Anda di halaman 1dari 9

Sidroma neuroleptik maligna

patofisiologi, diagnosis, dan terapi

Mieke A. H. N. Kembuan

Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Email: dr.miekekembuan@yahoo.com

Abstract: Neuroleptic malignant syndrome (NMS) is an uncommon, neurological emergency,


with a high mortality rate. This syndrome is related with neuroleptic drug consumption. It is
potential to bring about fatal complication with physical findings such as fever, movement
disorder, rigidity, altered mental status, and autonomic dysfunction. A retrospective study in
India showed an incidence rate of 0.14%, while in United States it reached 0.2-1.9%. NMS is
related to the disturbance of dopamine receptor due to unknown mechanism. Most people with
NMS died from heart, lung, or kidney complications. Early diagnosis, halting the usage of
offending drugs, best supportive medical treatment, and specific pharmacotherapy for 14-21
days can give a good clinical outcome
Keywords: NMS, neuroleptic drugs

Abstrak: Sindroma neuroleptik maligna (SNM) jarang terjadi namun merupakan suatu
kegawatdaruratan neurologi yang berpotensi mengancam nyawa. Sindroma ini berkaitan
dengan penggunaan obat-obatan neuroleptik. SNM berpotensi menyebabkan komplikasi fatal
yang diakibatkan oleh penggunaan obat-obat antipsikotik dengan gejala klinis berupa demam,
gangguan gerak, rigiditas, perubahan kesadaran, dan disfungsi otonom. Suatu penelitian
retrospektif di India menunjukkan angka insidens SNM 0,14%, sedangkan di Amerika Serikat
angka insidens tersebut mencapai 0,2-1,9%. Patofisiologi sindroma ini berhubungan dengan
jalur reseptor dopamin di otak dengan mekanisme yang belum jelas. Morbiditas dan mortalitas
pada SNM sering merupakan akibat sekunder dari komplikasi jantung, paru-paru, dan ginjal.
Keberhasilan tatalaksana SNM dapat dicapai melalui diagnosis dini yang tepat, penghentian
obat-obat neuroleptik, perawatan medis suportif, dan farmakoterapi spesifik selama 14 sampai
dengan 21 hari diikuti dengan perbaikan klinis.
Kata kunci: SNM, obat-obat neuroleptik

Sindroma neuroleptik maligna (SNM) dalam waktu beberapa jam setelah


merupakan suatu sindroma yang jarang pemakaian obat neuroleptik, namun
terjadi namun termasuk sindroma kegawat- sebagian besar timbul dalam kurun waktu
daruratan neurologi yang berpotensi 4-14 hari setelah terapi dimulai.1-3
mengancam nyawa dan berkaitan dengan Pertama kali dijelaskan oleh Delay et
penggunaan obat-obatan neuroleptik al. pada tahun 1960-an bahwa sindroma ini
(antipsikotik). Munculnya sindroma ini berhubungan dengan penggunaan halo-
dihubungkan dengan penggunaan segala peridol. Data-data yang dikumpulkan dari
obat neuroleptik, baik tipikal maupun tahun 1966-1997 menyatakan bahwa angka
atipikal. Umumnya sindroma ini member- insidens SNM di Amerika berkisar antara
kan gejala demam, kekakuan otot, 0.2-3.2% dari penderita psikotik yang
perubahan status mental, dan gangguan mendapat terapi neuroleptik, namun karena
otonom. Sindroma ini mempunyai onset semakin tingginya kejelian dokter dalam

125
126 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 125-133

mengenali sindroma ini dan juga otonom seperti hiperhidrosis dan


ketersediaan obat-obatan neuroleptik hipersalivasi. Pemeriksaan laboratorium
generasi baru maka insidensnya telah didapatkan peningkatan kreatinin kinase
berkurang menjadi sekitar 0.01-0.02%.2 sebesar 8110 U/L sedangkan pemeriksaan
SNM dapat berakibat fatal dan angka penunjang lainnya tidak ditemukan
mortalitas berkisar 5-20% bila tidak kelainan.
ditangani dengan baik.4 Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka penderita didiagnosis
LAPORAN KASUS
sindroma neuroleptik maligna. Penata-
Seorang perempuan berusia 58 tahun laksanaan berupa penanganan kegawat-
dirujuk ke UGD RSUP Prof. Dr. R. D. daruratan akibat penurunan kesadaran
Kandou Manado dengan keluhan utama ditambahkan dengan antipiretik,
penurunan kesadaran yang dialami 4 hari bromokriptin dan triheksiphenidil.
sebelum masuk rumah sakit. Dari
aloanamnesis diketahui sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit penderita BAHASAN
tampak lemah dan cenderung tidur. Dua Sindroma neuroleptik maligna (SNM)
hari kemudian penderita mengalami kaku jarang ditemukan namun merupakan suatu
seluruh badan, tidak dapat membuka mulut, kegawatdaruratan neurologi yang berpoten-
demam, dan gelisah. Riwayat penggunaan si mengancam nyawa berkaitan dengan
obat haloperidol yang diberikan secara penggunaan obat-obatan neuroleptik
intravena dan obat-obat seperti risperidon, dengan karakteristik demam, rigiditas,
triheksiphenidil, frimania, litium dan disfungsi otonom dan perubahan status
valdimex telah dikonsumsi secara oral mental. Munculnya sindroma ini dihubung-
sejak 2 minggu sebelum penderita kan dengan penggunaan berbagai obat
mengalami penurunan kesadaran. Penderita neuroleptik, baik tipikal (generasi pertama)
adalah pasien kontrol dari RS maupun atipikal (generasi kedua).
Ratumbuysang dengan keluhan sering Walaupun jarang, namun sindroma ini
marah ataupun menangis tanpa alasan yang dilaporkan dapat juga timbul akibat
jelas disertai dengan bicara sendiri. penggunaan obat-obatan non neuroleptik
Riwayat menderita tekanan darah tinggi, yang mempunyai aktivitas antidopami-
diabetes melitus, peningkatan kolesterol nergik seperti misalnya metoklopramid,
dan asam urat, penyakit jantung, penyakit promethazine, tetrabenazine, droperidol,
ginjal, trauma kepala, infeksi, dan tumor diatrizoate amoxapine, clomipramine,
otak disangkal. desipramine, litium, amantadine,
Pada pemeriksaan fisik ditemukan carbamazepine, dan L-dopa (Tabel 1).1,2,5.
keadaan umum sedang, kesadaran spoor Pada kasus ini penderita mendapatkan
dengan GCS E2M5V3. Tekanan darah terapi obat per oral haloperidol, frimania,
130/70 mmHg, frekuensi nadi 108x /menit, triheksifenidil, dan valdimex yaitu obat-
reguler, isi cukup, frekuensi napas obatan neuroleptik yang dapat menyebab-
24x/menit, reguler, suhu badan 38,5C, dan kan SNM. Disamping itu terdapat beberapa
saturasi oksigen 98%. Pemeriksaan status faktor risiko yang dapat menimbulkan
generalis dalam batas normal. Pemeriksaan SMN seperti dosis obat neuroleptik yang
neurologis ditemukan kuduk kaku dengan tinggi, peningkatan dosis obat secara cepat
status motorik didapatkan tonus otot dalam waktu singkat, pemberian secara
keempat anggota gerak meningkat, terdapat parenteral, kombinasi obat neuroleptik,
cogwheel rigidity, refleks fisiologis dehidrasi, demam dan lain-lain.6,7 Pada
keempat anggota gerak dalam batas kasus ini didapatkan faktor risiko berupa
normal, tidak ditemukan refleks patologis dosis obat neuroleptik yang tinggi,
keempat anggota gerak disertai gagguan pemberian obat neuroleptik secara
Kembuan: Sindroma neuroleptik maligna... 127

parenteral, kombinasi 2 atau lebih obat setelah mendapatkan neuroleptik dosis


neuroleptik, dan penggunaan obat besar tunggal, sebagian penderita terjadi
neuroleptik bersama obat lain seperti SNM setelah 1-3 hari dimulai penggunaan
litium. Tabel 2 memaparkan lebih lanjut neuroleptik, dan sebagian besar penderita
faktor-faktor risiko yang dapat memicu memperlihatkan gejala dalam waktu 4-14
timbulnya sindroma ini. hari setelah dimulainya penggunaan
Onset terjadinya SNM cukup cepat. neuroleptik.1,2,8-12.
Beberapa penderita dapat terjadi SNM

Tabel 1. Pembagian obat-obatan yang dapat menyebabkan sindroma neuroleptik maligna2,5,12-14


Neuroleptik Non-neuroleptik dengan
Tipikal Atipikal aktivitas antidopaminergik
Potensi rendah: Aripiprazole Metoklopramide
Klorpromazin Asenapine Tetrabenazine
Proklorperazin Clozapine Reserpine
Thioridazin Iloperidone Droperidol
Lurasidone Prometazine
Olanzapine Amoxapine
Quetiapin Diatrizoate
Potensi tinggi: Paliperidon Dopaminergik (withdrawal)
Haloperidol Risperidon Levodopa
Flufenazin Ziprasidone Dopamin agonis
Pimozide Amantadine
Thiotixene Tolcapone
Lainnya
Litium
Phenelzine
Dosulepin
Desipramine
Trimipramine

Tabel 2. Faktor-faktor risiko yang dapat memicu timbulnya SNM1,2,5-8,12,13


Hubungan dengan obat Hubungan dengan somatik Hubungan dengan kondisi
kejiwaan
Dosis obat neuroleptik yang Dehidrasi Agitasi psikomotor
tinggi Demam Riwayat gangguan
Peningkatan dosis obat Genetik afektif
neuroleptik secara cepat Riwayat SNM
dalam waktu singkat Trauma
Penggantian mendadak obat Infeksi
neuroleptik Malnutrisi
Pemberian obat neuroleptik Alkoholisme
secara parenteral Tirotoksikosis
Kombinasi 2 atau lebih obat Kelainan otak organic
neuroleptik Hiponatremia
Penggunaan obat neuroleptik Usia muda
bersama obat lain seperti Laki-laki
litium Defisiensi besi
Riwayat SNM sebelumnya
128 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 125-133

Efek samping obat neuroleptik sangat mengakibatkan peningkatan sekresi


penting untuk diketahui mengingat prolaktin yang akan menyebabkan
penggunaan obat ini seringkali diberikan galaktorea, amenorea, dan disfungsi
dalam jangka panjang. Efek-efek samping seksual.13
tersebut mencakup efek ekstrapiramidal Patofisiologi SNM sebenarnya belum
(distonia, parkinsonisme, akathisia dan sepenuhnya dimengerti. Pada Gambar 1
tardive dyskinesia), efek antikolinergik dan 2 dijelaskan patofisiologi terjadinya
(mata kabur, mulut kering, bingung, SNM akibat penggunaan obat neuroleptik.
konstipasi, retensi urin), hipotensi Sebagian besar pakar setuju bahwa
ortostatik, kepala terasa melayang, penurunan bermakna dari aktivitas
disfungsi seksual, amenorea, sedasi, dopaminergik sentral yang diakibatkan oleh
kejang, gangguan hematologik (agranulo- blokade reseptor dopamin D2 pada jalur
sitosis), dan SNM.6 Pada kasus ini nigrostriatal, tuberoinfundibular, dan
penderita mendapatkan obat neuroleptik mesolimbik/kortikal membantu menerang-
yang berefek samping terjadinya SNM. kan gambaran klinis SNM termasuk
Obat neuroleptik bekerja pada reseptor rigiditas, hipertermia, dan perubahan status
dopamin. Pada jaringan otak, dopamin mental. Teori ini didukung dengan
mempunyai 4 jalur utama, yaitu jalur pengamatan bahwa penyebab utama SNM
nigrostriatal, mesolimbik, mesokortikal dan ialah penggunaan obat-obatan neuroleptik
tuberoinfundibular. Jalur nigrostriatal yang menghambat reseptor dopamin
mengirimkan dopamin dari substansia nigra khususnya reseptor D2, dan bahwa
menuju striatum atau ganglia basalis. Jalur sindroma ini dapat diinduksi oleh
ini merupakan bagian dari sistem ekstra- penghentian dopamin secara mendadak
1,2,5,6,11-13
piramidal dan berperan pada regulasi .
motorik. Defisiensi dopamin pada jalur ini Antagonis reseptor dopamin D2 tidak
dapat menimbulkan gangguan gerak seperti sepenuhnya menjelaskan keseluruhan tanda
parkinsonism yang ditandai dengan tremor, dan gejala klinis SNM, dan juga tidak
rigiditas dan akinesia. Jalur mesolimbik menjelaskan timbulnya SNM dengan obat
mengirimkan dopamin dari area ventral neuroleptik potensi rendah dan juga obat-
tegmental (AVT) ke nukleus akumbens dan obatan yang tidak mempunyai aktivitas
berperan pada motivasi, emosi, interaksi antidopaminergik. Hal ini membuat
social, dan gejala positif pada skizofrenia. beberapa ahli mengajukan hipotesis bahwa
Defisiensi dopamin pada jalur ini hiperaktivitas simpatoadrenal, yang
mengakibatkan kehilangan motivasi, diakibatkan oleh peniadaan inhibisi tonik
perasaan tidak puas, dan anhedonia. Jalur dalam sistem saraf simpatis, dapat berperan
mesokortikal mengirim-kan dopamin dari dalam patogenesis SNM. Abnormalitas
AVT ke korteks prefrontal, dan terbagi sistem simpatis didukung dengan seringnya
menjadi dua, yaitu: jalur yang mengirimkan timbul gejala otonom pada SNM seperti
dopamin dari AVT ke dorsolateral korteks ketidakstabilan tekanan darah, laju nadi,
prefrontal (DLPFC) dan jalur lainnya diaforesis, serta terdapatnya perubahan
mengirimkan dopamin dari AVT ke kadar katekolamin plasma dan urin.2,6,12,13
ventromedial korteks prefrontal (VMPFC). Sistem lain yang juga diduga ikut berperan
Jalur mesokortikal berperan pada kognisi, pada timbulnya tanda dan gejala SNM ialah
fungsi eksekusi, emosi dan afek. Defisiensi sistem otot skeletal perifer. Penggunaan
dopamin pada jalur ini mengakibatkan neuroleptik berkaitan dengan peningkatan
penurunan kognisi, afek dan menimbulkan pelepasan kalsium dari retikulum
gejala negatif. Jalur tuberoinfundibular sarkoplasma serat otot, sehingga mungkin
mengirimkan dopamin dari hipotalamus ke menyebabkan peningkatan kontraktilitas
hipofise anterior dan memengaruhi hormon dan rigiditas otot, kerusakan otot, serta
prolaktin. Gangguan pada jalur ini dapat hipertermia.1,6,12
Kembuan: Sindroma neuroleptik maligna... 129

Gambar 1. Bagan patofisiologi sindroma neuroleptik maligna1

Gambar 2. Bagan patofisiologi sindroma neuroleptik maligna13


130 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 125-133

Pusat kontrol sistem termoregulasi dengan obat yang sama.2


tubuh terletak di hipotalamus anterior yang Penegakan diagnosis pada kasus SNM
bertanggung jawab akan pemeliharaan memerlukan anamnesis yang cermat
homeostasis termal tubuh. Sinyal sensorik terutama mengenai riwayat pemakaian obat
dari termoreseptor dikirim ke hipotalamus neuroleptik, jalur pemberian, dan lama
anterior yang akan dibandingkan dengan pemberian. Di samping anamnesis,
set point. Mekanisme efektor dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
termoregulasi (secara fisik dan perilaku) penunjang juga dibutuhkan untuk
selanjutnya diaktifkan dan suhu tubuh menegakkan diagnosis. SNM merupakan
dikompensasi sejalan dengan set point sindroma yang jarang terjadi namun
dengan cara produksi dan pelepasan panas. berpotensi membahayakan nyawa sehingga
Mekanisme terjadinya hiperpireksia pada penegakan diagnosis yang cepat diikuti
SNM disebabkan karena adanya elevasi tatalaksana yang tepat sangat menentukan
pada set point, yang dipicu oleh zat yang prognosis penderita. Empat gejala klasik
dikenal sebagai pirogen, baik pirogen SNM meliputi gejala motorik (rigiditas
eksogen maupun endogen. Saat ini otot, bradikinesia, distonia, mutisme, korea,
disepakati bahwa faktor-faktor yang tremor), hipertermia, perubahan status
mengaktivasi sintesis pirogen endogen mental (bingung, delirium, stupor, koma),
tubuh disebabkan oleh pirogen eksogen. dan instabilitas otonom (iregularitas
Hasil beberapa penelitian yang menelaah pernapasan, aritmia jantung, tekanan darah
mekanisme demam menunjukkan bahwa yang tidak stabil, diaforesis). Pemeriksaan
zat pirogen eksogen dapat berupa bakteri, laboratorium yang khas ialah adanya
virus, protozoa, jamur, alkaloid atau lektin. peningkatan enzim kreatinin kinase (CK) di
Berdasarkan hal ini, obat neuroleptik atas 1000 IU/L (lebih dari 90% kasus), dan
dipikirkan sebagai salah satu pirogen dapat mencapai hingga 100000 IU/L,
eksogen yang mengaktivasi sintesis dan lekositosis berkisar 10000-40000 /mm3,
pelepasan pirogen endogen yang peningkatan ringan enzim laktat
selanjutnya akan meningkatkan set point dehidrogenase (LDH), abnormalitas fungsi
sehingga terjadi hiperpireksia pada SNM. hati (peningkatan SGOT/SGPT).
Pirogen eksogen mengaktivasi sel sistem Mioglobinuria dapat diakibatkan proses
imun untuk memroduksi pirogen endogen rabdomiolisis yang dapat menyebabkan
seperti interleukin 1, 6, 8, 11, 12, dan 18, gagal ginjal akut.1-5,7-13
interferon --, tumor necrosis factor -, Terdapat beberapa kriteria diagnosis
dan sitokin lain seperti MIP-1 dan AFGF. yang dapat digunakan untuk menegakkan
Protein-protein tersebut diproduksi oleh diagnosis SNM seperti Levensons
monosit, granulosit, makrofag, dan limfosit Diagnostic Criteria (1985), Addonizio
T. Selain menyebabkan hiperpireksia, Diagnostic Criteria (1986), Pope
pirogen juga dapat menyebabkan ketidak- Diagnostic Criteria (1986), Adityanthee
stabilan fungsi otonom (perubahan tekanan Diagnostic Criteria (1988), Lazarus et al
darah dan takikardia), anoreksia, somnolen, (1989), Caroff et al (1991), Caroff and
merangsang produksi protein fase akut, Mann Diagnostic Criteria (1993) dan
pengaktifan aksis neurohormonal, serta DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical
efek sedasi.5 Manual of Mental Disorder-Fourth
Hingga saat ini tidak ada satupun teori Edition-Text Revision) tahun 2000.1,9,13
yang dapat menjelaskan mengapa hanya Kriteria diagnosis berdasarkan Levenson
pada sebagian kecil penderita yang (1985) yaitu:1,10
mengonsumsi obat neuroleptik terjadi A. Gejala mayor: demam, rigiditas, dan
SNM. Selin itu juga belum dipahami peningkatan enzim CK
mengapa penderita SNM biasanya dapat B. Gejala minor: abnormalitas tekanan
melanjutkan pengobatan neuroleptik darah, takikardia, takipnu, perubahan
dengan obat yang serupa dan bahkan kesadaran, diaforesis, dan leukositosis
Kembuan, Sindroma neuroleptik maligna... 131

Pada kasus ini penegakan diagnosis SNM merupakan suatu kegawat-


SNM menggunakan kriteria Levenson, daruratan neurologi dan dapat
yaitu dibutuhkan 3 gejala mayor atau 2 menimbulkan kematian jika tidak segera
gejala mayor dengan 4 gejala minor.1,10 diobati.1,2 Berhubung kasus ini sangat
Sesuai dengan kriteria Levenson, kasus ini jarang, uji klinis sistematis kasus SNM sulit
memperlihatkan gejala demam, rigiditas, dilaksanakan sehingga sampai saat ini tidak
peningkatan enzim CK, takikardia, ada tatalaksana berbasis bukti (evidence-
perubahan kesadaran, diaphoresis, dan based treatment).2,8,13 Tatalaksana SNM
lekositosis. berdasarkan presentasi klinis, namun
Disamping itu terdapat kriteria lain langkah awal ialah penghentian obat-
yang dapat digunakan untuk mendiagnosis obatan neuroleptik yang diduga memicu
SNM yaitu kriteria diagnosis berdasarkan timbulnya sindroma ini. Langkah
DSM-IV-TR (2000), yaitu:1,6,11,13 selanjutnya ialah diberikan terapi suportif.
A. Terjadinya rigiditas otot dan Hidrasi agresif sering dibutuhkan,
peningkatan suhu tubuh yang berkaitan khususnya bila kadar CK yang terlalu
dengan penggunaan obat neuroleptik tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
B. Dua atau lebih gejala berikut: ginjal, dan penanganan hipertermia
Diaforesis, tekanan darah yang meliputi selimut dingin atau es batu di
meningkat atau tidak stabil, takikardia, daerah aksila dan inguinal. Koreksi faktor
inkontinensia, disfagia, mutisme, metabolik bila ditemukan kelainan.
tremor, perubahan status mental, dari Benzodiazepin dapat diberikan untuk
bingung hingga koma, leukositosis, dan mengurangi gejala SNM dan meningkatkan
bukti laboratorik berupa lesi otot prognosis.2,8,11-13
(peningkatan enzim CK) Pada kasus SNM yang berat dapat
C. Gejala pada kriteria A dan B bukan diberikan terapi empirik seperti
disebabkan karena zat lain, kondisi bromokriptin dan dantrolen. Bromokriptin
medik, atau neurologik lain merupakan suatu agonis dopamin,
D. Gejala pada kriteria A dan B bukan sedangkan dantrolene ialah relaksan otot
disebabkan karena gangguan mental yang bekerja dengan menghambat
pelepasan kalsium dari retikulum
Penegakan diagnosis SNM mengguna- sarkoplasma. Bromokriptin berguna untuk
kan kriteria DSM-IV membutuhkan 2 dari membalikkan keadaan hipodopaminergik
kriteria A dan setidaknya 2 dari kriteria dan diberikan secara oral atau via
B.1,10,13 Kasus ini memperlihatkan gejala nasogastric tube (NGT), dimulai dengan
demam, rigiditas, peningkatan enzim CK, dosis 2,5 mg 2-3 kali per hari dan dosis
takikardia, perubahan status mental, ditingkatkan 2,5 mg setiap 24 jam hingga
diaforesis dan lekositosis. Kedua kasus timbul respon atau hingga dosis maksimal
tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis tercapai yaitu 45 mg per hari.2,8,11-13
SNM menurut DSM-IV-TR. Dantrolene dapat diberikan secara
Evaluasi tingkat keparahan SNM intravena, dimulai dengan dosis awal 1
menggunakan stadium Woodbury stage. sampai 2,5 mg per kgBB secara bolus,
Berdasarkan tingkat keparahan maka dapat diikuti dengan dosis 1 mg per kgBB setiap
diketahui manifestasi klinik dan 6 jam hingga dosis maksimal 10 mg per
penatalaksanaan yang harus dilakukan. kgBB per hari. Dantrolene oral diberikan
Berdasarkan manifestasi klinis yang untuk kasus yang lebih ringan atau untuk
ditemukan, kasus ini tergolong pada tappering down dari dosis intravena setelah
stadium IV. Tabel 3 menjelaskan beberapa hari dengan dosis berkisar 50-200
Woodbury stage yang disertai dengan mg per hari. Karena risiko hepatotoksisitas,
manifestasi klinik dan tatalaksananya.13 dantrolene biasanya dihentikan setelah
132 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 125-133

gejala membaik. Bromokriptin umumnya agar bromokriptin dilanjutkan sampai 14-


dipertahankan untuk setidaknya 10 hari 21 hari setelah gejala SNM hilang
pada kasus SNM dengan neuroleptik oral kemudian diturunkan secara bertahap.
dan setidaknya 2-3 minggu untuk Pemilihan preparat bromokriptin mengacu
neuroleptik injeksi. Obat lain yang dapat pada kondisi medis penderita berdasarkan
diberikan ialah golongan benzodiazepin, stadiumnya serta ketersediaan bromokriptin
yang dapat membantu meringankan yang lebih mudah didapatkan dibanding
agitasi.4 Terapi tidak boleh dihentikan obat lain yang direkomendasikan.
mendadak walaupun gejala klinis membaik Angka mortalitas kasus SNM >30%,
karena dapat menyebabkan kambuhnya namun bila ditangani secepat mungkin
SNM. Terapi elektrokonvulsif diberikan maka angka mortalitas akan menurun
kepada para penderita yang tidak sampai 10%. Bila dikenali secara dini dan
menunjukkan respon terhadap pengobatan segera ditatalaksana, biasanya SNM tidak
dan terapi suportif.1,2,8,11-13 berakibat fatal dan sebagian besar penderita
Pada kasus ini dilakukan terapi suportif akan sembuh sempurna dalam jangka
dengan penghentian segera obat-obatan
waktu 2-14 hari. Namun bila diagnosis dan
neuroleptik, oksigenasi yang adekuat, tablet
tatalaksana terlambat, penyembuhan dapat
parasetamol 500 mg per 8 jam, pemberian
cairan intravena NaCl 0,9% 500cc per 12 berlangsung beberapa minggu atau lebih
jam. Terapi farmakologi spesifik dengan lama, dan penderita yang mampu bertahan
pemberian bromokriptin dosis 2,5 mg per hidup dapat mengalami katatonia residual
12 jam kemudian dinaikkan secara bertahap atau parkinsonism, atau morbiditas yang
sampai total dosis 7,5 mg per hari yang berhubungan dengan komplikasi renal atau
dibagi dalam 3 dosis. Keluarga diedukasi kardiopulmonar.2

Tabel 3. Stadium SNM, manifestasi klinis dan tatalaksananya13


Stadium Manifestasi Intervensi lini Intervensi lini
Terapi suportif
Woodbury klinis pertama kedua
I: parkinsonism Rigiditas, tremor atau ganti neuroleptik Obat antikolinergik
diinduksi obat
II: katatonia Rigiditas, mutism, Hentikan, atau ganti Lorazepam (1-2 mg im
diinduksi obat stupor neuroleptik atau iv setiap 4-6 jam)
III: SNM ringan Rigiditas ringan; Hentikan neuroleptik, Lorazepam (1-2 mg im
katatonia atau awasi perkembangan atau iv setiap 4-6 jam)
kebingungan; penyakit, koreksi faktor
suhu 38C, nadi risiko
100 x/menit
IV: SNM Rigiditas sedang; Hentikan neuroleptik, Lorazepam (1-2 mg im Pertimbangkan
sedang katatonia atau atur cairan, mulai atau iv setiap 4-6 jam), ECT (6-10
kebingungan; langkah pendinginan, bromokriptin (2,5-5 mg perawatan
suhu 38-40C, koreksi faktor risiko, po / NGT tiap 8 jam), bilateral)
nadi 100-120 berikan perawatan atau amantadine (100
x/menit intensif mg pe oral atau NGT
tiap 8 jam)
V: SNM berat Rigiditas berat; Hentikan neuroleptik, Dantrolene (1-2,5 mg Pertimbangkan
katatonia atau atur cairan, mulai per kgBB iv tiap 6 jam ECT (6-10
koma; suhu langkah pendinginan, untuk 48 jam, di taper), perawatan
40C, nadi 120 koreksi faktor risiko, bromokriptin (2,5-5 mg bilateral)
x/menit berikan perawatan po / NGT tiap 8 jam),
intensif atau amantadine (100
mg per oral / NGT tiap
8 jam)
Kembuan, Sindroma neuroleptik maligna... 133

SIMPULAN and diazepam: A case report. Chang


Guang Med J. 2010;33(5):9.
Sindroma neuroleptik maligna (SNM) 5. Szota A, Oglodek E, Araszkiewicz A.
adalah suatu sindroma kegawatdaruratan Fever development in neuroleptic
neurologi yang berpotensi mengancam malignant syndrome during treatment
nyawa yang berkaitan dengan penggunaan with olanzapine and Clozapine.
obat-obatan neuroleptik. Sindroma ini Pharmacol Rep. 2013;65: 279-87.
dapat berakibat fatal dan angka mortalitas 6. Langan J, Martin D, Shajahan P, Smith
berkisar 5-20% bila tidak ditangani dengan DJ. Antipsychotic dose escalation as
baik. Kematian biasanya disebabkan oleh a trigger for neuroleptic malignant
syndrome (NMS): literature review
komplikasi aritmia, DIC, gagal jantung,
and case series report. BMC
gagal napas, dan gagal ginjal. Psychiatry. 2012;12:1-8.
Deteksi awal dari gejala klinis SNM 7. Anglin RE, Rosebush PI, Mazurek MF.
dan penanganan sesegera mungkin dapat Neuroleptic malignant syndrome: a
meningkatkan luaran. Sindroma ini neuroimmunologic hypothesis.
biasanya tidak fatal dan sebagian besar CMAJ. 2010;182(18):834-8.
penderita akan pulih total dalam jangka 8. Ouyang Z, Chu L. A case of recurrent
waktu 2-14 hari. Walaupun belum ada neuroleptic malignant syndrome.
panduan baku, tatalaksana sindroma ini Shanghai Arch Psychiatry.
berkaitan dengan penghentian obat-obatan 2013;25(4):256-8.
neuroleptik yang diduga memicu timbulnya 9. Nisijima K, Shioda K. A rare case of
neuroleptic malignant syndrome
sindroma ini, terapi suportif, koreksi factor
without elevated serum creatine
metabolik bila ditemukan kelainan. kinase. Neuropsychiatr Dis Treat.
2014;10:403-7.
10. Nisijima K. Elevated creatine kinase does
DAFTAR PUSTAKA not necessarily correspond temporally
1. Bhandari G. Neuroleptic malignant with onset of muscle rigidity in
syndrome. Chapter 118. Available neuroleptic malignant syndrome: a
from: www.apiindia.org/medicine_ report of two cases. Neuropsychiatr
update_2013/chap118.pdf. Dis Treat. 2012;8:615-8.
2. Berman BD. Neuroleptic malignant 11. Paul M, Michael SG, John S, Lenox RJ.
syndrome: A review for An atypical presentation of
neurohospitalists. Neurohospitalist. neuroleptic malignant syndrome:
2011;1(1):41-7. Diagnostic dilemma in a critical care
3. Nisijima K, Shioda K. Temporal changes in setting. Respir Care. 2012;57(2):315-7.
serum creatine kinase concentration 12. Cheah MF, Liew KB. A case report on
and degree of muscle rigidity in 24 haloperidol-induced neuroleptic
patients with neuroleptic malignant malignant syndrome (NMS). JPCS.
syndrome. Neuropsychiatr Dis Treat. 2013;7:22-5.
2013;9: 853-9. 13. Strawn JR, Keck PE, Caroff SN.
4. Tsai MC, Huang TL. Severe neuroleptic Neuroleptic Malignant Syndrome.
malignant syndrome: Successful Am J Psychiatry. 2007;164:870-5.
treatment with high-dose lorazepam

Anda mungkin juga menyukai