Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN COVID-19

DI RUMAH SAKIT PELITA ANUGERAH


MRANGGEN DEMAK

Siti Zulviyah,*) Dwi Fitriyanti,**) Novi Hery Yono ***)


*)
Alumni Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
Email: zulvy078@gmail.com
**)
Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen PPSDM Migas Cepu
Abstrak

Kasus terkonfirmasi posisitf Covid-19 terus meningkat setiap hari, dan jumlah pasien yang
harus dilakukan rawat inap di rumah sakit juga terus bertambah bahkan tingkat hunian atau
BOR hampir mencapai tingkat maksimal. Penyakit Covid-19 ini telah merenggut banyak
nyawa di dunia karena hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk
menyembuhkan penyakit ini, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang berlebih pada
penderita sehingga memberikan dampak terhadap gangguan kualitas tidurnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien covid-19 di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Demak. Rancangan penelitian ini adalah
studi deskriptif. Populasi penelitian adalah penderita Covid-19 yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Demak. Teknik sampling yang digunakan adalah total
sampling dengan jumlah 40 responden. Hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar
kualitas tidur pasien adalah buruk yaitu sebanyak 47,5% responden, yang kualitas tidur ringan
sebanyak 32,5% dan yang kualitas tidur sedang sebanyak 20,0%, artinya semua responden
penelitian mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu disarankan kepada setiap petugas
kesehatan untuk memperhatikan kualitas tidur pasien Covid-19 karena dapat mempengaruhi
kesembuhan pasien.

Kata kunci: Kualitas tidur, pasien Covid-19

Abstract

Positive confirmed cases of Covid-19 continue to increase every day, and the number of
patients who must be hospitalized in hospitals also continues to grow, even the occupancy rate
or BOR has almost reached its maximum level. This Covid-19 disease has claimed many lives
in the world because until now there is no truly effective drug to cure this disease, thus causing
excessive concern for sufferers so that it has an impact on disrupting the quality of their sleep.
The purpose of this study was to describe the quality of sleep of Covid-19 patients in the
Inpatient Room of Pelita Anugerah Hospital, Mranggen Demak. The design of this research is
a descriptive study. The study population was Covid-19 sufferers who were hospitalized at the
Pelita Anugerah Mranggen Hospital in Demak. The sampling technique used is total sampling
with a total of 40 respondents. The results of the study found that most of the patients' sleep
quality was poor, namely 47.5% of respondents, 32.5% of light sleep quality and 20.0% of
moderate sleep quality, meaning that all study respondents had sleep disorders. Therefore, it is
recommended for every health worker to pay attention to the quality of sleep of Covid-19
patients because it can affect the patient's recovery.

Keywords: Sleep quality, Covid-19 patients

PENDAHULUAN
Virus Corona atau severe acuterespiratory ke rumah sakit saat gejalanya sudah buruk.
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Penyebab lainnya karena pasien mengidap
adalah virus yang menyerang sistem penyakit tidak menular atau penyakit
pernapasan (Susilo et al., 2020). Penyakit bawaan yang bisa memperparah
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. penyakitnya yaitu seperti hipertensi,
Disebut covid-19 karena ditemukan pada diabetes melitus, atau penyakit jantung
tahun 2019. Virus Corona bisa yang merupakan faktor komorbid yang
menyebabkan gangguan ringan pada dapat memperparah atau memperburuk
system pernapasan, infeksi paru-paru yang kondisi pasien Corona. Faktor lainnya
berat, hingga kematian. Severe acute adalah terkait dengan kesediaan fasilitas
respiratory syndrome corona virus 2 kesehatan yang menjadi salah satu faktor
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan potensi penyebab kematian pasien COVID-
nama virus Corona adalah jenis baru dari 19, sehingga terkait dengan kondisi ini
corona virus yang menular ke manusia. maka pemerintah daerah harus memastikan
Persentase kematian atau case fatality rate jumlah tempat tidur RS rujukan, kamar
(CFR) virus Corona dunia yakni sebesar ICU, dan SDM tenaga kesehatan cukup
3,79 persen. Kematian pasien karena virus untuk memberikan pelayanan yang cepat
Corona di Indonesia masih terus bertambah dan tidak terlambat (Azizah, 2020).
setiap harinya, total kematian menjadi
5.388 jiwa. Persentase kematian atau case Dalam penelitian yang dilakukan oleh
fatality rate (CFR) virus Corona di Wang et al tahun 2020 pada 138 pasien
Indonesia saat ini mencapai 4,68 persen, rawat inap terkonfirmasi COVID-19 pada
masih lebih tinggi jika dibandingkan CFR kondisi pandemi ini meningkat. Misalnya,
dunia yakni sebesar 3,79 persen (Azizah, keterlambatan diagnosis kasus COVID-19
2020). terjadi karena pasien dan dokter butuh
waktu berhari-hari mendapatkan hasil tes
Kasus terkonfirmasi posisitf pada tahun swab (PCR). Hal ini menyebabkan pasien
2020 sebanyak 44.888.869 kasus dan tidak mendapatkan perawatan sesuai
1.178.475 kasus kematian akibat COVID- standar COVID-19 dan mengakibatkan
19 diseluruh dunia, kasus terkonfirmasi di pasien meninggal saat dalam perawatan
Asia Tenggara 9.138. 338, serta di sebelum terkonfirmasi positif terinfeksi
Indonesia 404.048 kasus dan 13.701 angka COVID-19. Untuk mencegah infeksi
kejadian kematian kumulatif di Indonesia selama di rumah sakit, protokol
(WHO, 2020). Kasus Covid-19 di pengendalian infeksi COVID-19 dibuat
Indonesia terus bertambah hingga Februari sangat ketat. , manifestasi klinik yang
2021 telah menembus 1,12 juta kasus paling umum dialami pasien saat onset
dengan kasus sembuh sebanyak 917.306 penyakit, yaitu demam (98,6%), kelelahan
dan yang meninggal sebanyak 31.001 (69,6%), batuk kering (59,4%), mialgia
orang. Jawa Tengah menempati urutan (34,8%), dispnea (31,2%) dan gejala
ketiga dengan jumlah kasus Covid-19 pada lainnya seperti ekspektorasi, sakit
Februari 2021 tercatat 129.228 orang tenggorokan, sakit kepala, pusing, diare,
dinyatakan positif, dan 85.628 kasus mual, muntah serta nyeri perut. Beberapa
dinyatakan sembuh serta 5.609 kasus komplikasi yang terjadi, yaitu syok (8,7%),
meninggal (Jateng Tanggap Covid-19, penyakit jantung akut (7,2%), artimia
2021). (16,7%), sindrom gangguan pernapasan
akut (ARDS) (19,6%), dan penyakit ginjal
Tim Pakar Satgas Percepatan Penanganan akut (3,6%). Hasil pemindaian CT toraks
COVID-19 menyebut ada berbagai potensi yang dilakukan pada semua pasien
penyebab kematian pada pasien COVID- menunjukkan adanya ground glass opacity
19. Berikut di antaranya adalah terlambat (GGO) (Ren et al., 2020).
ditangani, banyak pasien yang baru datang
Penyebaran SARS-CoV-2 bisa melalui dua Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi
cara. Pertama secara langsung dengan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
penularan dari manusia ke manusia melalui kondisi lingkungan,fisik, aktivitas, stres,
percikan ludah ketika pasien batuk, bersin diet,obat-obatan dan substansi lain,
atau berbicara pada jarak kurang dari enam penyakit fisik, gaya hidup, motivasi,
kaki (hampir dua meter). Kedua secara merokok, stimulant dan alcohol. Kualitas
tidak langsung dengan penularan melalui tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak
udara dan benda yang terkontaminasi jika menunujukkan tanda kekurangan tidur dan
seseorang menyentuh permukaan yang tidak mengalami masalah tidur (Yaqin,
terkontaminasi dengan SARS-CoV-2 2016). Kualitas tidur dapat dikategorikan
kemudian tangan bersentuhan langsung baik apabila proses NREM dan REM
dengan selaput lendir seperti mata, hidung, terjadi berselang – seling empat sampai
atau mulut (Lotfi et al., 2020). enam kali. Reticular Activity System (RAS)
adalah sistem yang mengatur seluruh
Dampak dari pandemi COVID-19 kegiatan saraf pusat termasuk kewaspadaan
menimbulkan banyak kerugian seperti dan tidur (Yaqin, 2016). Tidur yang
halnya gangguan kesehatan fisik, berkualitas dibutuhkan oleh pasien covid-
kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial 19 yang sedang menjalani perawatan di
dan gangguan mental (Ren et al., 2020). Rumah Sakit untuk membantu
Kondisi pandemi COVID-19 cenderung mengoptimalkan penyembuhan penyakit
memberi dampak negatif dalam beberapa ditubuh. Kondisi seseorang pada tahap
factor yang memengaruhi kualitas tidur Tidur NREM dapat merangsang produksi
seseorang karena banyak perubahan yang hormon pertumbuhan (Growth Hormone)
terjadi dalam rutinitas sehari-hari, hidup yang akan membantu dalam memperbaiki
dalam ketidakpastian, rasa takut akan jaringan tubuh. Saat tidur terganggu maka
kesehatan, rasa khawatir akan situasi dan fungsi fisiologis juga akan terganggu,
gangguan pola tidur merupakan gangguan seperti penurunan nafsu makan, penurunan
yang terjadi pada kualitas dan kuantitas berat badan, adanya rasa cemas, mudah
waktu tidur seseorang akibat faktor tersinggung dan gangguan dalam
eksternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, pengambilan keputusan). Menurut Standar
2016). Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
tahun 2016, gangguan pola tidur
Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak merupakan gangguan kualitas dan kuantitas
pada kesehatan dan kehidupan pribadi. Hal tidur akibat factor eksternal (PPNI, 2016).
ini dapat menyebabkan berkurangnya
kinerja dalam kegiatan sehari-hari seperti Penelitian gambaran kualitas tidur pada
sekolah dan bekerja, meningkatkan risiko pasien COVID-19 belum pernah dilakukan
kecelakaan dalam berkendara, penelitian sebelumnya, namun penelitian
memperburuk kondisi medis dan kejiwaan tentang kualitas tidur pada pasien rawat
serta menurunkan kualitas hidup inap yang dilakukan oleh Marfiani dan
(Mollayeva et al., 2016). Tidur merupakan Pujasari, menemukan pasien mengalami
suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi gangguan tidur tingkat sedang (47,22%)
dan reaksi individu terhadap lingkungan hingga berat (25%). Efektivitas tidur pasien
menurun atau hilang dan dapat juga hanya berada pada tingkat sedang
dibangunkan sebagai keadaan tidak (50%) hingga rendah (19,44%). Pasien juga
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya mensuplementasikan tidurnya dengan
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tingkatan sedang (38,88%) hingga tinggi
melainkan merupakan se suatu urutan (22%) (Marfiani & Pujasari, 2015).
siklus yang berulang (Mubarak et al., Penelitian lain dilakukan oleh Denur yang
2015). menemukan lebih dari setengah yaitu 30
responden (47,6%) memiliki kualitas tidur
baik dan 33 responden (52,4%) memiliki Desain penelitian yang digunakan pada
kualitas tidur buruk (Demur, 2018). penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Penelitian tentang gangguan tidur pada dengan pendekatan secara cross-
pandemi Covid-19 pernah dilakukan oleh sectional, dimana jenis penelitian ini
Haryanti tentang insomnia selama pandemi menekankan waktu pengukuran atau
Covid-19 yang menemukan pandemi observasi data variabel penelitian hanya
COVID-19 berdampak terhadap kejadian satu kali (Nursalam, 2015). Penelitian
insomnia di masyarakat serta memperburuk ini bertujuan untuk mendeskripsikan
gejala pasien yang sudah terdiagnosis gangguan tidur pada pasien Covid 19 di
insomnia. Hal ini terjadi karena ketakutan Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen
masyarakat terhadap penyakit COVID-19 Demak
(Yulia & Haryanti, 2020).
.Populasi dalam penelitian ini adalah
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di pasien Covid 19 yang dirawat inap di
Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen Rumah Sakit Pelita Anugerah Mranggen
Demak menemukan pada tahun 2020 yang berdasarkan data bulan Januari sampai
terdapat 151 pasien terkonfirmasi Covid 19 dengan Mei 2021 sebanyak 203 pasien
yang dilakukan rawat inap di Rumah Sakit sehingga rata-rata satu bulan adalah 40
Pelita Anugerah Mranggen Demak. pasien.
Berdasarkan wawancara dengan 5 orang
pasien menyatakan kekhawatiran dan Instrument yang digunakan dalam
ketakutan terhadap penyakitnya tersebut. pengukuran gangguan tidur adalah
Perasaan takut ini kemudian menyebabkan kuesioner PSQI (The Pittsburgh Sleep
terjadinya gangguan tidur. Berdasarkan Quality Index), yang terdiri kualitas tidur
pengukuran kuaitas tidur menggunakan subyektif, sleep latensi, durasi tidur,
instrument PSQI ditemukan 3 orang (60%) gangguan tidur, efisensi kebiasaan tidur,
yang kualitas tidurnya buruk dan 2 orang penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur
(40%) yang kualitas tidurnya sedang. pada siang hari. Perhitungan skor total
PSQI adalah 0-21. Pembagian kategori
Berdasarkan latar belakang di atas, yang kualitas tidur berdasarkan PSQI adalah skor
didukung oleh hasil penelitian terkait dan 0-5 dinyatakan kualitas tidur baik, skor 6-7
hasil studi pendahuluan. Bahwa sangat dinyatakan kualitas tidur sedang, skor 8-14
pentingnya gambaran kualitas tidur pada dinyatakan kualitas tidur ringan, dan skor
pasien covid-19,karena hal tersebut 15-21 dinyatakan kualitas tidur buruk.
merupakan tolak ukur proses perawatan
pasien.Tetapi kondisi yang dijumpai HASIL
peneliti saat pratek, belum maksimalnya Table 1
pengkajian fisik diruang covid-19 baik itu Distribusi Umur Responden Pasien Covid
berupa pemenuhan kebutuhan kualitas tidur 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah Demak
pada pasien covid-19. Hal tersebut yang Tahun 2021
nanti beresiko untuk terjadi kualitas tidur
No Umur n Persentase (%)
yang menurun. Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan 1. Remaja awal 2 5,0
2. Remaja akhir 1 2,5
“Gambaran kualitas tidur pada pasien 3. Dewasa awal 5 12,5
covid-19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah 4. Dewasa akhir 7 17,5
Mranggen Demak. 5. Lansia awal 10 25,0
6. Lansia akhir 13 32,5
7. manula 2 5,0
Total 40 100

METODE
Umur responden sebagian besar adalah Table 4
masuk dalam kategori lansia akhir yaitu Distribusi Lama Dirawat Responden Pasien
sebanyak 13 orang (32,5%), yang lansia Covid 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah
awal sebanyak 10 orang (25,0%) dan yang Demak
paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak No Lama dirawat n Persentase (%)
1 orang (2,5%). Berdasarkan nilai reratanya
1. ≤ 7 hari 11 27,5
ditemukan sebesar 47,675 tahun dengan
umur termuda 14 tahun dan umur tertua 73 2. > 7 hari 29 72,5
tahun. Total 40 100

Table 2 Lama perawatan yang dijalani oleh


Distribusi Pendidikan Responden Pasien responden sebagian besar adalah > 7 hari
Covid 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah yaitu sebanyak 29 orang (72,5%).
Demak
Table 5
No Pendidikan n Persentase (%) Distribusi Kualitas Tidur Responden Pasien
Covid 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah
1. SD 5 12,5
Demak
2. SMP 4 10,0
3. SMA 25 57,5 No Kualitas Tidur n Persentase (%)
4. Perguruan Tinggi 8 20,0 1. Kualitas tidur sedang 8 20,0
Total 40 100
2. Kualitas tidur ringan 13 32,5
3. Kualitas tidur buruk 19 47,5
Total 40 100
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar pendidikan
responden adalah SMA yaitu sebanyak 25
orang (57,5%) sementara tingkat Berdasarkan hasil penelitian dapat
pendidikan yang paling sedikit adalah SMP diketahui bahwa sebagian besar kualitas
yaitu sebanyak 4 orang (10,0%).. tidur penderita Covid-19 di Rumah Sakit
Pelita Anugerah adalah kualitas tidur buruk
Table 3 yaitu sebanyak 19 orang (47,5%)..
Distribusi Jenis Kelamin Responden Pasien
Covid 19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah PEMBAHASAN
Demak
1. Karakteristik Responden
No Jenis Kelamin n Persentase (%)
Hasil penelitian menemukan umur
1. Laki-laki 25 62,5 responden sebagian besar adalah kategori
2. Perempuan 15 37,5 lansia akhir yaitu sebanyak 32,5%, yang
Total 40 100 lansia awal sebanyak 25,0% dan yang
paling sedikit adalah remaja akhir sebanyak
2,5%. Berdasarkan nilai reratanya
Jenis kelamin responden sebagian besar ditemukan sebesar 47,675 tahun dengan
adalah laki-laki yaitu sebanyak 25 orang umur termuda 14 tahun dan umur tertua 73
(62,5%) dan yang perempuan sebanyak 15 tahun. Artinya bahwa penyakit Covid-19
orang (37,5%) ini bisa menyerang siapa saja tidak
tergantung pada kelompok umur tertentu.
. Berkaitan dengan tingkat keparahan
diketahui bahwa penyakit ini pada anak-
anak dan orang dewasa berusia di bawah 50
tahun, gejala Covid-19 yang muncul mandiri saat sakit atau baru saja melakukan
umumnya tergolong ringan, bahkan tak perjalanan dari luar daerah, menjaga
sedikit yang tidak menunjukkan gejala kebersihan diri serta mengkonsumsi
sama sekali (Orang Tanpa Gejala/OTG). makanan yang bergizi (Gannika &
Pada kelompok usia ini bahkan risiko Sembiring, 2020).
kematian pada pasien Covid-19 juga
tergolong rendah (Adrian, 2020). Hasil penelitian terkait dengan jenis
kelamin menemukan bahwa sebagian besar
Tingkat kematian kelompok usia di bawah adalah laki-laki yaitu sebanyak 62,5% dan
50 tahun memang lebih rendah yang perempuan sebanyak 37,5%. Laki-laki
dibandingkan kelompok usia yang lebih ternyata lebih beresiko terinfeksi Covid-19
tua. Namun demikian penyakit Covid-19 dan hal ini terjadi diberbagai negara di
dapat berbahaya dan menyebabkan dunia, hal ini terjadi karena biasanya laki-
komplikasi berat, bahkan kematian, pada laki memiliki mobilitas lebih tinggi
orang di bawah usia 50 tahun dengan dibandingkan perempuan. Mobilitas yang
kondisi seperti memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi akan sangat berisiko terhadap
lemah, misalnya karena HIV/AIDS atau penularan Covid-19 karena dengan
malnutrisi, menjalani pengobatan tertentu, mobilitas tinggi ini seseorang akan bertemu
seperti kemoterapi atau kortikosteroid atau berhadapan dengan banyak orang yang
jangka panjang, memiliki indeks massa dikhawatirkan orang tersebut terpapar
tubuh lebih dari 40 atau obesitas, memiliki Covid-19 dan dapat menularkannya
penyakit pada saluran pernapasan, misalnya terhadap orang lain yang ditemuinya
asma dan penyakit paru obstruktif kronis, (Siagian, 2020).
memiliki penyakit penyerta, seperti
diabetes, gagal ginjal kronis, kanker, Hasil penelitian terkait dengan lama
tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung perawatan ditemukan bahwa lama
(Adrian, 2020). perawatan yang dijalani oleh responden
sebagian besar adalah > 7 hari yaitu
Hasil penelitian terkait dengan tingkat sebanyak 72,5%. Lama rawat inap
pendidikan diketahui bahwa sebagian besar digunakan indikator 7 hari karena masa
pendidikan responden adalah SMA yaitu inkubasi virus corona adalah 14 hari
sebanyak 57,5% sementara tingkat dimana biasanya pada awal-awal tidak
pendidikan yang paling sedikit adalah SMP terasa sehingga biasanya di hari ke 7 mulai
yaitu sebanyak 10,0%. Pendidikan ada gejala yang memerlukan perawatan
sebenarnya berhubungan dengan rawat inap, dan untuk 7 hari berikutnya
pengetahuan dimana seseorang dengan masa inkubasi sudah selesai, sehingga yang
pendidikan lebih tinggi maka akan gejala ringan bisa sembuh dari Covid-19.
berdampak pada tingkat pengetahuannya, Pasien terkonfirmasi COVID-19 dengan
dan pengetahuan merupakan salah satu gejala ringan Corona dapat sembuh dengan
domain perilaku. Seseorang dengan cepat. Berdasarkan penelitian pada Mei
pengetahuan yang baik maka akan 2020, yang mana akhirnya keputusan
berpengaruh pada perilakunya yang baik, dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia
termasuk dalam kaitannya dengan perilaku (WHO), pasien COVID-19 gejala ringan
pencegahan penularan Covid-19. Penelitian cukup menjalani isolasi. Berdasarkan
Gannika menemukan ada hubungan yang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
signifikan antara pendidikan dengan Coronavirus Disease (COVID-19)
perilaku pencegahan Covid-19 yang Kementerian Kesehatan pada 13 Juli 2020,
ditunjukkan dengan perilaku sering kriteria pengakhiran isolasi untuk pasien
melakukan cuci tangan, menggunakan hand gejala ringan-sedang, minimal 10 hari sejak
sanitizer, menggunakan masker jika keluar timbul gejala ditambah 3 hari bebas gejala.
rumah, berolahraga, melakukan isolasi
2. Kualitas tidur pasien Covid-19 yang buruk. Akan tetapi, adanya gap/jarak antara
menjalani perawatan di Rumah Sakit total waktu tidur pasien dengan periode
Pelita Anugerah Demak total tidur, menandakan pasien tidak
Hasil penelitian menemukan bahwa langsung tidur saat sudah mengantuk.
sebagian besar kualitas tidur penderita Penyebabnya mungkin adalah faktor-faktor
Covid-19 di Rumah Sakit Pelita Anugerah yang dibahas pada karakteristik responden
adalah kualitas tidur buruk yaitu sebanyak seperti faktor lingkungan, penyakit fisik,
47,5%. Gangguan tidur menurut pendapat stres emosional, dan lain-lain.
para ahli dapat dikaitkan dengan penurunan
fungsi imun seseorang, perubahan status Komponen karakteristik subjektif tidur
mental, dan peningkatan tingkat stress. yang terakhir yaitu suplementasi tidur.
Efek negatif tersebut dapat mengganggu Suplementasi tidur merupakan kegiatan
proses penyembuhan pada klien dewasa dalam mengganti waktu tidur malam
yang sedang dirawat di ruang rawat akut seseorang di waktu pagi hingga sore hari.
rumah sakit (Marfiani & Pujasari, 2015). Seorang individu yang mengalami
kekurangan tidur tahap REM akan tertidur
Berdasarkan komponen kualitas tidur pada pagi harinya, sebagai tambahan waktu
diketahui bahwa pada kualitas tidur tidurnya yang kurang di malam hari. Hal
subjektif hasil penelitian diketahui sebagian tersebut karena menurut Hayter tahap REM
besar komponen kualitas tidur subjektif lebih banyak jumlah durasinya saat tidur di
penderita Covid-19 di Rumah Sakit Pelita pagi hari. Menurut teori dari Patel dan
Anugerah Demak adalah buruk, hal ini Gupta bahwa pasien yang sering terbangun
menunjukkan bahwa penyakit yang diderita di malam hari membutuhkan waktu tidur di
yang Covid-19 memberikan pengaruh siang hari sebagai kompensasi waktu total
terhadap responden berupa kualitas tidur tidurnya yang kurang. Lebih lanjut
subyektif yang buruk. Berdasarkan dikemukakan bahwa tidur pada sore hari
komponen durasi tidur dapat diketahui terjadi pada individu yang mengalami
bahwa sebagian besar komponen kualitas kekurangan tidur tahap NREM 3 (Marfiani
tidur durasi tidur pada penderita Covid-19 & Pujasari, 2015).
di Rumah Sakit Pelita Anugerah Demak
adalah pada rentang 5-6 jam yaitu sebanyak Pola tidur pasien kenyataanya tidak adekuat
45,0%, hal ini menunjukkan bahwa dalam hal kuantitas maupun kualitasnya,
berdasarkan durasinya termasuk kurang sehingga salah satu cara untuk menutupi
dimana secara normal durasia tidur berkisar kekurangan tersebut adalah dengan
8 jam dalam satu hari. mengganti waktu tidur malam dengan
waktu-waktu lain dari rentang pagi hingga
Berdasarkan komponen gangguan tidur sore hari. Bila suplementasi tidur yang
malam hari dapat diketahui bahwa sebagian dibutuhkan oleh pasien untuk mengganti
besar komponen kualitas tidur tentang waktu tidurnya di malam hari tidak
gangguan tidur malam hari yang dirasakan didapatkan, maka pasien tersebut akan
penderita Covid-19 di Rumah Sakit Pelita sangat mengalami kekurangan waktu tidur,
Anugerah Demak adalah pada rentang 10- yang akan selalu berujung pada kejadian
18, artinya bahwa ada gangguan tidur di gangguan tidur. Lebih lanjut lagi, gangguan
malam hari, seperti sering terbangun di tidur tersebut akan memperlama proses
malam hari dan mengalami kesulitas untuk penyembuhan pasien serta memperpanjang
memulai tidur kembali. masa perawatan pasien di rumah sakit
tersebut. Proses rawat inap yang
Komponen karakteristik subjektif tidur memanjang dan berlarut-larut akan
yang kedua yaitu efektivitas tidur. secara memperburuk mutu pelayanan rumah sakit
keseluruhan semua komponen karakteristik tersebut. Hal tersebut tentunya sangatlah
efektivitas tidur berada pada tingkatan dihindari oleh pihak rumah sakit sehingga
ada upaya untuk dapat memenuhi Kekuatan penelitian ini adalah kualitas
kebutuhan tidur pasien rawat inap (Marfiani tidur dijelaskan secara mendetail hingga ke
& Pujasari, 2015). komponen atau dimensi kualitas tidur itu
sendiri yang meliputi kualitas tidur secara
Pasien Covid-19 yang rawat inap yang subjektif, durasi tidur, latensi tidur,
mengalami gangguan tidur akan berdampak efisiensi tidur, gangguan tidur malam hari,
pada meningkatnya frekuensi terbangun, disfungsi tidur siang hari dan penggunaan
sulit tertidur kembali, ketidak puasan tidur obat tidur.
yang akhirnya mengakibatkan penurunan
kualitas tidur. Disamping itu, kurang tidur
selama periode yang lama dapat Keterbatasan Penelitian
menyebabkan penyakit lain atau
memperburuk penyakit yang ada serta Keterbatangan penelitian ini adalah pada
berdampak pada lamanya proses penelitian ini menggunkaan studi
penyembuhan.Terdapat beberapa faktor deskriptif yang hanya menggambarkan
gangguan tidur yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien Covid-19 sementara
kualitas tidur pada penderita Covid-19 faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
yaitu, faktor fisik, psiksosial, dan kualitas tidur tidak dapat diketahui dalam
lingkungan. Faktor fisik yang menyebabkan penelitian ini.
gangguan tidur pada penderita Covid-19 .
meliputi beberapa gejala penyerta seperti
adanya sesak napas, nyeri dan ketidak SIMPULAN
nyamanan fisik. Efisiensi tidur dengan
membandingkan jumlah waktu tidur 1. Hasil penelitian menemukan umur
terhadap lamanya waktu ditempat tidur. responden sebagian besar adalah masuk
Kesulitan memulai tidur, ketidak mampuan dalam kategori dewasa yaitu sebanyak
mempertahankan kenyenyakan tidur, dan 80,0%. yang lansia sebanyak 15,0% dan
sering terbangun merupakan faktor yang remaja sebanyak 5,0%. Hasil
penyebab penurunan efisiensi tidur. penelitian terkait dengan tingkat
Sesungguhnya penurunan jumlah jam tidur pendidikan diteketahui bahwa sebagian
bukanlah suatu masalah jika seseorang besar pendidikan responden adalah SMA
tersebut merasakan kualitas tidur yang baik, yaitu sebanyak 57,5% sementara tingkat
karena kualitas tidur yang baik akan dapat pendidikan yang paling sedikit adalah
memulihkan fungsi tubuh (Sulidah & SMP yaitu sebanyak 10,0%. Hasil
Susanti, 2016). penelitian terkait dengan jenis kelamin
menemukan bahwa sebagian besar
Secara umum, gangguan tidur yang adalah laki-laki yaitu sebanyak 62,5%
menyebabkan kualitas tidur menurun dan yang perempuan sebanyak 37,5%.
terjadi karena faktor fisik, psikologis dan Hasil penelitian terkait dengan lama
lingkungan. Faktor fisik seperti adanya perawatan ditemukan bahwa lama
penyakit tertentu seperti Covid-19 yang perawatan yang dijalani oleh responden
diderita mengakibatkan seorang penderita sebagian besar adalah > 7 hari yaitu
Covid-19 tidak dapat tidur dengan baik. sebanyak 72,5%.
Faktor psikologis seperti kecemasan, stres, 2. Hasil penelitian menemukan bahwa
ketakutan, dan ketegangan emosional sebagian besar kualitas tidur penderita
seringkali dialami penderita Covid-19. Covid-19 di Rumah Sakit Pelita
Kondisi-kondisi seperti ini yang Anugerah Demak adalah kualitas tidur
menyebabkan penderita Covid-19 buruk yaitu sebanyak 47,5%.
mengalami gangguan tidur.
REFERENSI
Kekuatan Penelitian
Adrian, K. (2020). COVID-19 Tidak 18
Mematikan bagi Sebagian Besar Mollayeva, T., Thurairajah, P., Burton, K.,
Orang Berusia di Bawah 50 Tahun - Mollayeva, S., Shapiro, C. M., &
Alodokter. Colantonio, A. (2016). The
https://www.alodokter.com/covid- Pittsburgh sleep quality index as a
19-tidak-mematikan-bagi-sebagian- screening tool for sleep dysfunction
besar-orang-berusia-di-bawah-50- in clinical and non-clinical samples:
tahun A systematic review and meta-
Azizah, K. N. (2020). Satgas COVID-19 analysis. Sleep Medicine Reviews, 25,
Paparkan 3 Penyebab Kematian 52–73.
Pasien Corona di Indonesia. https://doi.org/10.1016/j.smrv.201
DetikHealth. 5.01.009
https://health.detik.com/berita- Mubarak, W. I., Indrawati., L., & Susanto,
detikhealth/d-5121143/satgas- J. (2015). Buku Ajar Ilmu
covid-19-paparkan-3-penyebab- Keperawatan Dasar. Salemba
kematian-pasien-corona-di- Medika.
indonesia
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian
Demur, D. R. D. N. (2018). Hubungan Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Kualitas Tidur dengan Tingkat Praktis. Salemba Medika.
Kecemasan Pada Pasien Terpasang
Infus Di Ruang Rawat Inap Interne PPNI. (2016). Standar Diagnosis
RSUD DR. Achmad Mochtar Keperawatan Indonesia. PPNI.
Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Ren, L. L., Wang, Y. M., Wu, Z. Q., Xiang, Z.
Perintis, 5, 150–155. C., Guo, L., Xu, T., Jiang, Y. Z., Xiong,
Gannika, L., & Sembiring, E. E. (2020). Y., Li, Y. J., Li, X. W., Li, H., Fan, G. H.,
Hubungan Tingkat Pendidikan Gu, X. Y., Xiao, Y., Gao, H., Xu, J. Y.,
dengan Perilaku Pencegahan Yang, F., Wang, X. M., Wu, C., …
Coronavirus Disease (COVID-19) Wang, J. W. (2020). Identification of
pada Masyarakat Sulawesi Utara. a novel coronavirus causing severe
NERS Jurnal Keperawatan, 16(2), 83. pneumonia in human: a descriptive
https://doi.org/10.25077/njk.16.2. study. Chinese Medical Journal,
83-89.2020 133(9), 1015–1024.
https://doi.org/10.1097/CM9.0000
Jateng Tanggap Covid-19. (2021). 000000000722
Sebaran Kasus COVID-19 Di Jawa
Tengah. Siagian, T. H. (2020). Mencari Kelompok
Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus
Lotfi, M., Hamblin, M. R., & Rezaei, N. Corona dengan Discourse Network
(2020). COVID-19: Transmission, Analysis. Jurnal Kebijakan
prevention, and potential Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09,
therapeutic opportunities. Clinica No. 02 Juni 2020, 09(02), 98–106.
Chimica Acta, 508(May), 254–266.
https://doi.org/10.1016/j.cca.2020. Sulidah, A. Y., & Susanti, R. D. (2016).
05.044 Pengaruh Latihan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Kualitas Tidur
Marfiani, R., & Pujasari, H. (2015). Lansia. Volume 4 Nomor 1 April
Karakteristik Subjektif Tidur Klien 2016.
Rawat Inap Dewasa Di Rumah Sakit
X Depok. Jurnal Keperawatan Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W.,
Indonesia, 18(3), 149–156. Santoso, W. D., Yulianti, M.,
https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.4 Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh,
G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Yaqin, U. F. N. (2016). Hubungan Kualitas
Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Tidur Dengan Tekanan Darah Pada
Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, Mahasiswa Program Studi Ilmu
F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, Keperawatan Universitas Jember.
E. (2020). Coronavirus Disease Program Studi Ilmu Keperawatan
2019: Tinjauan Literatur Terkini. Universitas Jember, 11–12.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Yulia, D., & Haryanti, P. (2020). Insomnia
7(1), 45. Selama Pandemi COVID-19
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.4 Pendahuluan Metode Hasil Dan
15 Pembahasan. Jurnal Ilmiah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Kesehatan Sandi Husada, 12, 1111–
Standar Diagnosa Keperawatan 1116.
Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan https://doi.org/10.35816/jiskh.v10
Pengurus Pusat Persatuan Perawat i2.483
Nasional Indonesia.
WHO. (2020). Coronavirus Disease
(COVID-19) Dashboard.
Covid19.who.int.

Anda mungkin juga menyukai