Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN

ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)

Dosen Pembimbing :
Cucuk Rahmadi P.,S.Kep.,M.Kes
NIP. 196802151992031011

Disusun Oleh :
Dhiva Damayanti
NIM 152111913153

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KESEHATAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................... 5
1.4 Manfaat .......................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6


2.1 Konsep Dasar Lansia ..................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Lansia ...................................................................................................... 6
2.1.2 . Batasan-Batasan Usia Lanjut .............................................................................. 6
2.1.3 Definisi Proses Penuaan ........................................................................................ 7
2.1.4 Teori-teori Proses Penuaan ................................................................................... 7
2.1.5 Perubahan Akibat Proses Menua .......................................................................... 9
2.2 Kemandirian Lansia ..................................................................................................... 12
2.2.1 Definisi kemandirian pada lansia ........................................................................ 12
2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia .................................................. 13
2.2.3 Activities Daily Of Living (ADL) Pada Lansia ........................................................ 14
2.2.4 Katz Indeks ............................................................................................................... 15

BAB III KERANGKA KONSEP.......................................................................................... 16


3.1 Kerangka Konsep ......................................................................................................... 16
3.2 Hipotesis ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

1
IDENTIFIKASI MASALAH

Faktor kemandirian
lansia

Lansia Kemampuan
melakukan ADL

Usia

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Manusia lanjut usia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,fisik, kejiwaan dan
sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatannya. Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat
kemandirian. Kemandirian lansia dalam melakukan ADL didefinisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemandirian lansia
dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia, fungsi kognitif yang menurun, gangguan
sensori khususnya penglihatan dan pendengaran.
Kemandirian merupakan kebebasan untuk bertindak, tidak bergantung pada
orang lain,tidak terpengaruh pada orang lain,dan bebas mengatur diri sendiri atau
aktivitas seseorang baik individu maupun secara berkelompok dari sisi sehat atau sakit
aktivitas kehidupan harian atau activity of daily living adalah aktivitas perawatan diri
yang meliputi pakaian (berdandan), toilet, makan. Jumlah keseluruhan populasi lansia
baik secara global maupun nasional di Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Peningkatan jumlah penduduk usia lansia lebih dari 10% mengakibatkan perubahan
pada struktur penduduk, yakni diperkirakan menuju struktur penduduk tua (ageing
population).
Kemandirian lansia dalam melakukan activity of daily living (ADL) diketahui
sebagian besar lansia (57,6% atau 19 lansia) terkategori mandiri,ketergantungan ringan
sebanyak 11 orang (33,3%) dan mengalami tingkat ketergantungan sedang sebanyak 3
orang (9,1%) (Marlina,Mudayati,& Sutriningsih,2017). Berdasarkan survey peneliti
dari 12 lansia terdapat 58,3% lansia mengalami gangguan pada tingkat kemandirian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia melakukan activity of
daily living (ADL),diantaranya penyakit,konsep diri, tahap perkembangan dan usia
(Abdullah,2014). Bertambahnya usia menyebabkan perubahan fungsi organ yang akan
menimbulkan dampak kearah kemampuan lansia untuk melakukan activity of daily
living (ADL), misal terjadinya penurunan fungsi organ pada sistem saraf dan

3
muskuloskeletal terjadi penurunan massa otot dan densitas tulang yang mengakibatkan
terjadinya osteoporosis,pada tulang yang keropos dan rapuh akan beresiko mengalami
fraktur (Dewi, 2014). Hal ini dapat menyebabkan terganggunya ADL lansia yang
mengalami penurunan fungsi organ akan memiliki dampak pada tingkat kemandirian
dalam melakukan ADL dan dimulai dari dampak paling ringan yaitu jika lansia tirah
baring total, pasien lansia ini memiliki resiko tinggi terjadinya dekubitus. Penuaan juga
akan menyebabkan hilangnya elastisitas otot (Faridah,Sukarmin,& Murtini, 2019)
Adanya penurunan kemandirian lansia dapat merubah aturan sosial di tempat
lansia berada. Situasi seseorang dapat berubah yang membuatnya lebih mampu untuk
menjaga kemandirian. kemandirian dalam melakukan activity of daily living (ADL).
Apabila terdapat seorang penghuni yang tidak dapat melaksanakan peraturan sosial
yang telah disepakati bersama,maka kemungkinan besar penghuni tersebut akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan activity of daily living (ADL) sehingga akan
mengganggu aktivitas terhadap kemandiriannya (Fadhia,2012). Kegiatan yang bersifat
merangsang lansia untuk beraktivitas dengan melatih dan menguatkan otot–otot dengan
menggunakan metode permainan sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan
psikomotor (Yuliana, 2016). Pengaturan aktivitas terjadwal, pemberian motivasi dan
modifikasi lingkungan menjadi hal yang perlu disiapkan dalam membantu lansia
beradaptasi dengan penurunan kemandirian yang dialami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa tinggi angka
tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL. Sehingga pertanyaan pada
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh lansia dalam melakukan kemampuan activity
of daily living terhadap lansia ? “

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kemandirian lansia dalam


melakukan ADL

4
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi konsep dasar lansia


2. Mengidentifikasi activity daily of living
3. Mengidentifikasi kemandirian lansia
4. Mengidentifikasi pengaruh lansia dalam melakukan kemampuan activity daily of
living

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai


berikut:
1. Bagi Peneliti
Peneliti ini meningkatkan pengetahuan peneliti tentang metode dan statistika
penelitian,serta menambah pengalaman dalam hal penelitian, Selain itu, peneliti
mendapatkan banyak pengetahuan dari responden terkait pentingnya persepsi
positif dalam penyusunan penelitian
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan kesadaran diri mahasiswa untuk lebih menjaga motivasi dalam
proses penyusunan penelitian
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan dalam persiapan program penelitian yang akan dijalani mahasiswa

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah sekelompok orang yang sedang


mengalami proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu beberapa
dekade (Rakhmawati, 2017). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
seseorang yang telah memasuki usia antara 60-70 tahun dan cenderung tidak
mampu melakukan aktivitas fisik. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai
kompleksitas termasuk menurunnya fungsi fisiologis. (Mardilah, 2017).
Menurut Undang-Undang Kesehatan Masyarakat (UU) Nomor 23,Pasal
19 (1) Tahun 1992, Lanjut usia adalah seseorang yang mengalami perubahan
biologis,fisik,psikis,sosial,dan ekonomi sebagai akibat dari lanjut usia.
Perubahan ini mempengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Oleh
karena itu, perhatian khusus harus diberikan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan lanjut usia untuk selalu hidup produktif (Mardilah,
2017).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia, lanjut usia adalah seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas (Siti Maryam.2008)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas pengertian lansia yang dapat
disimpulkan adalah suatu proses penuaan menuju tahap paling akhir yang
menyebabkan penurunan dan perubahan biologis,fisik,psikis,sosial, dan
ekonomi

2.1.2 . Batasan-Batasan Usia Lanjut

Menurut (Mardilah,2017) dalam (Maryam,S.R.,2008) ada lima klasifikasi


pada lansia yaitu :
1. Pralansia (prasenilis) : Lansia berusia 45-59 tahun
2. Lansia : Lansia berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi : Lansia berusia 70 tahun lebih atau 60 tahun

6
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI,2003)
4. Lansia Potensial : Lansia yang mampu bisa bekerja dan
menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003
5. Lansia tidak potensial: Lansia yang tidak bisa mencari nafkah,
sehingga menggantungkan hidupnya dengan
bantuan orang lain (Depkes RI,2003)

2.1.3 Definisi Proses Penuaan

Proses menua (menjadi tua) adalah suatu proses dimana menghilangnya


secara perlahan-lahan fungsi jaringan untuk melakukan tugasnya dalam
memenuhi kebutuhan dalam hidup. Tahapan menua menimbulkan perubahan
pada seseorang ditandai dengan mengendurnya kulit,memutihnya rambut,
menurunnya fungsi pendengaran, menurunnya fungsi penglihatan menjadi
buruk dan menjadi mudah marah atau sensitif (Priyoto, 2015).
Penuaan adalah suatu tahapan usia yang secara pelan-pelan
menghilangkan kemampuan jaringan yang berfungsi untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak bisa
bertahan dengan infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Nugroho,
2008)
Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1960 menua bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Mardilah. 2017)

2.1.4 Teori-teori Proses Penuaan

Menurut (Maryam,S.R.,2008) Teori-teori yang berkaitan dengan proses


penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi,teori sosial, dan teori spiritual.
1. Teori biologi
Teori yang masuk ke dalam teori biologi adalah teori stress,teori
radikal bebas dan teori rantai silang.
a. Teori stres
Dalam teori ini dikatakan proses menua akan terjadi
karena hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh
tubuh. Regenerasi jaringan tidak akan mampu

7
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,usaha
yang berlebih dan stres yang akan berakibat sel-sel dalam
tubuh lelah terpakai.
b. Teori radikal bebas
Radikal dalam hal ini akan menyebabkan sel-sel tidak
akan mampu membentuk generasi baru atau regenerasi
sel. Radikal bebas biasanya ada di alam bebas.
ketidakstabilan radikal bebas (kelompok atom) akan
berakibat oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein.
c. Teori rantai silang
Teori ini mengatakan bahwa reaksi kimia sel-sel yang
sudah tua akan menyebabkan ikatan yang
kuat,khususnya pada jaringan kolagen. ikatan ini akan
mengakibatkan kurangnya elastisitas,kekacauan, dan
hilangnya fungsi sel.
2. Teori psikologi
Seiring bertambahnya usia proses penuaan akan terjadi secara
alamiah. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dikaitkan dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi
persepsi,kemampuan kognitif,memori dan belajar pada usia lanjut
yang menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi
pula penurunan kemampuan untuk menerima,memproses, dan
merespons stimulasi sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi
yang berada dari stimulus yang ada. Kemampuan kognitif dapat
dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ tubuh. Memori adalah
kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu/peristiwa baik jangka
pendek maupun jangka panjang.

8
3. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan
yaitu teori interaksi sosial,teori penarikan diri,teori aktivitas,teori
kesinambungan,teori perkembangan dan teori stratifikasi usia.
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Mauss (1945), Homans (1961) dan
Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial
terjadi berdasarkan atas hukum peraturan barang dan
jasa.
Simmons (1945) mengemukakan bahwa
kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial
merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan
tukar menukar.
b. Teori penarikan diri
Menurut teori ini seseorang lansia dikatakan
mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia
menarik diri kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan
diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri
dalam menghadapi kematiannya.

2.1.5 Perubahan Akibat Proses Menua

Semakin bertambahnya usia,akan banyak terjadi perubahan fisiologis yang


tidak hanya berpengaruh pada penampilan fisik, tetapi akan berpengaruh juga terhadap
fungsi dan respon terhadap aktivitas keseharian. Proses penuaan dapat terjadi secara
fisiologis. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi yang terjadi akan
mempengaruhi sistem. Beberapa sistem terkait muskuloskeletal,sistem saraf,sistem
indera,sistem pencernaan dan metabolisme, sistem perkemihan,sistem reproduksi serta
sistem mental dijelaskan sebagai berikut :

9
1. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Menurut ( Lupa, A. M., Hariyanto,T & Ardyani, 2017) Perubahan pada
sistem muskuloskeletal mengakibatkan pula perubahan fungsional otot, yaitu
penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot serta
kecepatan dan waktu reaksi lansia. Perlambatan reaksi menyebabkan seorang
lansia susah atau terlambat mengantisipasi jika terjadi gangguan
terpeleset,tersandung yang akibatnya dapat menyebabkan resiko jatuh
(Handoyo, 2018)
2. Perubahan Sistem Saraf
Proses penuaan seringkali dikaitkan dengan berbagai gangguan
neurologis,karena kapasitas otak untuk mentransmisikan frekuensi dan
komunikasi antar saraf berkurang. Kehilangan fungsi tak merupakan ketakutan
terbesar kalangan lansia yang mencakup hilangnya ingatan akibat demensia
(umumnya penyakit alzheimer)
Perubahan sistem neurologis pada lansia mengakibatkan perubahan
kognitif,penurunan waktu reaksi, kinetik dan gangguan tidur serta masalah
keseimbangan (Alviah,S., & Imania, 2017).
3. Perubahan Sistem Indera
Perubahan pada sistem indera dimulai dari penglihatan yang mengalami
penurunan fokus serta toleransi silau, indera pendengaran yang mulai berkurang
kepekaannya, indera perasa yang mengalami penurunan terhadap deteksi
ketajaman rasa. indera penciuman mengalami penurunan fungsi dalam
mendeteksi bau. Indera peraba juga akan menurun kepekaannya menyebabkan
berkurangnya sirkulasi darah untuk menyentuh reseptor. Penurunan indera
peraba dapat mempengaruhi keterampilan motorik sederhana, kekuatan
genggaman tangan serta keseimbangan (Shilpa Amarya, Kalyani Sigh,2018).
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia yaitu katup jantung
akan menebal dan menjadi kaku,massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi yang akan mengakibatkan terjadinya peregangan jantung
berkurang,kapasitas paru mengalami penurunan karena kurangnya oksigen
yang dihasilkan (Al. 2015).

10
5. Perubahan Sistem Pernapasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan lansia akibat proses
penuaan yaitu perubahan jaringan ikat paru, adanya perubahan pada otot,
kartilago dan sendi di area thoraks yang mengakibatkan gerakan pernapasan
menjadi terganggu dan kemampuan peregangan thoraks menjadi berkurang (
Kholifah, 2016).
6. Perubahan Sistem Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi di sistem pencernaan lansia akibat proses
penuaan yaitu sensitivitas indera pengecap di lidah mengalami penurunan
fungsi terutama dalam mendeteksi rasa asin,pahit dan asam. Pada lambung,
akan terjadi penurunan kepekaan terhadap perasaan lapar, menurunnya tempat
penyimpanan makanan, dan bagian liver (hati) akan mengecil, serta
menurunnya proses sirkulasi darah (Kholifah,2016).
7. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi penurunan yang signifikan. Banyak
yang mengalami penurunan fungsi seperti laju filtrasi,ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal. Otot-otot pada area kandung kemih (vesika urinaria menjadi lemah
mengakibatkan frekuensi buang air seni semakin tinggi (Kholifah,2016).
8. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia wanita dapat diketahui dengan
menciutnya ovarium dan uterus, terjadinya atrofi pada payudara secara
berangsur-angsur, menurunnya selaput lendir vagina, sekresi menjadi
berkurang, dan terjadi perubahan warna. pada lansia laki-laki, testis mengalami
penurunan tetapi masih dapat memproduksi spermatozoa (Kholifah, 2016).
9. Perubahan Mental
Perubahan mental yang dialami lanjut usia diantaranya perubahan
kepribadian,memori serta perubahan intelegensi. Perubahan ini dapat terjadi
akibat efek beberapa hal yaitu adanya pertambahan usia, faktor dari perubahan
geografis, jenis kelamin,kepribadian,pengaruh dan dukungan sosial, serta
pekerjaan (Al Rasyid, I,.Syafrita, Y,. & Sastri ,2017).

11
2.2 Kemandirian Lansia

2.2.1 Definisi kemandirian pada lansia

Pada tahun 1959 dikembangkan suatu teori untuk mengarahkan praktek


mahasiswa keperawatan yang dikemukakan oleh Dorothea Orem. Proses
menjadi teori berlangsung dari tahun 1868-1979. Dalam berbagai teori
keperawatan yang ada, teori Orem merupakan teori yang tepat mendasari dan
menilai kemampuan klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari. Orem dalam
Potter & Perry (2005) mengembangkan teorinya di bidang keperawatan dan
menekankan pada kebutuhan klien tentang keperawatan diri sendiri dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Teori ini dikenal dengan capable of self care (mampu merawat diri
sendiri). Terdapat tiga bentuk teori kemandirian yang disampaikan Orem dalam
capable of self care (mampu merawat diri sendiri) (Gallo, 1998) Teori Self Care
mengungkapkan hubungan antara tindakan untuk merawat diri dengan
perkembangan fungsi individu. Teori Self Care Deficit mengungkapkan tentang
ketidakmampuan klien dalam hal ini lansia dalam merawat diri. Teori Nursing
System mengungkapkan tentang perawatan yang teraupetik dapat dilakukan
secara mandiri oleh lansia dan diperlukan keterlibatan sistem untuk
memenuhinya.
Fokus dari ketiga teori ini adalah mempertahankan kehidupan,
kesehatan, dan kesejahteraan. Klien dalam teori ini adalah suatu unit yang
digambarkan berfungsi secara biologik, simbolik, dan sosial, yang
menghendaki aktivitas merawat diri sendiri dalam mempertahankan hidup,
kesehatan, dan kesejahteraan. Lanjut usia sebagai individu sama halnya dengan
klien yang digambarkan oleh Orem (2001), yaitu suatu unit yang juga
menghendaki kemandirian dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraannya Kemandirian pada lanjut usia tergantung pada kemampuan
status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas sehari- hari.
Pengertian mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung
pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri
sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun individu maupun
kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Lerner, 1976). Kemandirian
seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari

12
yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Kane dalam
Lueckenotte, 1996). Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas harus tetap
dipertahankan. Aktivitas yang tetap dipertahankan pada lansia akan membentuk
konsep diri positif (Challo, 1998).

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia adalah usia,


imobilitas dan mudah jatuh (Lueckenotte, 1996). Lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, hidupnya akan bergantung pada bantuan orang lain (Depkes
RI, 2003). Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi
yang akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat
kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Maryam, 2008).
Faktor pertama yang mempengaruhi kemandirian adalah usia. Terdapat
empat tahap batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia world health
organisation (WHO, 2012). Empat tahap batasan umur lansia meliputi usia
pertengahan (Middle Age) kelompok usia 45-59 tahun. lanjut usia (Elderly)
kelompok usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) kelompok usia antara
75-90 tahun, usia sangat tua (Very Old) tahan. kelompok usia diatas 90 tahun.
Berdasarkan batasan umur diatas lansia adalah seseorang telah mencapai umur
60 tahun.
Faktor kedua yang mempengaruhi kemandirian adalah imobilits.
Imobilitas adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif. Hal ini
diakibatkan karena berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat
organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental (. Lueckenotte, 1996). Penyebab
imobilisasi pada lansia adalah gangguan pada jantung, pernafasan, gangguan
sendi dan tulang, penyakit rematik seperti pengapuran atau patah tulang,
penyakit saraf, stroke, penyakit parkinson.. gangguan penglihatan dan masa
penyembuhan.
Faktor ketiga yang mempengaruhi kemandirian adalah mudah jatuh.
Jatuh pada lansia merupakan masalah yang paling sering terjadi (Stanley 2006).
Menurut Brocklehurst et al (1987) bila seseorang bertambah tua, kemampuan
fisik dan mentalnya perlahan akan menurun Kemampuan fisik dan mental yang

13
menurun sering menyebabkan jatuh pada lansia. akibatnya akan berdampak
pada menurunnya aktivitas dalam kemandirian lansia

2.2.3 Activities Daily Of Living (ADL) Pada Lansia

Untuk melihat kemampuan fungsional seseorang, khususnya lansia


dapat diamati dari kemampuannya melakukan aktivitas kesehariannya.
Activities Daily Living (ADL) adalah fungsi-fungsi yang bersifat fundamental
terhadap kehidupan mandiri klien yang meliputi mandi, berpakaian, pergi ke
kamar mandi berpindah kontinen, dan makan. Kemandirian lansia dalam
Activities Daily Living (ADL) didefinisikan sebagai kemandirian seseorang
dalam melakukan aktivitas dan fungsi-fungsi kehidupan sehari- hari yang
dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Kane & Kane, 1981). Untuk
menilai ADL digunakan berbagai skala seperti Katz Index, Barthel yang
dimodifikasi, dan Functional Activities Questioner (FAQ) (Gallo, 1998).
Katz Index meliputi kemampuan mandiri lansia untuk mandi,
berpakaian, toileting, berpindah tempat, kontinen, dan makan. Indeks ini
membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
lansia atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi maka akan disusun titik
fokus perbaikannya. Skala yang ditetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri
oleh dari dua kategori yaitu kemandirian tinggi (Index A, B, C, D) dan
kemandirian rendah (E, F dan G) (Kobayashi, 2009).
Rangkaian aktivitas lain yang dituntut pelaksanaanya dalam rangka
menyelenggarakan kehidupan mandiri adalah rangkaian yang disebut
Instrumental Activities Daily Living (IADL) ADL meliputi aktivitas sehari-
hari yang lebih kompleks seperti menggunakan pesawat telepon, berjalan- jalan,
berbelanja, mempersiapkan hidangan, melaksanakan pekerjaan rumah tangga,
minum obat dengan teratur, dan pengaturan pribadi (Kane & Kane, 1981; Katz,
1983). Skala yang digunakan terdiri dari tiga kategori yaitu mandiri (M),
dibantu (D), dan tergantung (T) (Lawton, 1969).
Meningkatnya jumlah lansia dengan umur harapan hidup yang semakin
tinggi tentunya kesehatan yang optimal merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan Lansia dapat memenuhi kebutuhan aktivitas kesehariannya. secara
mandiri tanpa harus tergantung pada orang lain dengan kondisi sehat yang

14
optimal Dengan terus beraktivitas dengan mandiri, konsep diri lansia akan
positul (Gallo, 1998).

2.2.4 Katz Indeks

Katz Index meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi,


berpakaian, toileting, berpindah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan
makan. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan
pribadi aktif. Ini didasarkan pada status aktual. dan bukan pada kemampuan.
Dalam tiga puluh lima tahun sejak instrumen dikembangkan, instrumen telah
dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan yang berbeda untuk penilaian
telah digunakan. Secara konsisten instrumen ini ditujukan dan digunakan dalam
mengevaluasi status fungsional lansia di populasi. Meskipun tidak ada
keandalan laporan formal dan validitas dapat ditemukan dalam literatur, alat ini
digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan fungsional lansia di
lingkungan klinik dan rumah (Wallace & Shelkey, 2008)
Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu. Indeks ini
membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik fokus
perbaikannya. Skala yang ditetapkan pada Katz Index terdiri dari tujuh skala A
sampai dengan G. Indeks Katz A yaitu kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi Katz Index
B yaitu kemandirian dalam 5 aktivitas Kat: Index C yaitu kemandirian dalam
semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan Kat: Index D yaitu
kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan. Katz Index E yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi.
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan. Katz Index F yaitu
kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian. ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambalan Kur Index G yaitu ketergantungan terhadap
keenam fungsi tersebut (Katz, 1970) Skala yang ditetapkan oleh Katz Index
dalam ADL terdiri oleh dari dua kategori yaitu kemandirian tinggi (Index A. B,
C, D) dan kemandirian rendah (E, F dan G) (Kobayashi, 2009).

15
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Tingkat Activity Daily Of


Individu (Lansia Kemandirian Living

3.2 Hipotesis

Adanya pengaruh kemampuan kemandirian lansia terhadap activity daily of living

16
DAFTAR PUSTAKA

Widiastuti, N., Sumarni, T., & Setyaningsih, R. D. (2021). GAMBARAN TINGKAT


KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY OF DAILY
LIVING (ADL) DI ROJINHOME THINSAGUNO IE ITOMAN OKINAWA
JEPANG: DESCRIPTION OF THE LEVEL OF ELDERLY INDEPENDENCE IN
FULFILLMENT OF ACTIVIY DAILY LIVING (ADL) IN ROJINHOME
THINSAGUNO IE ITOMAN OKINAWA JAPAN. Jurnal Ilmiah Pamenang, 3(2), 15-
20.
Achmad, N. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Lanjut Usia melalui Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat selama Pandemi Covid-19. Perspektif, 11(2), 745-750.
Yuswatiningsih, E., & Suhariati, H. I. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Kemandirian Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan Sehari Hari. Hospital Majapahit
(jurnal ilmiah kesehatan politeknik kesehatan majapahit mojokerto), 13(1), 61-70.
Wijoyo, E. B., & Daulima, N. H. (2020). Optimalisasi Integritas Diri Melalui Terapi
Kelompok Teraupetik Lansia: Studi Kasus. Jurnal JKFT, 5(2), 26-35.
Marlina, Mudayati, S., & Sutriningsih, A.(2017).Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktifitas Sehari-Hari di Kelurahan
Tunggulwulung Kota Malang.Journal Nursing News,2(1), 380–390.
Dewi, S. R. (2014).Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.).Yogyakarta:Deepublish.
Abdullah. (2014).Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim.
Fadhia, N. et al. (2012). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kemandirian Dalam Melakukan
Activities Of Daily Living (ADL) Pada Lansia Di UPT PSLU Pasuruan.Jurnal
Keperawatan Airlangga,2(1), 17–20.
Gallo (1998), The driving habits of adults aged 60 years and older Jam Geriatri So
Kane, R. A., & Kane, R. L. (1981). Assessing the elderly: a practical guide to measurement,
Lexington, MA: Lexington Books
Katz, S. (1983). Assessing self-maintenance activities of daily living, mobility and
instrumental activities of daily living J Im Geriatr Soc 31(12). 721- 726
Kobayashi, N., Nurviyandari, D., Yamamoto, M., Sugiyama, T., Sugai, Y., (2009). Severity
of dementia as a risk factor for repeat falls among the institutionalized elderly in
Japan. Journal of Nursing and Health Sciences 11, 388-396...3

17
Lerner, I.M. and Libby, W.J. (1976). Heredity, evolution and society (2nd ed.) Freeman, San
Francisco
Lueckenotte, (1996). Gerontologic nursing. St Louis Mosby Year Book
Orem, D. E., (2001). Nursing Concept of practice. (6th Ed.). St. Louis: Mosby Inc
Potter & perry. (2005). Fundamentals of nursing concept, process & practice.St. Louis:
Mosby-Year Book
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006. Buku ajar keperawatan gerontik, ed 2.
Jakarta:EGC
WHO. 2012. WHO: Angka harapan hidup Indonesia meningkat. Mei 10. 2012.
http://www.rri.co.id
Lawton, H.P., and Brody, E. M. (1969) Assesment of older people: Self- maintaining and
instrumental activities of daily living. Gerontologist 9:179
Maryam, R., Siti. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Wallace, M., & Shelkey, M. (2008). Katz index of independence in activities of daily living.
Reprinted with permission of The Hartford Institute for Geriatric Nursing. College of
Nursing, New York University
Al Rasyid, I., Syafrita, Y., & Sastri, S. (2017). Hubungan Faktor Risiko dengan Fungsi
Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), https://doi.org/https://doi.org/10.25077/jka.v6il.643
Alviah, S., & Imania, D. R. (2017) Perbedaan Pengaruh Latihan Jalan Tandem Dan Senam
Tai Chi Terhadap Peningkatan Keseimbangan Pada Lansia. Doctoral Dissertation,
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Depkes RI (2003) Pedoman Pembinaan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan Depkes RI
Al, C. et. (2015). Physical Activity in Elderly. European Journal of Translational Myology,
25(4), 249. https://doi.org/DOI:10.4081/ejtm.2015.5280
Lupa, A. M., Hariyanto, T. & Ardyani, V. M. (2017). Perbedaan Tingkat Keseimbangan
Tubuh Antara Lansia Laki-laki dan Perempuan. Nursing News, 2(1 Lupa, A. M.,
Hariyanto, T. & Ardyani, V. M. (2017). Perbedaan Tingkat Keseimbangan Tubuh
Antara Lansia Laki-laki dan Perempuan. Nursing News, 2(1), 454-461.), 454-461
Maryam, S.R., D. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika
Mardilah. (2017). Identifikasi Gangguan Keseimbangan Tubuh Pada Lansia Di Panti
Sosisal Tresna Wherda Minaula Kendari. Politeknik Kesehatan Kendari,22

18
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification Penerbit Salembs Medika
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC
Shilpa Amarya, Kalyani Sigh, M. S. (2018). Ageing Process and Physiological
Changes. Gerontology.Medice https://doi.org/DOI 10.5772/INTECHOPEN.76249
Siti Maryam, R. dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika
Kholifah. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai