik,
demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
46
melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan
angket
B. SARAN
3. Bagi peneliti
47
DAFTAR PUSTAKA
Profil Kesehatan. Jayapura, Dinas Kesehatan Tarigan, R & Sarumpet, MS. 2007.
Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Kawasan Ekosistem Leuser, Sumatra Utara,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara
Strafrecht, Van Wetbok Terjemahan Moeljatno. 2001. Kitab undang-undang
hukum pidana Terjemahan. Jakarta, Bumi Aksara
Sorontou, Yohana. 2007. Malaria in Jayapura District, Papua Province, Indonesia
and resistance to sulfadoxine-pyrimethamine. Social Journal Medical
48