Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK MENUA SECARA FISIK,SOCIAL,MENTAL, SERTA MITOS LANSIA,

SERTA PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :
Tk. 3A D-IV KEPERAWATAN
SEMESTER VI

1. NI PUTU PUTRI ASMARIANI (P07120215004)


2. NI MADE LINDA ADIMAHARANI (P07120215005)
3. NI PUTU SUDIANI (P07120215006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini puji syukur tepat
pada waktunya yang berjudul “ Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta
peran dan fungsi keperawatan gerontik” .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah
ini..

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
merestui segala usaha kita. Amin.

Denpasar, 18 Maret 2018

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
2.1 Dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia ................................................... 6
2.2 Mitos Lansia ........................................................................................................................ 12
2.3 Pendekatan pada Lansia ...................................................................................................... 14
2.4 Peran Dan Fungsi Perawatan Gerontik ............................................................................... 15
BAB III......................................................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................................... 19
3.1 Simpulan.............................................................................................................................. 19
3.2 Saran .................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan
(handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Ada beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan
advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan
kemandirian usaha sosial ekonomi lansia. Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020
akan meningkat menjadi 11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki
potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan
penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan
pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral
dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah
tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya
ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas. Oleh sebab itu kami membuat
makalah yang berjudul “ Dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran
dan fungsi keperawatan gerontik”

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia ?
1.2.2 Apa saja mitos lansia ?
1.2.3 Bagaimana pendekatan pada lansia?
1.2.4 Bagaimana peran dan fungsi perawatan gerontik ?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1.2.5 Untuk mengetahui dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia.
1.2.6 Untuk mengetahui mitos lansia.
1.2.7 Untuk mengetahui pendekatan pada Lansia
1.2.8 Untuk mengetahui peran dan fungsi perawatan gerontik.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai Dampak
menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran dan fungsi keperawatan gerontik
sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia kerja.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak menua secara fisik,social dan mental pada lansia

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence
(beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan
intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan,
dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity
(tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan
tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Nugroho (2008), menua adalah suatu proses yang wajar, terjadi pada seluruh mahluk
hidup tanpa kecuali. Secara sederhana, proses ini sudah dimulai dari sejak awal kehidupan
dalam bentuk perubahan perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya
umur, sehingga ada istilah penuaan kronologis dan penuaan biologis.
1) Perubahan fisik
1. Sistem pendengaran
Terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.

6
2. Sistem penglihatan
Terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies,
lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan
penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar,
daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya
gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.
Penurunan sisstem penglihatan dan pendengaran akan mempengaruhi persepsi
karena lansia tidak bisa membedakan objek dan mempengaruhi konsep diri karena
lansia merasa tidak berguna dengan penurunan yang dialaminya.
3. Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menipis (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
4. Sistem pernapasan
Otot pernapasan mengalami penurunan kekuatan dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli
melebar dan menurun jumlahnya, dan bronkus menyempit.
5. Sistem genitourinaria
Aliran darah ke ginjal menurun, ginjal mengecil, filtrasi di glomerulus menurun,
dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengkonsentrasi urin ikut
menurun.
6. Sistem integumen
Kulit mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan
rambut menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih,
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
berlebihan seperti tanduk.
7. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
memperngaruhinya. Yang sering ditemui, antara lain :

7
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
8. Sistem respirasi
1) Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas
menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
9. Sistem gastrointestinal
1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang bias terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (±80%), hilangnya sensifitas dari saraf pengecap di lidah
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensifitas dari saraf pengecapan
tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

8
10. Sistem reproduksi
1) Menciut ovary dan uterus
2) Atrofi payudara
3) Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
4) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), yaitu :
a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual.
c) Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
5) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan – perubahan
warna.
11. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Kifosis
2) Pinggang, lutut dan jari- jari pergelangan terbatas.
3) Persendian membesar dan menjadi kaku.
4) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
5) Atrofi serabut otot (otot- otot serabut mengecil)
6) Serabut – serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot- otot kram dan menjadi tremor.
12. Sistem endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh
darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4) Menurunnya akitifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate, dan
menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.

9
6) Menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya : progesterone, esterogen,
dan testosteron.
2) Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan
keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori
berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa
merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini dianggap lumrah
dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari penelitian ”Cross sectional” dan
longitudional didapatkan bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami
gangguan memori dan belajar dengan melanjutnya usia, terutama setelah usia 70 tahun, serta
perubahan IQ (intelegentia quotien) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

3) Perubahan-perubahan psikososial
Meliputi pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktivitas nya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.

1) Kehilangan status yang dulunya punya jabatan dan lengkap dengan fasilitasnya,
sekarang sudah hilang karena sudah tidak bekerja lagi.

2) Kehilangan teman atau relasi semasa masih bekerja mempunyai banyak teman dan

relasi, karena faktor usia yang sudah tua, jadi tidak mungkin untuk bekerja sehingga

otomatis semuanya hilang.

3) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan faktor usia yang sudah lanjut tidak mungkin lagi

bisa bekerja di perusahaan atau tempat lainnya, karena keterbatasan tenaga dan pikiran.

4) Perubahan dalam cara hidup memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit

5) Perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (kesusahan ekonomi) akibat

meningkatnya biaya hidup

6) Gangguan saraf panca indera, sehingga timbul kebutaan dan ketulian

10
7) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan sehingga ekonomi menjadi masalah.

4) Perubahan psikologis

Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri
terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam
kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yang berarti ada penarikan diri dari masayarakat dan diri pribadinya satu sama lain.
Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan
lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
baru. Karena telah lanjut usia mereka sering kali dianggap terlalu lamban, dengan gaya
reaksi yang lamban dan kesigapan dan kecepatan bertindak dan berpikir yang menurun.
Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan dimensia,
biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa
mengenal hal-hal yang baru terjadi. Hal-hal yang berpengaruh terhadap psikologis pada
lansia yaitu : kognisi, moral dan konsep diri. Kognisi merupakan proses dimana input
sensori ditransformasikan atau disimpan dan didapatkan kembali, beberapa komponen dari
proses kognitif adalah persepsi, berfikir dan memori, semua bisa dipengaruhi oleh
perubahan pada lansia, mitos yang terdapat pada lanjut usia, mereka tidak mampu atau tidak
bisa untuk belajar, untuk mengingat dan untuk berfikir sebaik sewaktu mereka masih muda,
tetapi kenyatannya kebanyakan orang tua masih bisa untuk belajar, berfikir dan mampu
untuk menyimpan kecerdasan atau intelegensi mereka. Moral merupakan suatu pedoman
dan pengendalian dalam berperilaku pada lansia, perilaku lansia semakin kekanakkanakan,
moral merupakan kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, ini termasuk komponen
emosional dari perilaku lansia itu sendiri sebagai gambaran dari perasaan lansia di masa
lalu, sekarang dan masa depan. Dalam ulasan yang lebih luas tentang kesehatan dan penuaan
tidak selalu dapat disimpulkan bahwa penambahan usia dapat diterangkan dengan
perubahan dari kepuasan hidup, moral, kebahagiaan atau stress psikologis. Konsep diri pada
lansia dikaitkan dengan perilaku lansia, dimana akibat peningkatan umur lansia cenderung
menjadi introvet (menarik diri), lansia ingin mengungkapkan pengalaman hidup yang
selama ini ia alami, tetapi keluarga menganggapnya sebagai orang yang cerewet dan
cenderung menghindari, sehingga lansia tersebut menjadi pendiam dan menarik diri, proses

11
ini membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya, persepsi ini mencakup tentang
perubahan fisik psikologis dan psikososial.

2.2 Mitos Lansia

1. Menurut kedamaian dan ketenangan


Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jernih payahnya dimasa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan- akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataan :

Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit.
a. Depresi
b. Kekhawatiran
c. Paranoid
d. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :

a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa anak- anak
g. Susah berubah
h. Keras kepala dan,
i. Cerewet
Kenyataan :

Tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian.

12
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan :

Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolism sehingga rawan terhadap penyakit. Tetapi banyak penyakit yang masa
sekarang dapat dikontrol dan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandangan sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.

Kenyataan :

Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak berhenti
hanya karena menjadi lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan :

Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi
hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi masih tetap
tinggi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataan :

Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan
produktifitas mental dan material.

13
2.3 Pendekatan pada Lansia

1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai
dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya.
Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia
ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.

2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan
dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan
service
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya
tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di
masa lanjut usianya.

14
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial
ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca surat kabar dan
majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik dengan
sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial
tresna wherda.

2.4 Peran Dan Fungsi Perawatan Gerontik

2.4.1 Peran Perawatan Gerontik

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti
rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu
dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk
pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan
hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik
spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik
pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung,
pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan
perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting
rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent
consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman;
melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status
kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka

15
panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik
spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan
kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya
memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka
perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di
usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan
di akhir hidup.
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based
practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan
mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada
pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai
role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat
gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong
perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo
dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang.
Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap
berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology
harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi

16
member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi
yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai
usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk
menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia
tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke,
diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni
dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan
riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan
fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus
disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.

2.4.2 Fungsi Perawatan Gerontik

Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik.
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontik adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan)

17
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan
rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua. Masalah pada lansia antara lain : kurang bergerak, instabilitas, beser,
gangguan intelektual, infeksi, gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, sulit
buang air besar (konstipasi), depresi, kurang gizi, tidak punya uang, gangguan tidur, daya tahan
tubuh yang menurun, impotensi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia yaitu
perubahan fisik, mental, psikososial dan psikologis.

Mitos pada lansia yaitu mitos kedamaian dan ketenangan, mitos konservatisme dan
kemunduran, mitos berpenyakitan, mitos semilitas, mitos tidak jatuh cinta, mitos aseksualitas, mitos
ketidakproduktifan. Adapun pendekatan pada lansia diantaranya : pendekatan fisik, pendekatan
psikis, pendekatan social.

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran
secara umum dan peran spesialis Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontik yaitu
:Guide persons of all ages toward a healthy aging process, Eliminate ageism, Respect the tight of
older adults and ensure other do the same, Overse and promote the quality of service delivery,
Notice and reduce risks to health and well being , Teach and support caregives , Open channels for
continued growth , Listen and support, Offer optimism, encouragement and hope , Generate,
support, use, and participate in research , Implement restorative and rehabilitative measures,
Coordinate and managed care , Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized,
holistic maner , Link service with needs , Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of
the speciality, Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern, Support
and comfort through the dying process, Educate to promote self care and optimal independence

3.2 Saran

Melihat dari sisi dampak menua secara fisik,social,mental, serta mitos lansia, serta peran
dan fungsi keperawatan gerontik penulis menyarankan agar peningkatan peran dan fungsi
keperawatan gerontik sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan dapat bermanfaat dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman sejawat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nafiah, Lailatun. 2015. Intelektual pada lansia.


http://www.perawatilmiah.com/2015/11/intelektual-pada-lansia.html.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai