Anda di halaman 1dari 58

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan membahas metode

program penanggulangan tuberkulosis paru, penyuluhan aktif, sarana / fasilitas

penyuluhan aktif dan perubahan perilaku.

A. Definisi penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai

organ atau jaringan tubuh, dan TB paru merupakan bentuk infeksi yang

paling banyak di jumpai serta penting di bidang kesehatan. 12)

Cocil dan Loeb mengatakan bahwa tuberkulosis adalah penyakit

infeksi yang di sebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sangat sering di

temukan dalam bentuk infeksi kronis pada paru - paru manusia tetapi dapat

juga menyerang organ tubuh lainnya.13)

Dari ke dua definisi di atas dapat di simpulkan bahwa tuberkulosis

adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis

yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh terutama paru -

paru dan masih menjadi persoalan penting di bidang kesehatan masyarakat.

Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang kronis tetapi dapat juga akut

seperti pneumonia tuberkulosis maupun tuberculosis millier. Orang sehat

yang terpapar Mycobacterium Tuberculosis dari seorang penderita

tuberkulosis paru, dapat tertular menjadi penderita tuberkulosis paru, bila

daya tahan tubuh orang tersebut kurang atau status gizinya kurang / buruk,

tinggal di lingkungan perumahan yang tidak sehat dan kumuh, taraf

pendidikan kesehatanya (promosi kesehatan) yang rendah.

19
20

B. Penyebab penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang di sebabkan oleh baksil

mycobacterium tuberculosis, tipe humanus (jarang oleh tipe M. bovines).

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang

berbagai organ atau jaringan tubuh dan TB paru merupakan bentuk penyakit

yang paling banyak di jumpai serta penting di bidang kesehatan masyarakat.

Ciri - ciri kuman ini adalah berbentuk batang tipis atau agak bengkok bersifat

aerob, ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 micron. mempunyai granula atau tidak

bergranul, tunggal, berpasangan atau berkelompok, mudah mati pada air

mendidih (lima menit pada suhu 800C, 20 menit pada suhu 60°c), mudah

mati dengan sinar matahari, tahan hidup berbulan - bulan pada suhu kamar

yang lembab, tidak bersepora, tidak mempunyai selubung tetapi mempunyai

lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat), dan dapat

bertahan terhadap penghilangan warna dengan asam dan alcohol (basil

tahan asam BTA positif) serta sumber penularan adalah manusia penderita

TB paru.14)

1. Gejala klinis penderita Tuberkulosis paru

1. Gejala yang paling sering di jumpai pada penderita tuberkulosis paru

adalah :

1) Batuk yang terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau

lebih.

2) Mengeluarkan dahak bercampur darah, sesak napas dan nyeri

dada.

3) Badan lemah , kehilangan nafsu makan dan berat badan turun,

rasa kurang enak badan (malaise),berkeringat pada malam hari


21

walau tidak beraktifitas ,badan demam/meriang lebih dari satu

bulan.

4) Bila gejala - gejala tersebut di perkuat riwayat kontak dengan

seorang penderita tuberkulosis paru ,maka kemungkinan besar

orang tersebut juga menderita tuberkulsis paru.15)

2. Gejala - gejala tuberkulosis extra paru.

1) Tergantung di organ yang terkena.

2) Nyeri dada pada tuberkulosis pleura atau pleuritis.

3) Pembesaran kelenjar life atau linfadinitis tuberkulosis

4) Pembengkakan dari tulang belakang atau spondilitis

tuberkulosis,merupakan tanda - tanda yang sering di jumpai dari

tuberkulosis extra paru

C. Cara penularan penyakit Tuberkulosis paru.

Kebanyakan penularan penyakit tuberkulosis paru melalui inhalasi

kuman tuberkulosis yang terdapat di udara. Sumber penularan adalah

penderita TB paru BTA positif. Penderita batuk atau bersin menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (dropplef nuclear). Melalui

inhalasi percikan dahak yang mengandung Mycobacterium Tuberculosis dari

sekresi saluran pernapasan penderita TB paru BTA positif. Percikan dahak

ini berterbangan di udara sampai terhirup oleh manusia, kemudiun masuk ke

paru - paru, terus masuk ke alveolus paru - paru, karena basil tersebut

ukuranya sangat kecil.12)

Cara penularan tuberkulosis paru dapat terjadi secara langsung

melalui percikan dahak (droplet nuclear) yang mengandung Mycobacterium


22

Tuberculosis terhirup oleh manusia sehat lewat jalan napas dan berkembang

biak di paru - paru. Penularan juga dapat tidak secara langsung yaitu dengan

cara dahak penderita tuberkulosis paru BTA positif di ludahkan di tempat

yang tidak kena sinar matahari secara langsung, kemudian dahak itu

mengering dan menyatu dengan debu,kemudian terhirup oleh menusia sehat

akan dapat menyebabkan sakit.

Mycobacterium Tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui

saluran napas sampai ke alveoli sehingga terjadi infeksi primer, selanjutnya

menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan berbentuklah primer

kompleks. Infeksi primer dan primer kompleks di namakan tuberkulosis

primer yang dalam perjalanan lebih lanjut sebagaian besar akan mengalami

penyembuhan.

Infeksi primer dapat berkembang menjadi beberapa kemungkiran

antara lain tetap menjadi orang terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak menjadi

penderita, menjadi penderita tuberkulosis paru tidak menular, karena

kumanya hanya menyerang pada jaringan paru, tidak menjalar sampai ke

saluran pernapasan,dan menjadi penderita tuberkulosis paru menular,

karena kuman tidak hanya menyerang jaringan paru saja tetapi sampai ke

saluran pernapasan sehingga kuman dapat keluar bersama dahak kemudian

berterbangan di udara dan terhirup oleh manusia sehat sehingga menjadi

penderita lainya. Pada tuberkulosis primer peradangan terjadi sebelum tubuh

mempunyai kekebalan spisifik terhadap Mycobacterium Tuberculosis yang

kebanyakan di dapat pada usia satu sampai tiga tahun. Sedangkan yang

disebut tuberculosis post primer (reinfeksi) adalah peradangan pada jaringan


23

paru oleh karena terjadi penularan ulang yang di dalam tubuh terbentuk

kekebalan spesifik terhadap baksil Mycobacterium Tuberculosis).13)

Peradangan tuberkulosis post primer dapat terjadi secara indogen

yaitu focus lama (dormant) mengalami kekambuhan dengan cara infeksi

baru dari luar. Berdasarkan penularan tersebut tuberkulosis dapat di

golongkan sebagai airborne disease. Masa inkubasi empat sampai dua

belas minggu meliputi mulai infeksi sampai terjadinya lesi pertama atau

reaksi Tuberculin yang bermakana. Resiko penularan yang besar pada anak

dan resiko jatuh sakit paling tinggi pada kelompok dewasa muda (> 15

tahun). Faktor resiko terinfeksi meliputi tingginya prevalensi tuberculosis

paru antara lain kepadatan penduduk, kepadatan hunian dan kurang gizi.

Sedang faktor resiko jatuh sakit meliputi daya tahan tubuh yang menurun,

sedang menderita penyakit, dan tingkat pernapasan yang tinggi.16)

D. Pencegahan penularan Penyakit Tuberkulosis paru.

Mencegah penularan penyakit tuberkulosis paru adalah dengan

menjalankanpola hidup sehat di antaranya :

1. Menutup mulut waktu batuk dan bersin.

2. Tidak meludah di sembarang tempat.

3. Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar matahari dapat masuk ke

dalam ruangan.

4. Tidur dan istirahat yang cukup.

5. Tidak merokok dan minum alcohol.

6. Berolahraga teratur.

7. Meningkatkan daya lahan tubuh dengan gizi seimbang.17)

E. Program penanggulangan Tuberkulosis paru.


24

Program penanggulangan tuberkulosis nasional adalah angka

penemuan kasus minimal 70% dan angka kesembuhan minimal 85%

sehingga dalam jangka waktu 5 tahun kedepan angka prevalesi TB di

Indonesia dapat di turunkan sebesar 50%. Penemuan tersangka tuberkulosis

paru. Kegiatan penemuan tersangka penderita tuberkulosis paru seharusnya

di lakukan oleh semua petugas puskesmas yang berhubungan dengan

masyarakat.

Strategi penjaringan suspek:

1. Penemuan suspekTB paru di lakukun secara pasif dengan promosi aktif.

Penjaringan tersangka TB paru di lakukan di unit pelayanan kesehatan, di

dukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan

maupun oleh masyarakat sendiri, untuk meningkatkan cakupan

penemuan suspek.

2. Pemeriksaan terhadap kontak penderita TB paru BTA positif pada

keluarga dan anak yang menunjukan gejala sama di periksa dahaknya

minimal 2 hari berturut – turut secara SPS.

3. Penemuan dari rumah ke rumah di anggap tidak cost efektif.

4. Oleh karena itu semua petugas puskesmas harus di latih untuk mengenal

gejala klinis tuberkulosis paru. Di samping itu penemuan tersangka

penderita tuberkulosis paru harus di padukan dengan program - program

lain di Puskesmas dan merupakan bagian integral dan upaya kesehatn

primer atau primery health care. Penemuan tersangka penderita dapat di

lakukan secara pasif dengan mewaspadai setiap penderita yang

berkunjmig ke setiap unit pelayanan kesehatan, di samping itu dengan di

lakukan penyuluhan - penyuluhan secara aktif di masyarakat.11)


25

5. Langkah awal dalam program penanggulangan penyakit tuberculosis paru

adalah pencarian dan penemuan tersangka penderita. Menurut Toman

dan WHO penemuan penderita merupakan bagian yang penting dalam

program penanggulangan tuberkulosis paru dan berbagai penyakit

menular lainya. Tujuan penemuan penderita ini adalah untuk

mengidentifikasi sumber penularan dan kemudian menghilangkanya

dengan memberikan pengobatan yang memadai. Penemuan penderita di

awali dengan mencari tersangka penderita tuberculosis paru dengan

gejala klinis utama.18, 19)

6. Case Detection Rate (CDR).

7. Case deteclion rate adalah jumlah penderita baru tuberkulosis paru BTA

positif yang di temukan di banding jumlah penderita tuberkulosis paru

BTA positif yang di laporkan dalam wilayah tersebut. Case detertion rate

manggambarkan cakupan penemuan penderita tuberkulosis paru BTA

positif pada wilayah tersebut.

Rumus:
Jumlah penderita baru TB paru BTA positif
Yang dilaporkan dalam TB .07
X 100%
Perkiraan jumlah penderita baru TB paru BTA positip

Angka perkiraan nasional penderita baru tuberkulosis paru BTA

positif adalah 130 / 100.000 penduduk atau 100 - 200 per 100.000

penduduk. Target Case Detection Rate program penanggulangan TB

nasional adalah 70 % pada tahun 2005 dan tetap di pertahankan pada

tahun - tahun berikutnya. Sedangkan Indikator nasional yang di gunakan

untuk memantau pencapaian target : angka penemuan penderita (case


26

detection rate), angka kesembuhan penderita (cure rate), angka konversi

(convertion rate), angka kesalahan laboratorium (error rate).8)

F. Diagnosis penyakit Tuberculosis paru pada orang dewasa.

Diagnosis TB paru orang dewasa dapat di tegakan dengan di

temukannya BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemerikasaan di nyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga specimen

SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya satu specime, yang positif di lakukan

pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak

SPS ulang. Bila hasil rontgen mendukung TB paru maka penderita di

diagnosis sebagai penderita TB paru BTA positif. Bila hasil rontgen tidak

mendukung TB paru maka pemeriksaan dahak SPS di ulangi. Bila ketiga

specimen dahak hasilnya negatif di berikan antibiotic spectrum luas,misalnya

kotrimoksasol atau amoksisilin selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perbaikan

tetapi gejala klinis TB paru tetap mencurigakan TB paru, ulangi pemeriksaan

dahak SPS. Kalau hasilnya SPS positif di diagnosis sebagai penderita TB

paru BTA positif. Kalau hasilnya SPS negatif lakukan pemeriksaan foto

rontgen dada untuk mendukung diagnosis TB paru. Bila hasil rontgen

mendukung TB paru di diagnosis sebagai penderita TB paru, BTA negatif

rontgen positif. Bila hasil rontgen tersebul tidak mendukung TB paru,

penderita tersebut bukan TB.

Gambar : 2.1 Alur diagnosis TB paru orang dewasa

Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikrokopis saktu, pagi, sewaktu (SPS)


Hasil BTA
+++ +-- ---
++-

27
Antibiotik non OAT

Tidak ada perbaikan Ada perbaikan

1.
Foto toraks dan pertimbangan dokter
Pemeriksaan dahak mikrokopis

Hasil BTA
+++ Hasil BTA
2.
++- +--
+--

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB
Bukan TB

3.

Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke


2, Derektorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta. 2008.

G. Diagnosis Tuberkulosis paru pada anak.


28

Penemuan periderita TB paru pada anak merupakan hal yang sulit.

Sebagian besar diagnosis tuberkulosis pada anak di dasarkan atas

gambaran klinis, gambaran radiniogis, dan uji tuberculin. Seorang anak

harus di curigai bila pernah kontak erat atau serumah dengan penderita TB

paru BTA positif, terdapat reaksi cepat setelah penyutikan BCG dalam (3 - 7

hari). terdapat gejala umum sebagai berikut:

1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut - turut tanpa sebab yang

jelas dan tidak naik selama 1 bulan meskipun sudah penangan gizi yang

baik (failure to thrive).

2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat

badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.

3. Demam lama dan berulang - ulang tanpa sebab yang jelas.

4. Pembesaran kelenjar linfe supefisialis dan tidak sakit, paling sering di

daerah leher.

5. Batuk lama lebih 30 hari

6. Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

H. Pengobatan penderita Tuberkulosis paru.

1. Klasifikasi penyakit TB paru.

a. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru

tidak termasuk pleura atau selaput paru.

b. Tuberkulosis extra paru adalah tuberkutosis yang menyerang organ

tubuh selain paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung,

kelenjar linfe, tulang.2)

2. Tipe penderita.
29

Tipe penderita di tentukan riwayat pengobatan sebelumnya di antaranya :

a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah di obati dengan

OAT atan sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30

dosis harian).

b. Kambuh (relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya

sudah pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah di

nyatakan sembuh kemudian kembali berobat lagi, dan hasil

pemeriksaan dahaknya BTA positif.

c. Pindahan (transfer in) adalah penderita yang sedang mendapat

pengobatan di Kabupaten lain dan pindah berobat ke Kabupaten

yang lain yang di tuju.

d. Setelah lalai (pengobatan setelah default/drop out) adalah penderita

yang sudah berobat paling kurang satu bulan dan berhenti 2 (dua)

bulan atau lebih kemudian datang berobat kembali.

e. Gagal adalah penderita BTA positif yang tetap positif atau kembali

positif pada akhir bulan 5 (satu bulan akhir pengobatan atau lebih)

atau penderita BTA negative rontgen positif menjadi BTA positif pada

akhir pengobatan bulan ke dua.

f. Kasus Kronis.

Kasus kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulang kategori dua. 2)


Pengobatan

penderita tuberkulosis paru

Pengobatan penderita TB paru bertujuan untuk menyembuhkan.

mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan

tingkat penularan. Prinsip pengobatan penderita TB paru di berikan


30

dalam bentuk kombinasi dan beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat selama 6 - 8 bulan supaya semua kuman

termasuk kuman persister dapat di bunuh. Obat sehaiknya di berikan

pada saat perut kosong. Jika obat yang di gunakan tidak adikuat

akan mengakibatkan kuman TB berkembang dan kebal obat atau

resisten. Untuk menjamin kepatuhan penderita minum obat perlu di

lakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed

Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat atau (PMO).11)

3. Tahap Pengobatan

Pengobatan yang diberikan kepada penderita Tuberkulosis Paru

terdiri dari dua tahap yaitu: 1) Tahap intensif atau awal. Pada tahap ini

penderita mendapat OAT setiap hari dan di lakukan pemeriksaan

dahak 1 minggu sebelum bulan ke 2 pengobatan kategori 1, seminggu

sebelum akhir bulan ke 3 pengobatan kategori 2 dan ini dilakukan

untuk mengetahui terjadi konversi atau tidak; 2) Tahap lanjutan. Pada

tahap ini penderita mendapat OAT lebih sedikit tetapi dalam jangka

waktu yang lebih lama. OAT sisipan adalah bila pada akhir tahab

intensif katagori 1 atau katagori 2 dalam pemeriksaan daha1ya masih

BTA positif atau tidak konversi dan di berikan obat HRZE setiap han

selama 1 bulan.11)

a. Paduan OAT di Indonesia.

Program nasional penanggulangan TB paru di Indonesia

menggunakan paduan OAT:

1) Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3.


31

Di berikan pada penderita baru TB paru BTA positif

Penderita TBC paru BTA negatif rontge positif yang sakit berat,

penderita TB ektra paru berat.

2) Kategori 2 : 2 HRZES / HRZE / 5H3R3E3.

Diberikan pada penderita kambali atau relaps, penderita gagal

atau failure, dan penderita pengobatan setelah lalai atau after

default.

3) Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3,

Diberikan pada penderita baru BTA negatif rontgen positif sakit

ringan dan penderita TBektra paru.2)

b. Akhir pengobatan.

Untuk mengetahui sembuh dan tidaknya seorang penderita di

lakukan pemeriksaan dahak sebanyak dua kali yaitu: a) Seminggu

sebelum akhir bulan ke 5 untuk kategori 1 dan seminggu sebelum

akhir bulan ke 7 kategori 2; b) Seminggu sebelum akhir bulan ke 6

kategori 1 dan seminggu sebelum akhir bulan ke 8 kategori 2.

Pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum akhir peugobatan

dan akhir pengobatan (AP) bertujuan untuk mengetahui hasil

pengobatan sembuh atau gagal.

c. Hasil pengobatan.

Hasil pengobatan seorang penderita dapat di katagorikan sebagai

berikut:

1) Sembuh.

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan

pengobatanya secara lengkap dan pemeriksaan dahak paling


32

sedikit 2 kali berturut-turut hasilnya negatif yaitu pada sebulan

sebelum akhir pengobatan dan seminggu setelah akhir

pengobatan.

2) Pengobatan lengkap.

Penderita yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap

tetapi tidak ada hasil pemeriksaan dahak ulang 2 kali berturut -

turut negatif.

3) Meninggal

Penderita yang dalam masa pengobatan di ketahui meninggal

karena sebab apapun.

4) Pindah

Penderita yang masa pengobatan pindah ke unit pelayanan

kesehatan lain atau ke kabupaten lain di beri form 9 bersama

sisa obat.

5) Defaulted atau drop out.

Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut - turut atau

lebih sebelum pengobatan selesai.

6) Gagal.

Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahak tetap positif

atau kembali menjadi positif pada 1 bulan sebelum akhir

pengobatan atau pada akhir pengobatan.

d. Pengawas Menelan Obat (PMO).


33

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan

jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin

keteraturan pengobatan di perlukan seorang PMO yang memenui

syarat tertentu yaitu seorang yang di kenal di setujui, dan di percaya

baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu di segani

dan di hormati oleh penderita.

Seorang PMO juga di harapkan tinggal dekat dengan

penderita, harus bersedia membantu dengan sukarela dan bersedia

di latih atau mendapat penyuluhan bersama - sama dengan

penderita. Seorang PMO di perlukan karena :

1) Masa pengobatan yang cukup lama sering menyebabkan

penderita bosan.

2) Kebanyakan penderita merasa sehat setelah minum obat 2 - 3

minggu dan menghentikan pengobatanya sebelum waktunya.

PMO sebaiknya adalah petugas kesehatan misalnya perawat,

bidan desa, sanitarian dan lain - lain juga dapat berasal dari

guru, PKK, tokoh masyrakat atau anggota keluarga penderita.

Tugas seorang PMO bukan mengganti kuwajiban mengambil

obat dari unit pelayanan kesehatan tetapi untuk mengawasi

penderita TB paru agar menelan obat secara teratur,

mengingatkan periksa ulang dahak pada waktu yang telah di

tentukan serta memberi penyuluhan pada anggota keluarga

yang mempunyai gejala - gejala tersangka TB paru untuk

segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.16)

I. Unit Pelayanan Kesehatan / Puskesmas


34

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembagan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok.20)

Dalam pelaksaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas di

bentuk kelompok Puskesmas pelaksana (KPP) yaitu:

a. Puskesmas satelit (PS).

Puskesmas satelit merupakan bagian dari kelompok Puskesmas

pelaksana di mana Puskesmas ini hanya menemukan tersangka

penderita TB paru dan mengobati bila sudah ditetapkan diagnosanya,

tetapi untuk penetapan diagnosanya harus di rujuk ke Puskesmas

Rujukan Mikroskopis.

b. Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM).

Puskesmas Pelaksana Mandiri adalah merupakan bagian dari kelompok

puskesmas pelaksana. Puskesmas pelaksana mandiri ini di bentuk

dengan sarat bila letak giografis dari puskesmas ini di daerah terpencil

dan sulit di jangkau dengan transportasi.

c. Puskesmas Rujukan Mikrokopis (PRM).

Puskesmas Rujukan Mikrokopis merupakan salah satu bagian dari

kelompok puskesmas pelaksana yang di lengkapi tenaga dan fasilitas

pemerikasaan sputum BTA.

2. Laboratorium.
35

Laboratorium tuberkulosis tersebar luas dan berada di setiap wilayah mulai

dari tingkat Kecamatan, Kabupaten / Kota. Propinsi, dan nasional yang

berfungsi sebagai laboratorium pelayanan kesehatan dasar, rujukan

maupun pendidikan atau penelitian. Masing - masing jejaring laboratorium

mempunyai peran dan fungsi, tugas serta tanggung jawab yang saling

berkaitan mencakup standard mutu pelayanan dan quality assurance (QA).

Sistem jejaring laboratorium adalah sebagai berikut:

a. Laboratorium mikroskopis TB UPK.

UPK dengan kemampuan pelayanan Laboratorium hanya pembuatan

sediaan apusan dahak dan fiksasi. Contoh Puskesmas Satelit (PS).

UPK dengan kemampuan pelayanan Laboratorium mikrokopis deteksi

baksil tahan asam (BTA) dengan pewarnaan Ziehi Neelsen dan

pembacaan skala IUATLD. Contoh Puskesmas Rujukan Mikroskopis

(PRM), Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM). Rumah Sakit. BP4 dan

RSP. Mutu pemeriksaan laboratorium ini akan di teruji oleh laboratorium

rujukan uji silang dan ini dapat di laksanakan oleh Laboratorium

kesehatan daerah. Laboratorium Rumah Sakit, BP4, ataupun Rumah

Sakit Paru RSP).

b. Laboratorium rujukan uji silang mikroskopis.

Laboratorium ini malaksanakan pemeriksaan mikroskopis BTA seperti

laboratorium di UPK di tambah dengan malakukan uji silang mikroskopis

dan Laboratorim UPK binaan dalam sistem jejaring. Laboratorim rujukan

uji silang mempunyai sarana pelaksana dan kemampuan yang memenui

kreteria Laboratorium rujukan uji silang mikroskopis.12)

c. Laboratorium rujukan propinsi.


36

Laboratorium ini malakukan pemeriksaan seperti Laboratorium uji silang

mikroskopis dan memberikan pelayanan pemeriksaan isolasi,

identifikasi, uji kepekaan mycobacterium tuberculosis dari specimen

dahak. Laboratorium rujukan propinsi melakukan uji silang hasil

pemeriksaan mikroskopis laboratorium uji silang. Laboratorium rujukan

propinsi melakukan uji silang ke 2 jika terdapat kesenjangan antara hasil

peineriksaan mikroskopis laboratorium UPK dengan Laboratorium

rujukan uji silang.

d. Laboratorium rujukan regional

Laboratorium rujukan regional melakukan pemeriksaan kultur

identifikasi, dan DST Mycobacterium Tuberculosis dan MOTT dari dahak

dan bahan lain dan menjadi laboratorium rujukan untuk kultur dan DST

Mycobacterium Tuberculosis bagi laboratorium rujukan tingkat propinsi.

Laboratorium rujukan regional secara rutin mengirim tes uji propinsi

kepada laboratorium rujukan propinsi.9)

J. PetugasTuberculosis Paru

1. Pengertian Petugas Tuberculosis

Sumber daya manusia dalam program TB adalah tersedianya tenaga

palaksana yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang di

perlukan dalam pelaksanaan program TB, dengan jumlah yang memadai

pada tempat yang sesuai sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan

program TB nasional.

2. Kebutuhan tenaga
37

Kebutuhan minimal tenaga pelaksana program penanggulangan TB di

dalam suatu unit pelayanan kesehatan yang sudah terlatih adalah:

a. Puskesmas Rujukan Mikroskopis dan Puskesmas Pelaksana Mandiri

minimal membutuhkan tenaga pelaksana terlatih dokter, 1 perawat 1

petugas TB dan 1 tenaga laboratorium.

b. Puskesmas Satelit minimal membutuhkan tenaga pelaksana

terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 perawat / petugas TB, tenaga

laboratorium.

c. Puskesmas Pembantu minimal membutuhkan tenaga pelaksana terlatih

terdiri dari 1 perawat / petugas TB.

d. Rumah Sakit minimal tenaga terlatih 1 dokter, I perawat / petugas TB

dan I petugas laborat.

3. Peran petugas

a. Tugas dokter dan petugas TB di PPM / PRM.

1) Melakukan penemuan penderita TB paru dan mendiagnose

penderita.

2) Menyediakan OAT di puskesmas.

3) Mengobati penderita TB yang BTA positif dan memberi penyuluhan

kepada penderita.

4) Melacak penderita TB paru BTA positif yang tidak mau menjalani

pengobatan atau mangkir,

5) Mengisi formulirTB 01.

6) Mengisi formulir TB 02.

7) Mengisi formulir TB 06.

8) Mengisi formulir TB 09.


38

9) Mengisi formulir TB 10.6)

b. Tugas perawat / petugas TB, dokter puskesmas satelit:

1) Melakukan penjaringan suspek di klinik Puskesmas.

2) Mengisi formulir permohonan laboratorium tuberkulosis untuk

pemeriksaan dahak (TB 05).

3) Menyediakan OAT di puskesmas.

4) Mengobati penderita bila hasil pemeriksaan dahak dari Puskesmas

rujukan inikiokopis menunjukan BTA positif (TB 01) dan memberikan

penyuluhan kepada penderita.

5) Melakukan pelacakan penderita TB paru BTA positif yang mangkir.

6) Mengisi formulir rujukan atau TB 09.

7) Mengisi fornmlir tersangka penderita atau suspek yang di periksa

dahak SPS TB 06.

8) Mengisi kartu identitas penderita atau TB 02

9) Mengisi formulir hasil akhir pengobatan penderita TB pindahan atau

TB 10.6)

c. Peran petugas laborat di PPM / PRM dan Rumah Sakit.

1) Membuat preparat atau sediaan dahak dan tersangka penderita TB

paru dan memberikan penyaluhan.

2) Melakukan fiksasi slide dahak tersangka penderita TB paru.

Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl Neelsen caranya sebagai

berikut :

Letakan sediaan yang telah di fiksasi di rak dengan hapusan

menghadap keatas, teteskan carbol funhsin 0,3 % sampai menutupi

hapusan dahak, panaskan di atas api sepiritus sampai keluar uap


39

selama 3 -5 menit dan tidak boleh mendidih atau kering, bila kering

akan membentuk kristal kemudian diamkan sediaan selama 5 menit,

bilas sediaan dengan air yang mengalir pelan sampai zat warna yang

bebas hilang kemudian tetesi dengan asam alcohol 3% sampai

warna carbol funhsin hilang, bilas dengan air yang mengalir pelan

kemudian tetesi Methylen Bloe 0,3% sampai menutupi hapusan

sediaan lalu diamkan 10 – 20 detik kemudian bilas dengan air yang

mengalir dengan pelan pelan, keringkan sediaan di atas rak, di udara

terbuka jangan terkena sinar matahari langsung,

3) Memeriksa slide dahak tersangka penderita TB paru.

4) Membaca hasil pemeriksaan mikrokopis dahak tersangka penderita

TB paru.

Cari dulu lapang pandang dengan obvektif 10% kemudian teteskan

satu tetes minyak emersi di atas hapusan dahak kemudian perksa

dengan lensa okuler 10% dan obyektif 100% kemudian cari BTA

yang berbentuk batang berwarna merah. Periksa paling sedikit 100

lapang pandang. Sediaan yang sudah di periksa kemudian di rendam

di dalam lisol selama 10 - 15 menit lalu di simpan dalam kotak

sediaan.

5) Pembacaan hasil.

Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak di lakukan dengan

menggunakan skala IUATLD sebagai berikut, bila tidak di temukan

BTA dalam 100 lapang pandang di sebut negatif dan jika di temukan

10 - 99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1 +) jika hanya di

temukan 1 - 9 BTA dalam 100 lapang pandang di lulus jumlah kuman


40

yang di temukan, tetapi bila di temukan 1 - 10 BTA dalam 1 lapang

pandang di sebut ++ (2 +) minimal di baca 50 lapang pandang atau di

temukan lebih 10 BTA dalam 1 lapang pandang di sebut +++ (3 +)

minimal di baca 20 lapang pandang. Hasil bacaan harus di catat

dalam formulir TB 04 tiap catatan hasil pemeriksaan di beri nomor

regester laboratorium sesuai dengan tanggal pemeriksaan.

6) Penyimpanan sediaan untuk di cross check

Dalam menjaga mutu pemeriksaan dahak perlu di lakukan cross

check dan sediaan yang sudah di periksa. Semua sadiaan yang

selesai di periksa baik sediaan positif maupun negatif harus di

simpan dengan baik Sediaan BTA positif harus di simpan terpisah

dan sediaan yang BTA negatif. Setiap tri bulan petugas kabupaten /

kota saat melakukan supervisi akan mengambil 1 sediaan setiap

penderita BTA positif dan 1 dan 10 % sediaan penderita BTA negatif.

Sediaan ini di ambil secara acak untuk di cross click.9)

d. Peran petugas laborat di PS.

1) Membuat preparat atau sediaan dan dahak tersangka penderita

tuberkulosis paru, pewarnaan sediaan dengan metode Ziehi Neelsen.

2) Membuat fiksasi slide dahak tersangka penderita tuberkulosis paru.

3) Mengisi formulir permohonan laboratorium tuberkulosis untuk

pemeriksaan dahak (TB 05).

4) Mengirim hasil fiksasi slide dahak penderita ke puskesmas rujukan

mikrokopis seminggu sekali.

e. Ciri –ciri petugas Tuberkulosis Paru


41

1) Tingkat pendidikan, minimal lulusan pendidikan SPK.

2) Mendapat pelatihan tingkat propinsi minimal satu kali.

3) Mempunyai kepribadian yang menyenangkan dan bersahabat.

4) Mampu membina hubungan baik dengan penderita.

5) Menjadi pendengar yang baik penuh perhatian, empati, tanggap

terhadap masalah - masalah yang di sampaikan penderita dan mau

mencari jalan keluar dari masalah bersama penderita.

6) Melakukan pendekatan fasilitatif dan partisipatif.

K. Penyuluhan.

Untuk meningkatkan hasil penemuan penderita baru BTA positif (+)

dalam pelaksanaan program penanggulangan TB paru, terlebih dahulu kita

harus meningkatkan penemuan suspek, untuk itu petugas TB paru perlu

melakukan penyuluhan aktif ke masyarakat karena penyuluhan aktif

merupakan salah satu kegiatan yang mendukung panjaringan suspek TB paru

strategi DOTS yang di laksanakan secara langsung maupun tidak langsung

baik perorangan, kelompok, ataupun massa. Tempat pelaksanaan

penyuluhan dapat di lakukan di rumah, di puskesmas, posyandu dan lain - lain

sesuai kesempatan yang ada.7)

Data Dinas kesehatan Kabupaten Grobogan selama tahun 2003 -

2007 belum pernah memberikan pelatihan khusus tentang penyuluhan aktif

kepada petugas TB paru. Dalam program penanggulangan TB paru

penyuluhan langsung perorangan sangat penting artinya untuk keberhasilan

pengobatam Penyuluhan ini di tujukan kepada suspek, penderita, keluarga,

supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh.


42

Penyuluhan tidak langsung di lakukan untuk dapat menjangkau masyarakat

yang lebih luas untuk mangubah persepsi masyarakat tentang TBC dan suatu

penyakit yang tidak dapat di sembuhkan menjadi suatu penyakit yang

berbahaya dan dapat di sembuhkan.”11)

Penyuluhan langsung juga dapat di laksanakan oleh semua tenaga

kesehatan. para kader, dan pengawas menelan obat (PMO). Sedangkan

penyuluhan kelompok, massa dan penyuluhan tidak langsung dengan media

massa selain di lakukan oleh petugas kesehatan juga di lakukan oleh para

mitra dan berbagai sektor termasuk dengan media massa ? Bila penyuluhan

ini berhasil akan meningkatkan penemuan penderita secara pasif. Untuk itu di

dalam penyampaian pesan TB paru ini perlu memperhitungkan kesiapan dan

unit pelayanan kesehatan. Hal ini perlu di perhitungkan agar tidak

mengecewakan masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan.

Penyuluhan massa yang tidak di barengi dengan kesiapan unit pelayanan

kesehatan akan menjadi bumerang atau counter productive terhadap

keberhasilan penanggulangan.11)

1. Arti penyuluhan.

Penyuluhan adalah penyampaian suatu pesan kepada seseorang,

kelompok. ataupun massa. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang di

laksanakan agar individu, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat. tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

di lakukannya baik secara peorangan, maupun kelompok dengan meminta

pertolongan bila perlu.22)

Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dan promosi

kesehatan adalah rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip - prinsip


43

belajar untuk mencapai suatu keadaan di mana individu, kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara

memelihara. melindungi dan meningkatkan kesehatanya. Penyuluhan TBC

perlu di lakukan karena masalah TBC banyak berkaitan dengan masalah

pengetahuan dan perilaku masyarakat.

2. Tujuan penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah untuk tercapainya suatu perubahan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.

3. Bentuk Penyuluhan

Penyuluhan TB paru dapat di laksanakan dengan menyampaikan pesan

baik langsung maupun tidak langsung dengan cara aktif atau pasif.23)

a. Menurut cara pelaksanaan,bentuk penyuluhan dibagi :

1) Penyuluhan langsung

Adalah penyuluhan yang di lakukan secara langsung antara sumber

dan sasaran tanpa menggunakan media. Contoh: Penyuluhan antar

petugas TB di Puskesmas atau di Rumah Sakit dengan penderita TB

atau keluarga TB Iangsung berhadap - hadapan baik secara

peorangan ataupun kelompok. Penyuluhan langsung perorangan

lebih besar keberhasilanva di banding dengan cara penyuluhan

melalui media. Dalam penyuluhan perorangan yang penting dan

harus diperhatikan adalah membina hubungan baik antara petugas

dengan penderita.

2) Penyuluhan tidak langsung


44

Penyuluhan tidak langsung adalah penyuluhan yang di lakukan

dengan menggunakan media. Contoh menempel poster, leaflets di

dinding Puskesmas.

3) Penyuluhan aktif

Adalah suatu kegiatan secara sistimatis dalam menyampaikan pesan

baik dengan cara mengumpulkan maupun mendatangi sasaran.

4) Penyuluhan pasif

Adalah suatu kegiatan secara sistimatis dan sumber menunggu

sasaran dalam menyampaikan pesan.

b. Menurut jumlah sasaran penyuluhan ada 3:

1) Penyuluhan perorangan.

Penyuluhan perorangan adalah Penjelasan yang di berikan secara

perorangan bisa di lakukan dengan mengunjungi yang bersangkutan

di jalan, sawah, di rumah di waktu yang bersangkutan istirahat.

2) Penyuluhan kelompok.

Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang di laksanakan pada

sekelompok orang dan jumlah orangnya dapat dihitung dan dikenal

(15 - 30 orang). Penyuluhan kelompok dapat di lakukan dengan

sengaja mengumpulkan orang, menyelipkan pesan pada pertemuan

pertemuan yang sudah ada seperti pertemuan desa, arisan,

pengajian ibu atau bapak, dan pertemuan PKK.

3) Penyuluhan massa.

Penyuluhan massa adalah menyampaikan pesan kepada massa atau

pesan di sampaikan kepada banyak orang yang jumlahnya tidak

terhitung. Penyuhihan massa dapat di lakukan dengan cara


45

memasang poster, spanduk di tempat - tempat yang banyak di lalul

orang, menyelipkan pesan - pesan dalam tontonan hiburan yang di

gemari masyarakat yaitu wayang kulit, ketoprak, ludruk, tayub,

dangdut, dan pengajian umum juga dapat pesan di bawa keliling

desa, menyampaikan pesan lewat pengeras masjid. 24)

4. Teknik - teknik penyuluhan.

a. Teknik wawancara.

Wawancara merupakan salah satu teknik penyuluhan kesehatan

dengan jalan tanya jawab, di arahkan kepada pencapaian tujuan yang

telah di tantukan. Ciri khas wawancara adalah adanya pihak yang

bertanya (disebut interviewer) dan pihak yang di tanya (inteviewe).

b. Teknik caramah dan Tanya jawab.

Ceramah adalah salah satu cara penyuluhan kesehatan di mana kita

menerangkan atau menjelaskan dengan lisan di sertai dengan tanya

jawab dan diskusi dengan kelompok pendengar. Agar Iebih efektif

ceramah hams di sertai dengan menggunakan media seperti papan

tulis, gambar atau tulisan - tulisan yang dicetak.

c. Teknik pameran.

Pameran adalah penyajian koleksi atau kumpulan bahan / material

misalnya : obat, pot sputum.

d. Teknik demonstrasi.

Demontrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang di

persiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara


46

menjalankan suatu tindakan atau adegan dengan menggunakan

prosedur.22)

e. Teknik musyawarah kelompok.

Musyawarah kelompok adalah cara bertukar pikiran dan bertanya jawab

dan ini tidak dengan berpidato atau berceramah.24)

5. Standart Operational Procedure/Prosedur Pelaksanaan Penyuluhan

Penyakit TBC

a. Pengertian

Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak

pemberi pesan/sumber informasi kepada pihak lain/penerima pesan

dengan cara tertentu.

b. Tujuan

1) Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TBC.

2) Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat

dalampenanggulangan TBC.

c. Prosedur

1) Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan

kemampuandan sumber daya yang ada, meliputi : menentukan

tujuan penyuluhan, menentukan sasaran penyuluhan (Toma,

Masyarakat umum, Kader Posyandu, Penderita, Keluatga penderita

atau PMO ), menentukan tempat penyuluhan (di Unit Pelayanan

Kesehatan ataudi Luar Unit Pelayanan Kesehatan), menentukan

waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat, sasaran

dan pelaksanaan penyuluhan, menentukan metode penyuluhan

(ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan,


47

apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau

mayarakat/massa, alat bantu/media yang digunakan ( media cetak

seperti poster, lembar balik atau media elektronik seperti pemutaran

film ), menentukan biaya yang digunakan dan materi penyuluhan

sesuai dengan tujuan penyuluhan dan sasaran.

2) Pelaksanaan penyuluhan

a) Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK dengan cara

penyuluhan langsung perorangan (kepada penderita TBC,

keluarga penderita atau PMO), penyuluhan langsung kelompok

(sasarannya kelompok penderita bersama keluarganya dan PMO)

dan penyuluhan tidak langsung seperti menepelkan poster dan

brosur TB.

b) Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK dengan cara

penyuluhan perorangan dirumah penderita dan penyuluhan

kelompok di posyandu.

L. Sarana / Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang

keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,

karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang

dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan

rencana. Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis

peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat

utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka

kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.


48

Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa

sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan

dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan

pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk

mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian di atas,

maka sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai

berikut :Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat

menghemat waktu, meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa. Hasil

kerja lebih berkualitas dan terjamin. Lebih memudahkan/sederhana dalam

gerak para pengguna/pelaku, metepatan susunan stabilitas pekerja lebih

terjamin, menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang

berkepentingan, menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang

berkepentingan yang mempergunakannya. Untuk lebih jelasnya mengenai

sarana dan prasarana yang dimaksud di atas berikut ini akan diuraikan istilah

sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut Moenir

( 2000 ) membagi sarana dan prasarana sebagai berikut : Peralatan kerja,

yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi untuk

menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang yang berlainan

fungsi dan gunanya. Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang

berfungsi sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi,

mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan dalam

pekerjaan. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang

berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya mesin

ketik, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, dan mesin pembangkit

tenaga, sepeda motor, mobil kantor dan lain sebagainya.


49

Yang dimaksud media penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan.

Di sebut media penyuluhan karena alat - alat tersebut merupakan alat saluran

(chanel) untuk menyampaikan pesan, karena alat - alat terserbut untuk

mempermudah penerimaan pesan - pesan bagi klien atau masyarakat.

Alat peraga merupakan salah satu sarana penunjang yang penting

dalam rangka melakukan kegiatan - kegiatan penyuluhan kesehatan. Alat

peraga membantu penyuluhan agar pesan - pesan yang di sampaikan dapat

lebih jelas dari masyarakat dapat menerima pesan tersebut dengan mudah

dan melaksanakannya dengan tepat pula.

1. Manfaat alat peraga.

Manfaat dari alat peraga adalah untuk menimbulkan minat kelompok

sasaran, membantu mengerti lebih baik dan mengingat lebih baik,

membantu kelompok sasaran untuk menambah atau membina sikap yang

baru, merangsang kelompok sasaran untuk melaksanakan apa yang di

kerjakan, dapat membantu mengatasi hambatan bahasa dan belajar lebih

banyak, juga lebih tepat dan dapat mencapai sasaran lebih banyak.

2. Tujuan penggunaan alat peraga.

Adalah sebagai alat bantu dalam latihan, membantu menimbulkan

perhatian terhadap masalah dan untuk mengingatkan suatu pesan /

informasi. Untuk menjelaskan fakta - fakta, prosedur dan tindakan.

3. Alat peraga pada dasarnya ada dua.

a. Alat peraga yang rumit seperti : alat bantu lihat ( visual aids ) seperti

alat yang di proyeksikan misalnya slide dan film, alat yang tidak di

proyeksikan misalnya gambar dua dimensi seperti: pita. bagan, dan

gambar tiga dimensi seperti boneka, bola dunia dan poster. , alat bantu
50

dengar (audio aids) seperti: radio, pita suara dan alat bantu lihat dengar

seperti televisi dan vidio kasset.

b. Alat peraga yang sederhana.

Alat peraga sederhana dapat di buat sendiri atau dengan bantuan orang

lain / warga setempat. Bahan - bahanya juga terdapat di sekitar kita

seperti: kertas, kayu. bambu, karton, bekas kalender dan sebagainya.

4. Ciri alat peraga sederhana:

a. Pembuatanya murah, dan bahan setempat dan memenuhi kebutuhan

petugas dan masyarakat.

b. Mencerminkan kehidupan dan kebiasaan setempat.

c. Menggunakan bahasa dan gambar yang mudah di mengerti oleh

masyarakat setempat.

d. Alat peraga yang di gunakan di rumah:

e. Flash card, model, leaflets, buku cerita bergambar, dan benda nyata

(penderta / orang).

f. Alat peraga yang di gunakan di masyarakat: poster, leaflets, flannel

graph, boneka / wayang, flip chart.25)

5. Fungsi media

Media berdasarkan fungsinya ada 3 macam yaitu:

a. Media cetak.

Media cetak sebagai alat - alat untuk menyampaikan pesan - pesan

sangat berfariasi antara lain booklet, leaflet, flyer atau selebaran, flip

chart, poster dan foto;


51

b. Media elektronik.

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan - pesan

atau informasi - informasi dan jenisnya berbeda - beda seperti televisi,

radio, video, slide dan film

c. Media papan bill board.

Media papan (bill boart) yang di pasang di tempat - tempat umum. Dapat

di isi dengan pesan pesan atau informasi – informasi. 23)

6. Tahap dan pelaksanaan penyuluhan.

Kegiatan yang di laksanakan dapat berupa kegiatan menciptakan situasi

maupun kegiatan komunkasi baik Iangsung maupun tidak langsung. Di

dalam menciptakan situasi ini dalam penyuluhan kesehatan memberi

contoh yang baik dan benar serta keteladanan dalam menjalani hidup

sehat, lebih memberi hasil dan pada berbicara atau berceramah panjang

lebar tentang hidup sehat.

Adapun tahap tahap pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan.

1) Persiapan tenaga.

Setelah di tentukan masalah yang ada kemudian kita memilih tenaga

kesehatan yang mempunyai pengetauan sesuai dengan masalah

tersebut.

2) Persiapan pelaksanaanya.

a) Didalam pelaksanaan kita perlu mempersiapkan sarana, tenaga,

dan metoda penyuluhan yang akan di laksanakan.

b) Persiapan pendekatan kader / pemuka masyarakat.


52

c) Sebelum malakukan latihan para tenaga kesehatan sebagai

petugas penyuluhan, petugas puskesmas perlu pendekatan

kepada kader / tokoh masyarakat untuk menjelaskan apa

tujuanya, bantuan apa yang kita butuhkan.

b. Tahap penjajakan dan pengenalan masyarakat.

1) Pertemuan desa / dukuh.

Sebelum pertemuan ini di lakukan kader melaksanakan CSS

(community self survey) atau SMD (survey mawas diri) untuk

menemukan masalah yang di daerah stut ini. Pertemuan ini di hadiri

kepala desa/ dukuh, PKK, kader, dan petugas kesehatan. Di dalam

pertemuan inilah petugas yang nialakukan penjajakan bertukar

pendapat dengan masyarakat tentang masalah, hambatan, can

mananggulangi dan sarana apa yang ada di masyarakat.

2) Kunjungan rumah.

Selain pertemuan desa kunjungan rumah juga cara juga untuk

penjajagan dan pengenalan masyarakat. Kunjungan rumah di

lakukan setelah desa untuk mendapatkan informasi yang lebih murni

dari pertemuan masyarakat yang mungkin di dalam pertemuan segan

untuk mengutarakan.

3) Dialog dengan pemuka masyarakat.

Dialog dengan pemuka masyarakat merupakan salah satu dan

penjajagan dan pengenalan pada masyarakat.


53

c. Tahap pengembangan rancangan pesan.

Di dalam tahap ini pesan yang akan di sampaikan di susun berdasarkan

data yang di peroleh dalam tahap penjajagan dan pengenalan

masyarakat.

1) Tahap uji coba.

Sebelum di sebarluaskan pesan yang akan di sampaikan di lakukan

uji coba (pre test) terlebih dahulu kepada keluarga yang di pilih

secara acak untuk mengetahu apakah pesan, maksud, dan media

yang kita gunakan apakah sudah sama dengan kita.

2) Tahap penyebaran pesan.

Setelah di uji coba baru pesan di susun dan di buat dalam jumlah

besar untuk di pergunakan penyuluhan.23)

d. Penilaian / evaluasi.

Penilaian ini di lakukan secara menyeluruh terhadap pengaruh (impak)

dan pesan - pesan yang kita sampaikan dan ini di lakukan 6 bulan

setelah melaksanakan penyuluhan. Dan hasil ini dapat di ketahui

apakah pesan sudah tepat, masih bisa di teruskan, ataukah perlu

penyesuaian. Untuk keperluan evaluasi penyuluhan kita memandang

penyuluhan kesehatan sebagai sistem yang terdiri dari :

1. Masukan (input)

Dalam masukan ini terdiri dari teknologi, sumberdaya, baik tenaga

maupun biaya, fasilitas dan management.

2. Proses.

Di dalam proses ini mencakup apakah kegiatan - kegiatan sudah di

laksanakan sesuai dengan rencana, cakupannya, petugasnya


54

apakah bersih dan berperilaku sehat, kegiatan tersebut bisa di terima

oleh sasaran.

3. Luaran (output).

Yang termasuk di sini adalab pengertian. sikap, dan norma dan

individu keluarga dan petugas kesehatan.

4. Outcome.

Di sini di evaluasi adalah perilaku sehat dari individu. keluarga dan

juga petugas.

Dampak terdiri dari status kesehatan individu, keluarga dan petugas

kesehatan. 23)

Hal - hal yang penting dalam melaksanakan penyuluhan, petugas

program penanggulangan TB paru, perlu memberikan penyuluhan

kepada suspek penderita TB baik secara perorangan maupun

kelompok atau, massa tentang hal - hal sebagai berikut, apa itu TB,

riwayat pengobatan sebelumnya. bagaimana cara pengobatan TB,

pentingnya pengawasan langsung menelan obat (PMO) dan

bagaimana penularan TB.11)

M. Pendidikan dan Pelatihan

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan

itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah

yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu. 26)
55

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan

yang di aplikasikan pada bidang kesehatan.26)

2. Pelatihan.

Pelatihan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia. Peningkatan kualitas tenaga dalam hal pengetauan, sikap, dan

ketrampilan untuk pengelolaan program TB adalah penting. Karena

terbatasnya tenaga.

Pelatihan merupakan salah sam upaya peningkatan pengetahuan, sikap

dan ketrampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja

petugas. Pelatihan dalam program TB di selenggarakan sekali dalam

setahun.

Macam - macam pelatihan;

a. Pelatihan sebelum tugas (pre service training).

b. Pelatihan dalam tugas (in service training).

c. Pelatihan dasar program TB (initial training in besic DOTS

implementation), yaitu:

1) Pelatihan penuh artinya seluruh materi di berikan.

2) Pelatihan ulangan (retraining) yaitu pelatihan formal yang di lakukan

terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan tetapi masih banyak

di temukan masalah di kinerjanya dan tidak cukup di lakukan hanya

dengan superisi.

3) Pelatihan penyegaran yaitu pelatihan formal yang di lakukan

terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya minimal

5 tahun atau ada up date materi.


56

4) On the job training (pelatihan di tempat tugas / refresher) yaitu sudah

mengikuti pelatihan tetapi masih di temukan masalah dalam

kinerjanya.

5) Pelatihan lanjutan (continued training / advanced traiing)yaitu

pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan program

yang lebih tinggi.

N. Masa kerja.

Masa kerja biasa dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dan

diasumsikan bahwa semakin lama seseorang bekerja pengalaman kerjanya

semakin luas/banyak.Faktor-faktor yang mempengaruhi masa kerja

diantaranya tingkat kepuasan kerja, stress lingkungan kerja, pengembangan

karir dan kompensasi hasil kerja. Masa kerja juga berkaitan erat dengan

pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam menjalankan tugas

Penggolongan masa kerja dibagi menjadi antara lain:

1. Pengalaman : banyaknya pengalaman pegawai sering kali di gunakan

sebagai salah satu syarat untuk promosi karena dengan pengalanian yang

lebih banyak di harapkan ke.mampuanya lebih inggi. gagasanya lebih

banyak dan sebagainya.

2. Senioritas: seseorang dapat menduduki jabatan tertentu apabila telah

bekerja secara terus menerus dalam perusahaan atau organisasi tersebut

minimal delapan tahun (8 tahun). Tetapi ada juga perusahaan atau

organisasi yang mencantumkan syarat senioritas, bahasa syarat minimal

telah bekerja bukan delapan tahun (8 tahun) tetapi hanya lima tahun (5

tahun). Meskipun senioritas tidak menjamin sepenuhnya prestasi kerja


57

yang lebih baik, tetapi meninggalkan syarat senioritas akan menimbulkan

rasa iri hati di antara pegawai, apabila ada seorang yang belum lama

bekerja telah di promosikan.

O. Insentif

Insentif adalah perangsang atau pendorong yang diberikan dengan

sengaja kepada para petugas agar dalam diri mereka timbul semangat yang

lebih besar untuk berprestasi bagi organisasinya. Sistem reward yang

berkaitan langsung dengan prestasi kerja petugas yaitu upah, gaji dan

komponen yang bersifat tidak langsung harus mendapat perhatian yang wajar.

Insentif ada 2 macam yaitu insentif negatif dan insentif positif.Insentif

negatif diberikan dengan cara paksaan sehingga menimbulkan ketakutan, ini

bukan cara baik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Insentif positif

adalah bentuk yang berwujud suatu penghargaan yang dengan sengaja

diberikan sebagai balas jasa untuk usaha tambahan akan hasil istimewa yang

dicapai seseorang.

Kurangnya insentif yang diterima selalu menjadi pembicaraan

petugas TB dan bukan tidak mungkin menjadi salah satu factor

kurangnya motivasi kerja. Usaha pemecahan masalah adalah

pembagian insentif secara lebih baik dan merata. (19)

Menurut Heidrachman dan Husnan pengupahan insentif

dimaksudkan untuk memberikan upah yang berbeda karena prestasi

kerja yang berbeda. Pelaksanaan model insentif ini untuk meningkatkan

produktivitas petugas
58

Dessler menyatakan bahwa tujuan dasar pemberian upah insentif ini

untuk memotivasi timbulnya prestasi yang baik dengan mengaitkan prestasi

dan ganjaran.

Yulk Gary mengatakan bahwa memberikan pengakuan melibatkan

memberikan pujian dan memperlihatkan apresiasi kepada orang lain atas

kinerja yang efektif, keberhasilan yang signifikan, dan kontribusi yang penting

bagi organisasi. Walaupun paling umum untuk memikirkan pengakuan

sebagai suatu yang diberikan oleh manajer kepada bawahan, praktek

manajerial ini juga digunakan terhadap rekan sejawat, atasan, dan orang-

orang di luar unit kerja. Tujuan utama pengakuan, khususnya saat digunakan

kepada bawahan adalah untuk

Memperkuat perilaku yang diinginkan dan komitmen kepada tugas.

Menurut Nawawi sebab pemberian insentif yang tidak memotivasi karyawan

adalah sebagai berikut : Nilai finansialnya terlalu rendah sehingga dianggap

kurang manfaat, Tidak dikaitkannya pemberian insentif ini dengan pekerjaan

yang dilakukan, Insentif yang diberikan tidak dibedakan berdasarkan prestasi

kerja, Insentif sebagai tunjangan tidak akan memotivasi, Ada beberapa

pertimbangan agar rencana pemberian insentif menjadi efektif : Pastikan agar

usaha yang dikerjakan dan insentif yang diberikan saling terkait, Buatlah

rencana pembagian insentif yang dapat dipahami dan mudah dihitung sendiri

oleh karyawan, Tetapkan standar yang efektif, Jaminlah agar standar itu

dipergunakan, Jaminlah satu tarif pokok per jam (khusus untuk personil

pabrik), Dapatkan dukungan dari karyawan sebelum rencana dimulai

Robbin menyatakan bahwa uang mungkin bukan satu-satunya

motivator, tetapi sukar untuk berargumentasi bahwa uang tidak


59

memotivasi.Agar uang memotivasi kinerja individu harus dipenuhi kondisi-

kondisi uang itu harus dianggap penting oleh individu tersebut, uang

dipersiapkan sebagai ganjaran langsung dari kinerja, jumlah uang yang

ditawarkan untuk kinerja itu dipersiapkan berarti oleh individu tersebut.

Menurut Dessler imbalan dalam bentuk uang dapat merusak intrinsik,

tetapi tidak berarti imbalan dalam bentuk uang tidak digunakan sama sekali.

Imbalan dalam bentuk uang akan lebih efektif bila diterapkan sebagai bagian

dari manajemen komprehensif seperti meningkatkan mutu dan produktivitas.

Handoko menyatakan bahwa bagi mayoritas karyawan uang masih

tetap merupakan motivator kuat bahkan paling kuat. Menurut Sculer uang

akan menimbulkan kepuasan motivasi apabila memenuhi kriteria adil,

pembayarannya wajar, pembayarannya transparan berdasar alat yang akurat

dan senantiasa diperbaharui.

Perusahaan-perusahaan meyakini bahwa sistem kompensasi pada

umumnya dan sistem insentif pada khususnya mempengaruhi kinerja. Para

karyawan akan termotivasi apabila insentif yang mereka terima dikaitkan

dengan kinerja yang mereka lakukan. Kompensasi insentif yang merupakan

bagian dari system kompensasi finansial adalah program yang mengaitkan

bayaran dengan produktivitas.Keunggulan utama dari pendekatan ini adalah

bahwa individu-individu melihat kinerja diberi imbalan.Penerapan program

insentif untuk pekerja-pekerja produksi relatif langsung kelihatan hasilnya.

Ketidakpuasan dapat terjadi jika standar-standar yang ditentukan tidak tepat,

karyawan-karyawan akan menyalahkan manager.

1. Insentif Finansial
60

Menurut Handoko sistem insentif menunjukkan hubungan yang

paling jelas antara kompensasi dan prestasi kerja. Sistem kompensasi

pada umumnya digunakan untuk menggambarkan rencana-rencana

pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung

dengan berbagai bentuk rencana insentif mengkaitkan upah dengan

produktivitas individual, rencana-rencana lain dengan produktivitas

kelompok dan rencana-rencana lain dengan produktivitas atau profitabilitas

organisasi keseluruhan. Para karyawan yang bekerja dibawah sistem

insentif finansial berarti prestasi kerja mereka menentukan secara

keseluruhan atau sebagian, penghasilan mereka.15 Rencana insentif

terutama cocok untuk penggunaan dengan karyawan operasi, seperti untuk

mereka yang melakukan pekerjaan produksi.

Rencana pekerjaan yang dibayar berdasarkan hasil kerja adalah

rencana insentif yang paling tua dan masih paling umum digunakan.

Pendapatan dikaitkan langsung pada apa yang dihasilkan pekerja, orang

itu dibayarkan tarif perpotong untuk masing-masing unit yang ia

produksikan. Tujuan sistem insentif pada hakekatnya adalah untuk

meningkatkan motivasi karyawan dalam berupaya mencapai tujuan

organisasi dengan menawarkan perangsang finansial dan melebihi upah

dan gaji dasar.5

Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi

kuat atau bahkan paling kuat. Rencana-rencana insentif bermaksud untuk

mengembangkan keinginan karyawan akan pendapatan finansial

tambahan dengan kebutuhan organisasi dan efisiensi produksi. Sistem

insentif ini sebenarnya lebih merupakan perluasan atau pelengkap proses


61

penentu upah. Disamping kebaikan-kebaikan dalam memotivasi karyawan

system insentif mempunyai banyak masalah.Administrasi sistem insentif

dapat sangat kompleks, seperti halnya sistem pengawasan lainnya,

standarstandar harus ditetapkan dan hasil-hasilnya diukur.Untuk banyak

pekerjaan, berbagai standar dan ukuran adalah sering tidak teliti/tepat atau

terlalu mahal untuk dikembangkan.Ini berarti bahwa sistem insentif bisa

menyebabkan ketidakadilan. Masalah lain adalah mungkin karyawan tidak

dapat mencapai standar karena faktor-faktor yang tidak terkendalikan

seperti penundaan-penundaan pekerjaan atau kerusakan - kerusakan

mesin. Dan akhirnya, sistem insentif cenderung hanya memusatkan pada

satu aspek (keluaran penjualan atau harga saham), kadang-kadang

mengabaikan berbagai dimensi lain (kualitas, pelayanan dan sasaran-

sasaran jangka panjang).

2. Insentif Jangka Pendek

Menurut Henderson insentif jangka pendek adalah tambahan

pembayaran kepada pekerja dalam tahun pengoperasian saat ini.Insentif

jangka pendek terdapat dalam beberapa bentuk, dapat merupakan

tambahan pembayaran upah, dalam jumlah yang terpisah yang diberikan

mingguan, bulanan, kwartalan, tahunan atau dapat diberikan karena

prestasi dari kegiatan atau hasil tertentu.Insentif jangka pendek adalah nilai

dari pembayaran premium dan diferensial untuk pekerjaan yang bekerja

dalam situasi-situasi yang tidak biasa, sampai pada bonus untuk

pencapaian semua jenis hasil-hasil yang diinginkan, sampai pada prestasi

tujuan organisasi tertentu (perolehan keuntungan, pengurangan biaya).


62

3. Insentif Jangka Pendek Tingkat Organisasi

Mungkin jenis program insentif yang paling mudah

diimplementasikan adalah memasukkannya semua orang dalam

organisasi. Karena berbagai alasan perusahaan-perusahaan harus

menghasilkan indikatorindikator pelaksanaan yang luas yang paling dapat

diinginkan untuk mendasarkan program insentif tingkat organisasi.Indikator

tersebut adalah keuntungan biaya, penjualan pendapatan pada investor,

pendapatan pada aset atau perubahan indikator-indikator ini dari tahun ke

tahun. Dengan menggunakan indikator ini dan keputusan-keputusan

dewan direksi/ pelaksana atas bonus dapat ditentukan dengan berbagai

formula untuk menentukan pembayaran aktual pada setiap partisipan.24

Selama bertahun-tahun, berbagai program perbaikan

produktifitas telah mengalokasikan pada peningkatan keuntungan

dan pengurangan biaya. Program-program ini memungkinkan bagi

para pekerja untuk mendapat bagian keuntungan dengan pengusaha

yang didapat dari peningkatan bagian keuntungan dan pengurangan

biaya baik dalam kesempatan dan tanggung jawab pembagian

keuntungan dan pengurangan biaya diterima luas dalam organisasi

dan jika setiap anggota mempunyai kesempatan mengurangi biaya,

seorang pengusaha dapat memenuhi hampir setiap tantangan

persaingan, setiap anggota akan mendapatkan jaminan pekerjaan

dan mendapat penghargaan yang tinggi atas upah kerja yang

dilakukan.
63

P. Dukungan

1. Pengertian Dukungan :

Dukungan adalah suatu kondisi dimana seseorang diberi dorongan

sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis. Termasuk

didalamnya kesadaran dari keberadaan yang baik dan kepuasan dari affec

hunger (senang akan keinginan besar).

2. Bentuk-bentuk dukungan

Dukungan dibagi dalam 5 bentuk :

a. Dukungan Instrumental :

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

mengurang stress karena individu dapat langsung memecahkan

masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental

sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih

muda.

b. Dukungan Informasional : Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian

informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.

Jenis informasi seperti dapat menolong individu dapat mengenali dan

mengatasi masalah dengan lebih muda

c. Dukungan Emosional : Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki

perasaan nyaman, rajin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan

sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan

ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak

dapat dikontrol.
64

d. Dukungan pada harga diri : Bentuk dukungan ini berupa penghargaan

positif pada individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.

e. Dukungan dari kelompok : Bentuk dukungan ini akan membuat individu

merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat

dan aktifitas dengannya.

3. Dukungan Pimpinan adalah :

Seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya,

mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam

mencapai tujuan. Sebagai seorang pemimpin, sehari-hari dalam bekerja

menggunakan proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditentukan.Seorang pimpinan harus memiliki ketrampilan

kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan.Melihat definisi

diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan pimpinan adalah

kebijakan yang diberikan oleh pimpinan terhadap bawahannya dalam

melaksanakan tugas

Berdasarkan uraian diatas dapat ditari kesimpulan bahwa dukungan

pimpinan sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan,

dalam hal ini dukungan Kepala Puskesmas terhadap petugas P2TB Paru

dalam penemuan dini TB Paru secara aktif(15,16)

4. Dukungan teman sesama pelaksana program penanggulangan TB.

Kerjasama pada hakekatnya adalah landasan utama dalam

kehidupan organisasi karena manusia adalah makhluk sosial hidup dalam

masyarakat. Hampir setiap organisasi mempunyai kelompok - kelompok

kerja yang di sebut sebagai tim.


65

Menurut Kazenbach dan Smith mendefinisikan tim sebagai

sekelompok kecil orang dengan ketrampilan yang saling melengkapi yang

berkomitmen untuk maksud bersama (common purpuse), menghasilkan

tujuan - tujuan, dan pendekatan bersama di mana mereka mengikatkan diri

dalam kebersamaan tanggung jawab (mutually accountable). Kelompok

kecil adalah jumlah anggota antara 2 hingga 25 orang.

a. Manfaat tim. Yaitu :

1) Ketua tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif

2) Ketua tim mampu menyesuaikan gaya kepemimpinanya, dengan

lebih memperhatikan kepentingan dan tanggung jawab kelompok di

banding kepentingan pribadi.

3) Terdapat appresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim terhadap

kebutuhan anggota tim dan bagian - bagian dalam tim.

4) Pimpinan tim memiliki inisiatif untuk lebih memahani prakarsa

anggotanya.

b. Peran anggota pada kelompok. Yaitu

1) Memberi informasi kelompok.

2) Memberi ide, gagasan - gagasan pada kelompok.

3) Memberikan ketrampilan yangdi miliki pada kelompok.

4) Menjadi pengawas kelompok.

5) Menjadi fasilitator pada kelompok.

6) Sebagai pencatat kelompok.

c. Kerja tim. Yaitu

1) Pelaksanaan kerja tim berdasarkan tujuan bersama, rencana dan

masalah kelompok.
66

2) Kerja tim biasanya di mulai dari sumbangan pada anggota agar

anggota merasa ikut memiliki. Kerja kelompok menggunakan tata

kerja demokratis untuk menyelesaikan konflik, menyalurkan pendapat

dan menentukan keputusan.

3) Mengevaluasi kelompok melalui evaluasi kelompok dan evaluasi diri.

5. Dukungan Tokoh Masyarakat (Kepala Desa)

Dukungan tokoh masyarakat (kepala desa, kyai) kepada kader kesehatan

sangat penting,hal ini disebabkan karena tokoh masyarakat tersebut

merupakan tokoh yang paling disegani dan yang paling berpengaruh di

wilayah tersebut.Dukungan dan anjuran dari tokoh masyarakat merupakan

salah satu bentuk motivasi dan semangat bagi kader kesehatan dalam

menjalankan tugasnya dalam kegiatan posyandu.

Bentuk dukungan yang diberikan oleh tokoh masyarakat terhadap kegiatan

posyandu adalah :

a. Dukungan tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan penyuluhan

kesehatan :

1) Membantu mengumumkan kepada masyarakat tentang adanya

kegiatan posyandu melalui tanda kentongan, pengeras suara dari

masjid dan mushola.

2) Membantu menyediakan tempat pelaksanaan posyandu yang

biasanya di rumah kepala desa atau kepala dusun setempat

3) Membantu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di

posyandu

4) Membantu menyediakan pemberian makanan tambahan (PMT)

kepada balita. 11
67

b. Dukungan tokoh masyarakat terhadap individu kader kesehatan :

1) Pemberian kemudahan kepada keder posyandu dan keluarganya

pada saat pembuatan surat-surat penting di desa

2) Pemberian seragam kepada kader kesehatan

3) Pemberian transport pada saat mengikuti rapat untuk kepentingan

posyandu

4) Pemberian tunjangan hari raya (THR) kepada keder posyandu pada

saat hari raya idul fitri

5) Mengadakan rekreasi dengan kader kesehatan setiap 2 tahun sekali

6) Membantu pinjaman uang kepada kader kesehatan pada saat

kesulitan keuangan 11

c. Dukungan Dari Petugas Kesehatan

Bentuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap

kegiatan posyandu adalah :

1) Dukungan petugas kesehatan terhadap pelaksanaan penyuluhan dan

posyandu :

2) Memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat

3) Memberikan imunisasi pada bayi dan wus

4) Menyediakan mobil ambulan untuk merujuk pasien

5) Menyediakan leaflet atau buku materi penyuluhan kesehatan

6) Membantu membuat rencana tindak lanjut kegiatan posyandu

d. Dukungan petugas kesehatan terhadap individu kader kesehatan

1) Selalu datang tepat waktu

2) Pemberian pelatihan kepada kader kesehatan


68

3) Pemberian pengobatan rawat jalan gratis di posyandu kepada kader

kesehatan dan keluarganya

4) Pemberian seragam

6. DukunganKader kesehatan/posyandu

a. Pengertian Kader kesehatan/posyandu

Kader kesehatan adalah warga masyarakat yang terlibat dalam seksi 7

dan seksi 10 LKMD (Tim Penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja

IV yang membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam

kegiatan Posyandu. Kader gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja

secara sukarela dan mampu melaksanakan upaya peningkatan gizi

keluarga (UPGK) serta mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut

serta dalam kegiatan UPGK.

b. Tujuan Pembentukan Kader kesehatan/posyandu

Menurut Santoso Karo-karo, kader yang dinamis dengan pendidikan

rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal

yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya

meliputi :

1) Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan

terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan

sederhana dan lain-lain.

2) Penimbangan dan penyuluhan gizi

3) Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan

vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan

dalam upaya menamakan NKKBS


69

4) Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan

lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.

5) Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.

c. Persyaratan Menjadi Kader

1) Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia (minimal lulus SD)

2) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

3) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang

bersangkutan

4) Aktif dalam kegiatan-kegiatan social maupun pembangunan desanya

5) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat

calon kader lainnya dan berwibawa

6) Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan

kesehatan lingkungan

7) Diutamakan telah mengikuti KPD (Kelompok Perawatan Dini) atau

mempunyai ketrampilan

Q. Pengetahuan.

Pengetahuanadalah sesuatu yang penting tetapi biasanya bukan

merupakan factor yang sesuai dalam perubahan perilaku individual atau

kelompok. Dan yang serupa dapat di tunjukan untuk setiap faktor yang lain di

katagorikan kecenderungan. Perubahan pada kepedulian atau pengetahuan

seperti perubahan lain pada sistem yang komplek dan faktor kecenderungan

juga membawa beberapa perubahan di area lain karena keinginan manusia

akan konsistensi. Perilaku mungkin tidak berubah dalam waktu yang cepat

dalam lnenanggapi kepedulian atau pengetahuan yang baru tetapi pengaruh


70

yang terakumulasi dan meningkatnya kepedulian, meningkatnya pemahaman,

dan pengenalan fakta - fakta pengaruh dan sistem kepercayaan, nilai, sikap,

dan tujuan dan kepercayaan diri.

Pengetahuan seseorang biasanya di peroleh dan pengalaman yang

herasal dan bermacam sumber, misalnya midia masa, media elektronik, buku

petunjuk, penyuluhan petugas kesehatan. poster, pergaulan dan sebagainva.

Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang

dapat berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Notoatmojo (1993) mengatakan

bahwa pengetahuan merupkan elfa dan akibat proses pengindraan terhadap

suatu obyek. Pengimfraan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan

dan pendengaran. Pengukuran atau pengetahuan pada umumnya di lakukan

melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang

ingin di ukur dan responden.31)

R. Perilaku.

1. Pengertian Perilaku

a. Adalah sebuah hasil serangkaian inti sugesti yang sudah di definisi

ulang selama bertahun - tahun. Inti sugesti yang asli adalah persepsi

yang berdaarkan individu tenang.27) Perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleki dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, minat, mutivasi, persepsi sikap, dan sebagainya.

b. Notoadmojo menyatakan perilaku secara operasional menjadi tiga

kelompok yaitu perilaku dalam wujud pengetahuan artinya individu

mengetahui adanya stimulus atau stimulus dan luar dininya, perilaku

dalam wujut sikap artinya tanggapan hatin terhadap situasi atau


71

stimulus, perilaku dalam wujut praktek artinya tindakan nyata terhadap

situasi atau stimulus.31)

c. Perilaku jika di pandang dan segi biologis adalah suatu kegiatan atau

aktifitas dan manusia. Perilaku marlusia merupakan hasil dan suatu

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujut

dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan findakan. Dengan kata lain

perilaku merupakan respon / reaksi seseorang individu terhadap

stimulus berasal daxi luar atau dan dalam dirinya)

d. Skinner menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara

perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon),dan menurut Bloom

perilaku seseorang terdiri dari tiga ranah atau domain yang penting

yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor4

2. Ranah (Domain) Perilaku

Menurut Bloom, perilaku seseorang terdiri dari tiga domain

(ranah/kawasan) penting yaitu ranah Kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap dan

psikomotor diukur melalui tindakan (praktek) yang dilakukan.40

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera

penglihatan, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.27

b. Sikap
72

Sikap merupakan reaksi tertutup dari seseorang yang tidak dapat dilihat

secara langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku

yang nampak. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam keadaan sehari-

hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial.40

Tahun 1872 Charles Darwin melalui studinya tentang sikap terhadap

perilaku mendefinisikan sikap sebagai sumber ekspresi physical dan

emosi. Tahun 1930 ahli psikologi mengatakan sikap sebagai sumber

cmos! atau pikiran dengan komponen perilaku, dimana perilaku tersebut

bisa verbal / lisan atau non verbal / seperti bahasa tubuh.

Menurut Gordon Ailport 1935 dalam konsep sikap dan perilaku adalah

multidimensional dan pada uni dimensional. Sistem multidimensional

sikap terdini dan kepercayaan tentang obyek sikap, perasaan sikap, dan

kecenderungan terhadap obyek.

c. Psikomotor (praktik atau tindakan)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalan suatu tindakan (overt

behavior).41 Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan yang nyata

(praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan,

antara lain adanya fasilitas. Praktik ini dibentuk setelah seseorang

mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan penilaian atau

pendapat terhadap suatu apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik).41

3. Cara perubahan perilaku


73

Menurut Keilman ada 3 cara perubahan periaku, yaitu: Faktor

pertama karena terpaksa. Karena sifatnya terpaksa individu merubah

perilakunya semata-mata hanya mengharapkan suatu imbalan, pengakuan

dari kelompoknya, terhindar dari hukuman dan tetap terpelihanranya

hubungan baik. Faktor ke dua karena ingin meniru (identifikasi) dan faktor

kesadaran. Faktor perubahan akan kesadaran inilah yang biasanya lestari

dan benar - benar merupakan bagian dan hidupnya. Peruhahan seperti ini

yang di harapkan akan dicapai melalui penyuluhan.30)

S. Teori Perubahan Perilaku L. Green.

Terdapat banyak teori yang membahas tentang perubahan

perilaku,karena penelitian ini membahas tentang perubahan perilaku maka

peneliti menggunakan teori Precede-Proceed model dari L. Green. Menurut

The Precede-Proceed Model yang dikemukakan oleh L. Green menyatakan,

untuk membuat perencanaan pendidikan kesehatan masyarakat harus dimulai

dari out come (kualitas hidup) dan kemudian menelusuri dengan

mencari/mendiagnosa faktor-faktor penting yang menyebabkan terjadinya

masalah. L. Green mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang yaitu:

1. Faktor Predisposing memeliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan

persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk

bertindak. Dalam arti umum kita dapat mengatakan faktor predisposig

sebagai preverensi pribadi yang di bawa seseorang atau kelompok ke

dalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau

menghambat perilaku sehat. Temasuk dalam faktor predisposing adalah


74

faktor demografis seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan

pelatihan.

2. Faktor pemungkin / enabling meliputi sumberdaya yang perlu untuk

melakukan perilaku kesehatan. Ketersediaan SDM kesehatan meliputi:

Keterjangkauan sumber daya kesehatan, Prioritas dan komitmen

masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan, Ketrampilan berkaitan

dengan kesehatan

3. Faktor penguat / reinforcing yang meliputi: Keluarga , Teman sebaya, Guru

dan Majikan.

Penulis menggunakan pendekatan teori Green dengan asumsi bahwa

pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi

dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan

observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris

tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila

seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan

gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.

Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan

sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.


75

iagram teori L.Green dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Diagram teori L.Green


76

T. Kerangka Teori

Predisposing :
Pengetahuan
Kebiasaan
Kepercayaan
Nilai sosial

Enabling :
Praktik penyuluhan aktif petugas TB Paru
Pendidikan
Pendidikan Kesehatan
Status sosial
Pekerjaan
Sumber daya

Reinforcing :
Perilaku
(dari orang lain, kesehatan, tokoh masyarakat, dll)

Gambar. 2.3. Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai