com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih
merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru
ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat
sekitarnya.
1
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah
tercemar asap, debu, atau gas buangan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
2
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberculosis
2.1.1 Definisi
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Di Indonesia, Klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
1) Tuberkulosis paru
3
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
4
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe
akan membawa kuman TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer selama 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada
beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai
menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis antara lain hemoptisis berat (perdarahan dari
saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik
atau tersumbatnya jalan napas, kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, bronkiectasis
dan fibrosis pada paru, pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya, insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif)
masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus
kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup
5
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Gejala umum tuberculosis antara lain batuk terus menerus dan berdahak selama
3 (tiga) minggu atau lebih.Gejala lain yang sering dijumpai antara lain dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan.
6
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu
sendiri, pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang
tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi.
Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek
dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting,
yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.
Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan
menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3
minggu bisa diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan
dikonfirmasikan terinfeksi kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang
akurat adalah dengan menggunakan mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang
spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular seperti Polymerase Chain Reaction
(PCR) belum bisa diterapkan
Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat
dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC
yang biasanya digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan
ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya
diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini.
Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta
perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti
minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TBC biasanya gejala
TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu. Walaupun demikian, untuk benar-benar
sembuh dari TBC diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Efek
negatif yang muncul jika berhenti minum obat adalah munculnya kuman TBC yang
resisten terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian
TBC akan semakin sulit dilaksanakan. DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk
menangani pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen.
DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima
perlakuan DOTS ini. Di Indonesia DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan
tingkat kesembuhan 87 persen pada tahun 2000 (http:www.who.int). Angka ini
7
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
melebihi target WHO, yaitu 85 persen, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi
kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001,
tingkat deteksi hanya 21 persen, jauh di bawah target WHO, 70 persen
8
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
dilakukan terapi DOTS untuk pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu
vaksinasi dan terapi perlu dilakukan untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.
Tidak selalu mudah untuk mengenali ibu hamil dengan tuberkulosis paru,
apalagi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas seperti badan kurus, batuk
menahun atau hemaptoe. Tuberkulosis aktif tidak membaik atau memburuk dengan
adanya kehamilan. Tetapi kehamilan bisa meningkatkan risiko tuberkulosis inaktif
terutama pada post partum. Reaktifasi tuberkulosis paru yang inaktif juga tidak
mengalami peningkatan selama kehamilan. Angka reaktifasi tuberkulosis paru-paru
kira-kira 5-10% tidak ada perbedaan antara mereka yang hamil maupun tidak hamil.
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu
hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil.
Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun
1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB
paru (M Iqbal, 2007 dalam http://www.mail-archive.com/)
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak
dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
9
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti
usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ
reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang.
Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini
tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB,
khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi
wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak
siap menerima hasil konsepsi.
10
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan
Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 dalam
http://proquest.umi.com/pqdweb tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis,
didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan,
persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita
sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi
lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% :
3%), berat badan lahir rendah <2500.
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan
napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital
sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah
lahir. Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit tuberculosis yang aktif telah
mengalami perbaikan yang luar biasa selama waktu 30 tahun terakhir ini. Beberapa
preparat tuberculosis urutan pertama tidak terlihat memberikan efek yang merugikan
bagi janin. Penyakit tuberculosis yang aktif selalu dapat diobati paling tidak dengan dua
.macam preparat tuberculosis. Dalam suatu tinjauan (Snider,dkk 1980) tidak
menemukan frekuensi cacat lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan
pengobatan isoniazid, ethambutol maupun rifampisin selama kehamilannya. Kelainan
auditorius dan vestibuler yang ringan pernah ditemukan pada terapi dengan
streptomisin. Kalau isoniazid digunakan selama kehamilan, piridoksin harus pula
diberikan sebagai suplemen untuk mengurangi kemungkinan neurotoksisitas yang
potensial pada janin.
Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x
lipat meningkatkan persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan
kematian perinatal 6 kali lipat. Pengaruh utama tuberculosis terhadap kehamilan adalah
mencegah terjadinya konsepsi sehingga banyak penderita tuberculosis yang mengalami
infertilitas.
Jika seorang wanita positif tuberculosis, riwayat penyakit harus dianamnesis dengan
cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan dengan melakukan foto
thorks dan bagian abdomen dilindungi ketika pemeriksaan kardiologi itu dilakukan.
11
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Jika hasilnya negative, pengobatan tidak diberikan sampai sesudah persalinan bayi,
yaitu dengan pemberian isoniazid selama satu tahun sebagai tindakan profilaksis. Bayi
yang lahir dari ibu dengan tuberculosis cukup rentan terhadap penyakit tersebut. Karena
itu bayi harus diisolasi segera dari ibunya yang dicurigai tuberculosis aktif. Karena
adanya risiko untuk terjadinya penyakit tuberculosis yang aktif pada bayi, maka terapi
profilaksis dengan isoniazid ataukah tindakan vaksinasi BCG, keduanya mempeunyai
manfaat yang cukup besar.
Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam. Karena itu disebut basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat mati terpapar sinar
matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan
lembap. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama
selama beberapa tahun). Penyakit TB biasanya menular pada anggota keluarga
penderita maupun orang di lingkungan sekitarnya melalui batuk atau dahak yang
dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi tubuh
agar tetap sehat. Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit
jika memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu
melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara,
seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah
dilakukan,murah dan cukup reliable.
12
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca foto rontgen.
Di beberapa negara digunakan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui
interferon gamma yang konon lebih baik dari tuberkulin tes.
PENGOBATAN
Pengobatan medis
Pengobatan tuberculosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan
penderita yang tidak hamil. Ada 11 obat tuberkulosis yang terdapat di Amerika
Serikat, 4 diantaranya dipertimbangkan sebagai obat primer karena kefektifannya
dan toleransinya pada penderita, obat tersebut adalah isoniazid, rifampisin,
ethambutol dan streptomycin. Obat sekunder adalah obat yang digunakan dalam
kasus resisten obat atau intoleransi terhadap obat, yang termasuk adalah
paminasalisilic acid, pyrazinamide, cycloserine, ethionamide, kanamycin, voimycin
dan capreomycin.
13
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Pengobatan selama setahun dengan isoniazid diberikan kepada mereka yang tes
tuberkulin positif, gambaran radiologi atau gejala tidak menunjukkan gejala aktif.
Pengobatan ini mungkin dapat ditunda dan diberikan pada postpartum. Walaupun
beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada wanita
postpartum. Beberapa rekomendasi menunda pengobatan ini sampai 3-6 bulan post
partum. Sayangnya, penyembuhannya akan membawa waktu yang sangat lama.
Isoniazid termasuk kategori obat C dan ini perlu dipertimbangkan keamanannya
selama kehamilan. Alternatif lain dengan menunda pengobatan sampai 12 minggu
pada penderita asimtomatik. Karena banyak terjadi resistensi pada pemakaian obat
tunggal, maka sekarang direkomendasikan cara pengobatan dengan menggunakan
kombinasi 4 obat pada penderita yang tidak hamil dengan gejala tuberkulosis. Ini
termasuk isoniazid, rifampisin, pirazinamide atau streptomycin diberikan sampai tes
resistensi dilakukan. Beberapa obat tuberkulosis utama tidak tampak pengaruh
buruknya terhadap beberapa janin. Kecuali streptomycin yang dapat menyebebkan
ketulian kongenital, maka sama sekali tidak boleh dipakai selama kehamilan.
The center for disease control(1993) merekomendasikan resep pengobatan oral
untuk wanita hamil sebagai berikut :
1. Isoniazid 5 mg/kg, dan tidak boleh lebih 300 mg per hari bersama pyridoxine 50
mg per hari.
2. Rifampisin 10 mg/kg/hr, tidak lebih 600 mg sehari.
3. Ethambutol 5-25 mg/kg/hari, dan tidak lebih dari 2,5 gram sehari(biasanya 25
mg/kg/hari selama 6 minggu kemudian diturunkan 15 mg/kg/hr.
Pengobatan ini diberikan minimal 9 bulan, jika resisten terhadap obat ini dapat
dipertimbangkan pengobatan dengan pyrazinamide. Selain itu pyrazinamide 50
mg/hari harus diberikan untuk mencegah neuritis perifer yang disebabkan oleh
isoniazid. Pada tuberkulosis aktif dapat diberikan pengobatan dengan kombinasi
2 obat biasanya digunakan isoniazid 5 mg/kg/hari (tidak lebih 300 mg/hari) dan
ethambutol 15 mg/kg/hari. Pengobatan dilanjutkan sekurang-kurangnya 17
bulan untuk mencegah relaps. Pengobatan ini tidak dianjurkan jika diketahui
penderita telah resisten terhadap isoniazid. Jika dibutuhkan pengobatan dengan
3 obat atau lebih, dapat ditambah dengan rifampisin tetapi stretomycin
sebaiknya tidak digunakan. Terapi dengan isoniazid mempunyai banyak
keuntungan (manjur, murah, dapat diterima penderita) dan merupakan
14
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
15
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Kegagalan pengobatan
16
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
- Dukungan keluarga
- Untuk perlindungan terhadap bayi yang tidak menunjukkan gejala dan tanda
penyakit aktif berikan baik isoniazid maupun vaksinasi BCG.
Diagnosis
a. Anamnesis : Pernah kontak dengan pasien TBC, batuk kronis, batuk darah,
nyeri dada, keringat malam, berat badan menurun, demam.
b. Laboratorium : Pemeriksaan BTA dan kultur, LED sangat tinggi
c. PPD : (+) jika >10 mm
d. Foto thorak tidak rutin dikerjakan pada kehamilan.
17
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Pengelolaan
a. Rawat bersama dengan bagian penyakit dalam
b. Medikamentosa
- Bila PPD positif tanpa kelainan radiologis ataupun gejala klinik diberikan
: INH 400 mg selama 1 tahun.
- Bila TBC paru (BTA +) : IR7H7E7 – 5-gr 8 R2H2.
1. Rifampisin 450-600 mg/hari selama 1 bulan, dilanjutkan dengan 600 mg
2x seminggu selama 5-8 bulan
2. INH 400 mg/hari selama 1 bulan, dillanjutkan 700 mg 2x seminggu
selama 5-8 bulan.
3. Ethambutol 1000 mg/hari selama 1 bulan.
c. Obstetri:
Kehamilan : PNC teratur, kegiatan fisik dikurangi, istirahat cukup, Diit
TKTP, koreksi anemia.
Persalinan : Kala II diperpendek hanya atas indikasi obstetri.
Pasca salin :
1. Bila TBC aktif, bayi harus dipisahkan dari ibu, dan baru dapat menyusui
paling cepat bila ibu telah mendapat therapi antituberkulosis selama 3
minggu.
2. Bayi : Terapi INH profilaksis dan vaksinasi BCG.
Penanganan Tuberkulosis dalam persalinan.
a. Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa, dan tidak
perlu tindakan apa-apa.
b. Bila proses aktif, kala I dan II diusahakan mungkin. Pada kala I, ibu
hamil diberi obat-obat penenang dan analgetik dosis rendah. Kala II
diperpendek dengan ekstraksi vakum/forceps.
c. Bila ada indikasi obstetrik untuk sectio caesarea, hal ini dilakukan
dengan bekerja sama dengan ahli anestesi untuk memperoleh anestesi
mana yang terbaik.
Penanganan tuberkulosis dalam masa nifas
a. Usahakan jangan terjadi perdarahan banyak : diberi uterotonika dan
koagulasia.
b. Usahakan mencegah adanya infeksi tambahan dengan memberikan
antibiotika yang cukup.
18
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
c. Bila ada anemia sebaiknya diberikan tranfusi darah, agar daya tahan ibu
kuat terhadap infeksi sekunder.
d. Ibu dianjurkan segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah
cukup, segera dilakukan tubektomi,
Penanganan Bayi Baru Lahir Yang Sehat dari Ibu yang menderita
Tuberkulosis
Bayi baru lahir yang sehat dari ibu yang menderita tuberkulosis, harus
dipisahkan dengan segera setelah lahir sampai pemeriksaan bakteriologi ibu
negatif dan bayi sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup. 50% bayi
baru lahir dari ibu yang menderita tuberkulosis aktif, menderita tuberkulosis
pada tahun pertamanya, maka kemoprofilaksis dengan isonizid 1 tahun dan
vaksinasi BCG harus segera dilakukan sebelum menyerahkan bayi pada
ibunya. Pendapat ini masih diperdebatkan, tetapi keputusan akhir dilakukan
dengan pertimbangan lingkungan sosial ibu, ibu dapat dipercaya dapat
mengobati diri sendiri dan bayinya yang baru lahir.
Vaksin BCG termasuk golongan kuman hidup yang dilemahkan dari
M.bovon yang telah dikembangkan 50 tahun yang lalu. Semua BBL dari ibu
yang TBC aktif atau reaktif harus divaksinasi pada hari pertama kelahitan
dengan dosis 0,1 ml intracutan pada regio deltoid jika divaksinasi. Efek
sampingnya dapat membesar dan terjadi ulkus. Setelah 6 bulan papul merah
tadi dapat mengecil, berlekuk dengan jaringan parut putih seumur hidup.
Untuk mengurangi waktu pemisahan ibu yang menderita tuberkulosis aktif
dengan bayinya, dapat diberikan INH dan BCG segera setelah bayi lahir,
bayi dipulangkan ke ibunya jika INH profilaksis telah diberikan sampai tes
tuberkulin positif. Dua syarat menggunakan cara pengobatan ini adalah
kuman tuberkulosis ibu sensitiv terhadap INH dan penderita dapat dipercaya
bisa dan mampu memberikan obat tersebut pada ibunya.
Cara pemberian ASI pada wanita dengan tuberculosis
Pemberian ASI dari ibu yang meminum obat tuberculosis selama kehamilan
dan tetap diteruskan estela persalinan tidak berbahay bagi bayi. Wanita yang
tenderita tuberculosis dapat menyusui bayinya dengan menggunakan master
sehingga dapat mencegah terjadinya penularan pada bayi.
Prognosis
19
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Pada wanita hamil dengan tuberculosis aktif yang diobati secara adekuat,
secara umum tuberculosis tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap
kehamilan, masa nifas dan janin. Prognosis pada wanita hamil sama dengan
prognosis wanita yang tidak hamil, abortus terapeutik Sekarang tidak
dilakukan lagi.
20
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
BAB 3
3.1.1.2 Anamnesa
Tanggal : 07 Juni 2010 Oleh : Bidan Nailatul,Amd.Keb
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh batuk terus hingga sesak napas, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun, susah tidur dan panas. Klien mengatakan
pernah menderita TBC ketika masih SMA dan dalam keluarga satu rumah sedang
ada yang menderita TBC.
2. Riwayat Obstetri
HPHT : 1 November 2009
Menarche : 12 tahun
Siklus : 1 bulan
Banyaknya : Sedang
Lamanya haid : 6 hari
Sifat darah : Merah segar
Dismenorhea : Tidak
Fluor albus : Tidak
21
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
22
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
23
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
24
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
25
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
3.2 Analisa
GiiP10001, tunggal, hidup, usia kehamilan 30mg, letak kepala, intrauterine, keadaan
jalan lahir normal, dengan TBC.
3.2.1 Masalah
Klien merasa cemas dengan kehamilannya
3.2.2 Kebutuhan
KIE tentang TBC dalam kehamilan
3.5 Planning
26
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
3.5.1 Beritahu klien hasil pemeriksaan bahwa klien mengalami TBC dalam kehamilan
Rasionalisasi : klien mengerti tentang keadaan kehamilan dan penyakit yang dialami
3.6 Implementasi
3.6.1 Memberitahu klien hasil pemeriksaan bahwa klien mengalami TBC dalam kehamilan
3.6.2 Menjelaskan kepada klien tentang TBC dalam kehamilan
3.6.3 Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis paru-paru
3.6.4 Memberikan obat Rifampisin, INH dan Ethambutol
3.6.5 Memberitahu klien untuk selalu rutin dan taat minum obat
3.6.6 Menganjurkan klien untuk banyak istirahat, makan yang teratur dan minum obat
sesuai anjuran
3.6.7 Menganjurkan klien untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan
3.7 Evaluasi
27
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
S : Klien mengatakan sudah mengerti tentang informasi dan penjelasan dari bidan
ditandai dengan klien dapat menjelaskan kembali sebagian dari informasi
tersebut
O: Tekanan darah : 110/70mmHg TFU : 30 cm di atas simfisis pubis
Nadi : 84x/menit TBJ : 1500 gram
28
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1) Jangan ragu untuk memeriksakan penyakit tersebut karena jika terlambat atau tidka
mendapatkan penanganan yang adekuat dapat berakibat buruk baikbagi janin
maupun ibu hamil sendiri.
2) Pemeriksaan kehamilan dan minum obat secara rutin dapat menghindari dari
dampak buruk TBC pada kehamilan
Bagi keluarga
1) Dukungan secara moril sangat dibutuhkan untuk kesembuhan pasien TBC terutama
ibu hamil yang membutuhkan perhatian ekstra terhadap kehamilannya dna penyakit
TBC tersebut
2) Keluarga senantiasa aktif memotivasi bumil dengan TBC tersebut supaya dapat
meminum obat secara tuntas dan periksa kehamilan secara rutin.
3) Keluarga memulai untuk perubahan ke pola hidup sehat
29
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
Bagi bidan
1) Hendaknya lebih aktif dan mengawasi kerutinan ibu hamil untuk meminum obat
TBC
2) Diharapkan dapat melakukan kunjungan jika ibu tersebut tidak aktif untuk periksa
ANC
3) Diharapkan selalu memberi motivasi dna semangat bagi keluarga dna ibu
4) Bidan hendaknya sudah bisa mengantisipasi kemungkinan yang ada dan
menyiapkan rujukan sewaktu-waktu diperlukan setelah berkolaborasi dengan dokter
30
https://www.scribd.com/doc/62060486/askeb-kehamilan-TBC
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen.2006. buku ajar asuhan kebidanan (Varney’s Midwifery) volume 1. Jakarta
:EGC
http://keperawatan-gun.com/2008/06/askep-ibu-hamil-dengan-tbc.html
http://lorenatazo.com/2009/12/ibu-hamil-dengan-penyakit-tbc.html
http://lely-nursinginfo.com/2007/06/pregnancy-and-tuberculosis.html
31