Kasus terkonfirmasi posisitf Covid-19 terus meningkat setiap hari, dan jumlah pasien yang
harus dilakukan rawat inap di rumah sakit juga terus bertambah bahkan tingkat hunian atau
BOR hampir mencapai tingkat maksimal. Penyakit Covid-19 ini telah merenggut banyak
nyawa di dunia karena hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk
menyembuhkan penyakit ini, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang berlebih pada
penderita sehingga memberikan dampak terhadap gangguan kualitas tidurnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien covid-19 di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Demak. Rancangan penelitian ini adalah
studi deskriptif. Populasi penelitian adalah penderita Covid-19 yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Demak. Teknik sampling yang digunakan adalah total
sampling dengan jumlah 40 responden. Hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar
kualitas tidur pasien adalah buruk yaitu sebanyak 47,5% responden, yang kualitas tidur ringan
sebanyak 32,5% dan yang kualitas tidur sedang sebanyak 20,0%, artinya semua responden
penelitian mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu disarankan kepada setiap petugas
kesehatan untuk memperhatikan kualitas tidur pasien Covid-19 karena dapat mempengaruhi
kesembuhan pasien.
Abstract
Positive confirmed cases of Covid-19 continue to increase every day, and the number of
patients who must be hospitalized in hospitals also continues to grow, even the occupancy rate
or BOR has almost reached its maximum level. This Covid-19 disease has claimed many lives
in the world because until now there is no truly effective drug to cure this disease, thus causing
excessive concern for sufferers so that it has an impact on disrupting the quality of their sleep.
The purpose of this study was to describe the quality of sleep of Covid-19 patients in the
Inpatient Room of Pelita Anugerah Hospital, Mranggen Demak. The design of this research is
a descriptive study. The study population was Covid-19 sufferers who were hospitalized at the
Pelita Anugerah Mranggen Hospital in Demak. The sampling technique used is total sampling
with a total of 40 respondents. The results of the study found that most of the patients' sleep
quality was poor, namely 47.5% of respondents, 32.5% of light sleep quality and 20.0% of
moderate sleep quality, meaning that all study respondents had sleep disorders. Therefore, it is
recommended for every health worker to pay attention to the quality of sleep of Covid-19
patients because it can affect the patient's recovery.
PENDAHULUAN
Virus Corona atau severe acuterespiratory ke rumah sakit saat gejalanya sudah buruk.
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Penyebab lainnya karena pasien mengidap
adalah virus yang menyerang sistem penyakit tidak menular atau penyakit
pernapasan (Susilo et al., 2020). Penyakit bawaan yang bisa memperparah
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. penyakitnya yaitu seperti hipertensi,
Disebut covid-19 karena ditemukan pada diabetes melitus, atau penyakit jantung
tahun 2019. Virus Corona bisa yang merupakan faktor komorbid yang
menyebabkan gangguan ringan pada dapat memperparah atau memperburuk
system pernapasan, infeksi paru-paru yang kondisi pasien Corona. Faktor lainnya
berat, hingga kematian. Severe acute adalah terkait dengan kesediaan fasilitas
respiratory syndrome corona virus 2 kesehatan yang menjadi salah satu faktor
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan potensi penyebab kematian pasien COVID-
nama virus Corona adalah jenis baru dari 19, sehingga terkait dengan kondisi ini
corona virus yang menular ke manusia. maka pemerintah daerah harus memastikan
Persentase kematian atau case fatality rate jumlah tempat tidur RS rujukan, kamar
(CFR) virus Corona dunia yakni sebesar ICU, dan SDM tenaga kesehatan cukup
3,79 persen. Kematian pasien karena virus untuk memberikan pelayanan yang cepat
Corona di Indonesia masih terus bertambah dan tidak terlambat (Azizah, 2020).
setiap harinya, total kematian menjadi
5.388 jiwa. Persentase kematian atau case Dalam penelitian yang dilakukan oleh
fatality rate (CFR) virus Corona di Wang et al tahun 2020 pada 138 pasien
Indonesia saat ini mencapai 4,68 persen, rawat inap terkonfirmasi COVID-19 pada
masih lebih tinggi jika dibandingkan CFR kondisi pandemi ini meningkat. Misalnya,
dunia yakni sebesar 3,79 persen (Azizah, keterlambatan diagnosis kasus COVID-19
2020). terjadi karena pasien dan dokter butuh
waktu berhari-hari mendapatkan hasil tes
Kasus terkonfirmasi posisitf pada tahun swab (PCR). Hal ini menyebabkan pasien
2020 sebanyak 44.888.869 kasus dan tidak mendapatkan perawatan sesuai
1.178.475 kasus kematian akibat COVID- standar COVID-19 dan mengakibatkan
19 diseluruh dunia, kasus terkonfirmasi di pasien meninggal saat dalam perawatan
Asia Tenggara 9.138. 338, serta di sebelum terkonfirmasi positif terinfeksi
Indonesia 404.048 kasus dan 13.701 angka COVID-19. Untuk mencegah infeksi
kejadian kematian kumulatif di Indonesia selama di rumah sakit, protokol
(WHO, 2020). Kasus Covid-19 di pengendalian infeksi COVID-19 dibuat
Indonesia terus bertambah hingga Februari sangat ketat. , manifestasi klinik yang
2021 telah menembus 1,12 juta kasus paling umum dialami pasien saat onset
dengan kasus sembuh sebanyak 917.306 penyakit, yaitu demam (98,6%), kelelahan
dan yang meninggal sebanyak 31.001 (69,6%), batuk kering (59,4%), mialgia
orang. Jawa Tengah menempati urutan (34,8%), dispnea (31,2%) dan gejala
ketiga dengan jumlah kasus Covid-19 pada lainnya seperti ekspektorasi, sakit
Februari 2021 tercatat 129.228 orang tenggorokan, sakit kepala, pusing, diare,
dinyatakan positif, dan 85.628 kasus mual, muntah serta nyeri perut. Beberapa
dinyatakan sembuh serta 5.609 kasus komplikasi yang terjadi, yaitu syok (8,7%),
meninggal (Jateng Tanggap Covid-19, penyakit jantung akut (7,2%), artimia
2021). (16,7%), sindrom gangguan pernapasan
akut (ARDS) (19,6%), dan penyakit ginjal
Tim Pakar Satgas Percepatan Penanganan akut (3,6%). Hasil pemindaian CT toraks
COVID-19 menyebut ada berbagai potensi yang dilakukan pada semua pasien
penyebab kematian pada pasien COVID- menunjukkan adanya ground glass opacity
19. Berikut di antaranya adalah terlambat (GGO) (Ren et al., 2020).
ditangani, banyak pasien yang baru datang
Penyebaran SARS-CoV-2 bisa melalui dua Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi
cara. Pertama secara langsung dengan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
penularan dari manusia ke manusia melalui kondisi lingkungan,fisik, aktivitas, stres,
percikan ludah ketika pasien batuk, bersin diet,obat-obatan dan substansi lain,
atau berbicara pada jarak kurang dari enam penyakit fisik, gaya hidup, motivasi,
kaki (hampir dua meter). Kedua secara merokok, stimulant dan alcohol. Kualitas
tidak langsung dengan penularan melalui tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak
udara dan benda yang terkontaminasi jika menunujukkan tanda kekurangan tidur dan
seseorang menyentuh permukaan yang tidak mengalami masalah tidur (Yaqin,
terkontaminasi dengan SARS-CoV-2 2016). Kualitas tidur dapat dikategorikan
kemudian tangan bersentuhan langsung baik apabila proses NREM dan REM
dengan selaput lendir seperti mata, hidung, terjadi berselang – seling empat sampai
atau mulut (Lotfi et al., 2020). enam kali. Reticular Activity System (RAS)
adalah sistem yang mengatur seluruh
Dampak dari pandemi COVID-19 kegiatan saraf pusat termasuk kewaspadaan
menimbulkan banyak kerugian seperti dan tidur (Yaqin, 2016). Tidur yang
halnya gangguan kesehatan fisik, berkualitas dibutuhkan oleh pasien covid-
kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial 19 yang sedang menjalani perawatan di
dan gangguan mental (Ren et al., 2020). Rumah Sakit untuk membantu
Kondisi pandemi COVID-19 cenderung mengoptimalkan penyembuhan penyakit
memberi dampak negatif dalam beberapa ditubuh. Kondisi seseorang pada tahap
factor yang memengaruhi kualitas tidur Tidur NREM dapat merangsang produksi
seseorang karena banyak perubahan yang hormon pertumbuhan (Growth Hormone)
terjadi dalam rutinitas sehari-hari, hidup yang akan membantu dalam memperbaiki
dalam ketidakpastian, rasa takut akan jaringan tubuh. Saat tidur terganggu maka
kesehatan, rasa khawatir akan situasi dan fungsi fisiologis juga akan terganggu,
gangguan pola tidur merupakan gangguan seperti penurunan nafsu makan, penurunan
yang terjadi pada kualitas dan kuantitas berat badan, adanya rasa cemas, mudah
waktu tidur seseorang akibat faktor tersinggung dan gangguan dalam
eksternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, pengambilan keputusan). Menurut Standar
2016). Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
tahun 2016, gangguan pola tidur
Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak merupakan gangguan kualitas dan kuantitas
pada kesehatan dan kehidupan pribadi. Hal tidur akibat factor eksternal (PPNI, 2016).
ini dapat menyebabkan berkurangnya
kinerja dalam kegiatan sehari-hari seperti Penelitian gambaran kualitas tidur pada
sekolah dan bekerja, meningkatkan risiko pasien COVID-19 belum pernah dilakukan
kecelakaan dalam berkendara, penelitian sebelumnya, namun penelitian
memperburuk kondisi medis dan kejiwaan tentang kualitas tidur pada pasien rawat
serta menurunkan kualitas hidup inap yang dilakukan oleh Marfiani dan
(Mollayeva et al., 2016). Tidur merupakan Pujasari, menemukan pasien mengalami
suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi gangguan tidur tingkat sedang (47,22%)
dan reaksi individu terhadap lingkungan hingga berat (25%). Efektivitas tidur pasien
menurun atau hilang dan dapat juga hanya berada pada tingkat sedang
dibangunkan sebagai keadaan tidak (50%) hingga rendah (19,44%). Pasien juga
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya mensuplementasikan tidurnya dengan
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tingkatan sedang (38,88%) hingga tinggi
melainkan merupakan se suatu urutan (22%) (Marfiani & Pujasari, 2015).
siklus yang berulang (Mubarak et al., Penelitian lain dilakukan oleh Denur yang
2015). menemukan lebih dari setengah yaitu 30
responden (47,6%) memiliki kualitas tidur
baik dan 33 responden (52,4%) memiliki Desain penelitian yang digunakan pada
kualitas tidur buruk (Demur, 2018). penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Penelitian tentang gangguan tidur pada dengan pendekatan secara cross-
pandemi Covid-19 pernah dilakukan oleh sectional, dimana jenis penelitian ini
Haryanti tentang insomnia selama pandemi menekankan waktu pengukuran atau
Covid-19 yang menemukan pandemi observasi data variabel penelitian hanya
COVID-19 berdampak terhadap kejadian satu kali (Nursalam, 2015). Penelitian
insomnia di masyarakat serta memperburuk ini bertujuan untuk mendeskripsikan
gejala pasien yang sudah terdiagnosis gangguan tidur pada pasien Covid 19 di
insomnia. Hal ini terjadi karena ketakutan Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen
masyarakat terhadap penyakit COVID-19 Demak
(Yulia & Haryanti, 2020).
.Populasi dalam penelitian ini adalah
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di pasien Covid 19 yang dirawat inap di
Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen
Demak menemukan pada tahun 2020 yang berdasarkan data bulan Januari sampai
terdapat 151 pasien terkonfirmasi Covid 19 dengan Mei 2021 sebanyak 203 pasien
yang dilakukan rawat inap di Rumah Sakit sehingga rata-rata satu bulan adalah 40
Pelita Anugerah Mranggen Demak. pasien.
Berdasarkan wawancara dengan 5 orang
pasien menyatakan kekhawatiran dan Instrument yang digunakan dalam
ketakutan terhadap penyakitnya tersebut. pengukuran gangguan tidur adalah
Perasaan takut ini kemudian menyebabkan kuesioner PSQI (The Pittsburgh Sleep
terjadinya gangguan tidur. Berdasarkan Quality Index), yang terdiri kualitas tidur
pengukuran kuaitas tidur menggunakan subyektif, sleep latensi, durasi tidur,
instrument PSQI ditemukan 3 orang (60%) gangguan tidur, efisensi kebiasaan tidur,
yang kualitas tidurnya buruk dan 2 orang penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur
(40%) yang kualitas tidurnya sedang. pada siang hari. Perhitungan skor total
PSQI adalah 0-21. Pembagian kategori
Berdasarkan latar belakang di atas, yang kualitas tidur berdasarkan PSQI adalah skor
didukung oleh hasil penelitian terkait dan 0-5 dinyatakan kualitas tidur baik, skor 6-7
hasil studi pendahuluan. Bahwa sangat dinyatakan kualitas tidur sedang, skor 8-14
pentingnya gambaran kualitas tidur pada dinyatakan kualitas tidur ringan, dan skor
pasien covid-19,karena hal tersebut 15-21 dinyatakan kualitas tidur buruk.
merupakan tolak ukur proses perawatan
pasien.Tetapi kondisi yang dijumpai HASIL
peneliti saat pratek, belum maksimalnya Table 1
pengkajian fisik diruang covid-19 baik itu Distribusi Umur Responden Pasien Covid
berupa pemenuhan kebutuhan kualitas tidur 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah Demak
pada pasien covid-19. Hal tersebut yang Tahun 2021
nanti beresiko untuk terjadi kualitas tidur
No Umur n Persentase (%)
yang menurun. Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan 1. Remaja awal 2 5,0
2. Remaja akhir 1 2,5
“Gambaran kualitas tidur pada pasien 3. Dewasa awal 5 12,5
covid-19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah 4. Dewasa akhir 7 17,5
Mranggen Demak. 5. Lansia awal 10 25,0
6. Lansia akhir 13 32,5
7. manula 2 5,0
Total 40 100
METODE
Umur responden sebagian besar adalah Table 4
masuk dalam kategori lansia akhir yaitu Distribusi Lama Dirawat Responden Pasien
sebanyak 13 orang (32,5%), yang lansia Covid 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah
awal sebanyak 10 orang (25,0%) dan yang Demak
paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak No Lama dirawat n Persentase (%)
1 orang (2,5%). Berdasarkan nilai reratanya
1. ≤ 7 hari 11 27,5
ditemukan sebesar 47,675 tahun dengan
umur termuda 14 tahun dan umur tertua 73 2. > 7 hari 29 72,5
tahun. Total 40 100