Anda di halaman 1dari 9

Tindak Pencemar di Batang Anai-Sumatera Barat

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang mendesak Badan Pengendalian Dampak


Lingkungan Daerah (Bapedalda) Padang untuk melakukan pemeriksaan baku mutu air di
kawasan aliran Batang Anai.

Pasalnya, kondisi Batang Anai yang menyebabkan warga mengalami gatal-gatal serta adanya
udang dan ikan mati di danau mengindikasikan kawasan tersebut melebihi baku mutu
lingkungan hidup atau tercemar.

”Pihak kepolisian juga dapat melakukan penyelidikan terkait adanya dugaan ulah campur
tangan manusia dan perusahaan atas kerusakan lingkungan di kawasan aliran Batang Anai,”
ungkap Koordinator Divisi Pendampingan Kasus dan Paralegal, Poniman kepada Padang
Ekspres, kemarin.

Kerusakan lingkungan itu, menurut Poniman, merupakan pelanggaran hak konstitusional


masyarakat di sekitar Batang Anai. Hak atas lingkungan hidup sehat sebagaimana dijamin
Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945.

Penjaminan tersebut lebih lanjut diatur dalam UU No 32/2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan pemberian sanksi pidana terhadap orang yang melakukan
pengerusakan terhadap lingkungan (Pasal 97 sampai Pasal 120). “Dalam hal ini negara,
Pemko harus bertanggung jawab,” tukasnya.

Turunkan Tim

Terpisah Kepala Bapedalda Padang Indang Dewata mengatakan pihaknya akan menurunkan
tim pengecekan guna menindaklanjuti dugaan pencemaran air Batang Anai. Jika hasilnya
menyatakan tercemar dan ada indikasi mengarah ke salah satu perusahaan yang
menyebabkan pencemaran itu, maka bisa dituntut secara hukum.

”Kami juga mengharapkan adanya partisipasi akftif dari masyarakat untuk membuat laporan
resmi ke Bapedalda Padang atau Wali Kota,” kata Indang Dewata.

Sejauh ini, pihaknya belum bisa menyatakan tercemar atau tidak oleh salah satu perusahaan
yang beroperasi di hulu Batang Anai. “Jika indikasi itu terbukti benar, Bapedalda akan
menuntut perusahaan penyebab pencemaran itu,” kata Indang.

Indang menjelaskan ciri-ciri air tercemar bisa dilihat dari temperatur, warna, bau, rasa, dan
kekeruhan air. Bahan yang bisa menimbulkan pencemaran air antara lain, kotoran manusia,
limbah rumah tangga berbentuk bahan organik, bahan kimia yang larut dalam air, pupuk
anorganik, bahan kimia organik seperti minyak, bensin, plastik, dan pestisida.

Untuk kajian parameter kimia bisa diketahui melalui kandungan oksigen biokimia (BOD),
partikel tersuspensi (SS), dan amonia (NH3). Sementara itu, air yang normal dan layak
konsumsi juga bisa dilihat dari PH-nya. Air normal memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai PH berkisar antara 6,5 dan 7,5. Jika PH-nya berada di bawah atau di atas ukuran
itu, berarti sudah masuk dalam kategori tercemar.

Bapedalda Padang juga akan menyampaikan permasalahan ini ke Bapedalda Sumbar dan
Kabupaten Padangpariaman. Sebab, diduga pencemaran terjadi di hulu wilayah
Padangpariaman. “Kami mengharapkan masyarakat tetap hati-hati dalam menggunakan air
Batang Anai terlebih dahulu. Untuk memastikan itu, perlu kajian lebih lanjut,” ungkapnya.

Kepala Bapedalda Sumbar, Asrizal Asnan mengaku belum mendapatkan laporan pencemaran
Batang Anai. Tapi, pihaknya akan turun ke lapangan dan mengambil sampel air Batang Anai,
lalu membawanya ke laboratorium. “Untuk waktu pengecekannya, diperkirakan paling lama
10 hari. Jika dalam analisa tim menemukan pencemaran, baru akan ditindak,” kata dia.

Diberitakan sebelumnya, warga RT 01 RW 04 Padangsarai, Kototangah, khusus pengguna air


Batang Anai untuk mandi cuci dan kakus (MCK), resah. Tak sedikit warga setempat
mengalami gatal-gatal pada kulit. Ikan dan udang di sungai pun banyak yang mati setiap air
berbuih dari hulu sungai.

Sumber : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=25779

STATUS MUTU DAN RENCANA PROGRAM PENGENDALIAN


PENCEMARAN AIR SUNGAI BATANG ANAI
Sungai batang anai merupakan salah satu sungai di Sumatera Barat yang melalui beberapa
daerah di Sumatera Barat diantaranya Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang dan
Kabupaten Padang Pariaman. Untuk pengujian status air Sungai Batang Anai juga dilakukan
sebanyak dua Periode yang mewakili musim hujan dan musim kemarau pada 10 titik sampling
(mulai dari hulu sampai dengan hilir) dengan rincian lokasi titik sampling sebagai berikut:

Kode Lokasi
Kabupaten/Kota
No SamplingSampling
Nagari
Singgalang,
Jorong
1 BAN I Subarang,
Kabupaten Tanah Datar
Kec.X Koto.

Kelurahan
Silaing
2 BAN 2 Bawah, Kota Padang Panjang
Kec.
Padang
Kode Lokasi
Kabupaten/Kota
No SamplingSampling
Panjang
Barat.
Kel Silaing
Bawah, Kota Padang Panjang
3 BAN 3
Kec.Padang
Barat
Jorong Air
Terjun,
4 BAN 4 Nagari Kabupaten Tanah Datar
Singgalang,
Kec X Koto.
Jorong Air
Terjun,
5 BAN 5 Nagari Kabupaten Tanah Datar
Singgalang,
Kec. X Koto
Jorong Air
Terjun,
6 BAN 6 Nagari Kabupaten Tanah Datar
Singgalang,
Kec. X Koto
Jorong Air
Terjun,
7 BAN 6b Nagari Kabuapten Tanah Datar
Singgalang,
Kec. X Koto
Nagari
Anduring,
8 BAN 7 Kec. 2 x 11 Kabupaten Padang Pariaman
Kayu
Tanam
Jembatan
Baru
9 BAN 8 Batang AnaiKabupaten Padang Pariaman
Pasar
Usang
Kanagarian
Duku, Kabupaten
10 BAN 9 Pasar Padang Pariaman
Usang
Batang Anai
sebelum
11 BAN 10 bermuara Kabupaten Padang Pariaman
Jembatan
BIM

Status Mutu Air Sungai Batang Anai Metode STORET


Status Mutu Air
Lokasi Sampling Skor* Keterangan
Sungai*
BAN 1 -30 Tercemar berat Kriteria mutu air Kelas I
BAN2 -28 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN3 -26 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN4 -26 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN5 -20 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN6A -24 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAB6B -28 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN7 -20 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN8 -21 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
BAN9 -35 Tercemar berat Kriteria mutu air Kelas I
BAN10 -20 Tercemar sedang Kriteria mutu air Kelas I
Ket : * Perhitungan status mutu berdasarkan Kep. Men.LH No. 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Limbah Menumpuk di Batang Arau - Air Batang Anai Diuji ke


Laboratorium
Padang Ekspres • Jumat, 16/03/2012
Aiapacah, Padek—Lima aliran sungai membelah
Kota Padang rentan terkena dampak pencemaran.
Sebab, banyak pabrik atau perusahaan beroperasi di
sepanjang alur sungai tersebut. Berdasar hasil
pengukuran Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedalda) Padang, sungai Batang Arau
masuk zona merah, karena tingginya tingkat
pencemaran pada air sungai tersebut.

Lima sungai di Padang tersebut yakni Sungai


Timbalun, Sungai Aiadingin, Sungai Batang Arau,
Sungai Batang Kuranji, dan Sungai Batang Gadih.
“Pencemaran air di Sungai Batang Arau telah
memasuki tahap memprihatinkan. Dari hasil uji labor,
tingkat pencemaran air sungai tersebut tinggi.
Sebab di aliran sungai Batang Arau terdapat satu
perusahaan galian C, dua pabrik karet, satu pabrik
CPO, satu rumah sakit, dan ratusan bengkel kecil,” jelas Kepala Bapedalda Padang Indang Dewata
kepada Padang Ekspres, kemarin (15/3).

Indang menambahkan, terjadi penumpukan limbah di sungai tersebut, karena setiap hari perusahaan
besar membuang limbahnya ke aliran Sungai Batang Arau. Limbah buangan pabrik-pabrik tersebut
memang tidak melanggar dan telah sesuai PP No 82/2001 tentang Pengelolaan dan Pengendalian
Pencemaran, tapi karena pembuangan limbah dilakukan setiap hari akibatnya sangat berbahaya bagi
lingkungan dan masyarakat.

“Seharusnya, air di mulut sungai Batang Arau berada di kelas dua, atau belum memasuki
pencemaran berbahaya. Tapi karena air telah menjadi kelas empat, mengakibatkan air tersebut tidak
bisa diminum lagi, dan bisa mengakibatkan gatal-gatal bagi masyarakat yang mempergunakan air
tersebut,” ungkap Indang.

Uji Laboratorium
Soal kasus dugaan tercemarnya air Sungai Batang Anai, kata Indang pihaknya kemarin (15/3) telah
menurunkan tim Laboratorium Bapedalda Padang untuk mengambil sampel air sungai tersebut. Hasil
tes akan ke luar sekitar tujuh hari ke depan.

“Tes labor yang kami lakukan itu mencari limbah apa yang telah mencemari air sungai tersebut.
Sebenarnya, dalam kasus ini Bapedalda Padang berbagi dengan Padangpariaman, tapi karena hilir
sungai Batang Anai masuk Kota Padang, maka serangkaian tes harus dilakukan,” jelasnya.

Untuk diketahui, di aliran sungai Batang Anai memang ada dua pabrik besar beroperasi. “Tapi
tercemarnya air sungai Batang Anai, masih belum bisa dibuktikan karena limbah dari pabrik itu,”
ucapnya.

Perda Limbah
Mengantisipasi pencemaran air, kata Indang, rencananya Pemko akan membuat Perda baru. Dalam
Perda itu, nantinya seluruh pihak baik pemilik perusahaan, Pemko Padang, pemilik kapal akan saling
bahu membahu.

“Seandainya terjadi pencemaran, maka seluruh pihak akan bertanggung jawab, dan para pengusaha
harus berusaha mengurangi pembuangan limbah mereka supaya tidak mengeluarkan anggaran lagi
saat terjadi pencemaran,” ujarnya.

Kabid Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Padang Mairizon mengatakan pengelolaan


terpadu daerah aliran Sungai Batang Arau meliputi pengelolaan sumber daya air sungai dengan
memperhatikan kewajiban melindungi, menjaga dan memelihara kelestarian daerah aliran sungai.

Bentuk pengelolaan dapat berupa badan usaha atau tim terpadu ditetapkan pemerintah sesuai
kewenangan yang berlaku. Atau atas dasar kesepakatan dari pemanfaatan sungai beserta
stakeholder di Kota Padang.
“Diharapkan, kondisi dan kualitas sungai Batang Arau dari hulu sampai hilir akan menjadi tugas dan
tanggung jawab secara terpadu dari Tim yang akan dibentuk tersebut,” tukasnya. (kd)

Waspada! Sungai-Sungai di
Sumbar Tercemar E-Coli Kategori
Berat
Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V mengklaim beberapa sungai besar di
Sumbar telah tercemar bakteri Escherichia Coli (E-Coli). Cemarannya tidak main-
main, sudah pada ambang cemaran berat.
Kepala BWS Sumatera V, Filiansyah, melalui Kasi Operasional, BWS Wilayah V,
Vidi Bawana, saat ditemui Harianhaluan.com di ruang kerjanya mengatakan, dari
hasil uji baku mutu air pada beberapa sungai besar di Sumbar seperti, Batang Arau,
Batang Pariaman, Batang Tapakis, Batang Anai, Batang Mangor, Batang Agam, dan
Batang Antokan, itu cemaran e-coli sudah dalam kategori berat. Sehingga air
tersebut sangat tidak baik untuk dikonsumsi.

“Kalau sudah seperti ini sudah tidak bagus lagi untuk digunakan sebagai keperluan
sehari-hari. Karena kalau masih dipergunakan akan berdampak. Bagusnya hanya
untuk irigasi,” kata Vidi didampingi Staf Bidang Hidrologi, Novri.

Dijelaskan Vidi, kondisi ini disebabkan karena perilaku masyarakat yang masih saha
gemar membuang hajat ke sungai. Akibatnya cemaran sungai oleh bakteri E-Coli
sangat tinggi.

“Memang sangat sulit juga untuk menghentikan kebiasaan serupa ini. Tapi
bagaiamana pun ini tentu sangat berdampak kepada kualitas air sungai yang banyak
dimanfaatkan masyarakat,” ujarnya.

Temuan yang sama juga didapati Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar. Dari 80
sungai lintas kabupaten/kota dan 27 sungai lintas provinsi yang menjadi wilayah
kerjanya, umumnya mengalami cemaran bakteri E-Coli dengan tingkat sedang
hingga berat.

“Dari uji baku mutu air yang kita lakukan sebenarnya kualitas airnya masih bagus,
namun itu kalau E-Coli tidak kita masukkan. Tapi kalau E-Coli sudah kita masukkan
itu langsung turun kualitasnya,” ujar Kepala DLH Sumbar, Asrizal Asnan, didampingi
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan dan
Penataan Hukum Lingkungan, Siti Aisyah.

Ditambahkan Siti Aisyah, untuk E-Coli tidak hanya berasal dari kotoran manusia
semata, namun juga dari kotoran hewan dan sampah yang berada di sekitar aliran
sungai.

“Kalau lokasinya sudah berada di dekat pemukiman itu biasanya cemarannya juga
tinggi. Tapi kalau lebih ke hulu itu sudah berkurang,” paparnya.
Saat ini DLH juga tengah gencar mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak
membuang sampah, membuang hajat, dan kotoran hewan ke sungai. Hal ini untuk
menyelamatkan sungai di Sumbar.

“Kemarin kita lakukan di sekitar Batang Agam. Masyarakat di sana pun menyambut
baik cara ini. Bahkan mereka menerapkan sanksi sosial kalau ada masyarakat yang
masih membuang sampah dan kotoran ke sungai,” jelas Siti Aisyah.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, Ferymulyani,


kepada Haluan mengatakan, kalau air sudah tercemar dengan bakteri E-Coli
dampaknya akan menimbulkan diare bagi yang masih menggunakan air tersebut.
Misalnya untuk mencuci peralatan dapur, sayur, atau barang konsumsi lainnya.

“Jadi, jangan sekali-kali mencuci sayur atau bahkan sampai mengkonsumsi air
tersebut. karena dampaknya akan berbahaya,” paparnya.

Diketahui bakteri E-Coli tidak hanya menyebabkan diare tetapi bisa lebih berbahaya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal ditemukan orang
yang mengonsumsi air yang tercemar E.coli memiliki peningkatan risiko terkena
tekanan darah tinggi, masalah ginjal dan juga penyakit jantung di kemudian hari.
(h/isr)

Editor : Rivo Septi Andries

Kualitas Air Sungai di Padang Menurun


Rabu, 1 April 2015 21:39 WIB
Pewarta : Joko Nugroho

Padang, (Antara) - Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah


Kota Padang Edi Hasymi mengatakan kualitas air sungai di ibukota Sumatera
Barat menurun dan membahayakan penggunanya.

"Kualitas air sungai di Kota Padang, sudah mengalami tingkat pencemaran yang
tinggi. Ini berbahaya bagi kesehatan yang menggunakan air tersebut," kata Edi
Hasymi di Padang, Rabu.

Ia menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan sejak dua tahun terakhir, sampah
rumah tangga, limbah industri menjadi penyumbang utama tercemarnya air
sungai di Kota Padang.

"Dari penelitian kami, yang paling banyak adalah pencemaran dari sampah
rumah tangga di samping sampah domestik lainnya," katanya.

Ia menilai, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya


sangat rendah, dan sungai menjadi salah satu tempat yang sering menjadi
pembuangan oleh masyrakat.

Edi mengharapkan, peran masyarakat sangat diutamakan untuk menjaga


kualitas air, dan memanfaatkan tempat-tempat sampah yang telah disediakan.

"Masyarakat harus menyadari, kualitas air sungai sangat menentukan tingkat


kesehatan masyarakat," katanya.

Sementara itu, Koordinator Komunitas Earth Hour Kota Padang, Anda Hayani
Yosef mengatakan pada World Water Day (hari air dunia) yang dilakukan 22
Maret lalu, sampah di sungai Kota Padang didominasi dari sampah rumah
tangga.

"Kita masih melihat, pencemaran air di Kota Padang disebabkan sampah rumah
tangga yang tinggi," katanya.

Ia mengimbau, masyarakat yang tinggal dipinggiran sungai ikut mengawasi dan


memberikan larangan terhadap masyrakat yang ingin membuang sampah di
sungai.

Ia mengharapkan, Pemkot Padang memberikan perhatian serius terhadap


permasalahan tersebut, dan memberikan penyuluhan dan menyediakan banyak
tempat sampah. (*/agp)

Editor : Joko Nugroho


COPYRIGHT © ANTARASUMBAR 2017

Anda mungkin juga menyukai