42-48
SINDROM EKSTRAPIRAMIDAL
EXTRAPYRAMIDAL SYNDROME
Nadya N. Rompis*, Arthur H.P. Mawuntu**, Maria Th. Jasi**, Rizal Tumewah**
sinapsunsrat@gmail.com
*Peserta Program P3D Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. dr. R.D. Kandou
Manado;
**Staf Pengajar Bagian/KSM Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. dr.
R.D. Kandou Manado
ABSTRAK
Dopamine receptor blocking agents (DRBAs) yang lebih dikenal sebagai antipsikotik, adalah obat yang
banyak digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Golongan obat ini menyebabkan risiko efek
samping berupa akatisia, distonia, parkinsonisme, dan diskinesia tardif, yang dikenal sebagai sindrom
ekstrapiramidal atau EPS. Antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal, menyebabkan bentuk
EPS yang lebih berat dibandingkan antipsikotik generasi kedua atau antipsikotik atipikal. Sindrom
ekstrapiramidal merupakan penyulit yang harus dikenali dalam terapi antipsikotik. Perlu dilakukan
berbagai upaya untuk mengurangi risiko EPS serta melakukan penatalaksanaan yang optimal pada kasus
EPS. Tulisan ini terutama membahas patomekanisme, gambaran klinis, dan penatalaksanaan EPS.
ABSTRACT
Dopamine receptor blocking agents (DRBAs), better known as antipsychotics, are drugs widely used to
treat psychotic disorders. This class of drugs could cause an adverse effect consist of akathisia, dystonia,
parkinsonism, and tardive dyskinesia, which is known as extrapyramidal syndrome or EPS. The first-
generation antipsychotics or typical antipsychotics cause a more severe form of EPS than the second-
generation antipsychotics or atypical antipsychotics. EPS is a complication that should be recognized in
anti-psychotic therapy. Efforts should also be done in order to reduce the risk of EPS and performing an
optimal treatment in EPS cases. This manuscript focuses in discussing the patho-mechanism, clinical
features, and treatment of EPS.
42
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
darah yang tinggi atau tidak stabil), serta Pada sebuah penelitian, dosis
peningkatan kreatinin fosfokinase serum. haloperidol yang lebih tinggi menyebabkan
Antipsikotik awal, sekarang disebut lebih banyak efek samping ekstrapiramidal
sebagai antipsikotik generasi pertama atau (EPS) sementara efek samping hipotensi
first generation antipsychotics (FGAs) atau lebih sering terjadi ketika chlorpromazine
antipsikotik tipikal (misalnya digunakan.4
chlorpromazine, haloperidol, dan Data menunjukkan antipsikotik
fluphenazine), menyebabkan efek samping atipikal memiliki risiko menyebabkan EPS
yang lebih berat dibandingkan antipsikotik lima kali lebih rendah dibandingkan dengan
baru, yang dikenal sebagai antipsikotik haloperidol pada tahun pertama
generasi kedua atau second generation penggunaan, meskipun dosis haloperidol
antipsychotics (SGAs) atau antipsikotik relatif lebih tinggi. Di antara antipsikotik
atipikal (misalnya risperidone, olanzapine, atipikal, risperidone membawa risiko
dan quetiapine).1 tertinggi EPS sedangkan clozapine dan
quetiapine memiliki risiko EPS terendah.5
EPIDEMIOLOGI
Kejadian EPS ini dapat muncul sejak PATOMEKANISME
awal pemberian antipsikotik, hal ini Efek semua obat antipsikotik yang ada saat
bergantung dari besarnya dosis yang ini diperantarai oleh pelemahan transmisi
diberikan. dopamin melalui aksi antagonis atau agonis
Sindrom ekstrapiramidal akut parsial berefikasi rendah pada reseptor
paling sering terjadi pada awal pengobatan dopamin D2 (D2). Namun demikian,
antipsikotik atau ketika dosis ditingkatkan. “ruang” antara dosis terapeutik dan dosis
EPS yang timbul kemudian biasanya terjadi yang menghasilkan efek samping, sangat
setelah pengobatan jangka panjang dan bervariasi pada semua jenis obat ini. Gejala
muncul sebagai diskinesia tardif. Persentase motorik ekstrapiramidal (misalnya distonia
diskinesia tardif dilaporkan 0,5-70% dari akut dan gejala parkinsonisme seperti
pasien yang menerima FGAs, dengan rata- bradikinesia dan tremor) adalah efek
rata berkisar 24-30%.2 samping utama antipsikotik yang
Efek ekstrapiramidal akut lebih diperantarai oleh blokade pengiriman sinyal
jarang ditemukan pada pasien yang diobati ke reseptor D2 di sirkuit dopaminergik
dengan antipsikotik atipikal daripada nigrostriatal dan tuberoinfundibular.6
antipsikotik tipikal, namun perbedaan Patomekanisme EPS sendiri
terbesar terjadi pada haloperidol.3 memiliki beberapa hipotesis. Penyebab akut
distonia tidak pasti tetapi mungkin
43
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
44
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
45
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
parkinsonisme (tremor, rigiditas, dan atau distonia akut dan demikian pula obat
bradikinesia).2 Diskinesia dan distonia antihistamin diphenhydramine.8
tardif adalah sindrom yang berkembang Trihexyphenidyl dapat dimulai
selanjutnya. Biasanya berkembang setelah dengan dosis 1mg setiap hari dan
penggunaan antipsikotik yang ditingkatkan 1mg setiap 3-5 hari selama 1
berkepanjangan.5 bulan dengan dosis target 2mg tiga kali
Dalam kebanyakan kasus, sehari. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan
pemeriksaan laboratorium dan pencitraan dengan peningkatan 2mg setiap minggu
tidak diperlukan. Diagnosis cukup dibuat sampai timbul efek samping atau tercapai
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dosis maksimal 30mg.14
teliti. Pada anamnesis, terutama diteliti Pada kasus distonia tardif, terapi
riwayat paparan obat. EPS mungkin sulit tambahan termasuk pemberian
untuk dibedakan dari gangguan gerakan benzodiazepine, injeksi toksin botulinum
idiopatik lainnya. Kekakuan dan untuk distonia wajah, baclofen,
ketegangan otot adalah gejala nonspesifik tetrabenazine, dan bedah saraf dapat
14
yang dapat diamati pada sindrom dipertimbangkan.
neuroleptik maligna, sindrom serotonin, Untuk pengobatan akatisia,
dan gangguan gerak lainnya.12,13 digunakan strategi yang mirip dengan
penatalaksanaan distonia, termasuk
PENATALAKSANAAN menghentikan atau mengurangi dosis obat
Jika seorang pasien mengalami EPS akut, yang menjadi pencetus, beralih ke
khususnya distonia, tujuan terapi adalah antipsikotik atipikal jika antipsikotik tipikal
untuk memperbaiki gerakan involunter, merupakan pencetus, dan pemberian agen
memperbaiki postur abnormal, mengurangi antimuskarinik. Strategi terapi tambahan
rasa sakit, mencegah kontraktur, dan yang lebih spesifik untuk akatisia
meningkatkan fungsi dan kualitas hidup mencakup pemberian penyekat beta (paling
secara keseluruhan. Pendekatan terapeutik sering propranolol), amantadine, clonidine,
harus disesuaikan untuk masing-masing benzodiazepine, mirtazapine, antidepresan
pasien.14 tetrasiklik (mianserin), cyproheptadine, dan
Terdapat bukti bahwa reaksi propoxyphene.15
distonia akut dapat dicegah dengan Dari obat antiadrenergik,
penggunaan obat antikolinergik seperti propranolol (penyekat beta lipofilik
trihexyphenidyl. Obat antikolinergik yang nonspesifik) merupakan obat yang paling
diinjeksi sangat efektif dalam pengobatan banyak digunakan. Tampaknya propranolol
dosis rendah sudah cukup, dengan sebagian
46
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
besar peneliti merekomendasikan dosis hari) dan secara bertahap dititrasi sampai
pada 60mg per hari dan jarang lebih dari manfaat yang memadai diperoleh atau
5,8
120mg per hari. sampai efek samping yang tidak diinginkan
Parkinsonisme yang diinduksi obat terjadi. Dosis efektif reserpin sekitar 3-5mg
diobati dengan penghentian atau per hari sedangkan tetrabenazine 100–200
pengurangan dosis obat pencetus, beralih ke mg per hari.11 Levetiracetam, zonisamide,
antipsikotik atipikal, dan pemberian obat pregabalin, vitamin B6, dan vitamin E juga
yang digunakan untuk penyakit Parkinson, telah dilaporkan dapat menjadi terapi
termasuk amantadine, agen antimuskarinik, tambahan.19
agonis dopamin, dan levodopa.8,15
Amantadine hanya terbukti berhasil PROGNOSIS
sejauh ini dalam penelitian kecil dan tidak Sindrom akut dari EPS biasanya akan
ditoleransi dengan baik oleh pasien lanjut mengalami perbaikan dengan intervensi
usia. Clozapine dan quetiapine memiliki farmakologis. Pengobatan dengan
keunggulan yang signifikan untuk antikolinergik memiliki hasil yang cukup
pengobatan gejala psikotik pada penyakit efektif. Pada kasus distonia, penggunaan
Parkinson dibandingkan dengan obat antikolinergik memberikan hasil yang
antipsikotik atipikal dan tipikal lainnya.4,16 baik. Kemungkinan remisi spontan pada
Tidak ada pengobatan yang terbukti distonia tetap ada, tetapi dalam banyak
efektif untuk diskinesia tardif. Gejala ini kasus, distonia bertahan selama bertahun-
diobati dengan penghentian atau tahun.5 Demikian pula dengan akatisia dan
pengurangan dosis obat pencetus.11,18 Obat parkinsonisme imbas obat, meskipun dalam
yang digunakan dalam pengobatan beberapa kasus gangguan gerakan tetap
diskinesia tardif mencakup agen penurun bertahan setelah obat pencetus
kadar dopamin (reserpin dan tetrabenazine), diberhentikan, pemilihan regimen obat yang
golongan benzodiazepin (clonazepam), obat tepat dapat memperbaiki gejala.8,17
GABA-mimetik (sodium valproate dan Diskinesia tardif dapat bertahan
baclofen), dan agonis dopamin dalam dosis setelah penghentian pengobatan atau
rendah (untuk merangsang autoreseptor).19 bahkan tidak dapat dikembalikan lagi.2
Reserpin dan tetrabenazine efektif Dalam suatu penelitian, ditemukan hanya 5
mengurangi gejala diskinesia tardif dan dari 42 pasien yang mencapai remisi setelah
kadang-kadang terbukti memiliki efek yang penghentian DRBAs hingga 6-7 tahun.18
besar. Kedua obat pada awalnya harus
diberikan dengan dosis rendah (reserpin: DAFTAR PUSTAKA
0,25mg per hari; tetrabenazine: 25mg per 1. Musco S, Ruekert L, Myers J,
Anderson D, Welling M, Cunningham
47
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
48