Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN RISIKO

“LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MANAJEMEN RISIKO


PT. GRAFIKA JAYA SUMBAR”

Dosen Pengampu:
Luthfil Hadi Anshari, SKM, MSc

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Dinia Hafizah Z 1511212009
Yolla Wirpiani 1511216041
Ariffaldy Asdafi 1511211061
Heru Satria 1511212069
Diyanah Fadhilah 1611216001
Leny Oktavia 1611216024
Leolin 1611216028
Yanisa Anasthasia 1611216033

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang “Laporan Praktikum Lapangan tentang Manajemen

Risiko di perusahaan PT. Grafika Jaya Sumbar”. Sholawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW

yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam

yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kelompok sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi

tugas mata kuliah Hygiene Industri. Disamping itu, kami mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan

makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini. Demikian yang

dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan

kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Padang, Mei 2018

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Manajemen Risiko....................................................................................3
2.2 Penerapan Manajemen Risiko..................................................................3
2.3 Pengendalian Risiko.................................................................................5
2.4 Manfaat Manajemen Risiko....................................................................10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................12
3.1 Metode Kegiatan.....................................................................................12
3.2 Jadwal dan Kegiatan...............................................................................12
3.3 Sasaran....................................................................................................12
3.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum...............................................................13
3.5 Cara kerja praktikum..............................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................14
4.1 Analisis Situasi.......................................................................................14
4.2 Job Safety Analysis.................................................................................21
4.3 Penilaian Risiko......................................................................................22
4.4 Pengendalian Resiko...............................................................................28
BAB V PENUTUP....................................................................................................33
5.1 Kesimpulan.............................................................................................30
5.2 Saran.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

risiko tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta

manajemen terhadap risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Disamping itu, semakin tinggi tingkat teknologi yang

digunakan, maka semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan tenaga

kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan agar tidak

menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan kecelakaan. OHSAS 18001

menyebutkan risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian

berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

Di Indonesia, angka kecelakaan kerja masih sangat tinggi. Data dari

PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari total

8,44 juta jiwa yang aktif tercatat sebagai peserta Jamsostek, terjadi

96.697 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dimana 3,1%

diantaranya merupakan kasus fatal dan 12,7% diantaranya merupakan

kasus cacat permanen. Jumlah kecelakaan di Indonesia berdasarkan data

Jamsostek dari tahun ke tahun.

1
Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau

kegiatan. Manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan

dari setiap kemungkinan yang merugikan. Tanpa manajemen risiko,

perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian sehingga tidak dapat

mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam organisasi atau

perusahaan dan apa upaya persiapan diri untuk menghadapinya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

Grafika Jaya Sumbar?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis manajemen risiko keselamatan dan kesehatan

kerja di PT. Grafika Jaya Sumbar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dan menentukan jenis pekerjaan yang berpotensi

menyebabkan risiko di PT. Grafika Jaya Sumbar.


b. Mengidentifikasi bahaya yang ada di PT. Grafika Jaya Sumbar .
c. Mengetahui upaya manajemen risiko yang dilakukan oleh PT. Grafika

Jaya Sumbar

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.4 Manajemen Risiko

Menurut OHSAS 18001, risiko K3 adalah kombinasi dari kemungkinan

terjadinya kejadian bahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang

ada dalam setiap kegiatan.

Tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi untuk merespon

bermacam-macam resiko. Responden melakukan dua macam tindakan

manajemen resiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah

digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer resiko pada tahap

awal proyek konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk

mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil.

1.5 Penerapan Manajemen Risiko

Menurut standar AS/NZS 4360 tentang Standar Manajen Risiko, proses

manajemen risiko mencakup langkah sebagai berikut:

a. Menentukan konteks

b. Identifikasi Risiko

c. Penilaian Risiko: analisa risiko dan evaluasi risiko

d. Pengendalian Risiko

3
e. Komunikasi dan Konsulatasi

f. Pemantauan dan Tinjau Ulang

Proses penerapan manajemen risiko dalam perusahaan terdiri atas 6

langkah yaitu:

a. Dukungan manajemen

Penerapan manajemen risiko dalam perusahaan tidak akan berhasil jika

tidak dilandaskan komitmen manajemen puncak. Manajemen risiko pada

dasarnya adalh upaya strategis seorang pimpinan unit usaha untuk mengelola

usahanya dengan baik.

b. Kebijakan dan organisasi manajemen risiko

Komitmen manajemen mengenai manajemen risiko harus dituangkan

dalam kebijakan tertulis. Kebijakan mengenai manajemen risiko ini

mengandung sekurangnya komitmen perusahaan untuk meneraokan

manajemen risiko, untuk melindungi pekerja, asset perusahaan, masyarakat

pengguna, dan kelangsungan bisnis perusahaan.

c. Komunikasi

Kebijakan dan program manajemen risiko perlu dikomunikasikan

kepada semua unsure dalam perusahaan. Komunikasi penting agar seluruh

pekerja mengetahui kebijakan perusahaan, memahami dan kemudian

mengikuti dan mendukung dalam kegiatan masing – masing.

d. Mengelola risiko tingkat korporat

Langkah awal dalam implementasi manajemen risiko adalah pada level

korporat atau tingkat manajemen. Manajemen risiko harus dimulai pada

4
tingkat korporat atau perusahaan, agar dapat diidentifikasi apa saja risiko, baik

internal maupun eksternal perusahaan.

e. Mengelola risiko tingkat unit kegiatan/proyek

Langkah berikutnya adalah mengelola risiko pada tingkat kegiatan atau

proyek. Risiko pada level ini lebih bersifat teknis dan langsung di tempat kerja

masing-masing. Proses pengelolaan risiko dilakukan secara rinci untuk setiap

aktivitas, lokasi kerja atau peralatan.

f. Pemantauan dan tinjau ulang

Hasil pelaksanaan manajemen risiko harus dipantau secara berkala

untuk memastikan bahwa proses telah berjalan baik dan efektif. Hasil

manajemen risiko akan menentukan apa program kerja K3 yang diperlukan

untuk mengendalikan bahaya tersebut.

1.6 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko bahaya kerja terdiri dari tiga macam, yaitu

pengendalian administratif, teknik dan pelindung diri.

a. Pengendalian Administratif

1) Kesehatan lingkungan, meliputi kebersihan tempat kerja, pembuangan

sampah, kesehatan perorangan dan fasilitas makan/minum, serta

pengendalian rayap.

2) Pemeliharaan mesin dan peralatan, meliputi penjadwalan dan pelaksanaan

pemeliharaan secara periodik, pencatatan servis, perbaikan dan

penggantian suku cadang, serta penyediaan suku cadang.

5
3) Identifikasi risiko bahaya kerja yang belum terdeteksi.

4) Semua mesin, peralatan dan bahan baku yang digunakan dalam proses

industri harus sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja.

5) Rotasi pekerja bagi pekerjaan berisiko tinggi.

6) Penggunaan jasa asuransi untuk memindahkan risiko bahaya kerja.

7) Informasi dan pelatihan, meliputi orientasi bagi para pekerja yang baru

masuk, informasi regular dan pelatihan periodik bagi para pekerja yang

lama, membuat simbol peringatan kesehatan dan keselamatan kerja, serta

membuat/memperjelas/memerika kembali label produk zat kimiawi.

b. Pengendalian Teknik

1) Substitusi

Substitusi bahaya kerja merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi

pajanan bahaya kerja yang ada, yaitu dengan mengganti penggunaan zat

kimiawi yang berbahaya dan/atau mudah terbakar dengan yang kurang

berbahaya, misalnya produk roda giling yang mengandung silica diganti

dengan cara melapisinya dengan bahan aluminium oksida, alat penyemprot

cat manual diganti dengan penyemprot bertenaga listrik/hampa udara untuk

mengurangi kuantitas uap penyemprotan yang berlebihan.

2) Metode Basah

Metode basah untuk menghilangkan debu industri yang berbahaya

dari lingkungan kerja yaitu dengan menyiram sumber debu, lantai dan

dinding di lingkungan kerja. Pada industri pengecoran logam dapat

6
digunakan air bertekanan tinggi yang disemprotkan pada tempat semburan

debu logam untuk membersihkan cetakan.

3) Ventilasi dengan metode Exhaust (kipas pembuangan) local

Debu atau uap industri yang berbahaya juga dapat dikurangi

kuantitasnya dengan menghilangkannya dari zona pernapasan pekerja,

misalnya dengan pemasangan sistem exhaust lokal untuk menangkap uap

ferroksida padat dari sumbernya di industry pengelasan.

4) Ventilasi dengan penggunaan Exhaust umum / ventilasi dilusi

Cara ini tidak dapat digunakan untuk menanggulangi debu/uap

berbahaya yang terlokalisasi, tetapi hanya berguna untuk mengatasi

lingkungan kerja yang terpajan oleh sejumlah kecil debu/uap berbahaya

secara regular, misalnya dengan penggunaan ventilasi alami seperti

pintu/jendela yang terbuka, cerobong dan peralatan pengaliran udara

buatan seperti kipas angin dan Blower.

5) Meminimaliisasi kemungkinan bahaya di tempat kerja

Misalnya dengan mengurangi tenaga mesin yang berbahaya atau

menggunakan tanda bahaya bila terjadi kesalahan

6) Isolasi/pemagaran

Isolasi bahaya kerja dari pekerja terdekat dilakukan dengan membuat

dinding pembatas guna mengisolasi bahaya kerja tersebut.

Isolasi terdiri dari tiga jenis, yaitu:

7
a) Pembatas fisik

Misalnya pemagaran mesin yang menimbulkan suara bising,

penggunaan gordin pelindung untuk mencegah mata terkena percikan

cahaya pengelasan.

b) Isolasi jarak

Misalnya penggunaan pengontrol jarak jauh (remote control) pada

proses pemotongan dan penggosokan bahan-bahan industry yang

menghasilkan debu berbahaya.

c) Isolasi waktu

Misalnya penggunaan peralatan semiotomatis, sehingga pekerja

tidak harus selalu berada di tempat yang berbahaya.

c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Jika pengendalian bahaya kerja pada sumbernya atau pada saat

penyebarannya tidak memungkinkan atau dibutuhkan perlindungan yang lebih

ketat, maka pekerja itu sendiri harus dilindungi dari pajanan bahaya kerja

dengan menggunakan alat pelindung diri.

Organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap pajanan bahaya kerja

adalah mata, telinga, kulit dan saluran pernafasan, sehingga jarus dilindungi.

1) Pelindung mata atau muka

Dapat digunakan kaca mata kerja dan perisai muka untuk mencegah:

a) Percikan partikel ringan yang terlontar dengan kecepatan rendah


b) Percikan partikel berat yang terlontar dengan kecepatan tinggi
c) Percikan zat yang panas atau korosif
d) Kontak dengan mata akibat gas/uap iritan

8
e) Sorotan bermacam-macam sinar radiasi elektromagnetik, termasuk

sinar laser.

2) Perlindungan kulit/permukaan tubuh

Baju kerja, sarung tangan kerja, celemek kerja, dan sepatu kerja

dapat digunakan untuk mencegah:

a) Kerusakan kulit akibat reaksi alergik atau zat kimia yang korosif

b) Penyerapan zat kimia melalui kulit

c) Penyebaran panas/dingin/sinar radiasi

d) Kerusakan akibat risiko trauma mekanik

3) Perlindungan saluran pernapasan

Untuk mencegah inhalasai bahaya kerja dalam bentuk debu/uap

kerja, maka mulut dan hidung harus ditutup oleh bahan yang dapat

menyaring masuknya debu/uap kerja. Alat pelindung pernapasan yang

digunakan memiliki bermacam-macam bentuk, mulai dari yang paling

sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang dilengkapi

tabung oksigen.

Namun demikian, pada asarnya alat perlindungan pernapasan

terbagi atas dua macam, yaitu:

a) Respirator penyaring udara

Yaitu alat pembersih udara kotor yang menyaring atau

mengabsorpsi kontaminan sebelum masuk ke saluran pernapasan.

Alat ini terdiri dari dua jenis, yaitu Respirator masker penyaring debu

9
berfilter khusus serta Cartridge Respirator yang menggunakan

Cartridge untuk mengabsorpsi gas/uap/debu kerja.

b) Respirator penyuplai udara bersih

Yaitu alat yang melindungi saluran pernapasan dari udara yang

terkontaminasi uap/debu kerja, serta dapat menyuplai udara bersih.

Alat ini terdiri dari dua jenis berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu

alat yang memompakan udara bersih dengan tekanan tinggi dari

lingkungan yang tak terkontaminasi secara otomatis, serta Alat yang

menghasilkan udara bersih dari kantong udara portable (berisi udara

yang terkompresi/udara dalam bentuk cair/oksigen) yang disebut

Self-contained Breathing Apparatus (SCBA).

Beberapa kriteria berikut ini perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan jenis respirator yang tepat untuk masing-masing tempat kerja,

antara lain:

1) Identifikasi kontaminan di tempat kerja

2) Perkiraan konsentrasi maksimal kontaminan

3) Kenyamanan pemakai respirator

4) Kesesuaian dengan jenis dan tugas kerja

5) Kesesuaian dengan besar/bentuk muka individu pemakai untuk

mencegah adanya celah yang terbuka.

1.7 Manfaat Manajemen Risiko

10
Manfaat manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu

usaha atau kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan darisetiap

kemungkinan yang merugikan. Manajemen tidak cukup melakukan langkah -

langkah pengamatan yang memadai sehingga peluang terjadinya bencana

semakin besar.

Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat

antara lain .

a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan

yang mengandung bahaya

b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tiak diinginkan

c. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya.

d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap

unsur dalam organisasi atau perusahaan.

e. Memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku

11
BAB III

METODE PRAKTIKUM

1.8 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam praktikum Manajemen Risiko di PT.

Grafika Jaya Sumbar adalah metode observasi dan wawancara dengan beberapa

karyawan yang ada di lapangan, sehingga diharapkan dengan menggunakan

metode observasi dan wawancara ini hasil yang didapatkan sesuai dengan

kondisi nyata di tempat tersebut.

1.9 Jadwal dan Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok untuk praktikum penilaian

hygiene industri adalah sebagai berikut:


Tanggal 19 April 2018 : Pembuatan surat untuk Pimpinan PT. Grafika Jaya

Sumbar
Tanggal 21 April 2018 : Pemberian Surat ke Pimpinan PT. Grafika Jaya

Sumbar
Tanggal 5 Mei 2018 : Praktek Lapangan ke PT. Grafika Jaya Sumbar
Tanggal 6 Mei 2018 : Evaluasi hasil
Tanggal 7-8 April 2018 : Pembuatan laporan dan PPT

1.10 Sasaran

Observasi dilakukan di PT. Grafika Jaya Sumbar yang terletak di Jalan

Kis. Mangunsarkoro, Padang. Adapun sasaran khusus dari kegiatan ini adalah

12
melihat hygiene Industri pada setiap proses kegiatan kerja di PT. Grafika Jaya

Sumbar mulai dari proses penerimaan pesanan sampai tahap finishing barang.

1.11 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Waktu pelaksanaan kegiatan pada tanggal 5 Mei 2018 hari Sabtu Pukul

14.00 WIB sampai dengan selesai.

1.12 Cara kerja praktikum

Kelompok melakukan observasi yang dipandu oleh beberapa karyawan

yang ahli dibidangnya. Kelompok melihat setiap proses produksi dari awal

sampai akhir dan memperhatikan alat serta kegiatan yang dapat berisiko. Pada

saat kelompok melakukan observasi dipandu teori yang telah dipelajari pada saat

perkuliahan, dan juga tanya jawab bersama pemandu kelompok.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi


4.1.1 Profil Perusahaan
PT. Grafika Jaya Sumbar merupakan perusahaan yang berasal dari

Perusahaan Percetakan Sumatera Tengah yang berdiri sejak tanggal 29 Mei

1953 berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Sumatera Tengah Nomor

168/G-DPS/53. Pada awalnya perusahaan ini berkedudukan di Bukittinggi,

seiring dengan berjalannya waktu pada bulan Desember 1961 perusahaan

tersebut dipindahkan dari Bukittinggi ke Padang yang beralamat di Jl.

Mangunsarkoro.
Pada tanggal 30 April 1966, Perusahaan Percetakan Sumatera Tengah

ditetapkan sebagai Perusahaan Daerah berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Sumatera Barat Nomor 053/DS-Tahun 1966 dan mulai beroperasi

pada tanggal 1 November 1978 dengan nama Perusahaan Daerah Grafika

Sumatera Barat. Kemudian, pada tahun 1995 Perusahaan Daerah Grafika

bergabung dengan PT Andalas Tuah Sakato sebagai induk perusahaan dan

menjadi PT. ATS Divisi Grafika. Selanjutnya, pada tanggal 8 Oktober 2007

PT. ATS Divisi Grafika resmi menjadi PT. Grafika Jaya Sumbar berdasarkan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2007.


PT Grafika Jaya Sumbar merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Daerah Provinsi Sumatera Barat yang bergerak dalam bidang

percetakan/offset, digital printing, perlengkapan kantor dan rumah kemasan

serta penerbitan. Dimana yang menjadi pemegang sahamnya adalah

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Kopkar PD. Grafika Padang dan PT.

Andalas Tuah Sakato.


4.1.2 Struktur Organisasi

Rapat Umum
14 Pemegang Saham
Dewan
Komisaris

Direksi
Anak
Perusahaan

Bagian Bagian Bagian


Keuangan Pemasaran Produksi
dan SDM - ADM dan Umum
Pemasaran - Re Produksi
- SDM/ - Mesin Cetak
- Pemasaran
Personalia dan Kemasan
- Keuangan - Finishing
4.1.3 Jam Kerja PT. Grafika Jaya Sumbar
- Pajak
PT.
- Pelaporan Jaya Sumbar menerapkan
Grafika waktu efektif kerja- Umum
sebanyakdan 8
Ekspedisi
- Penagihan
jam sehari untuk 5 hari kerja (Senin-Jum’at) atau 40 jam seminggu,

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Surat Perjanjian Kerja Nomor

001.i/Dir/GJS/XII-2015 yang menyatakan bahwa:


a. Hari kerja adalah 5 (lima) hari seminggu yaitu Senin s/d Jum’at.
b. Jam kerja :
1) Senin – Kamis jam 07.30 s/d 16.00 WIB dan istirahat jam 12.00 –

13.00 Wib.
2) Jum’at dari jam 07.30 s/d 16.30 WIB, dan istirahat jam 11.30 – 13.30

WIB
4.1.4 Proses Produksi PT. Grafika Jaya Sumbar
1. Ruang Desain
Proses desain berlangsung setelah adanya pesanan (order), baik

dalam bentuk gambar atau tulisan. Seorang desainer harus cermat

membaca perintah kerja, sehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi

yang menyebabkan pekerjaan desain tidak sesuai dengan

desain/perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

15
Gambar 1 ; Kartu order bagi konsumen

Gambar 2 : Ruang Desain


2. Ruang Pembuatan Film/Plate Cetak
Dalam tahapan ini yang dilakukan adalah hasil desain yang

mendapat persetujuan konsumen diproses menjadi film atau langsung

diproses ke plate cetak sesuai permintaan konsumen. Penataan hasil

desain sesuai dengan ukuran mesin cetak dan kertas cetak yang

digunakan agar efisiensi. Film yang telah jadi, ditata diatas permukaan

pelat cetak untuk dilakukan penyinaran dan pengembangan.

16
Gambar 3: Ruang pembuatan plate film

3. Ruang Produksi
Plate cetak yang telah dikembangkan, siap untuk dilakukan proses

pencetakan. Dalam tahap ini menggunakan mesin cetak sheet offset

untuk mencetak pada kertas lembaran dengan menggunakan mesin web

offset untuk mencetak kertas gulungan.

Gambar 4 : Mesin cetak sheet oliver


4. Ruang Bahan Baku Umum

17
a. Bahan baku dalam bidang pekerjaan pra cetak; kertas, toner/tinta

printer, film, plate cetak, dll.


b. Bahan baku bidang pekerjaan cetak;
1) Tinta cetak offset mempunyai sifat alir atau yang sering disebut

reologi.

2) Bahan cetak (kertas cetak), kertas yang digunakan untuk mecetak

dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu: uncoated, coated dan

non absorption paper. Ukuran plano adalah ukuran kertas yang

belum dipotong.

18
Gambar : Fontain solution, yang berfungsi sebagai bahan pencuci tinta cetak yang

melekat pada rol-rol tinta mesin cetak setelah selesai digunakan untuk mencetak.

3) Kain karet (balnket),


Pengalihan tinta pada cetak offset adalah tidak langsung artinya

tinta pada plate cetak tidak langsung dipindahkan ke kertas media

perantara, yaitu kain karet (blanket).


4) Dll
c. Bahan baku bidang pekerjaan finishing; lem, seperti; lem putih/lem

kayu, lem PVAc, lem super/lem/Alteco, dll

5. Ruang Finishing
Bagian finishing merupakan bagian termasuk dalam produksi.

Adapun tugas dan wewenang dari bagian finishing adalah sebagai

berikut:
a. Mengerjakan pekerjaan finishing barang-barang cetakan yang telah

dicetak oleh bagian produksi.


b. Memelihara atau menjaga kebersihan ruang kerja dan patuh

mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan langsung.


c. Membantu tugas lain yang diserahkan oleh atasan langsung sesuai

dengan ketentuan perusahaan.


Pada tahapan penyelesaian Grafika ini terdapat proses memotong,

melipat, menyusun, menyorting dan pengepakan. Secara sederhana

dapat dijelaskan pada proses penyelesaian akhir cetakan tersebut,

dipotong sesuai dengan bentuk pesanan. Selanjutnya dilakukan

19
pemeriksaan dan kemudian diteruskan dengan melakukan

pengepakan/pengemasan.

Gambar 5: Mesin potong 1 sisi

Gambar 6: Kemasan yang sudah jadi


4.2 Job Safety Analysis
4.2.1 Identifikasi Bahaya Kerja
Langkah ini merupakan hal pertama yang dilakukan sebelum

evaluasi yang lebih mendetil dilaksanakan, yaitu melakukan pengukuran

dasar bahaya di lingkungan kerja. Tahap identifikasi bahaya kerja dimulai

dengan mengadakan pendekatan dan diskusi dengan para pekerja yang

berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, komponen fisik dan tata

laksana pekerja di tempat kerja. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan

inspeksi tempat kerja (walk-through survey).


Tabel 1 : Identifikasi Bahaya Kerja
No Ruang Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko
1 Desain Ruangan yang tidak rapi Dapat menimbulkan
dan bersih kcelakaan seperti

20
terpeleset.
2 Plate film Membuat Pencahayaan Kurang Kesalahan dalam
plate film membuat plate film
Ventilasi udara tidak ada Panas, gerah

3 Produksi Mencetak Tidak memakai sarung Bisa terkena luka dan


tangan dan masker saat terhirup dari bahan
membersihkan mesin cetak kimia yang digunakan.

4 Baku mutu Kaleng-kaleng cat yang Dapat menjadi sarang


tidak disusun dengan rapi vektor seperti
nyamuk, kecoa,tikus.
Sisa-sisa potongan
kertas/kardus yang
berserakan

5 Finishing Memotong Tidak memakai sarung Bisa terkena


kertas tangan luka/bahaya

4.3 Penilaian Resiko

Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari

suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan, kerusakan,

gangguan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu risiko

dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.Penilaian

risiko merupaka suatu langkah yang logik untuk mampu melakukan penilaian

suatu potensi bahaya secara sistematis.Penilaian risiko digunakan sebagai

langkah saringan utnk menentukan tingkat risiko yang ditinjau dari

kemungkinan kejadian (likehood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan

(severity). Penilaian risiko terdiri dari dua tahapan proses, yaitu

a. Analisis Risiko

Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko

dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat

yang ditimbulkannya.Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan

21
peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko yang

memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau

dapat diabaikan. Hasil analisis risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan

kriteria yang telah ditetapkan atau standar dan norma yang berlaku untuk

menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko

dinilai tidak dapat diterima, harus dikelola atau ditangani dengan

baik.Untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya perlu dilakukan

penilaian risiko sehingga seseorang mengetahui besarnya risiko yang

dapat terjadi.Setelah risiko atau bahaya diidentifikasi dilakukan penilaian

risiko untuk mengetahui seberapa besar risiko tersebut.

b. Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut dapat

diterima atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang

berlaku, atau kemampuan organisasi untuk menghadapi suatu risiko

Prakiraan nilai risiko :

Dimana: Likelihood = frekuensi kegagalan untuk suatu risiko.

Consequence = konsekuensi untuk suatu risiko

Risks = Likelihood x Consequence

22
MATRIKS PENILAIAN RISIKO (AS / NZS 4360 : 1995)
Tabel-2: Probabilitas

TINGKATAN KRITERIA PENJELASAN

5 Almost certain /Suatu kejadian pasti akan terjadi pada semua kondisi /
Hampir pasti setiap kegiatan yang dilakukan (tiap minggu/bulan)
4 Likely / MungkinSuatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua
terjadi kondisi (beberapa kali/tahun).
3 Moderate / Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu (1 -
< 2 tahun/kali).
2 Unlikely / KecilSuatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi
kemungkinannya tertentu, namun kecil kemungkinan terjadinya
(> 2 - < 5 tahun/kali).
1 Rare / Jarang sekali Suatu insiden mungkin dpt terjadi pada suatu kondisi yang
khusus / luar biasa / setelah bertahun-tahun (> 5 tahun/kali).

Tabel-3: Dampak Risiko (Severity)

23
TINGKATAN KRITERIA PENJELASAN

1 Insignificant / TidakTidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil.


signifikan
2 Minor / Minor Memerlukan perawatan P3K, kerugian materi sedang.

3 Moderate / sedang Memerlukan perawatan medis dan mengakibatkan


hilangnya hari kerja / hilangnya fungsi anggota tubuh utk
sementara waktu, kerugian materi cukup besar.
4 Major / Mayor Cidera yg mengakibatkan cacat / hilangnya fungsi tubuh
secara total, tidak berjalannya proses produksi, kerugian
materi besar.
5 Catastrophe / Bencana Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar.

MATRIKS PENILAIAN RISIKO (AS / NZS 4360 : 1995)

Tabel-4: Matriks Penilaian Risiko

Dampak Risiko (Severity)


1 2 3 4 5
Probabilitas Insignificant Minor Moderate Major Catastrophe

Sangat sering terjadi


(Tiap minggu/bulan) M (5) M (10) H (15) E (20) E (25)
5
Sering terjadi
(beberapa kali/tahun) M (4) M (8) H (12) E (16) E (20)
4
Mungkin terjadi
(1 - < 2 tahun/kali) L (3) M (6) H (9) E (12) E (15)
3
Jarang terjadi
(> 2 - < 5 tahun/kali) L (2) L (4) M (6) H (8) E (10)
2
Sangat jarang terjadi
( > 5 tahun/kali) L (1) L (2) M (3) H (4) E (5)
1

Keterangan:

24
E : Extrem Risk (risiko sangat tinggi), memerlukan perencanaan khusus di tingkat

manajemen puncak, dan penanganan dengan segera / kondisi darurat.


H : High risk (risiko tinggi), memerlukan perhatian dari pihak manajemen

dan melakukan tindakan perbaikan secepat mungkin.


M : Moderate risk (risiko sedang), tidak melibatkan manajemen puncak, namun

sebaiknya segera diambil tindakan penanganan/kondisi buka darurat.


L : Low risk (risiko rendah), risiko cukup ditangani dengan prosedur rutin yang

berlaku.
Perhatian !: Acuan di atas hanya berupa panduan/guidance dan dapat disesuaikan

dengan kondisi perusahaan masing-masing.


Tabel diatas adalah Matriks risiko atau risk matriks merupakan

tabel yang mencakup dua kategori yaitu kategori frekuensi atau likehood

pada bagian kolom dan kategori keparahan atau dampak pada bagian

baris. Tingkat keparahan atau severity ditinjau dari berbagai aspek,

yaitu dampak terhadap manusia, keuangan, kelangsungan usaha,

lingkungan, dan tanggapan media massa. Setiap aspek peringkat 1-5

mulai dari rendah sampai tinggi. Selanjutnya, jika dikombinasikan

dengan kemungkinan atau likelihood seperti pada tabel akan diperoleh

peringkat risiko yang dikategorikan atas Risiko Sangat Tinggi (E),

Risiko Tinggi (H), Risiko Sedang (M), dan Risiko Rendah (L).

Penilaian Risiko
N Potensi Pro Seve Level of Ket
Ruang Pekerjaan Risiko
o Bahaya babi ritas Risk
litas
1 Desain Ruangan Dapat 2 1 L (2) Accep
yang tidak menimbulka table
rapi dan n kcelakaan
bersih seperti
terpeleset.
2 Plate Mem buat Pencahaya Kesalahan 3 2 M (6) Undes
film plate film an Kurang dalam irable
membuat
plate film

25
Ventilasi Panas, gerah 3 2 M (6) Undes
udara irable
tidak ada
3 Produksi Mencetak Tidak Bisa terkena 4 3 H (12) Undes
memakai luka dan irable
sarung terhirup dari
tangan dan bahan kimia
masker yang
saat digunakan.
membersi
hkan
mesin
cetak
4 Baku Kaleng- 3 3 H (9) Undes
mutu kaleng cat irable
yang tidak
disusun Dapat
dengan menjadi
rapi sarang
vektor
Sisa-sisa seperti 3 3 H (9) Undes
potongan nyamuk, irable
kertas/kar kecoa,tikus.
dus yang
berserakan

5 Finishing Memotong Tidak Bisa terkena 4 3 H (12) Undes


kertas memakai luka/bahaya irable
sarung
tangan

4.4 Pengendalian Risiko


Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi bahkan mencegah

terjadinya kecelakaan kerja menjadi zero accident. Berdasarkan hasil evaluasi

risiko dapat diterapkan beberapa pengendalian risiko pada PT. Grafika Jaya

Sumbar sebagai berikut :


a. Pengendalian administratif, seperti mencegah pekerja dari kejenuhan,

kelelahan dan kehilangan konsentrasi dengan cara mengontrol jam kerja

pekerja atau pergantian shift kerja; melakukan pemnerikasaan kesehatan

pekerja seccara berkala; memberi pelatihan dan penyuluhan tentang

26
penggunaan mesin dan peralatan yang aman dengan prosedur kerja yang

standar secara rutin dan terus menerus setiap beberapa waktu, misalkan

sekali sebulan; memeriksa peralatan; serta memberi rambu peringatan

untuk memakai alat pelindung diri (APD) dan keberadaan alat bahan yang

berbahaya (pada lokasi tertentu).


b. Untuk kontrol pengendaliannya dapat dilakukan dengan penggunaan APD

yang telah disediakan oleh perusahaan serta diiringi dengan pengawasan

dari pihak perusahaan.

27
BAB V

PENUTUP

1.13 Kesimpulan

PT. Grafika Jaya Sumbar merupakan perusahaan yang berasal dari

Perusahaan Percetakan Sumatera Tengah yang berdiri sejak tanggal 29 Mei

1953 berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Sumatera Tengah Nomor

168/G-DPS/53. PT Grafika Jaya Sumbar merupakan salah satu Badan Usaha

Milik Daerah Provinsi Sumatera Barat yang bergerak dalam bidang

percetakan/offset, digital printing, perlengkapan kantor dan rumah kemasan

serta penerbitan. Dimana yang menjadi pemegang sahamnya adalah

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Kopkar PD. Grafika Padang dan PT.

Andalas Tuah Sakato.


PT. Grafika Jaya Sumbar menerapkan waktu efektif kerja sebanyak 8

jam sehari untuk 5 hari kerja (Senin-Jum’at) atau 40 jam seminggu. Terdiri

dari 5 ruangan, yaitu ruang desain yang berlangsung setelah adanya proses

orderan, ruang pembuatan film merupakan hasil desain yang sudah disetujui

konsumen, akan diproses menjadi film atau plate. Selanjutnya ada ruang

produksi yaitu ruangan yang dilakukan proses pencetakan, adanya ruang

bahan baku umum dan ruang finishing.


Terdapatnya job safety analysis pada perusahaan ini yaitu pada tahap

identifikasi bahaya yaitu dengan mengadakan pendekatan dan diskusi

dengan pekerja yangg berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, dll.

Kemudian tahap penilaian risiko. Pada tiap ruangan, didapatkan berbagai

macam tingkat risiko yaitu pada tingkatan risiko rendah (L), terdapat pada
ruangan desain, kemudian pada tingkat risiko sedang (M), terdapat pada

ruangan pembuatan plate/film karena ditemukannya potensi bahaya berupa

pencahayaan kurang dan ventilasi udara yang tidak ada. Kemudian pada

tingkat risiko tinggi (H), terdapat pada ruang produksi pada saat mencetak,

karena tidak menggunakan sarung tangan dan masker, ruangan baku mutu

juga berisko tinggi karena adanya kaleng cat yang tidak tersusun rapi dan

sisa potongan kadus yyang berserakan. Pada ruangan finishing juga

dikategorikan pada risiko tinggi karena pada saat memotong kertas tidak

menggunakan sarung tangan.

1.14 Saran

Pada perusahaan PT Grafika masih terdapat banyak nya

tingkatan risiko yang masih tinggi terhadap pekerjanya, sehingga

sangat diharapkan agar perusahaan lebih menekankan kepada

pekerja untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja,

yaitu dengan menggunakan masker dan sarung tangan pada saat

bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumasari WH. Penilaian Risiko pekerjaan dengan Job Safety Analysis (JSA)

Terhadap Angka Kecelakaan Kerja pada Karyawan PT. indo Acidantama

TBK. Kemiri, kebakkramat, Karanganyar, Surakarta: universitas

Muhammadiyah Surakarta; 2014

Suardi R. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit

PPM; 2007

Kurniawidjaja LM. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-Press; 2010

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia no.13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan.

Ramli S. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHs Risk Management. Jakarta:

Dian Rakyat; 2010

Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji

massangung; 1996.

Djafri D. Job Safety Analysis. Padang: Universitas Andalas; 2008

Harrianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2008

Anda mungkin juga menyukai