Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN

LANSIA DI DESA RANDULAWANG KEC JATI KABUPATEN BLORA

Atina Rigil Wilanti (NIM : )


Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang

PENDAHULUAN
Masa lansia (lanjut usia) ialah masa sangat akhir dari siklus kehidupan
manusia. Seorang dikatakan lansia apabila berumur 65 tahun ke atas. Lanjut usia
bukan sesuatu penyakit, tetapi ialah sesi lanjut dari sesuatu proses kehidupan yang
diisyarati dengan penyusutan fungsi tubuh buat menyesuaikan diri dengan tekanan
pikiran terhadap lingkungan (Ediawati, 2015). Quality of Life (QoL) yang artinya
kualitas hidup yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari individu, yaitu suatu
penilaian atas kesejahteraan mereka atau ketiadaannya. Hal ini mencakup seluruh
aspek emosi, sosial, dan fisik dalam kehidupan individu. Maksud dari kualitas
hidup pada lansia yang berhubungan dengan kesehatan meliputi fungsi fisik,
mental, sosial, dan peran serta persepsi kesehatan. Perawatan kesehatan dalam
konteks kualitas hidup lansia merupakan suatu penilaian tentang bagaimana
kesejahteraan individu seiring berjalannya waktu mungkin akan terpengaruh oleh
penyakit, disabilitas, atau kelainan, karena penuaan adalah masalah global, sangat
penting untuk mengidentifikasi faktor penentu kualitas hidup pada lansia yang
menderita penyakit kronis (Lee et al, 2018).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) memperkirakan yaitu
tahun 2025 jumlah lanjut usia di beberapa negara akan menduduki 1,2 miliar
orang dan akan terus meningkat sampai 2 miliar orang di tahun 2050. Dari
informasi WHO memperkirakan 75% populasi lanjut usia di dunia pada tahun
2025 terletak pada negara berkembang (WHO (World Health Organization),
2019)

1
2

Pertumbuhan kelompok lanjut usia tidak hanya memberikan kontribusi


terhadap perubahan struktur sosial tetapi juga memerlukan modifikasi program
kebijakan sosial nasional yang berorientasi pada pemenuhan berbagai kebutuhan
lanjut usia. Kemandirian lanjut usia seringkali dibatasi karena proses yang terjadi
selama penuaan serta penyakit yang menyertai. Fungsi fisik dan mental yang lebih
buruk adalah alasan paling umum untuk bergantung pada bantuan orang lain atau
perawatan institusional (Talarska D. et al, 2018).
Proses menua pada lanjut usia merupakan sesuatu proses penurunan
dengan perlahan, kinerja jaringan untuk memulihkan diri ataupun mengubah diri
serta memperkokoh struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak bisa bertahan
pada jejas (peradangan) serta memulihkan kerusakan fungsi yang dialami
(Martono & Pranarka, 2012). Menua tetap diiringi dengan pergantian di seluruh
sistem di dalam tubuh seseorang. Pergantian di seluruh struktur di dalam tubuh
manusia tersebut salah satu misalnya ada di sistem saraf. Pergantian itu bisa
membuat penurunan dari fungsi kerja otak. Massa otak pada lanjut usia biasanya
mengalami penurunan 10-20%. Penurunan ini terjadi pada umur 30-70 tahun
(Fatmah, 2016).
Merambah periode lanjut usia tentunya selalu diwarnai dengan hilangnya
berbagai fungsi saraf yang dimiliki menyebabkan lanjut usia menjadi
ketergantungan yang lumayan tinggi terhadap orang-orang disekelilingnya,
termasuk untuk memenuhi kebutuhan aktivitas setiap harinya. Kemandirian pada
lanjut usia diperhitungkan dari tingkat kemampuan lansia untuk melakukan
aktivitas setiap harinya secara mandiri. Kegiatan yang bisa dilakukan lansia
sehari-hari yaitu makan, mandi, berpindah, ke kamar mandi, kontinen, dan
berpakaian. Munculnya ketergantungan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
pada lansia bisa disebabkan karena beberapa penyebab yakni gangguan fungsi
kognitif seperti pelupa dan tidak ingatnya aktivitas yang sudah dilakukan
sebelumnya (Nugroho, 2014)
Munculnya berbagai macam ketergantungan dalam melakukan aktivitas
setiap harinya pada lansia bisa disebabkan dari beberapa faktor penyebab seperti
gangguan fungsi kognitif seperti pelupa, bukan hanya itu gangguan pada fungsi
3

psikososial seperti lansia gampang stress, cemas dan depresi dapat dilihat dari
ketakutan para lansia dalam melakukan aktivitas dan memilih untuk berada di
kamar. Tingkat ketergantungan lanjut usia pada orang lain yang berada
disekitarnya membuat lansia mungkin merasa tidak berguna dan terbatas dalam
semua aktivitasnya, kemungkinan bisa menyebabkan datangnya beban mental
tersendiri bagi lanjut usia (Nugroho, 2014).
Sebagian riset terbaru mengatakan pergantian sistem otak manusia
bersamaan bertambah umur tanpa terdapatnya penyakit neurodegeneratif.
Sebaliknya, pergantian patologis terhadap serebrovaskular pula berhubungan pada
menurunnya fungsi kognitif (Kuczynski dkk, 2014). Perihal tersebut pastinya
mempengaruhi pada kegiatan setiap harinya (Activities of Daily Living-ADL)
sehingga bisa menurunkan fungsi kognitif lanjut usia yang berimplikasi pada
kemandirian dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari (Nugroho, 2014).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Di
Desa Randulawang Kec Jati Kabupaten Blora”.
Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia di
Desa Randulawang Kec Jati Kabupaten Blora.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan fungsi kognitif lansia di Desa Randulawang Kec Jati
Kabupaten Blora
b. Mendekepsikam tingkat kemandirian lansia di Desa Randulawang Kec Jati
Kabupaten Blora
c. Menganalisis fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia di Desa
Randulawang Kec Jati Kabupaten Blora a
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif merupakan suatu proses persepsi, atensi, memori, membuat
keputusan, dan kemampuan berbahasa. Oleh sebab itu, secara sederhana
4

fungsi kognitif dapat disimpulkan sebagai semua proses yang digunakan oleh
manusia untuk mengatur informasi melalui input dari lingkungan (sensori),
transduksi (persepsi/visuospasial), pemusatan (atensi), penyimpanan informasi
(memori), dibahasakan, dan akhirnya informasi diimplementasikan
(psikomotor) (Nouchi R, Kawashima R, 2014).
2. Fungsi Kognitif
Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan activity of
daily living secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat. Kemandirian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia yang
menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu. Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan
dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri
tanpa bergantung dengan orang lain.(Maryam, R. Siti, 2018).

METODE PENELITIAN
1. Jenis dan desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan rancangan Cros Sektional.
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
cara memberikan kuesioner fungsi kognitif dan kuesioner kemandirian lansia.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Tahap persiapan
1) Peneliti meminta izin penelitian dari Ketua Universitas Karya
Husada Semarang
2) Peneliti meminta ijin penelitian kepada kepala desa Randulawang
Kec Jati Kabupaten Blora dengan menunjukkan pengantar dari
Program Studi S1 Keperawatan Universitas Karya Husada
Semarang.
5

3) Peneliti mendata responden penelitian sesuai data yang diberikan


oleh Desa Randulawang.
4) Persamaan persepsi dengan enumerator, yaitu peneliti melakukan
persamaan persepsi dengan satu orang enumerator tentang tata cara
pelaksanaan penelitian dari pengambilan data. Enumerator dalam
penelitian ini.
b. Tahap pelaksanaan
1) Peneliti melalui enumerator mendatangi responden untuk
menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.
2) Peneliti melalui enumerator meminta responden untuk mengisi
lembar persetujuan menjadi responden bila yang bersangkutan
setuju menjadi responden
3) Peneliti melakukan penelitian diwakili oleh enumerator, yang
sebelumnya telah diajarkan teknis penelitian dan bagaimana cara
melakukan pengukuran kecemasan dan perilaku protocol
kesehatan.
c. Tahap pelaporan
Peneliti melakukan evaluasi tingkat kecemasan lansia dengan perilaku
protocol kesehatan melalui cara menganalisis hasil penelitian yang
telah terkumpul dengan menggunakan bantuan program komputer.

3. Metode Analisis Data


a. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
yang diteliti. Dalam hal ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel
fungsi kemandiriam dan kemandirian lansia. Bentuk data numerik
penyajian menggunakan tendency central berupa mean dan median, dan
penyajian sebaran data berupa minimum, maksimum serta standar deviasi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis dua
variabel.(Notoadmojo, 2010) Analisis ini berfungsi untuk mengetahui
6

hubungan antara fungsi kognitif lansia dengan kemandirian lansia. Data


berbentuk ordinal dengan bentuk data kategirik maka diuji menggunakan
chi squara (Hastono, 2012).

Daftar Pustaka
Ediawati, E. (2015). Gambaran Tingkat Kemandirian Dalam Activity Of Daily
Living (ADL). Jurnal Media . Medika Indonesiana.
Fatmah. (2016). Gizi Usia Lanjut. Erlangga.
Hastono, S. . (2012). Modul analisis data. FKM UI.
Kuczynski dkk. (2014). An Inverse Association of Cardiovaskuler Risk and
Frontal Lobe Glucose Metabolism. Neurology., Volume 72.
Lee et al. (2018). Quality of Life in Patients with Dementia with Lewy Bodies.
Hindawi., Volume 7.
Martono & Pranarka. (2012). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
FKUI.
Maryam, R. Siti, dkk. (2018). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Salemba Medika.
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.
Nouchi R, Kawashima R. (2014). Improving Cognitive Function from Children to
Old Age : A Systematic Review of Recent Smart Ageing Intervention
Studies. Hindawi Publishing Corporation Advances in Neuroscience, 1.
Nugroho, T. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada lanjut usia (lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah
Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. Skripsi. Prodi Ilmu Keperawatan
Stikes Yayasan Gema Insan Akademik Makassar.
Talarska D. et al. (2018). Determinants of Quality of Life and the Need for
Support for the Elderly with Good Physical and Mental Functioning. Public
Health. 24: 1604-1613.
WHO (World Health Organization). (2019). Dalam Artikel Infodatin.

Anda mungkin juga menyukai