DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas segala rahmad dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan miniriset tentang “Pengaruh Faktor Pengetahuan Dan
Perilaku Terhadap Kejadian Migrain Pada Mahasiswa Semester 3 Dan 5 Fkm Uinsu”. Tidak lupa pula
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dr. Nofi Susanti, M.Kes yang telah membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Maka dari itu kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini baik
dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan ktitik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian laporan ini kami buat, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan yang lebih luas lagi bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Tinjauan Tentang Perilaku 3
2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan 4
2.3 Tinjauan Tentang Penyakit Migrain 7
2.4 Kerangka Konsep 12
2.5 Hipotesis 13
BAB III METODE PENELITIAN 15
3.1 Jenis Penelitian 15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 15
3.3 Populasi dan Sampel 15
3.4 Metode Pengumpulan Data 16
3.5 Definisi Operasional 16
3.6 Metode Pengukuran 17
3.7 Metode Analisis Data 18
3.8 Pertimbangan Etik 19
BAB IV HASIL PENELITIAN 22
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 22
4.2 Hasil Analisis 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
Belakangan ini penderita migrain di Indonesia cenderung semakin bertambah tak terkecuali
para mahasiswa. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti stres dan aktivitas
yang berlebihan sehingga waktu untuk merelaksasikan tubuh kurang serta perubahan hormonal
dalam tubuh seperti menstruasi yang dialami oleh wanita.
Prevalensi wanita yang mengalami migrain adalah sekitar 17% sedangkan pada pria sekitar
6%. Prevalensi ini dimulai pada usia remaja dan dewasa muda, serta mencapai puncaknya pada
dekade 40-an. Kira-kira 60% wanita yang mengalami serangan migrain terkait dengan siklus
menstruasi, 30% mengalami serangan pada saat menstruasi dan 15-25% mengalami serangan 2-3
hari sebelum menstruasi.
Migrain digambarkan sebagai nyeri kepala unilateral yang sifatnya berdenyut-denyut yang
berlangsung selama 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang sampai berat bertambah berat
dengan aktivitas fisik dan dapat disertai dengan mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.
Migrain adalah suatu kondisi kronik dengan serangan yang bersifat episodik, tanpa adanya
ancaman kehidupan, tetapi keadaan ini dapat mempengaruhi prestasi akademik, kesehatan
mental, hubungan keluarga dan sosial. Migrain sering menimbulkan ketidakmampuan selama dan
diantara serangan, yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan produktifitas
akademik.
Migrain yang terlihat sepele namun cukup menyusahkan jika mengalami serangan yang
dikarenakan menyerang otak dan mengakibatkan kesakitan baik secara fisik maupun emosi.
Emosi dan sakit memliki suatu hubungan yang cukup unik di mana emosi yang tidak
menyenangkan dapat menyebabkan banyak penyakit fisik yang kelihatannya benar-benar
disebabkan oleh penyakit organik, seperti gangguan pada lambung, hati, usus, jantung, kulit dan
otot. Emosi tersebut juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada tulang, persendian, dan kepala.
Emoto (2006) menjelaskan bahwa beremosi negatif secara terus menerus akan menyebabkan
organ-organ tubuh tidak berfungsi secara maksimal. Emosi negatif yang dimaksud adalah stress,
kuatir yang berlebihan, cemas, mudah tersinggung/emosional, sering merasa kesepian, sering
bersedih, iri dan dengki. Damayanti dan Astuti (2010) menyebutkan bahwa tubuh bereaksi
terhadap stres dengan melepaskan hormon kortisol, serta memerangi hormon epinefrin dan
norepinefrin. Seiring waktu, hormon ini mengganggu sistem kekebalan tubuh, jantung dan
metabolisme, yang membuat tubuh lebih rentan terhadap berbagai kondisi dan penyakit.
4
Migrain merupakan masalah yang sering dijumpai pada mahasiswa. Migrain ini dapat
mempengaruhi prestasi akademik, kepribadian, ingatan dan hubungan interpersonal mahasiswa
seperti kehadiran di kampus. Hal ini bergantung pada etiologi, frekuensi dan intensitas migrain.
Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala
yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan lamanya sangat bervariasi. Menurut data The
Research Group on Migraine and headache of The World Federation of Neurology sekitar 65-
75% wanita diseluruh dunia pernah mengalami migrain sedangkan pada pria sekitar 25%
mengalami migrain.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Sedangkan menurut Wawan (2011)
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi.
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan
teori S-O-R atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan
tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli.
Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira
atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus.
2. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti
oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing
stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya
dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk
memperoleh promosi jabatan.
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior).
Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan
sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
(Notoadmodjo, 2007).
a. Tahu (know)
7
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi(Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis(Analysis)
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masi
ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis(Synthesis)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austisfikasi atau
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(notoatmojo, 2007)
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan
yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendengar atau melihat
sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang
didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang
9
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
g. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun nagatif.
2.3. Tinjauan tentang Penyakit Migrain
2.3.1. Definisi Migrain
Migrain berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Perancis, sementara itu
dalam bahasa Yunani disebut hemicrania. Sedang dalam bahasa Inggris kuno dikenal dengan
megrim. Konsep klasik menyatakan bahwa migrain merupakan gangguan fungsional otak
dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum, yang
terjadi secara mendadak disertai mual atau muntah.
Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group on Migraine and headache
of The World Federation of Neurology. Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial
dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan
lamanya sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, dengan lama serangan 4
sampai 72 jam bertambah berat dengan aktifitas fisik, disertai mual, muntah, fotofobia dan
fonofobia.
10
2.3.2. Epidemiologi Migrain
Prevalensi migrain bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Migrain timbul
pada kira- kira 8% sampai 10% dari seluruh penduduk. Migrain dapat terjadi mulai masa
kanak-kanak sampai dewasa, biasanya jarang terjadi setelah umur 40 tahun. Sekitar 65-75%
penderita migrain adalah wanita. Insidensnya kira-kira dua kali pria. Pada kebanyakan wanita,
datangnya serangan berkaitan dengan datangnya menstruasi (beberapa hari sebelum, selama
atau akhir), selama 3 bulan pertama kehamilan, biasanya penderita tidak mengalami nyeri
kepala. Sejumlah kecil penderita mulai merasakan serangan pada waktu hamil, umumnya
serangan muncul pada kehamilan trimester I. selain itu sekitar 40% wanita mengalami
sindrom premenstruasi dengan gejala berupa gangguan mental dan nyeri somatik yang
disebabkan oleh perubahan hormonal.
Klasifikasi nyeri kepala didasarkan pada faktor waktu, lokasi, dan intensitas nyeri.
Acuan yang berdasarkan faktor waktu, lokasi dan intensitas nyeri masih berlaku sampai
sekarang yaitu Classification and diagnostic criteria for headache disorders, cranial
neuralgias and facial pain, yang dibuat oleh International Headache Society tahun 1988,
klasifikasi migrain adalah sebagai berikut:
11
b. Infark migrain
7. Gangguan seperti migrain yang tak terklasifikasikan.
12
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini terdiri dari variable-variable serta hubungan variable yang
satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita
untuk menganalisis hasil penelitian. (Notto admojo, 2016).
13
Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Fakto Pengetahuan Dan Perilaku
Terhadap Kejadian Migrain Pada Mahasiswa Semeseter III dan V FKM UINSU.
Faktor Perilaku:
Gaya hidup tidak sehat
(Merokok)
Tidur larut malam (begadang)
Pengaruh cahaya dalam ruangan
Pola dan jadwal makan dan
minum yang tidak teratur
Posisi membaca dan menulis
yang tidak benar
Penggunaan gadget yang
berlebihan Kejadian Migrain Pada Mahasiswa
Kebisingan
Stress
Faktor Pengetahuan:
Tentang Migrain
Gejala Migrain
Penyebab Migrain
Pencegahan
2.4. Hipotesis
Hipotesis pada hakikatnya adalah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat di uji secara
empiris. Hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang
ditemukan. Hipotesis juga disebut sebagai jawaban sementara penelitian yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notto admojo 2016).
14
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan bahwa:
1. Hipotesis nol (Ho)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah mahasiswa semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara yang
pernah menderita penyakit migrain sebanyak 42 responden yang dimana 38
diantaranya pernah menderita penyakit migraine dan 6 diantaranya tidak pernah
menderita penyakit migraine. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang sudah diketahui ada
pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria Inklusi:
Kriteria Eksklusi:
a. Mahasiswa/i yang bukan semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara.
16
b. Mahasiswa/i semester III dan V yang tidak pernah menderita penyakit migraine.
c. Mahasiswa/i semester III dan V yang tidak bersedia menjadi responden.
17
3.6. Metode Pengukuran
Skala Nominal
Skala nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-
anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki
perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Contohnya: Jenis kelamin (Laki-
laki, Perempuan), suku bangsa (Jawa, Sunda, Minahasa, Batak, Dayak, dll),
Agama (Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, Konghucu), Golongan darah
(A, B, AB, O), Warna kulit (Hitam, Putih, Kuning, Sawo Matang), dan jenis
pekerjaan (Petani, Nelayan, PNS, TNI, POLRI). Pada skala nominal, kita
mengitung banyaknya subjek dari setiap kategori gejala, misalnya jumlah
wanita dan pria, masing-masing jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian
orang, dan sebagainya. Masing –masing anggota himpunan tersebut tidak ada
perbedaan nilai (Notoatmodjo, 2012).
Skala Ordinal
Skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking,
urutan, pangkat, atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya
dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain,
tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil atau
perbedaan tingkat antara anggota himpunan (Notoatmodjo, 2012).
Contohnya: tingkat pendidikan (pendidikan rendah, menengah, tinggi),
klasifikasi kadar kolesterol (rendah, normal, tinggi), tingkat kepuasan (sangat
puas, puas, cukup puas, sangat tidak puas), motivasi belajar (tinggi, sedang,
rendah), tingkat nyeri (sangat nyeri, nyeri, cukup nyeri, tidak nyeri), dan
tingkat kecemasan (panik, berat, sedang, ringan)
18
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif inferensial. Analisis
kuantitatif inferensial adalah metode yang sudah ada upaya untuk mengadakan
penarikan kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah
dilakukan. Biasanya analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang
jumlahnya banyak dab dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan
terhadap populasi. Analisis kuantitatif inferensial ini terbagi dua, tapi dalam laporan
ini menggunakan analisis kuantitatif inferensial korelasional. Analisis statistik yang
berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh anatara dua vbuah variabel atau
lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Misalnya penelitian tentang hubungan antara jumlah sales dengan volume penjualan.
Jumlah sales merupakan variabel bebas (X) dan volume penjualan sebagai variabel
terikat (Y).
Banyak sekali teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk analisis
korelasional ini, baik statistik parametrik maupun nonparametrik. Penggunaan masing-
masing teknik analisis tersebut sangat tergantung pada jenis skala datanya. Skala data
terdiri dari:
Data nominal, yaitu data kualitatif yang tidak memiliki jenjang. Contoh jenis
kelamin, asal daerah, pekerjaan orang tua, hobby, dan sebagainya.
Data ordinal, yaitu data kualitatif yang memiliki jenjang, seperti tingkat
pendidikan, jabatan, pangkat, ranking kelas, dan sebagainya.
Data interval/rasio, yaitu data kuantitatif atau data yang berupa angka atau dapat
diangkakan. Contoh penghasilan, prestasi belajar, tinggi badan, tingkat
kecerdasan, volume penjualan, dan sebagainya.
Untuk menentukan jenis analisis korelasional yang tepat dalam sebuah penelitian,
terlebih dahulu harus dilihat jenis data dari variabel-variabel yang diteliti.
19
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian korelasi ini ada dua yaitu:
1) Analisa Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel (Sugiyono, 2012), yaitu tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan
migrain.
2) Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhungan atau
berkolerasi (Notoadmodjo, 2010), dalam penelitian digunakan uji Chi-Square untuk
menghubungkan variabel terkait dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini uji Chi-Square
digunakan untuk mencari hubungan antara pengetahuan dan perilaku
pencegahan migrain pada mahasiswa jurusan ilmu kesehatan masyarakat angkatan 2017 dan
2018. Data yang terkumpul diolah melalui program software SPSS (statistical package for
social sciences) versi 21. Batas kritis alfa yang digunakan yaitu 0,05 dengan kriteria
penarikan kesimpulan : jika x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel, maka H0 diterima, dan
apabila lebih besar atau sama dengan x2 harga tabel maka H0 ditolak. Setelah diolah,
data disajikan dalam bentuk tabel, diagram narasi untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan perilaku pencegahan migrain pada mahasiswa jurusan ilmu kesehatan
masyarakat angkatan 2017 dan 2018.
Secara umum, prinsip dasar etika terdiri dari 3 hal: menghormati orang, derma dan
keadilan
1. Menghormati Orang
Menghormati orang berarti bahwa individu harus memiliki hak untuk bersedia
ataupun tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian jika mereka memilih demikian.
Poin utamanya adalah bahwa individu-individu ini harus dapat membuat keputusan ini
secara mandiri.
20
2. Derma
Derma berarti baik, atau suatu perbuatan amal atau hadiah. Dalam konteks penelitian,
para peneliti tidak membahayakan mereka peserta dan, akhirnya, manfaat kepada peserta
mereka harus dimaksimalkan dan potensi bahaya dan ketidaknyamanan harus
diminimalkan. Dalam melakukan penelitian, kemajuan ilmu pengetahuan tidak harus
datang dengan harga merugikan peserta penelitian.
3. Keadilan
Pemilihan peserta penelitian harus merupakan hasil dari prosedur seleksi yang adil
dan juga harus menghasilkan hasil pemilihan yang adil, mereka tidak boleh dipilih
didasarkan karena anggapan positif atau negatif oleh peneliti. Meskipun peneliti
memiliki batasan tertentu untuk peserta yang akan mengikuti penelitian, tiap peserta
penelitian harus diberitahu tentang percobaan, serta kemungkinan kondisi saat dan
setelah penelitian. Kemudian peserta diberikan keleluasaan untuk menentukan haknya
mengikuti/tidak mengikuti penelitian.
Ketiga prinsip dasar etika di atas adalah untuk mewujudkan prinsip kerahasiaan.
Secara umum, prinsip kerahasiaan meliputi hak peserta penelitian untuk menentukan
penggunaan/akses informasi pribadinya serta hak untuk tetap dijaganya kerahasiaan
informasi yang dia bagikan dengan tim riset.
B. Informasi Persetujuan
Dalam konteks penelitian, hak asasi tersebut rentan untuk dilanggar disebabkan dari
tiga sumber yaitu: kerentanan intrinsik (kondisi mentalitas calon peserta), kerentanan
ekstrinsik (faktor kondisi lingkungan peserta), serta kerentanan hubungan (kondisi
hubungan antar peserta dengan peneliti atau peserta lain).
21
1. Kompetensi
2. Pengetahuan
Hasil menunjukkan bahwa suatu penelitian dapat menjadi lebih sukses dikarenakan
pengetahuan akan penelitian tersebut oleh para pesertanya. Hal ini disebabkan peserta
dapat memberi informasi tambahan yang detail mengenai hasil yang terjadi dan dapat
pula member masukan yang membangun ataupun member umpan balik untuk diteliti
lebih lanjut. Saat ini masih dikembangkan berbagai metode untuk keberhasilan penelitian
dengan cara memberi pengetahuan tambahan di bidang tertentu kepada peserta, terutama
pada penelitian yang bersifat berkelanjutan.
2. Kerelaan
Peserta penelitian yang akan dilibatkan pada sebuah penelitian haruslah memberikan
semacam pernyataan keralaan, bahwa dirinya mengikuti penelitian tersebut tanpa
paksaan dari pihak manapun. Hal ini penting menyangkut dengan isu permasalahan kode
etik penelitian, maupun berkaitan juga dengan objektivitas hasil penelitian.
BAB IV
22
HASIL PENELITIAN
Setelah melalui proses yang panjang, keluarlah Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan. Pada Pasal 10 ditegaskan salah satu Fakultas pada UINSU adalah
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Setelah terbitnya Ortaker tersebut, maka pada tanggal 29
Desember 2015 FKM Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Agama, Prof. Dr.
Amsal Bakhtiar, MA. Bersama Rektor UINSU kala itu, Prof. Dr. Nur A.Fadhil Lubis, MA,
meresmikan FKM bersama dua fakultas baru lainnya, Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas
Sains dan Teknologi. Sebelumnya telah pula terbit dan Surat Keputusan Rektor UINSU:
Pertama, tentang pengangkatan Dekan dan wakil Dekan FKM serta Pejabat Setruktural
lainya. Kedua, Surat Keputusan Rektor UINSU yang memindahkan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi ke Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Lahirnya Ortaker tersebut menjadi sejarah baru bagi FKM UINSU karena secara
institusional keberadaan prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat sudah berada di “rumah” yang
tepat.
Setelah utuhnya institusi Fakultas Kesehatan Masyarakat UINSU dan Prodi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Pemimpin Fakultas dan prodi serta tenaga kependidikan mulai
bekerja untuk meletakkan fondasi bangunan dasar keberadaan sebuah Fakultas. Hal yang
pertama dilakukan adalah dengan merumuskan visi Fakultas dan prodi: satu hal yang sangat
penting dan utama untuk menentukan arah perjalanan FKM dimasa depan. FKM melangkah
pasti untuk mewujudkan Fakultas yang unggul dan terdepan dalam kajian dan penerapan ilmu
kesehatan masyrakat di Indonesia.
23
4.1.2. Lahirnya FKM UIN Sumatera Utara
Dengan keluarnya PEMA RI Nomor 55 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja UINSU, FKM resmi berdiri. Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 2015, FKM
diresmikan oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementrian Agama RI, Prof. Dr. Amsal
Bakhtiar, MA. Perkembangan FKM yang semakin pesat menuntut sarana dan prasarana serta
fasilitas yang lebih baik. Rektor UINSU memindahkan FKM ke Kampus Jln. IAIN No.1
Medan.
Visi:
Misi:
Sarana:
Ruangan kelas ada delapan kelas, meliputi: dilantai bawah ada 6 kelas dan dilantai
atas ada 2 kelas.
Ruang laboratorium ada tiga, meliputi: laboratorium gizi, laboratorium K3/Kesling,
dan laboratorium Epidemiologi dilengkapi fasilitas AC.
Ruangan Aula FKM UINSU
Ruang Tata Usaha
Ruang Dekan
Ruang Wakil Dekan
24
Ruang Dosen, meliputi ruangan kepala prodi, sekretaris prodi, kepala laboratorium
serta dosen.
Ruang Puskesma
Ruang Ormawa
Perpustakaan
Toilet Mahasiswa dan Mahasiswi
Prasarana:
Di FKM UIN Sumatera Utara terdapat fasilitas AC diruangan laboratorium dan terdapat
Wifi yang memudahkan mahasiswa/i mengakses internet untuk mengejakan tugas kuliah.
Diruangan kelas terdapat kipas angin, meja, kursi, infocus untuk presentasi atau untuk
dosen memberikan materi, dan papan tulis.
Hasil analisis dari penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
dilakukan di kampus FKM UINSU pada bulan November 2019 sampai Desember 2019,
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor perilaku dan faktor pengetahuan
terhadap kejadian migraine pada mahasiswa semester 3 dan 5 FKM UINSU. Subjek
penelitian adalah 42 mahasiswa dengan mahasiswa semester 3 sebanyak 36 mahasiswa dan
mahasiswa semester 5 sebanyak 6 mahasiswa yang berusia 18-20 tahun. Hasil penelitian
mula-mula diolah menggunakan analisis univariat untuk melihat distribusi masing-masing
variabel dan kemudian mengetahui hubungan antar variabel dengan analisis bivariate uji chi-
square karena data bersifat nominal dan kategorik.
25
4.2.1. Analisis Univariat
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18 7 16.7 16.7 16.7
19 22 52.4 52.4 69.0
20 13 31.0 31.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lk 5 11.9 11.9 11.9
Pr 37 88.1 88.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Interpretasi: Dari tabel diatas diperoleh data responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 5 orang (11,9%), dan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 37 orang (88,1%)
26
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Migrain
Pengetahuan Migrain
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 20 47.6 47.6 47.6
Salah 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Interpretasi: Dari tabel diatas disimpulkan bahwa responden yang mengetahui
tentang migraine sebanyak 20 orang (47,6%), dan responden yang tidak
mengetahui tentang migraine yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).
Penyebab
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tahu 20 47.6 47.6 47.6
Tidak 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dukun 1 2.4 2.4 2.4
RS/Puskesmas 24 57.1 57.1 59.5
Tidak Berobat 17 40.5 40.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
27
4.2.2 Analisis Bivariat
Interpretasi: Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang kadang-
kadang terkena stress namun terkena migraine sebanyak 22 orang (52,4%) dan
responden yang kadang-kadang terkena stress namun tidak terkena migraine
sebanyak 3 orang (7,1%); responden yang tidak stress namun terkena migraine
sebanyak 7 orang (16,7%) dan responden yang tidak stress namun tidak terkena
migraine sebanyak 2 orang (4,8%) ; responden yang stress dan terkena migraine
sebanyak 7 orang (16,7%) dan responden yang stress dan tidak terkena migraine
sebanyak 1 orang (2,4%).
28
% within Kurang Tidur 66.7% 33.3% 100.0%
% of Total 4.8% 2.4% 7.1%
Ya Count 10 3 13
% within Kurang Tidur 76.9% 23.1% 100.0%
% of Total 23.8% 7.1% 31.0%
Total Count 36 6 42
% within Kurang Tidur 85.7% 14.3% 100.0%
% of Total 85.7% 14.3% 100.0%
Interpretasi: Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang kadang-kadang
kurang tidur namun terkena migraine sebanyak 24 orang (57,1%), dan responden yang
kadang-kadang kurang tidur dan tidak terkena migraine sebanyak 2 orag (4,8%).
Responden yang cukup tidur namun terkena migraine sebanyak 2 orang (4,8%), dan
responden yang cukup tidur namun ttidak terkena migraine, yaitu sebanyak 1 orang
(2,4%). Responden yang kurang tidur dan terkena migraine sebanyak 10 orang (23,8%)
dan responden yang cukup tidur namun tidak terkena migraine, yaitu sebanya 3 orang
(7,1%).
29
% within Menahan Rasa 85.7% 14.3% 100.0%
Lapar
% of Total 85.7% 14.3% 100.0%
Interpretasi: Dari tabel di atas disimpulkan bahwa responden yang jarang menahan rasa
lapar dan terkena migraine sebanyak 19 orang (45,2%), dan responden yang jarang menahan
rasa lapar dan tidak terkena migraine sebanyak 2 orang (4,8%). Responden yang tidak
menahan rasa lapar namun terkena migraine sebanyak 4 orang (9,5%), dan responden yang
tidak pernah menahan rasa lapar dan tidak terkena migraine yaitu sebanyak 3 orang (7,1%).
Responden yang menahan rasa lapar dan terkena migraine sebanyak 13 orang (31%) dan
responden yang menahan rasa lapar namun tidak terkena migraine sebanyak 1 orang (2,4%).
30
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur responden yang terkena
migraine adalah responden yang berusia 19 tahun (52,4%) dan umumnya lebih sering dialami
oleh perempuan yaitu sekitar 37 orang (88,1%). Responden lebih banyak yang tiak
mengetahui penyebab dari migraine yaitu sebanyak 22 orang (52,4%) yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan responden terhadap migraine.
Dari segi perilaku responden terhadap migraine dapat disimpulkan bahwa jarangnya
perilaku stress, kurang tidur dan telat makan memilikii jumlah responden terbanyak, yaitu
sebanyak 52,4% (stress), 57,1% (kurang tidur), dan 45,2% (telat makan). Maka dari segi
perilaku baik stress, kurang tidur, dan telat makan sangat mempengaruhi terjadinya migraine.
5.2 SARAN
Untuk mengurangi banyak nya orang yang terkena migraine, maka sebaiknya tingkat
pengetahuan mengenai migraine harus lebih ditingkatkan, dan juga faktor-faktor yang dapat
menimbulkan migraine dari segi perilaku harus dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
Selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk menghindari migraine yaitu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Misalnya mengikuti seminar-seminar kesehatan
bagi seluruh mahasiswa FKM UINSU untuk menambah wawasan terhadap penyakit
migraine.
31
DAFTAR PUSTAKA
Zulfikri Budianto. 2015. Efektivitas Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) Untuk
Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Pada Pasien Penyakit Migrain. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. 3 (02):215-248.
Haryono Utomo. 2015. Menurunkan Biometer Migrain Secara Cepat Dengan Terapi
“Assisted Drainage” (Studi Eksperimental Pada Hewan Coba). Jurnal Maj. Ked Gi Ind. 1
(1):38-46.
Putu Pande Eka. K.Y, Ni Luh Eva Yanti, I wayan, S. 2016. Pengaruh Terapi Akupunktur
Terhadap Intensitas nyeri pada Klien Dengan Nyeri Kepala Primer. Jurnal Keperawatan. 54-
59.
Wildan Acalipha Wilkensia. 2012. Prevalensi Migrain Pada Mahasiswa FKIK UIn Angkatan
2011 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Tahun 2012. Skripsi. Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah.
Leny Kurnia, Uni, Henny, A,S. 2019. Hubungan Nyeri Kepala Primer Dengan Kualitas
Hidup Pada Remaja Usia 10-12 Tahun di SDN 077 Sejahtera Bandung. JSK. 4(3):147-153.
Mayla, K, A, Aryo Imandiri, Sukardiman. 2018. Terapi Akunpresor Serta Herbal Kencur
Pada Kasus Migrain. Journal Of Vacational Helath Studies. 02:80-85.
Teuku Samsul Bahri, Zulfazli. 2017. Faktor-Faktor Penyebab dan Jenis Migrain Pada
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsiyah Tahun 2017. Idea Nursing Journal. 6(1): 39-50.
Zahwa, A.A, Endah Purwanti, Hanik, B.H. 2017. Rancang Bangun Sistem Pakar Sebagai
Alat Bantu Diagnosa Dini Nyeri Kepala Primer. MNJ. 03 (02): 78-87.
32