Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MINI RISET

PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN


MIGRAIN PADA MAHASISWA SEMESTER III DAN V FKM UINSU

Dosen Pengampu: dr. Nofi Susanti, M.Kes

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

Anggita Karina Kaloko (0801183441)

Chairina Tiara Yudha Lubis (0801182220)

Evi Rahmadani (0801183443)

Fitri Nabila (0801182296)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas segala rahmad dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan miniriset tentang “Pengaruh Faktor Pengetahuan Dan
Perilaku Terhadap Kejadian Migrain Pada Mahasiswa Semester 3 Dan 5 Fkm Uinsu”. Tidak lupa pula
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dr. Nofi Susanti, M.Kes yang telah membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Maka dari itu kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini baik
dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan ktitik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Demikian laporan ini kami buat, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan yang lebih luas lagi bagi para pembaca.

Medan, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Tinjauan Tentang Perilaku 3
2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan 4
2.3 Tinjauan Tentang Penyakit Migrain 7
2.4 Kerangka Konsep 12
2.5 Hipotesis 13
BAB III METODE PENELITIAN 15
3.1 Jenis Penelitian 15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 15
3.3 Populasi dan Sampel 15
3.4 Metode Pengumpulan Data 16
3.5 Definisi Operasional 16
3.6 Metode Pengukuran 17
3.7 Metode Analisis Data 18
3.8 Pertimbangan Etik 19
BAB IV HASIL PENELITIAN 22
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 22
4.2 Hasil Analisis 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belakangan ini penderita migrain di Indonesia cenderung semakin bertambah tak terkecuali
para mahasiswa. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti stres dan aktivitas
yang berlebihan sehingga waktu untuk merelaksasikan tubuh kurang serta perubahan hormonal
dalam tubuh seperti menstruasi yang dialami oleh wanita.
Prevalensi wanita yang mengalami migrain adalah sekitar 17% sedangkan pada pria sekitar
6%. Prevalensi ini dimulai pada usia remaja dan dewasa muda, serta mencapai puncaknya pada
dekade 40-an. Kira-kira 60% wanita yang mengalami serangan migrain terkait dengan siklus
menstruasi, 30% mengalami serangan pada saat menstruasi dan 15-25% mengalami serangan 2-3
hari sebelum menstruasi.
Migrain digambarkan sebagai nyeri kepala unilateral yang sifatnya berdenyut-denyut yang
berlangsung selama 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang sampai berat bertambah berat
dengan aktivitas fisik dan dapat disertai dengan mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.
Migrain adalah suatu kondisi kronik dengan serangan yang bersifat episodik, tanpa adanya
ancaman kehidupan, tetapi keadaan ini dapat mempengaruhi prestasi akademik, kesehatan
mental, hubungan keluarga dan sosial. Migrain sering menimbulkan ketidakmampuan selama dan
diantara serangan, yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan produktifitas
akademik.
Migrain yang terlihat sepele namun cukup menyusahkan jika mengalami serangan yang
dikarenakan menyerang otak dan mengakibatkan kesakitan baik secara fisik maupun emosi.
Emosi dan sakit memliki suatu hubungan yang cukup unik di mana emosi yang tidak
menyenangkan dapat menyebabkan banyak penyakit fisik yang kelihatannya benar-benar
disebabkan oleh penyakit organik, seperti gangguan pada lambung, hati, usus, jantung, kulit dan
otot. Emosi tersebut juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada tulang, persendian, dan kepala.
Emoto (2006) menjelaskan bahwa beremosi negatif secara terus menerus akan menyebabkan
organ-organ tubuh tidak berfungsi secara maksimal. Emosi negatif yang dimaksud adalah stress,
kuatir yang berlebihan, cemas, mudah tersinggung/emosional, sering merasa kesepian, sering
bersedih, iri dan dengki. Damayanti dan Astuti (2010) menyebutkan bahwa tubuh bereaksi
terhadap stres dengan melepaskan hormon kortisol, serta memerangi hormon epinefrin dan
norepinefrin. Seiring waktu, hormon ini mengganggu sistem kekebalan tubuh, jantung dan
metabolisme, yang membuat tubuh lebih rentan terhadap berbagai kondisi dan penyakit.

4
Migrain merupakan masalah yang sering dijumpai pada mahasiswa. Migrain ini dapat
mempengaruhi prestasi akademik, kepribadian, ingatan dan hubungan interpersonal mahasiswa
seperti kehadiran di kampus. Hal ini bergantung pada etiologi, frekuensi dan intensitas migrain.
Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala
yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan lamanya sangat bervariasi. Menurut data The
Research Group on Migraine and headache of The World Federation of Neurology sekitar 65-
75% wanita diseluruh dunia pernah mengalami migrain sedangkan pada pria sekitar 25%
mengalami migrain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dala
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh hubungan faktor perilaku dan pengetahuan terhadap
kejadian Migrain pada mahasiswa Semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara pada Tahun 2019.

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh hubungan faktor perilaku dan pengetahuan terhadap kejadian
Migrain pada mahasiswa Semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara Tahun 2019.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku terhadap kejadian Migrain pada mahasiswa
Semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara Tahun 2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap kejadian Migrain pada mahasiswa
Semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara Tahun 2019.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat
tentang penyakit Migrain.
b. Bagi Institusi, secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai penyakit Migrain dan bagaimana pencegahan penyakit Migrain.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan
penelitian yang terkait dengan pengaruh hubungan faktor perilaku dan pengetahuan terhadap
kejadian Migrain pada mahasiswa.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Perilaku


2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan


lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang
dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015). Perilaku merupakan hasil
daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Sedangkan menurut Wawan (2011)
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi.

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan
teori S-O-R atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Respon respondent atau reflektif adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan
tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli.
Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira
atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus.

2. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti
oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing
stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya
dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk
memperoleh promosi jabatan.

2.1.2. Jenis-Jenis Perilaku


Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
6
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

2.1.3. Bentuk-Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)


Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
2.2. Tinjauan tentang Pengetahuan
2.2.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior).
Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan
sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
(Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat


kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak,
2007).

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

7
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi(Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis(Analysis)
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masi
ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis(Synthesis)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austisfikasi atau
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(notoatmojo, 2007)
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut notoatmojo 2007 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan


seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan


kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
8
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut.

b. Media Massa / Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan
yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendengar atau melihat
sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang
didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang

c. Sosial Budaya Dan Ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu,sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

9
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
g. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun nagatif.
2.3. Tinjauan tentang Penyakit Migrain
2.3.1. Definisi Migrain

Migrain berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Perancis, sementara itu
dalam bahasa Yunani disebut hemicrania. Sedang dalam bahasa Inggris kuno dikenal dengan
megrim. Konsep klasik menyatakan bahwa migrain merupakan gangguan fungsional otak
dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum, yang
terjadi secara mendadak disertai mual atau muntah.
Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group on Migraine and headache
of The World Federation of Neurology. Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial
dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan
lamanya sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, dengan lama serangan 4
sampai 72 jam bertambah berat dengan aktifitas fisik, disertai mual, muntah, fotofobia dan
fonofobia.

10
2.3.2. Epidemiologi Migrain

Prevalensi migrain bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Migrain timbul
pada kira- kira 8% sampai 10% dari seluruh penduduk. Migrain dapat terjadi mulai masa
kanak-kanak sampai dewasa, biasanya jarang terjadi setelah umur 40 tahun. Sekitar 65-75%
penderita migrain adalah wanita. Insidensnya kira-kira dua kali pria. Pada kebanyakan wanita,
datangnya serangan berkaitan dengan datangnya menstruasi (beberapa hari sebelum, selama
atau akhir), selama 3 bulan pertama kehamilan, biasanya penderita tidak mengalami nyeri
kepala. Sejumlah kecil penderita mulai merasakan serangan pada waktu hamil, umumnya
serangan muncul pada kehamilan trimester I. selain itu sekitar 40% wanita mengalami
sindrom premenstruasi dengan gejala berupa gangguan mental dan nyeri somatik yang
disebabkan oleh perubahan hormonal.

2.3.3. Klasifikasi Migrain

Klasifikasi nyeri kepala didasarkan pada faktor waktu, lokasi, dan intensitas nyeri.
Acuan yang berdasarkan faktor waktu, lokasi dan intensitas nyeri masih berlaku sampai
sekarang yaitu Classification and diagnostic criteria for headache disorders, cranial
neuralgias and facial pain, yang dibuat oleh International Headache Society tahun 1988,
klasifikasi migrain adalah sebagai berikut:

1. Migrain tanpa aura


2. Migrain dengan aura
a. Migrain dengan aura yang tipikal
b .Migrain dengan aura yang diperpanjang
c. Migrain hemiplegia familial
d. Migrain basilaris
e. Migrain aura tanpa nyeri kepala
f. Migrain dengan awitan aura akut
3. Migrain oftalmoplegik
4. Migrain retinal
5. Migrain yang berhubungan dengan gangguan intracranial
6. Migrain dengan komplikasi
a. Status migrain:
 Tanpa kelebihan penggunaan obat
 Kelebihan penggunaan obat untuk migrain

11
b. Infark migrain
7. Gangguan seperti migrain yang tak terklasifikasikan.

2.3.4. Patofisiologi Migrain

Migrain merupakan reaksi neurovascular terhadap perubahan mendadak di dalam


lingkungan eksternal atau internal. Masing-masing individu mempunyai „ambang migrain‟
dengan tingkat kerentanan yang bergantung pada keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi
pada berbagai tingkat sistem saraf. Mekanisme migrain berwujud sebagai refleks
trigeminovaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur kontrol nyeri. Cacat
segmental ini mengakibatkan masukan aferen atau dorongan kortikobulbar yang berlebihan.
Hasil akhirnya adalah interaksi batang otak dan pembuluh darah kranial, dengan rangsang
aferen pada pembuluh darah yang menimbulkan nyeri kepala dengan ciri berdenyut-denyut.
Sementara itu, proyeksi difus locus cureleus ke korteks serebri dapat mengawali
terjadinya oligemia kortikal dan mungkin pula terjadinya depresi yang meluas (spreading
depression). Aktivitas di dalam sistem ini dapat menjelaskan terjadinya aura pada migrain
yang dapat terjadi terpisah dari munculnya nyeri kepala.
Di lain pihak, nyeri kepala dapat berasal dari distensi vascular terutama apabila
dinding pembuluh darah memperoleh sensitisasi oleh reaksi perivascular. Hal terakhir ini
mungkin disebabkan oleh lepasnya peptida dari sistem trigeminovaskular. Kemungkinan lain
yaitu didasarkan atas inflamasi neurogenik di dalam jaringan intracranial. Inflamasi ini
melibatkan vasodilatasi dan ekstravasasi protein plasma.
Kemungkinan lain yaitu didasarkan atas inflamasi neurogenik di dalam jaringan
intracranial. Inflamasi ini melibatkan vasodilatasi dan ekstravasasi protein plasma.
Cutaneous allodynia (CA) adalah nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus non noxious
terhadap kulit normal. Saat serangan migrain 79% pasien menunjukkan cutaneus allodynia
(CA) di daerah kepala ipsilateral dan kemudian dapat menyebar ke daerah kontralateral dan
kedua lengan. Allodynia biasanya terbatas pada daerah ipsilateral kepala, yang menandakan
sensitivitas yang meninggi dari neuron trigeminal sentral orde kedua yang menerima input
secara konvergen. Jika allodynia lebih menyebar lagi, ini disebabkan karena adanya kenaikan
sementara daripada sensitivitas orde ketiga neuron yang menerima pemusatan input dari
kulit pada sisi yang berbeda, seperti sama baiknya dengan dari duramater maupun kulit yang
sebelumnya.

12
2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep


yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan penelitian yang telah
dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan dalam tinjauan
kepustakaan sebelumnya.

Kerangka konsep ini terdiri dari variable-variable serta hubungan variable yang
satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita
untuk menganalisis hasil penelitian. (Notto admojo, 2016).

13
Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Fakto Pengetahuan Dan Perilaku
Terhadap Kejadian Migrain Pada Mahasiswa Semeseter III dan V FKM UINSU.

Faktor Perilaku:
 Gaya hidup tidak sehat
(Merokok)
 Tidur larut malam (begadang)
 Pengaruh cahaya dalam ruangan
 Pola dan jadwal makan dan
minum yang tidak teratur
 Posisi membaca dan menulis
yang tidak benar
 Penggunaan gadget yang
berlebihan Kejadian Migrain Pada Mahasiswa
 Kebisingan
 Stress

Faktor Pengetahuan:
 Tentang Migrain
 Gejala Migrain
 Penyebab Migrain
 Pencegahan

2.4. Hipotesis

Hipotesis pada hakikatnya adalah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat di uji secara
empiris. Hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang
ditemukan. Hipotesis juga disebut sebagai jawaban sementara penelitian yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notto admojo 2016).

14
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan bahwa:
1. Hipotesis nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara faktor perilaku dan pengetahuan terhadap


kejadian migraine.

2. Hipotesis alternative (Ha)

Ada hubungan antara faktor perilaku dan faktor pengetahuan terhadap


kejadian migraine.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat
observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian yang
dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan
setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian
(Machfoedz, 2007).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksankan di Kampus UIN Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pada tanggal 05 Desember 2019.
Lokasi ini dipilih karena di kampus mayoritas mahasiswa/i banyak mengalami
penyakit migrain.

3.3 Populasi dan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah mahasiswa semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara yang
pernah menderita penyakit migrain sebanyak 42 responden yang dimana 38
diantaranya pernah menderita penyakit migraine dan 6 diantaranya tidak pernah
menderita penyakit migraine. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang sudah diketahui ada
pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria Inklusi:

a. Mahasiswa/i semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara.


b. Mahasiswa/i semester III dan V yang pernah menderita penyakit migraine.
c. Mahasiswa/i semester III dan V yang bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi:

a. Mahasiswa/i yang bukan semester III dan V FKM UIN Sumatera Utara.

16
b. Mahasiswa/i semester III dan V yang tidak pernah menderita penyakit migraine.
c. Mahasiswa/i semester III dan V yang tidak bersedia menjadi responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu teknik
kuisioner. Pengertian kuesioner adalah suatu bentuk teknik alam pengumpulan data
yang dilakukan pada metode penelitian dengan tidak perlu/wajib memerlukan
kedatangan langsung dari sumber data. Dewa Ktut Sukardi (1983). Melalui kuisioner
inilah peneliti menggali data, informasi dan keterangan dari mahasiswa setempat.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disusun sebelum melakukan penelitian.

3.5 Definisi Operasional


Variabel bebas (Independent Variables)
1. Perilaku tentang migrain adalah segala tindakan yang dilakukan kemungkinan
dapat menyebabkan penyakit migraine, seperti: Gaya hidup tidak sehat
(Merokok), Tidur larut malam (begadang), Pengaruh cahaya dalam ruangan, Pola
dan jadwal makan dan minum yang tidak teratur, Posisi membaca dan menulis
yang tidak benar, Penggunaan gadget yang berlebihan, Kebisingan, Stress.
2. Pengetahuan tentang migrain adalah segala sesuatu yang dipahami oleh
mahasiswa tentang migrain, meliputi: pengertian migrain, penyebab terjadinya
migrain, gejala migrain, dan pencegahan migrain.

Variabel Terikat (Dependent Variables)

Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik


serangan nyeri kepala yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan lamanya
sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, dengan lama serangan 4
sampai 72 jam bertambah berat dengan aktifitas fisik, disertai mual, muntah,
fotofobia dan fonofobia.

17
3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran variable


kategorik yang meliputi skala nominal dan skala ordinal.

 Skala Nominal
Skala nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-
anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki
perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Contohnya: Jenis kelamin (Laki-
laki, Perempuan), suku bangsa (Jawa, Sunda, Minahasa, Batak, Dayak, dll),
Agama (Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, Konghucu), Golongan darah
(A, B, AB, O), Warna kulit (Hitam, Putih, Kuning, Sawo Matang), dan jenis
pekerjaan (Petani, Nelayan, PNS, TNI, POLRI). Pada skala nominal, kita
mengitung banyaknya subjek dari setiap kategori gejala, misalnya jumlah
wanita dan pria, masing-masing jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian
orang, dan sebagainya. Masing –masing anggota himpunan tersebut tidak ada
perbedaan nilai (Notoatmodjo, 2012).
 Skala Ordinal
Skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking,
urutan, pangkat, atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya
dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain,
tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil atau
perbedaan tingkat antara anggota himpunan (Notoatmodjo, 2012).
Contohnya: tingkat pendidikan (pendidikan rendah, menengah, tinggi),
klasifikasi kadar kolesterol (rendah, normal, tinggi), tingkat kepuasan (sangat
puas, puas, cukup puas, sangat tidak puas), motivasi belajar (tinggi, sedang,
rendah), tingkat nyeri (sangat nyeri, nyeri, cukup nyeri, tidak nyeri), dan
tingkat kecemasan (panik, berat, sedang, ringan)

18
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif inferensial. Analisis
kuantitatif inferensial adalah metode yang sudah ada upaya untuk mengadakan
penarikan kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah
dilakukan. Biasanya analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang
jumlahnya banyak dab dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan
terhadap populasi. Analisis kuantitatif inferensial ini terbagi dua, tapi dalam laporan
ini menggunakan analisis kuantitatif inferensial korelasional. Analisis statistik yang
berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh anatara dua vbuah variabel atau
lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

 Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang keberadaanya tidak


dipengaruhi oleh variabel lain
 Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang keberadaanya
dipengaruhi oleh variabel lain.

Misalnya penelitian tentang hubungan antara jumlah sales dengan volume penjualan.
Jumlah sales merupakan variabel bebas (X) dan volume penjualan sebagai variabel
terikat (Y).

Banyak sekali teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk analisis
korelasional ini, baik statistik parametrik maupun nonparametrik. Penggunaan masing-
masing teknik analisis tersebut sangat tergantung pada jenis skala datanya. Skala data
terdiri dari:

 Data nominal, yaitu data kualitatif yang tidak memiliki jenjang. Contoh jenis
kelamin, asal daerah, pekerjaan orang tua, hobby, dan sebagainya.
 Data ordinal, yaitu data kualitatif yang memiliki jenjang, seperti tingkat
pendidikan, jabatan, pangkat, ranking kelas, dan sebagainya.
 Data interval/rasio, yaitu data kuantitatif atau data yang berupa angka atau dapat
diangkakan. Contoh penghasilan, prestasi belajar, tinggi badan, tingkat
kecerdasan, volume penjualan, dan sebagainya.

Untuk menentukan jenis analisis korelasional yang tepat dalam sebuah penelitian,
terlebih dahulu harus dilihat jenis data dari variabel-variabel yang diteliti.

19
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian korelasi ini ada dua yaitu:
1) Analisa Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel (Sugiyono, 2012), yaitu tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan
migrain.

2) Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhungan atau
berkolerasi (Notoadmodjo, 2010), dalam penelitian digunakan uji Chi-Square untuk
menghubungkan variabel terkait dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini uji Chi-Square
digunakan untuk mencari hubungan antara pengetahuan dan perilaku
pencegahan migrain pada mahasiswa jurusan ilmu kesehatan masyarakat angkatan 2017 dan
2018. Data yang terkumpul diolah melalui program software SPSS (statistical package for
social sciences) versi 21. Batas kritis alfa yang digunakan yaitu 0,05 dengan kriteria
penarikan kesimpulan : jika x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel, maka H0 diterima, dan
apabila lebih besar atau sama dengan x2 harga tabel maka H0 ditolak. Setelah diolah,
data disajikan dalam bentuk tabel, diagram narasi untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan perilaku pencegahan migrain pada mahasiswa jurusan ilmu kesehatan
masyarakat angkatan 2017 dan 2018.

3.8 Pertimbangan Etik

A. Prinsip Dasar Etika

Secara umum, prinsip dasar etika terdiri dari 3 hal: menghormati orang, derma dan
keadilan

1. Menghormati Orang

Menghormati orang berarti bahwa individu harus memiliki hak untuk bersedia
ataupun tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian jika mereka memilih demikian.
Poin utamanya adalah bahwa individu-individu ini harus dapat membuat keputusan ini
secara mandiri.

20
2. Derma

Derma berarti baik, atau suatu perbuatan amal atau hadiah. Dalam konteks penelitian,
para peneliti tidak membahayakan mereka peserta dan, akhirnya, manfaat kepada peserta
mereka harus dimaksimalkan dan potensi bahaya dan ketidaknyamanan harus
diminimalkan. Dalam melakukan penelitian, kemajuan ilmu pengetahuan tidak harus
datang dengan harga merugikan peserta penelitian.

3. Keadilan

Pemilihan peserta penelitian harus merupakan hasil dari prosedur seleksi yang adil
dan juga harus menghasilkan hasil pemilihan yang adil, mereka tidak boleh dipilih
didasarkan karena anggapan positif atau negatif oleh peneliti. Meskipun peneliti
memiliki batasan tertentu untuk peserta yang akan mengikuti penelitian, tiap peserta
penelitian harus diberitahu tentang percobaan, serta kemungkinan kondisi saat dan
setelah penelitian. Kemudian peserta diberikan keleluasaan untuk menentukan haknya
mengikuti/tidak mengikuti penelitian.

Ketiga prinsip dasar etika di atas adalah untuk mewujudkan prinsip kerahasiaan.
Secara umum, prinsip kerahasiaan meliputi hak peserta penelitian untuk menentukan
penggunaan/akses informasi pribadinya serta hak untuk tetap dijaganya kerahasiaan
informasi yang dia bagikan dengan tim riset.

B. Informasi Persetujuan

Informasi Persetujuan adalah mekanisme prinsip untuk menjelaskan studi penelitian


kepada peserta potensial dan memberikan kesempatan mereka untuk membuat keputusan
apakah akan berpartisipasi atau tidak. Hal ini adalah landasan dari perlindungan hak
asasi manusia. Tiga elemen dasar dari Informasi Persetujuan adalah kompetensi,
pengetahuan, dan kesukarelaan.

Dalam konteks penelitian, hak asasi tersebut rentan untuk dilanggar disebabkan dari
tiga sumber yaitu: kerentanan intrinsik (kondisi mentalitas calon peserta), kerentanan
ekstrinsik (faktor kondisi lingkungan peserta), serta kerentanan hubungan (kondisi
hubungan antar peserta dengan peneliti atau peserta lain).

21
1. Kompetensi

Kondisi kompetensi seorang peserta tidak secara otomatis menghilangkan haknya


untuk menentukan kesediaan atau tidak mengenai keterlibatan dalam penelitian. Pilihan
keputusan peserta harus tetap dihormati. Jika peserta yang potensial bertekad untuk
menjadi orang yang kompeten dalam penelitian, peneliti harus memperoleh Informasi
Persetujuan dari peserta. Jika peserta tersebut tidak cukup kompeten untuk memberikan
Informasi Persetujuan, hal ini harus diperoleh dari pengasuhnya atau hal sebagai
pengganti persetujuan lainnya.

2. Pengetahuan

Hasil menunjukkan bahwa suatu penelitian dapat menjadi lebih sukses dikarenakan
pengetahuan akan penelitian tersebut oleh para pesertanya. Hal ini disebabkan peserta
dapat memberi informasi tambahan yang detail mengenai hasil yang terjadi dan dapat
pula member masukan yang membangun ataupun member umpan balik untuk diteliti
lebih lanjut. Saat ini masih dikembangkan berbagai metode untuk keberhasilan penelitian
dengan cara memberi pengetahuan tambahan di bidang tertentu kepada peserta, terutama
pada penelitian yang bersifat berkelanjutan.

2. Kerelaan

Peserta penelitian yang akan dilibatkan pada sebuah penelitian haruslah memberikan
semacam pernyataan keralaan, bahwa dirinya mengikuti penelitian tersebut tanpa
paksaan dari pihak manapun. Hal ini penting menyangkut dengan isu permasalahan kode
etik penelitian, maupun berkaitan juga dengan objektivitas hasil penelitian.

BAB IV

22
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskrpsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat FKM UIN Sumatera Utara

Proses pembentukan Fakultas Kesehatan Masyarakat diawal dengan melahirkan prodi


Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 273C/2014 dikeluarkanlah izin penyelenggaraan
program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
(UINSU). Selanjutnya berdasarkan keputusan Rektor UINSU Nomor 278 Tahun 2015,
tepatnya tanggal 24 Juni 2015, diputuskanlah bahwa Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat di tempatkan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam UINSU.

Setelah melalui proses yang panjang, keluarlah Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan. Pada Pasal 10 ditegaskan salah satu Fakultas pada UINSU adalah
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Setelah terbitnya Ortaker tersebut, maka pada tanggal 29
Desember 2015 FKM Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Agama, Prof. Dr.
Amsal Bakhtiar, MA. Bersama Rektor UINSU kala itu, Prof. Dr. Nur A.Fadhil Lubis, MA,
meresmikan FKM bersama dua fakultas baru lainnya, Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas
Sains dan Teknologi. Sebelumnya telah pula terbit dan Surat Keputusan Rektor UINSU:
Pertama, tentang pengangkatan Dekan dan wakil Dekan FKM serta Pejabat Setruktural
lainya. Kedua, Surat Keputusan Rektor UINSU yang memindahkan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi ke Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Lahirnya Ortaker tersebut menjadi sejarah baru bagi FKM UINSU karena secara
institusional keberadaan prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat sudah berada di “rumah” yang
tepat.

Setelah utuhnya institusi Fakultas Kesehatan Masyarakat UINSU dan Prodi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Pemimpin Fakultas dan prodi serta tenaga kependidikan mulai
bekerja untuk meletakkan fondasi bangunan dasar keberadaan sebuah Fakultas. Hal yang
pertama dilakukan adalah dengan merumuskan visi Fakultas dan prodi: satu hal yang sangat
penting dan utama untuk menentukan arah perjalanan FKM dimasa depan. FKM melangkah
pasti untuk mewujudkan Fakultas yang unggul dan terdepan dalam kajian dan penerapan ilmu
kesehatan masyrakat di Indonesia.

23
4.1.2. Lahirnya FKM UIN Sumatera Utara

Dengan keluarnya PEMA RI Nomor 55 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja UINSU, FKM resmi berdiri. Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 2015, FKM
diresmikan oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementrian Agama RI, Prof. Dr. Amsal
Bakhtiar, MA. Perkembangan FKM yang semakin pesat menuntut sarana dan prasarana serta
fasilitas yang lebih baik. Rektor UINSU memindahkan FKM ke Kampus Jln. IAIN No.1
Medan.

4.1.3. Visi dan Misi FKM UIN Sumatera Utara

Visi:

“Unggul dalam mewujudkan masyarakat pembelajar berdasarkan nilai-nilai Islam dalam


bidang kesehatan masyarakat di wilayah Pesisir tahun 2028”

Misi:

1. Melaksanakan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat


di wilayah pesisir dengan dilandasi nilai-nilai Islam.
2. Melakukan integrasi ilmu kesehatan masyarakat, ilmu agama, dan teknologi dengan
pendekatan transdisipliner.
3. Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai lembaga dan pemangku
kepentingan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4.1.4. Sarana dan Prasarana FKN UIN Sumatera Utara

Sarana:

Sarana yang terdapat di gedung FKM UIN Sumatera Utara, meliputi:

 Ruangan kelas ada delapan kelas, meliputi: dilantai bawah ada 6 kelas dan dilantai
atas ada 2 kelas.
 Ruang laboratorium ada tiga, meliputi: laboratorium gizi, laboratorium K3/Kesling,
dan laboratorium Epidemiologi dilengkapi fasilitas AC.
 Ruangan Aula FKM UINSU
 Ruang Tata Usaha
 Ruang Dekan
 Ruang Wakil Dekan

24
 Ruang Dosen, meliputi ruangan kepala prodi, sekretaris prodi, kepala laboratorium
serta dosen.
 Ruang Puskesma
 Ruang Ormawa
 Perpustakaan
 Toilet Mahasiswa dan Mahasiswi

Prasarana:

Di FKM UIN Sumatera Utara terdapat fasilitas AC diruangan laboratorium dan terdapat
Wifi yang memudahkan mahasiswa/i mengakses internet untuk mengejakan tugas kuliah.
Diruangan kelas terdapat kipas angin, meja, kursi, infocus untuk presentasi atau untuk
dosen memberikan materi, dan papan tulis.

4.1.5. Proses Belajar Mengajar di FKM UIN Sumatera Utara

Suasana belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat sendiri terbilang cukup kondusif,


proses belajar mengajar yang di mulai hari Senin sampai dengan Jum’at, dengan sistem
jadwal bergantian per-kelas dan per-semester. Proses belajar mengajar dikelas selama 140
menit dengan dua mata kuliah (4 SKS).

4.2. Hasil Analisis

Hasil analisis dari penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
dilakukan di kampus FKM UINSU pada bulan November 2019 sampai Desember 2019,
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor perilaku dan faktor pengetahuan
terhadap kejadian migraine pada mahasiswa semester 3 dan 5 FKM UINSU. Subjek
penelitian adalah 42 mahasiswa dengan mahasiswa semester 3 sebanyak 36 mahasiswa dan
mahasiswa semester 5 sebanyak 6 mahasiswa yang berusia 18-20 tahun. Hasil penelitian
mula-mula diolah menggunakan analisis univariat untuk melihat distribusi masing-masing
variabel dan kemudian mengetahui hubungan antar variabel dengan analisis bivariate uji chi-
square karena data bersifat nominal dan kategorik.

25
4.2.1. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Umur Responden

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18 7 16.7 16.7 16.7
19 22 52.4 52.4 69.0
20 13 31.0 31.0 100.0
Total 42 100.0 100.0

Interpretasi: dari tabel di atas dapat disimpulakn bahwa responden yang


berusia 18 tahun sebanyak 7 orang (16,7%), usia 19 tahun sebanyak 22 orang
(52,4%), dan usia 20 tahun sebanyak 13 orang (31%).

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lk 5 11.9 11.9 11.9
Pr 37 88.1 88.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Interpretasi: Dari tabel diatas diperoleh data responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 5 orang (11,9%), dan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 37 orang (88,1%)

Tabel 3. Distribusi Tempat Tinggal Responden


Tinggal Bersama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kos 24 57.1 57.1 57.1
Orang tua 15 35.7 35.7 92.9
Saudara 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Interprestasi: Dari tabel di dapatkan hasil bahwa responden yang tinggal di kos
sebanyak 24 orang (57,1%), responden yang tinggal bersama orang tua sebanyak
15 orang (35,7%), dan responden yang tinggal dengan saudara sebanyak 3 orang
(7,1%).

26
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Migrain
Pengetahuan Migrain
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 20 47.6 47.6 47.6
Salah 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Interpretasi: Dari tabel diatas disimpulkan bahwa responden yang mengetahui
tentang migraine sebanyak 20 orang (47,6%), dan responden yang tidak
mengetahui tentang migraine yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).

Tabel 5. Distribusi Penyebab Migrain

Penyebab
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tahu 20 47.6 47.6 47.6
Tidak 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0

Interpretasi: Banyaknya responden yang mengetahui tentang penyebab


migraine yaitu sebanyak 20 orang (47,6%), dan responden yang tidak mengetahui
penyebab dari migraine adalah sebanyak 22 orang (52,4%).

Tabel 6. Distribusi Tindakan Responden Terhadap Migrain

Tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dukun 1 2.4 2.4 2.4
RS/Puskesmas 24 57.1 57.1 59.5
Tidak Berobat 17 40.5 40.5 100.0
Total 42 100.0 100.0

Interpretasi: Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan responden


yang berobat ke RS/Puskesmas yaitu sebanyak 24 orang (57,1%), responden
yang berobat lewat dukun sebanyak 1 orang (2,4%), dan responden yang tidak
berobat sebanyak 17 orang (40,5%).

27
4.2.2 Analisis Bivariat

Tabel 1. Hubungan Stres Dengan Migrain

Stress * Migrain Crosstabulation


Migrain
Ya Tidak Total
Stress Kadang-Kadang Count 22 3 25
% within Stress 88.0% 12.0% 100.0%
% of Total 52.4% 7.1% 59.5%
Tidak Count 7 2 9
% within Stress 77.8% 22.2% 100.0%
% of Total 16.7% 4.8% 21.4%
Ya Count 7 1 8
% within Stress 87.5% 12.5% 100.0%
% of Total 16.7% 2.4% 19.0%
Total Count 36 6 42
% within Stress 85.7% 14.3% 100.0%
% of Total 85.7% 14.3% 100.0%

Interpretasi: Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang kadang-
kadang terkena stress namun terkena migraine sebanyak 22 orang (52,4%) dan
responden yang kadang-kadang terkena stress namun tidak terkena migraine
sebanyak 3 orang (7,1%); responden yang tidak stress namun terkena migraine
sebanyak 7 orang (16,7%) dan responden yang tidak stress namun tidak terkena
migraine sebanyak 2 orang (4,8%) ; responden yang stress dan terkena migraine
sebanyak 7 orang (16,7%) dan responden yang stress dan tidak terkena migraine
sebanyak 1 orang (2,4%).

Tabel 2. Hubungan Kurang Tidur Dengan Kejadian Migrain

Kurang Tidur * Migrain Crosstabulation


Migrain
Ya Tidak Total
Kurang Tidur Kadang-Kadang Count 24 2 26
% within Kurang Tidur 92.3% 7.7% 100.0%
% of Total 57.1% 4.8% 61.9%
Tidak Count 2 1 3

28
% within Kurang Tidur 66.7% 33.3% 100.0%
% of Total 4.8% 2.4% 7.1%
Ya Count 10 3 13
% within Kurang Tidur 76.9% 23.1% 100.0%
% of Total 23.8% 7.1% 31.0%
Total Count 36 6 42
% within Kurang Tidur 85.7% 14.3% 100.0%
% of Total 85.7% 14.3% 100.0%

Interpretasi: Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang kadang-kadang
kurang tidur namun terkena migraine sebanyak 24 orang (57,1%), dan responden yang
kadang-kadang kurang tidur dan tidak terkena migraine sebanyak 2 orag (4,8%).
Responden yang cukup tidur namun terkena migraine sebanyak 2 orang (4,8%), dan
responden yang cukup tidur namun ttidak terkena migraine, yaitu sebanyak 1 orang
(2,4%). Responden yang kurang tidur dan terkena migraine sebanyak 10 orang (23,8%)
dan responden yang cukup tidur namun tidak terkena migraine, yaitu sebanya 3 orang
(7,1%).

Tabel 3. Hubungan Telat Makan Dengan Kejadian Migrain

Menahan Rasa Lapar * Migrain Crosstabulation


Migrain
Ya Tidak Total
Menahan Rasa Lapar Kadang-Kadang Count 19 2 21
% within Menahan Rasa 90.5% 9.5% 100.0%
Lapar
% of Total 45.2% 4.8% 50.0%
Tidak Count 4 3 7
% within Menahan Rasa 57.1% 42.9% 100.0%
Lapar
% of Total 9.5% 7.1% 16.7%
Ya Count 13 1 14
% within Menahan Rasa 92.9% 7.1% 100.0%
Lapar
% of Total 31.0% 2.4% 33.3%
Total Count 36 6 42

29
% within Menahan Rasa 85.7% 14.3% 100.0%
Lapar
% of Total 85.7% 14.3% 100.0%

Interpretasi: Dari tabel di atas disimpulkan bahwa responden yang jarang menahan rasa
lapar dan terkena migraine sebanyak 19 orang (45,2%), dan responden yang jarang menahan
rasa lapar dan tidak terkena migraine sebanyak 2 orang (4,8%). Responden yang tidak
menahan rasa lapar namun terkena migraine sebanyak 4 orang (9,5%), dan responden yang
tidak pernah menahan rasa lapar dan tidak terkena migraine yaitu sebanyak 3 orang (7,1%).
Responden yang menahan rasa lapar dan terkena migraine sebanyak 13 orang (31%) dan
responden yang menahan rasa lapar namun tidak terkena migraine sebanyak 1 orang (2,4%).

30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur responden yang terkena
migraine adalah responden yang berusia 19 tahun (52,4%) dan umumnya lebih sering dialami
oleh perempuan yaitu sekitar 37 orang (88,1%). Responden lebih banyak yang tiak
mengetahui penyebab dari migraine yaitu sebanyak 22 orang (52,4%) yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan responden terhadap migraine.

Dari segi perilaku responden terhadap migraine dapat disimpulkan bahwa jarangnya
perilaku stress, kurang tidur dan telat makan memilikii jumlah responden terbanyak, yaitu
sebanyak 52,4% (stress), 57,1% (kurang tidur), dan 45,2% (telat makan). Maka dari segi
perilaku baik stress, kurang tidur, dan telat makan sangat mempengaruhi terjadinya migraine.

5.2 SARAN

Untuk mengurangi banyak nya orang yang terkena migraine, maka sebaiknya tingkat
pengetahuan mengenai migraine harus lebih ditingkatkan, dan juga faktor-faktor yang dapat
menimbulkan migraine dari segi perilaku harus dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk menghindari migraine yaitu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Misalnya mengikuti seminar-seminar kesehatan
bagi seluruh mahasiswa FKM UINSU untuk menambah wawasan terhadap penyakit
migraine.

31
DAFTAR PUSTAKA

Zulfikri Budianto. 2015. Efektivitas Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) Untuk
Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Pada Pasien Penyakit Migrain. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. 3 (02):215-248.

Haryono Utomo. 2015. Menurunkan Biometer Migrain Secara Cepat Dengan Terapi
“Assisted Drainage” (Studi Eksperimental Pada Hewan Coba). Jurnal Maj. Ked Gi Ind. 1
(1):38-46.

Putu Pande Eka. K.Y, Ni Luh Eva Yanti, I wayan, S. 2016. Pengaruh Terapi Akupunktur
Terhadap Intensitas nyeri pada Klien Dengan Nyeri Kepala Primer. Jurnal Keperawatan. 54-
59.

Wildan Acalipha Wilkensia. 2012. Prevalensi Migrain Pada Mahasiswa FKIK UIn Angkatan
2011 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Tahun 2012. Skripsi. Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah.

Leny Kurnia, Uni, Henny, A,S. 2019. Hubungan Nyeri Kepala Primer Dengan Kualitas
Hidup Pada Remaja Usia 10-12 Tahun di SDN 077 Sejahtera Bandung. JSK. 4(3):147-153.

Mayla, K, A, Aryo Imandiri, Sukardiman. 2018. Terapi Akunpresor Serta Herbal Kencur
Pada Kasus Migrain. Journal Of Vacational Helath Studies. 02:80-85.

Teuku Samsul Bahri, Zulfazli. 2017. Faktor-Faktor Penyebab dan Jenis Migrain Pada
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsiyah Tahun 2017. Idea Nursing Journal. 6(1): 39-50.

Zahwa, A.A, Endah Purwanti, Hanik, B.H. 2017. Rancang Bangun Sistem Pakar Sebagai
Alat Bantu Diagnosa Dini Nyeri Kepala Primer. MNJ. 03 (02): 78-87.

32

Anda mungkin juga menyukai