Anda di halaman 1dari 30

Neurotransmitter dan Reseptor

Dalam suatu penghantaran impuls, diperlukan adanya suatu sinyal yang akan
disampaikan. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu neurotransmitter yang akan membawa sinyal
tersebut. Selain itu, dalam penghantaran sinyal juga diperlukan adanya reseptor. Reseptor inilah
yang akan mengenali neurotransmitter, sehingga kanal akan terbuka dan ion tertentu akan
terbuka. Dalam Lembar Tugas Mandiri ini, akan diterangkan tentang neurotransmitter beserta
reseptornya.
Neurotransmitter adalah senyawa-senyawa kimia yang dikeluarkan oleh sel neuron,
sehingga impuls akan diteruskan dari sel neuron, ke neuron lainnya, otot, organ, dan lain
sebagainya. Neurotransmitter biasanya dikemas oleh vesikel-vesikel yang membawanya dari
perikaryon menuju akson terminal. Pada akson terminal, vesikel-vesikel tersebut akan
melepaskan neurotransmitter sehingga neurotransmitter akan berada pada velah sinaps. Setelah
itu, neurotransmitter akan ditangkap oleh reseptor spesifiknya (gambar 1). Beberapa
neurotransmitter adalah sebagai berikut:
a. Acetylcholine(ACh)
ACh merupakan neurotransmitter yang pertama kali ditemukan pada sekitar 70 tahun yang lalu.
ACh ini terbentuk pada akson terminal pada sel saraf. Proses penggunaan ACh sebagai
neurotransmitter, dimulai saat potensial aksi sudah sampai pada terminal akson. Hal ini akan
bersamaan dengan meningkatnya kalsium yang bermuatan dan aktifnya asetilkolin. Asetilkolin
yang aktif akan segera direspon oleh ACh reseptor. Setelah itu, ACh akan segera diuraikan
kembali di terminal. Jika suatu saat diperlukan lagi, asetilkolin akan segera disintesis kembali.
ACh beserta reseptornya, sangatlah penting dalam penghantaran sinyal. Myasthenia gravis
adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh tidak adanya reseptor asetilkolin. Para penderita
myasthenia gravis ini akan selalu mengalami kelelahan dan kelemahan otot.
b. Asam amino
Asam amino tidak hanya berperan sebagai penyusun protein saja, tapi beberapa asam amino juga
berperan sebagai neurotransmitter. Salah satu contohnya adalah glutamat dan aspartat yang
berperan sebagai sinyal eksitatori. Glutamate dan aspartat ini berfungsi untuk mengaktifkan
reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA). Reseptor NMDA ini bermanfaat untuk neuron karena
sangat berperan dalam proses belajar dan perkembangan neuron. Walau bagaimanapun, jika
terlalu banyak stimulasi NMDA, akan terjadi kematian sel. Selain itu, gamma-aminobutyric acid
(GABA) dan glisin, juga berperan sebagai inhibitor dari neuron.
c. Catecholamines
Neurotransmitter yang termasuk dalam golongan ini adalah nor-epinefrin dan dopamine.
Norepinefrin berperan dalam belajar dan memori serta berperan dalam mengontrol tekanan darah
dan jantung. Salah satu fungsi dari dopamine adalah mengontrol pergerankan. Sehingga para
penderita Parkinson’s disease yang tidak mempunyai dopamin, mengalami berbagai gangguan
pergerakan, seperti kesulitan bergerak, tremor, dan kekakuan otot. Selain itu, dopamin juga
berperan dalam emosi psikologis dan kognitif. Dopamin juga berperan dalam mengatur sistem
hormonal.
d. Serotonin
Serotonin berperan dalam mengontrol berbagai tingakatan emosional. Serotonin juga berperan
dalam kontrol perasaan hari (mood), kegelisahan, depresi, dan lain sebagainya. Obat-obatan yang
bekerja berlawanan dengan serotonin, bisa mengobati depresi dan Obsessive-compulsive
disorder (OCD). Salah satu contoh obatnya adalah fluoxetine (Prozac).
e. Peptida
Peptida adalah kumpulan asam amino yang saling berikatan. Peptida otak yang berperan sebagai
neurotransmitter adalah opioid. Opioid ini berperan dalam menekan rasa nyeri dan juga tidur
walaupun prosesnya masih belum jelas. Diperkirakan, opioid ini diproduksi oleh otak saat kita
berada dalam kondisi stress. Salah satu derivat opioid yang biasa digunakan adalah morfin.
f. Gas
Beberapa gas, ternyata bisa berperan sebagai neurotransmitter, contohnya adalah nitrit oksida
dan karbon monoksida. Biasanya, neurotransmitter akan dikemas dalam vesikel-vesikel dan
memerlukan reseptor untuk masuk kedalam post-sinap. Tidak demikian dengan gas-gas ini.
Dikarenakan bentuknya yang gas, nitrit oksida dan karbon monoksida akan langsung berdifusi
untuk keluar masuk neuron. Nitrit oksida mempunyai beberapa peran penting, yaitu berperan
dalam relaksasi usus, ereksi pada penis, dan mengontrol siklik GMP (suatu molekul intrasellular
messenger)

Setelah neurotransmitter keluar dari vesikel, neurotransmitter akan ditangkap oleh


reseptor spesifiknya. Reseptor yang biasa digunakan, ada 2 macam, yaitu:
1. Transmitter-gated channels (ionotropik)
Transmitter-gated channels biasanya digunakan oleh ACh dan neurotransmitter asam amino.
Transmitter-gated channels berukuran 11 nm dan bersifat sangat sensitif dalam menyeleksi
neurotransmitter yang akan masuk, bisa memilih dan memilih ion, bahkan yang sangat mirip
sekalipun. Neurotransmitter yang ada akan berikatan dengan reseptornya. Hal ini akan
menyebabkan reseptor tersebut mengalami konformasi dan mengaktifkan kanal ion. Perubahan
ini hanya akan terjadi dalam waktu yang singkat, walaupun neurotransmitter masih berikatan
dengan reseptornya (periode desensitisasi). Setiap neurotransmitter akan mempunyai reseptor
yang berbeda, walaupun masih memiliki kesamaan antara satu sama lain. Perbedaannya terletak
pada susunan asam amino serta panjangnya. (gambar 2)
Beberapa macam transmitter-gated channels adalah sebagai berikut:
a. Reseptor nikotinik asetilkolin
Transmitter-gated channels yang paling banyak dipelajari adalah reseptor nikotinik ACh pada
otot, yang terdiri dari 5 subunit (2 α, 1 β, 1 γ, dan 1 δ). Walau juga berupa pentamer, reseptor
nikotinik ACh pada neuron berbeda dengan reseptor nikotinik ACh pada otot. Reseptor
nikotinik ACh pada neuron hanya terdiri dari subunit α dan β saja, dengan perbandingan 3:2.
Walaupun subunit yang ada pada reseptor ini masing-masing berbeda, tapi subunit ini memiliki
suatu struktur dasar yang sama. Struktur tersebut terdiri dari 3 alfa heliks. ACh akan berikatan
dengan binding site-nya yang berada di subunit α. (gambar 3)
b. Amino acid-gated channel
Amino acid-gated channel mengontrol sebagian besar transmisi yang memerlukan tindakan cepat
pada sistem saraf pusat. Fungsi amino acid-gated channel adalah pada sistem sensorik, motorik,
dan juga penyakit.
c. GABA-Gated dan Glycine-Gated Channels
Berbeda dengan reseptor lainnya yang hanya spesifik untuk 1 neurotransmitter, reseptor GABAA
merupakan multi reseptor. Artinya, reseptor GABAA bisa memediasi berbagai sinaptis inhibisi.
Begitu juga dengan Glycine-Gated Channels, yang juga berperan dalam inhibisi sinaptik.
GABA-Gated dan Glycine-Gated Channels berperan dalam kanal klorida. Inhibisi sinaptik ini
harus diregulasi dengan sangat cermat. Hal ini dikarenakan jika terlalu banyak, akan
menyebabkan ketidaksadaran dan koma. Sedangkan jika terlalu sedikit, maka akan menyebabkan
kejang.
2. G-Protein-Coupled Receptors (metabotropik)
G-Protein-Coupled Receptors terdiri dari 1 polipeptida yang mempinyai 7 spanninng alpha
helices. Struktur ini bisa bervariasi yang bisa menentukan jenis G-protein dan jenis efektor yang
akan diaktifkan. Beberapa jenis neurotransmitter beserta reseptornya adalah sebagai berikut:
(tabel 1)
Walaupun berbeda, G-Protein-Coupled Receptors mempunyai proses sama, yaitu:(gambar 4)
a. Setiap protein G memiliki 3 subunit, yaitu α, β, dan γ. Dalam keadaan istirahat, Guanosin
difosfat (GDP) akan berikatan dengan subunit α
b. Jika terdapat neurotransmitter yang berikatan dengannya, GDP akan diubah menjadi GTP
c. Perubahan ini akan menyebabkan kompleks protein G terpecah menjadi 2, yaitu subunit α
serta gabungan subunit β dan γ.
d. Setelah prosesnya selesai, maka GTP akan diubah kembali menjadi GDP

Daftar Pustaka
1. Carey J (ed.). Brain Facts: A Primer on the Brain and Nervous System. Washington: The
Society for Neuroscience; 2002.p. 4-7.
2. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. Neuroscience: Exploring the Brain. Philadelphia:
Lippincott
NEUROTRANSMITTER

Otak manusia adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir,
berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian. Secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian
besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara
simbiosis. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa
listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan
keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut
neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis.
Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain
Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.
Karena neurotransmitter berperan dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan emosi
seseorang, maka hal itulah yang menjadikan daya tarik penulis untuk membahasnya lebih lanjut
dalam bentuk makalah.

Pengertian Neurotransmiter

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.


Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan
datangnya potensial aksi. Neurotransmiter adalah bahan kimia endogen yang mengirimkan
sinyal dari neuron ke sel target di sinaps . Neurotransmitter yang dikemas ke dalam
vesikel sinaptik berkerumun di bawah membran di sisi presynaptic sinaps, dan dilepaskan ke
dalam celah sinaptik, di mana mereka mengikat pada reseptor dimembran pada
sisi postsynaptic dari sinaps. Pelepasan neurotransmiter biasanya mengikuti kedatangan
sebuah potensial aksi pada sinapsis, tetapi juga dapat mengikuti potensi listrik dinilai. Rendahnya
tingkat ”dasar” rilis jugaterjadi tanpa stimulasi listrik. Neurotransmiter disintesis dari precursor
berlimpah dan sederhana, seperti asam amino, yang tersedia dari diet dan yanghanya
membutuhkan sejumlah kecil langkah biosintesis untuk mengkonversi.
Gambar.1.1 Ilustrasi yang melibatkan neurotransmitter

Gambar diatas memperlihatkan ilustrasi dari elemen utama pada tranmisi sinapsis sebuah
gelombang elektrokimiawi yang disebut potensi aksi bergerak sepanjang akson sebuah neuron.
Ketika gelombang tersebut mencapai sinapsis, sejumlah molekul neurotransmitter dilepaskan dan
bergerak menuju penyerap yang terletak pada membrane neuron lain yang berada di dekat
sinapsis.
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara,
yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon yang
dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
 Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
 Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
 Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang
berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino. Asam amino merupakan
salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan kewaspadaan, mengurangi
kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
Fungsi asam amino antara lain :
 Penyusun protrein, termasuk enzim.
 Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin
,hormon, dan asam nukleat)

 Pengikat logam penting yang di perlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

Asam amino di dapatkan dari sumber-sumber protein. Kadar protein tinggi dapat ditemukan
pada makanan/minuman seperti susu, daging, telur dan keju. Sedangkan protein yang terdapat
dalam sayur-sayuran memiliki kadar terbatas.
Neurotransmitter adalah penghantar bahan kimia dari system saraf. Neurotransmitter adalah
molekul yang dimana harus memenuhi sejumlah kriteria harus diklasifikasikan sebagai
neurotransmiter. Kriteria ini biasanya harus dipenuhi melalui berbagai ilmu pengetahuan dasar
dan studi penelitian klinis. Zat yang hanya memiliki telah ditunjukkan untuk memenuhi beberapa
kriteria yang disebut sebagai neurotransmitter putatif, berarti mereka belum terbukti secara
eksperimental untuk memenuhi semua kriteria.

Kriteria Untuk Neurotransmitter


1. Jika diberikan secara eksogen sebagai suatu obat, molekul eksogen menyerupai efek
neurotransmitter endogen.
2. Terdapat suatu mekanisme di dalam neuron atau celah sinaptik untuk menghilangkan atau
deaktifasi neurotransmitter.

3. Molekul ditemukan dalam neuron prasinaptik dan dilepaskan pada depolarisasi dalam
jumlah yang bermakna secara fisiologis

4. Molekul disentesis dalam neuron.

Klasifikasi
Tiga jenis utama neurotransmiter di otak adalah biogenik amina, asam amino, dan peptida.
Amina biogenik adalah neurotransmitter yang paling dikenal, karena mereka adalah yang
pertama temukan. Tetapi, mereka merupakan zat neurotransmiter yang hanya sebagian kecil dari
neuron. Neurotransmitter asam amino terlambat untuk ditemukan, terutama karena kesulitan
dalam membedakan asam amino yang ada sebagian besar protein dari asam amino sama
bertindak terpisah sebagai neurotransmitter. Neurotransmitter asam amino ditemukan lebih dari
70% dari neuron. Neurotransmiter peptida adalah Intermediate sedang dalam hal persentase
neuron yang berisi neurotransmitter tipe itu, tapi mereka jauh melampaui dua kategori lainnya
dalam jumlah tipis (sekitar 200 hingga 300 dari neurotransmiter dari jenis telah putatively
diidentifikasi). Kriteria neurotransmiter penuh telah terpenuhi hanya beberapa peptida tersebut
saat ini. Namun demikian, bukti yang menunjukkan bahwa neurotransmiter peptida putatif, pada
kenyataannya, neurotransmiter umumnya kuat.

Neurotransmisi Kimiawi

Neurotransmisi kimiawi adalah suatu proses yang melibatkan pelepasan neurotransmitter oleh
satu neuron dan mengikat molekul neurotransmiter dengan reseptor pada neuron lain. Proses
neurotransmisi kimia dipengaruhi oleh obat yang paling banyak digunakan dalam psikiatri.
Semua obat antipsikotik dengan pengecualian clozapine (clozaril), dianggap menunjukkan
efeknya dengan menghambat reseptor dopamine tipe 2 (D2); hampir semua antidepresan
menunjukkan efeknya dengan meningkatkan jumlah serotonin atau norepinefrin atau keduanya
dalam celah sinaptik dan hamper semua ansiolitik dianggap menunjukkan efeknya pada reseptor
GABAa yang berikatan dengan saluran ion klorida.

Neuromodulator dan Neurohormon


Kata yang paling sering digunakan untuk menunjukkan sinyal kimia yang mengalir antara
neuron adalah neurotransmitter, meskipun kata-kata dan neurohormonnya neuromodulators juga
digunakan dalam beberapa kasus untuk menekankan karakteristik khusus. Berbeda dengan efek
bersifat langsung dan singkat dari sebuah neurotransmitter, neuromodulator, sebagai namanya,
memodulasi respon neuron terhadap neurotransmitter. Efek modulasi juga ditemukan untuk
jangka waktu yang lebih lama dari biasanya untuk suatu molekul neurotransmiter un. Dengan
demikian, suatu zat neuromodulasi mungkin memiliki efek pada neuron selama jangka waktu
yang panjang, dan efek yang mungkin lebih terlibat dengan fine( tuning) dibandingkan dengan
mengaktifkan atau langsung menghambat generasi dari sebuah potensial aksi. neurohormon A
dibedakan oleh kenyataan bahwa ia dilepaskan ke dalam aliran darah bukan ke dalam ruang
extraneuronal di otak. Setelah dalam aliran darah, neurohormon kemudian dapat berdifusi ke ruang
extraneuronal dan memiliki efek pada neuron.

Gambar 2.2 Neurotransmiter dengan lokalisasi diskrit


dalam otak.

Jenis neurotransmiter
Ada banyak cara yang berbeda untuk mengklasifikasi neurotransmitter.Membagi mereka
menjadi asam amino, peptida, dan monoamina cukup untuk beberapa tujuan klasifikasi.

Mayor neurotransmiter:
Asam amino: glutamat, aspartat, D-serin, γ-aminobutyric acid (GABA), glisin
Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA), norepinefrin (noradrenalin, NE, NA),
epinefrin (adrenalin), histamin, serotonin (SE, 5-HT). Lain-lain: asetilkolin (Ach), adenosin,
anandamide oksida, nitrat, dll. Selain itu, lebih dari 50 neuroactive peptida telah ditemukan, dan
yang baru ditemukan secara teratur. Banyak dari ini adalah “co-dirilis” bersama dengan
pemancar kecil-molekul, tetapi dalam beberapa kasus peptida adalah pemancar primer di
sinaps. β-endorphin adalah contoh yang relatif terkenal neurotransmitter peptida; ini aktif terlibat
dalam interaksi yang sangat spesifik dengan reseptor opioid pada sistem saraf pusat. Ion tunggal,
seperti seng synaptically dirilis, juga dianggap oleh beberapa neurotransmitter , seperti juga
beberapa molekul gas seperti oksida nitrat (NO) dan karbon monoksida (CO). Ini bukan
neurotransmitter klasik oleh definisi ketat, bagaimanapun, karena meskipun mereka semua telah
menunjukkan eksperimental yang akan dirilis oleh terminal presynaptic dengan cara kegiatan-
tergantung, mereka tidak dikemas ke dalam vesikel.
Sejauh pemancar yang paling umum adalah glutamat, yang rangsang pada lebih dari 90% dari
sinapsis dalam otak manusia . Yang berikutnya yang paling umum adalah GABA, yang
penghambatan di lebih dari 90% dari sinapsis yang tidak menggunakan glutamat. Meskipun
pemancar lain yang digunakan dalam sinapsis jauh lebih sedikit, mereka mungkin sangat penting
fungsional-sebagian besar obat-obatan psikoaktif mengerahkan efek mereka dengan mengubah
tindakan beberapa sistem neurotransmitter, sering bertindak melalui pemancar selain glutamat
atau GABA. Obat adiktif seperti kokain dan amfetamin mengerahkan efek mereka terutama pada
sistem dopamin. Obat-obatan opiat adiktif mengerahkan efek mereka terutama sebagai analog
peptida opioid fungsional, yang, pada gilirannya, mengatur tingkat dopamin.

Rangsang dan penghambatan


Beberapa neurotransmiter biasanya digambarkan sebagai “rangsang” atau
“penghambatan”. Satu-satunya efek langsung dari neurotransmitter adalah untuk mengaktifkan
satu atau lebih jenis reseptor. Efek pada sel postsynaptic tergantung, karena itu, sepenuhnya pada
sifat-sifat reseptor-reseptor. Hal ini terjadi bahwa untuk beberapa neurotransmitter (misalnya,
glutamat), reseptor yang paling penting semua memiliki efek rangsang: yaitu, mereka
meningkatkan kemungkinan bahwa sel target akan api potensial aksi. Untuk neurotransmiter lain,
seperti GABA, reseptor yang paling penting semua memiliki efek penghambatan (walaupun ada
bukti bahwa GABA adalah rangsang selama perkembangan otak awal). Namun demikian,
neurotransmiter lain, seperti asetilkolin, yang reseptor baik rangsang dan hambat ada; dan ada
beberapa jenis reseptor yang mengaktifkan jalur metabolisme yang kompleks dalam sel
postsynaptic untuk menghasilkan efek yang tidak dapat tepat disebut baik rangsang atau
penghambatan. Jadi, merupakan penyederhanaan yang berlebihan untuk memanggil rangsang
atau neurotransmitter penghambatan-bagaimanapun hal tersebut sangat nyaman untuk
menelepon hambat rangsang dan GABA glutamat bahwa penggunaan ini terlihat sangat sering.

Tindakan
Efek dari sistem neurotransmitter tergantung pada koneksi dari neuron yang menggunakan
pemancar, dan sifat kimia dari reseptor yang mengikat pemancar. Berikut adalah beberapa contoh
tindakan neurotransmitter penting: Glutamat digunakan di sebagian besar sinapsis rangsang yang
cepat di otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini juga digunakan pada kebanyakan sinapsis
yang “dimodifikasi”, yaitu mampu meningkatkan atau menurunkan kekuatan. Sinapsis
dimodifikasi dianggap memori penyimpanan utama elemen dalam otak. Rilis glutamat
berlebihan dapat mengakibatkan kematian sel menyebabkan excitotoxicity. GABA digunakan
pada sebagian besar sinapsis hambat cepat di hampir setiap bagian otak. Banyak obat penenang /
obat penenang bertindak dengan meningkatkan efek GABA. Sejalan dengan glisin adalah
pemancar hambat di sumsum tulang belakang. Asetilkolin dibedakan sebagai pemancar pada
sambungan neuromuskuler menghubungkan saraf motor ke otot. Para curare panah-racun
lumpuh bertindak dengan memblokir transmisi pada sinapsis ini. Asetilkolin juga beroperasi di
banyak daerah di otak, tetapi menggunakan berbagai jenis reseptor. Dopamin memiliki sejumlah
fungsi penting di otak. Hal ini memainkan peran penting dalam sistem penghargaan, tetapi
disfungsi sistem dopamin juga terlibat dalam penyakit Parkinson dan schizophrenia.
Serotonin adalah neurotransmitter monoamina. Kebanyakan diproduksi oleh dan ditemukan di
usus (sekitar 90%), dan sisanya di pusat neuron sistem saraf. Ini berfungsi untuk mengatur nafsu
makan, tidur, memori dan pembelajaran, suhu, mood, perilaku, kontraksi otot, dan fungsi sistem
kardiovaskular dan sistem endokrin. Hal ini berspekulasi untuk memiliki peran dalam depresi,
karena beberapa pasien depresi dianggap memiliki konsentrasi yang lebih rendah metabolit
serotonin dalam cairan serebrospinal dan jaringan otak. Substansi P adalah undecapeptide
bertanggung jawab untuk transmisi rasa sakit dari neuron sensorik tertentu untuk sistem saraf
pusat.
Neuron mengekspresikan jenis tertentu dari neurotransmitter kadang-kadang membentuk
sistem yang berbeda, dimana aktivasi dari sistem mempengaruhi volume besar otak, disebut
transmisi volume. Sistem neurotransmiter utama termasuk noradrenalin (norepinefrin) sistem,
sistem dopamin, sistem serotonin dan sistem kolinergik. Obat menargetkan neurotransmitter dari
sistem tersebut mempengaruhi seluruh sistem; fakta ini menjelaskan kompleksitas tindakan dari
beberapa obat. Kokain, misalnya, blok reuptake dopamin punggung ke neuron presynaptic,
meninggalkan molekul neurotransmitter di celah sinaptik lagi.Sejak dopamin tetap dalam sinaps
lagi, neurotransmitter terus mengikat ke reseptor pada neuron postsynaptic, memunculkan respon
emosional yang menyenangkan. Kecanduan fisik untuk kokain mungkin akibat dari paparan
kelebihan dopamin dalam sinaps, yang mengarah ke downregulation beberapa reseptor
postsynaptic. Setelah efek obat hilang, satu mungkin merasa tertekan karena kemungkinan
penurunan neurotransmitter mengikat reseptor. Prozac adalah selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI), yang menghambat pengambilan kembali serotonin oleh sel presynaptic. Ini
meningkatkan jumlah serotonin hadir pada sinaps dan memungkinkan untuk tinggal di sana lagi,
maka potentiating efek serotonin alami dilepaskan AMPT mencegah konversi tirosin dengan L-
dopa, para pendahulu untuk dopamin;. Reserpin mencegah penyimpanan dopamin dalam vesikel,
dan menghambat deprenyl monoamine oxidase (MAO)-B dan dengan demikian meningkatkan
tingkat dopamin. Penyakit dapat mempengaruhi sistem neurotransmiter tertentu. Misalnya,
penyakit Parkinson adalah setidaknya sebagian terkait dengan kegagalan sel dopaminergik di
otak mendalam inti, misalnya substansia nigra. Perawatan potentiating efek prekursor dopamin
telah diusulkan dan dilakukan, dengan keberhasilan moderat.

Dopamin precursor
L-dopa, prekursor dopamin yang melintasi penghalang darah-otak, digunakan dalam
pengobatan penyakit Parkinson.

Prekursor neurotransmitter
Sementara asupan prekursor neurotransmitter tidakmeningkatkan sintesisneurotransmiter,
bukti dicampur sebagai apakah rilis neurotransmiter (tembak) meningkat. Bahkan dengan rilis
neurotransmiter meningkat, tidak jelas apakah ini akan menghasilkan peningkatan jangka
panjang dalam kekuatan sinyalneurotransmitter, karena sistem saraf dapat beradaptasi dengan
perubahanseperti sintesis neurotransmiter meningkat dan karena itu
dapat menjagakonstan menembak . Beberapa neurotransmiter mungkin memiliki peran dalam
depresi, dan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa asupan
prekursor neurotransmitter ini mungkin berguna dalam pengobatan depresi ringan dan moderat.
Prekursor serotonin
Administrasi L-triptofan, prekursor serotonin, terlihat untuk melipatgandakan produksi
serotonin di otak. Hal ini secara signifikan lebih efektif daripadaplasebo dalam
pengobatan depresi ringan dan moderat. Konversi inimembutuhkan vitamin C. 5-
hydroxytryptophan (5-HTP), juga merupakanprekursor untuk serotonin, juga lebih efektif
daripada plasebo.

Macam – Macam Neurotransmiter

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi
antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter
tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin,
asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.

1. Asetilkolin (CH3COOCH2CH2N+(CH3)3)
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari
koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan
asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin
dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan mengisi
ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif
dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis
asetilkolin baru.
2. Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis cathecolamin.
Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif
oleh hasil akhirnya).
a. Dopamin (NO2C8H11)
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses
otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan kesenangan
dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika
kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada
penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat menyebabkan
orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam skizofrenia. dari perut
tegmental area yang banyak bagian limbic sistem akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan
memungkinkan untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang
mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah prefrontal dapat
mengurangi salah satu dari memori.
b. Norepineprin (C8H9NO3)
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang otak dan
hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus
seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan
membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada
sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada yang
lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh
sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang
beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
c. Epinefrin (C9H23NO3)
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek.
Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di dalam
aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau
kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu
epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada
gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan
meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan
menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur
konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju
metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll
3. Glutamate (C5H9NO4)
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat,
jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam hal memori.
Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang kerusakan otak atau stroke
akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri
dengan banyak sel-sel otak mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai
penyakit Lou Gehrig’s, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga
cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari cara untuk
meminimalisir efek.
4. Serotonin (C10H12N2O)
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte rmonoamino
yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat (CNS) dan sel-sel
enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter
yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality,
selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor
serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya digunakan
sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga merupakan salah satu
dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa orang
dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek dari
perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang
normal.Dari peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan asetilkolin
dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada ujung-ujung
saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu dalam
pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari beberapa bahan aktif yang
akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah
lokal sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki kendali
pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system analgesic, dan peristaltic usus
halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama pada sistem saraf
pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui sistem saraf. Pada
manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamate
decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD
membutuhkan pyridoxal phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dari vitamin B6
(pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal kinase. Pyridoxal kinase
sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxal kinase atau zinc dapat
menyebabkan kejang, seperti pada pasien preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua jenis:
GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh
pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti spastik baklofen,
tergabung dalam saluran kalium dalam membran pascasinaps. Pada sebagian besar daerah otak
IPSP terdiri atas komponen lambat dan cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA adalah
transmiter penghambat yang memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat dihambat oleh
antagonis GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABAB. Penelitian imunohistokimia
menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit local mensintesis GABA. Satu kelompok
khusus saraf dari sirkuit local terdapat di tanduk dorsal sumsum tulang belakang juga
menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini membentuk sinaps aksoaksonik dengan terminal saraf
sensoris primer dan bekerja untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui pengikatan
terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran plasma pada proses pre dan post sinaps.
Pengikatan ini menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan
negatif masuk kedalam sel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya
terjadi perubahan potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor
GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri, sedangkan
Reseptor GABAB merupakan reseptor metabotropik yang membuka saluran ion melalui perantara
G protein (G protein-coupled reseptor)
Neuron-neuron yang menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut neuron
GABAergic. Sel medium spiny merupakan salahsatu contoh sel GABAergic
6. Glisin (NH2CH2COOH)
Glisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana.
Glisin merupakan asam amino terkecil dari 20 asam amino yang umum ditemukan dalam
protein. Kodonnya adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.
Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena
gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi simetri.
Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
karena strukturnya sederhana. Sebagai contoh, glisin adalah satu-satunya asam amino internal
pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting tertentu, misalnya
sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi yang sama sepanjang
evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam amino lain akan merusak struktur dan
membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung
glisina. Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya
adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama pada medula
spinalis, brainstem, dan retina. Jika reseptor glisin teraktivasi, korida memasuki neuron melalui
reseptor inotropik, menyebabkan terjadinya potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory
postsynaptic potential / IPSP). Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin yang kuat,
sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah. Glisin merupakan
reseptor agonis bagi glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah α-asam amino dengan rumus kimia
HO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di
dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asam aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari 4.0. Bagi
mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di
otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini
juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat
eksitasi terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat),
meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap reseptor tersebut.
Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan.
Tetapi,bukti-bukti yang mendukung gagasan ini kurang kuat.
8. Nitrat Oksida (NO)
NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di
daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk ingatan.
Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita untuk menjelaskan
mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat berbeda dengan transmitter molekul
lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap.
Zat ini tidak dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti
transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian berdifusi keluar
dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan dalam paket gelembung-
gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke dalam neuron post sinap yang paling dekat,
selanjutnya di neuron postsinap, zat ini tidak mempengaruhi membran potensial menjadi lebih
besar, tetapi sebaliknya mengubah fungsi metabolik intraseluler yang kemudian mempengaruhi
eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau barangkali lebih lama.
9. Neuropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya
bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter molekul
kecil.
Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar
peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat
dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam
fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini
mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon
peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida
dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat
dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan
dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat ini
disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan
sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel
dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:
a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan dengan
demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.
b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung transmitter berukuran
kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.
c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari sitoplasma
akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per hari.
d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial aksi
dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun gelembung diautolisis
dan tidak digunakan kembali.

Cara Kerja Neurotransmiter


Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan
informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmiter
adalah sebagai berikut:
• Disintesis di neuron presinaps
• Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps
• Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis
• Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi
• Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.
Gambar 2.3 Tahapan yang dialami neurotransmitter

Hubungan Neuotransmiter dengan Perilaku


Gangguan perilaku sebenarnya bisa diatasi asalkan mengetahui cara memilih makanan
yang tepat. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, hubungan antara konsumsi
makanan dengan gangguan perilaku berkaitan dengan neurotransmitter. Neurotransmitter adalah
kimia otak yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau sinyal antar sel-sel saraf tubuh.
Neurotransmitter juga ada di otak mau pun di pencernaan. Pesan yang diterima neurotransmitter
pencernaan akan ditransfer melalui neurotransmitter-neurotransmitter sampai mencapai
neurotransmitter otak. Neurotransmitter terbentuk dari asam amino triphopan, vitamin B6,
vitamin C dan beberapa jenis mineral. Pembentukannya sangat tergantung pada pasokan
makanan. Jika salah satu atau beberapa bahan dasar tersebut asupannya rendah, maka
pembentukan fungsi neurotransmitter akan terganggu. Jenis makanan yang umumnya
menimbulkan gangguan perilaku adalah makanan olahan yang mengandung zat-zat aditif atau
sintetis. Dan efeknya bergantung kepada daya tahan masing-masing individu (bagi orang yang
sensitive sekali, reaksinya akan langsung muncul dalam bentuk gangguan perilaku). Zat-zat
aditif dan zat-zat kimia sintetis ini sifatnya mem-blok atau mengganggu neurotransmitter otak
dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter otak. Sehingga mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis akan menyebabkan timbulnya perilaku yang tak
terkendali seperti mudah marah, beringas atau loyo. Bahan makanan tertentu seperti terigu
(biskuit dan roti), susu dan makanan yang mengandung MSG juga dapat menimbulkan gangguan
perilaku pada orang-orang tertentu.
Dr. Natasha Campbel McBride, ahli gizi sekaligus ahli saraf Amerika dalam bukunya "Gut
And Psychology Syndrome menyatakan bahwa makanan yang mengandung kasein dan gluten
dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang tertentu, terutama pada
penderita autis. Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu dan produk makanan dan
oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal dan mie. Bagi penderita autis, gluten dan kasein
dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna
kedua jenis protein ini. Akibatnya protein yang tercerna dengan baik akan diubah menjadi
komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opiaid bersifat layaknya obat-obatan seperti
opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) dan mengganggu fungsi otak dan
sistem imunitas. Penderita gangguan perilaku yang terkait dengan gangguan pencernaan seperti
autis disarankan untuk menjalani diet bebas gluten dan kasein atau diet GFCF (gluten free/
casein free) selama 3-6 bulan.Perubahan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi
merupakan cara yang efektif untuk mengatasi gangguan perilaku.
Empat jenis neurotransmitter yang berhubungan dengan perilaku, yaitu:
 1. Serotonin,
Serotonin mempengaruhi nafsu makan dan mood. Jika kurang akan membuat sedih, lemah,
malas. Jika berlebihan akan membuat beringas dan hiperaktif.
 2. Asetilkolin
Asetilkolin mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan belajar.
 3. Dopamin dan Neropinefrin
Dopamin dan Neropinefrin menjaga agar tetap bersemangat, waspada, termotivasi, dan kuat
menjalani aktivitas.
Bagi bayi pola bakteri dalam usus sangat mampengaruhi kondisi tubuhnya. Kesehatan
pencernaan juga dipengaruhi oleh pola makan dan pelayanan kesehatan modern. Pola makan
modern yang gemar mengkonsumsi makanan instan dan mengandung gula yang diproses
(refined sugar) akan memberi makan kepada bakteri jahat. Bahan aditif seperti MSG, zat
pengawet dan zat pewarna juga berpengaruh pada perkembangbiakan bakteri jahat. Konsumsi
obat dan antibiotik yang berlebihan juga akan menghancurkan. Konsumsi obat dan antibiotik
yang berlebih juga akan menghancurkan bakteri baik dan menghancurkan bakteri jahat untuk
semakin banyak berkembang. Polusi lingkungan, bahan kimia, logam berat dan toksin dalam
makanan juga menyebabkan gangguan pada pola koloni bakteri yang hidup dalam usus.
Menurut Dr Cosford, pola koloni bakteri di dalam usus seseorang ditentukan saat
kelahiran. "Ketika bayi dilahirkan secara normal lewat vagina ibunya, bayi itu akan mendapatkan
pola bakteri yang sama dengan ibunya. Jika ibunya mempunyai pola bakteri yang baik, maka
bayi itu juga akan mempunyai pola bakteri yang baik. Tetapi kenyataannya, gaya hidup modern
membuat pola bakteri dari ibu hamil zaman sekarang justru semakin buruk. "Pola makan modern
dan konsumsi aneka obat serta suplemen yang diberikan kepada ibu hamil akan mengubah pola
bakteri usus dan berpengaruh pada pola bakteri bayi yang dilahirkan. Di zaman sekarang banyak
bayi yang dilahirkan lewat operasi caesar, padahal ini juga akan berpengaruh pada pola bakteri
usus bayi. Dr. Cosford mengatakan bahwa bayi yang lahir lewat operasi caesar bahkan sama
sekali tidak mendapat bakteri usus dari ibunya. Bayi ini akan memiliki pola bakteri yang sama
sekali berbeda dari ibunya dan biasanya akan menyebabkan kondisi kesehatan bayi kurang baik
dibandingkan bayi yang lahir normal.Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan awal kelahiran
merupakan solusi dan kesempatan terbaik untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus
bayi demi kesehatannya di masa depan. Menurut penelitian, bayi yang diberi susu formula
memiliki resiko lebih besar terkena infeksi telinga, alergi, asma dan masalah kesehatan
dibandingkan bayi yang diberi ASI ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA

http://fitrihiperemesis.blogspot.com/2011/04/pengaruh-neurotransmiter-dalam-proses
http://psycho06.blogspot.com
http://klinikautisindonesia.wordpress.com/2012/11/04/neurotransmiter-otak-gangguan-perilaku-
dan-gangguan-psikiatrik/
http://id.scribd.com/doc/111060756/Neurotransmitter
http://indrasetiawan17.wordpress.com/2011/08/03/definisi-neurotransmiter-dan-pengertian-
neurotransmiter-indolibrary/
http://skydrugz.blogspot.com/2011/12/refarat-peranan-neurotransmiter-dopamin.html
http://drlizapoem.blogspot.com/2008/11/otak-manusia-neurotransmiter-dan-stress.html
http://fitrihiperemesis.blogspot.com/2011/04/pengaruh-neurotransmiter-dalam-proses.html
http://explore-3p.blogspot.com/2012/01/macam-macam-neurotransmitter.html
MACAM – MACAM NEUROTRANSMITTER

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi
antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter
tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin,
asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.
1. Asetilkolin
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari
koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan
asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin
dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan mengisi
ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif
dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis
asetilkolin baru.
2. Norepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis cathecolamin.
Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif
oleh hasil akhirnya).
a. Dopamin
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses
otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan kesenangan
dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika
kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada
penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat menyebabkan
orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam skizofrenia. dari perut
tegmental area yang banyak bagian limbic sistem akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan
memungkinkan untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang
mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah prefrontal dapat
mengurangi salah satu dari memori.
b. Norephineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang otak
dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus
seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan
membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada
sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada yang
lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh
sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang
beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
3. Glutamate
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat,
jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam hal memori.
Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang kerusakan otak atau stroke
akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri
dengan banyak sel-sel otak mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai
penyakit Lou Gehrig’s, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga
cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari cara untuk
meminimalisir efek.
4. Serotonin
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte rmonoamino
yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat (CNS) dan sel-sel
enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter
yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality,
selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor
serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya digunakan
sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga merupakan salah satu
dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa orang
dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek dari
perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang
normal.Dari peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan asetilkolin
dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada ujung-ujung
saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu dalam
pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari beberapa bahan aktif yang
akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah
lokal sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki kendali
pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system analgesic, dan peristaltic usus
halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama pada sistem saraf
pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui sistem saraf. Pada
manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamate
decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD
membutuhkan pyridoxal phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dari vitamin B6
(pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal kinase. Pyridoxal kinase
sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxal kinase atau zinc dapat
menyebabkan kejang, seperti pada pasien preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua jenis:
GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh
pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti spastik baklofen,
tergabung dalam saluran kalium dalam membran pascasinaps. Pada sebagian besar daerah otak
IPSP terdiri atas komponen lambat dan cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA adalah
transmiter penghambat yang memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat dihambat oleh
antagonis GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABAB. Penelitian imunohistokimia
menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit local mensintesis GABA. Satu kelompok
khusus saraf dari sirkuit local terdapat di tanduk dorsal sumsum tulang belakang juga
menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini membentuk sinaps aksoaksonik dengan terminal saraf
sensoris primer dan bekerja untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui pengikatan
terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran plasma pada proses pre dan post sinaps.
Pengikatan ini menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan
negatif masuk kedalam sel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya
terjadi perubahan potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor
GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri, sedangkan
Reseptor GABAB merupakan reseptor metabotropik yang membuka saluran ion melalui perantara
G protein (G protein-coupled reseptor)
Neuron-neuron yang menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut neuron
GABAergic. Sel medium spiny merupakan salahsatu contoh sel GABAergic
6. Glisin
Glisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana.
Rumus kimianya NH2CH2COOH. Glisin merupakan asam amino terkecil dari 20 asam amino
yang umum ditemukan dalam protein. Kodonnya adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.
Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena
gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi simetri.
Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
karena strukturnya sederhana. Sebagai contoh, glisin adalah satu-satunya asam amino internal
pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting tertentu, misalnya
sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi yang sama sepanjang
evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam amino lain akan merusak struktur dan
membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung
glisina. Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya
adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama pada medula
spinalis, brainstem, dan retina. Jika reseptor glisin teraktivasi, korida memasuki neuron melalui
reseptor inotropik, menyebabkan terjadinya potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory
postsynaptic potential / IPSP). Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin yang kuat,
sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah. Glisin merupakan
reseptor agonis bagi glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah α-asam amino dengan rumus kimia
HO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di
dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asam aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari 4.0. Bagi
mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di
otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini
juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat
eksitasi terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat),
meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap reseptor tersebut.
Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan.
Tetapi,bukti-bukti yang mendukung gagasan ini kurang kuat.
8. Epinefrin
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek.
Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di dalam
aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau
kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu
epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada
gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan
meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan
menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam
mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal,
mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi,
vasokonstriksi, dll.
9. Asetilkolin
Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron yang terdapat di sebagian besar daerah otak,
namun khususnya oleh sel-sel piramid besar korteks motorik, oleh beberapa neuron dalam
ganglia basalis, neuron motorik yang menginervasi otot rangka, neuron preganglion sistem saraf
otonom,, neuron postganglion sistem saraf simpatik,. Pada sebagian besar contoh di atas
asetilkolin memiliki efek eksitasi, namun asetilkolin juga telah diketahui memilik efek inhibisi
pada beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus vagus.
10. Nitrat Oksida (NO)
NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di
daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk ingatan.
Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita untuk menjelaskan
mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat berbeda dengan transmitter molekul
lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap.
Zat ini tidak dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti
transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian berdifusi keluar
dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan dalam paket gelembung-
gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke dalam neuron post sinap yang paling dekat,
selanjutnya di neuron postsinap, zat ini tidak mempengaruhi membran potensial menjadi lebih
besar, tetapi sebaliknya mengubah fungsi metabolik intraseluler yang kemudian mempengaruhi
eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau barangkali lebih lama.
11. Neropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya
bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter molekul
kecil.
Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar
peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat
dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam
fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini
mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon
peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida
dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat
dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan
dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat ini
disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan
sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel
dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:
a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan dengan
demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.
b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung transmitter berukuran
kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.
c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari sitoplasma
akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per hari.
d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial aksi
dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun gelembung diautolisis
dan tidak digunakan kembali.

Anda mungkin juga menyukai