Anda di halaman 1dari 24

1

R E F E R AT
P S I K I AT R I
S I N D R OM
N EU R O LEP TI K
M A LI G NA
KELOMPOK 2
RALIN JULIAN BASAR
EGLA PHILDERI TUNDAN
C H A N D R A F R AN ATA
P R I L I A P R AT I W I M U N D A
DEFINISI

Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM) adalah suatu sindrom yang


terjadi akibat dari penggunaan obat anti psikotik.

Karakteristik dari SNM adalah hipertermi, rigiditas, disregulasi


otonom dan perubahan kesadaran.

DSM IV: SNM merupakan gangguan rigiditas otot berat, peningkatan temperatur
dan gejala lainnya yang terkait (diaphoresis, disfagia, inkontinensia, perubahan
tingkat kesadaran, mutisme, tekanan darah meningkat atau tidak stabil,
peningkatan CPK) yang berkaitan dengan pengunaan pengobatan neuroleptik
EPIDEMIOLOGI
Cina
Amerika India 0,12% Angka
0,2-
1,9%
SNM 0,14%
Kematian
Sindrom Neuroleptik 21%
Maligna
Penyebab terbanyak : Haloperidol dan Chlorpromazine
• Obat anti psikotik atipikal : prochlorperazine,
promethazine, clozapine, dan risperidone
• Obat non-neuroleptik:
Frekuensi SNMmetoclopramide, amoxapine, dan
di dunia muncul bersamaan
lithium dengan penggunaan terapi anti-psikotik
(neuroleptik)
ETIOLOGI
Semua anti-psikotik »
SNM
• Anti psikotik tipikal 1 Dosis tinggi anti-psikotik
• Penggunaan dosis tinggi anti-
Baik anti-psikotik potensi tinggi
psikotik (terutama yg potensi
(haloperidol) atau potensi rendah
tinggi)
• Anti psikotik atipikal
• Anti psikotik aksi cepat dengan
• Sering pada pasien dengan
dosis yang dinaikkan
haloperidol dan CPZ
2 • Anti psikotik injeksi long
Faktor lain acting (fluphenazine decanoat
atau haloperidol decanoas)
• Penggunaan anti-psikotik
yang tidak konsisten
• Penggunaan obat anti
psikotropika lainnya, seperti : 3
lithium
• Penggunaan obat anti kejang
FAKTOR RISIKO
Faktor lingkungan dan Faktor genetik
psikologi Terdapat laporan kasus Riw. SNM
kondisi panas dan lembab, yang mempublikasikan sebelumnya
agitasi, dehidrasi, bahwa SNM dapat terjadi Berisiko untuk rekuren
kelelahan dan malnutrisi pada kembar identik
Sindrom otak organik
Gangg. Mental non Penggunaan anti-psikotik
skizofren
Penggunaan antipsikotik
Penggunaan lithium potensi tinggi, dosis tinggi,
Obat anti kejang dosis dinaikkan dg cepat,
Penggunaan anti-psikotik penggunaan injeksi
tidak teratur

5
PATOFISIOLOGI

Blokade dopamin
Pengurangan aktivitas
Penggunaan dopamin di area otak Gejala SNM
Anti-psikotik (hipothalamus, sistem
nigrostartial, traktus
kortikolimbik)

6
LANJUTAN...

Pengurangan dopamin di hipothalamus dapat menyebabkan terjadinya


peningkatan pengaturan suhu sehingga terjadi demam dan juga dapat
menyebabkan ketidak stabilan saraf otonom.
Di sistem nigrostratial dapat menyebabkan rigiditas.
Di sistem traktus kortiko limbik dapat menyebabkan perubahan
kesadaran.
Perubahan status mental disebabkan karena blokade reseptor dopamin di
sistem nigrostartial dan mesokortikal .

7
8
GAMBARAN KLINIS

9
• Sindrom Neuroleptik Maligna merupakan reaksi idiosinkrotik yang
tidak tergantung pada kadar awal obat dalam darah.

• SNM dapat terjadi pada dosis tunggal neuroleptik. Biasanya


berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya
pengobatan dengan neuroleptik. SNM sebagian besar berkembang
dalam 24-72 jam setelah pemberian obat neuroleptik atau perubahan
dosis (biasanya karena peningkatan dosis).

10
• Gejalanya (Benzer, 2005) yaitu:
a. Gejala disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea,
takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil.
b. Gejala ekstrapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor pada
waktu tidur, distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik
berlebihan dapat mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma,
mutisme, inkotinensia dan delirium mencerminkan terjadinya perubahan
tingkat kesadaran.

11
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Rigiditas dan hipertermi pada SNM disebabkan karena kerusakan otot dan nekrosis.
Kerusakan otot dan nekrosis ini dapat menyebabkan :
• 1)Peningkatan kadar Creatin Kinase (CK) darah mencapai 2000 – 15.000 U/ L.
Peningkatan kadar CK ini tingkat sensitifitasnya tinggi untuk Sindrom Neuroleptik
Maligna.
• 2)Peningkatan Aminotransferase (aspartate aminotransferase [AST], alanine
aminotransferase [ALT]), and lactate dehydrogenase (LDH ).
• 3)Pemeriksaan laboratorium lain terdapat leukositosis (10. 000 – 40.000 sel/mm3),
trombositosis dan dehidrasi. Protein serebrospinal dapat meningkat. Konsentrasi serum
besi dapat menurun.

12
DIAGNOSIS

• Konsensus untuk diagnosis sindrom neuroleptik maligna tidak ada.


Salah satu kriteria berasal dari DSM IV.
• SNM seharusnya menjadi diagnosis banding pada pasien demam
dengan pengobatan neuroleptik. Sebelum diagnosis SNM
ditegakkan, semua kemungkinan penyebab kenaikan suhu harus
disingkirkan, dan demam harus disertai dengan gejala klinis lain
seperti rigiditas otot, perubahan status mental dan ketidakstabilan
otonom.

13
14
15
DIAGNOSIS BANDING
• Sindrom serotonin
Sindrom serotonin sangat mirip SNM. Untuk membedakannya dengan
menggali riwayat pengobatan dengan perhatian pada perubahan dosis
dan tidak adanya rigiditas berat.
• Hipertermi malignant
Sebuah gangguan genetik langka. Hal ini biasanya terjadi segera setelah
terpapar agen anestesi inhalasi dan depolarisasi relaksan otot, seperti
suksinilkolin. Sering terjadi pada pasien yang memiliki gangguan
miopati lain seperti distrofi otot, myotonic, distrofi, dan miopati
kongenital. Selain itu adanya riwayat keluarga terkait.
16
• Katatonia malignant
Gejala klinis hipertermia dan kekakuan ada dalam sindrom ini, biasanya
ada gejala perilaku dalam beberapa minggu yang ditandai dengan
psikosis, agitasi, dan kegembiraan katatonik. Gejala motorik juga
ditandai dengan adanya sikap seperti dystonia, fleksibilitas lilin, dan
stereotipi yang juga ada dijelaskan dalam SNM. Nilai laboratorium
biasanya normal. Kedua gangguan ini bisa sulit untuk dibedakan secara
klinis.
• Sindrom obat lain
Intoksikasi akut dengan obat narkoba, terutama kokain dan ekstasi (3,4-
methylenedioxymethamphetamine/ MDMA).

17
G A N G G U A N YA N G T I D A K B E R H U B U N G A N

Gejala klinis gangguan ini dapat tumpang tindih dengan SNM


khususnya pada pasien yang memiliki efek samping ekstrapiramidal dengan
penggunaan antipsikotik secara bersamaan.

Infeksi sistem saraf pusat (misalnya, • Akut distonia


meningitis, ensefalitis) • Tetanus
• Infeksi sistemik (misalnya, pneumonia, • Central sistem saraf vaskulitis
sepsis)
• Tirotoksikosis
• Kejang
• Pheochromocytoma
• Hidrosefalus akut
• Intoksikasi obat, toksisitas (misalnya,
• Cedera tulang belakang akut phencyclidine, ekstasi, kokain,
Panas stroke (antipsikotik predisposisi panas amfetamin, lithium)
stroke termoregulasi ) • Porfiria akut 18
TATA LAKSANA
Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda dalam 1-2 minggu. SNM yang
dipercepat dengan injeksi anti psikotik long action dapat bertahan selama sebulan
• Hentikan segera obat anti-psikosis
• Terapi suportif
Terapi suportif bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memelihara
fungsi organ yaitu:
 Manajemen jalan nafas: intubasi, oksigenasi adekuat, oxymetri.
 Manajemen sirkulasi: monitoring jantung, resulsitasi cairan, hemodinamik.
 Untuk mengendalikan temperatur dapat dengan antipiretik.
 Screening infeksi dengan cara melakukan CT scan kepala, thorak, analisis cairan
serebrospinal, kultur urin dan darah.

19
• Terapi farmakologi
Obat dopamin agonis: bromkriptin 7,5-60 mg/hari 3dd, l-dopa 2 x
100mg/ hari atau amantadin 200 mg/ hari (Maslim, 2014)
Akan tetapi peneliti lain melaporkan tidak ada manfaat dan setelah
diamati ternyata meningkatkan komplikasi dan pemanjangan gejala
karena pemakaian obat-obat tersebut.
Terapi tunggal dengan benzodiazepin dilaporkan berhasil dalam
beberapa kasus. Penelitian Francis et all menyatakan benzodiazepin
efektif dalam penanganan Sindrom Neuroleptik Maligna dengan
mengurangi durasi menjadi 2 – 3 hari

20
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang paling umum adalah rhabdomiolisis sebagai akibat dari
rigiditas otot terus menerus dan akhirnya terjadi kerusakan otot.
Komplikasi lainnya gagal ginjal, pneumonia aspirasi, emboli pulmo,
edema pulmo, sindrom distress respirasi, sepsis, diseminated intravascular
coagulation, seizure, infark miocardial (Hal dan Chopman, 2006).
• Menghindari antipsikotik dapat menyebabkan komplikasi karena psikotik
yang tidak terkontrol. Sebagian besar pasien dengan pengobatan anti
psikotik karena menderita gangguan psikiatri berat atau persiten,
kemungkinan relaps tinggi jika anti pskotik di hentikan (Sholevar, 2002).

21
PROGNOSIS

• Mortalitas sekitar 10-20%, sebagian besar pada pasien dengan nekrosis


otot yang berat bisa menjadi rhabdomiolisis. Pasien dengan riwayat
Sindrom Neuroleptik Maligna dapat terjadi rekurensi. Risiko terjadi
rekurensi berhubungan dengan jeda waktu antara Sindrom Neuroleptik
Maligna dan dimulainya kembali pengobatan antipsikotik (Stanley,
2007).

22
PENCEGAHAN

• Pencegahan merupakan bagian penting dalam menghindari terjadinya


sindrom ini. Dosis terendah neuroleptik dianjurkan, dengan memonitor
onset efek samping ekstra piramidal. Deteksi awal dan memberikan
terapi untuk mengeliminasi efek samping ekstrapiramidal, terutama
rigiditas otot dapat mencegah perkembangan lebih lanjut Sindroma
Neuroleptik Maligna dan komplikasinya (Bottoni, 2002).

23
TERIMA K ASIH

24

Anda mungkin juga menyukai