MK.KETERAMPILAN
PENERAPAN KONSEP PLS
PRODI S1 PGSD-FIP
Skor Nilai :
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan Critical Book Review ini. Critical book review ini saya buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Keterampilan penerapan konsep PLS,
semoga critical book review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca.
Dalam penulisan critical book review ini, saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan
dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam critical book review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.
Penyusun
REZA RIVALDHI BATUBARA
1193111003
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan CBR 1
C. Manfaat CBR 1
D. Identitas Buku 1
BAB II RINGKASAN BUKU 2
A. Bab I 2
B. Bab II 3
C. Bab III 4
D. Bab IV 5
E. Bab V 6
F. Bab VI 6
G. Bab VII 6
H. Bab VIII 7
I. Bab IX 8
J. Bab X 9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CBR
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
b. Untuk menambah pengetahuan para pembaca
c. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
d. Menambah wawasan penulis
e. Melatih penulis berpikir kritis
1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BAB I
Gerakan Pembangunan dan Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di
Indonesia
2
BAB II
Konsep Pendidikan dan Pendidikan Seumur Hidup
3
BAB III
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah dari pemerintah dan
warga masyarakat di ncgara-negara berkembang muncul dengan diresmikannya
gagasan pendidikan seumur hidup, beberapa studi kasus telah dilakukan, diantaranya
oleh lembaga-Iembaga internasional seperti ICED, ASEAN berbagai Universitas di
Amerika, dan lain-lain.
Untuk memahami konsep pendidikan non formal dapat ditinjau dari dua sudut
pandang: (1) konsep konvensional dari pendidikan, dan (2) dinamika tujuan dalam
proses pendidikan Kemudian, guna memahami pendidikan nonformal secara
berdampingan dengan pendidikan formal, keduanya ditinjau dari sisi perbedaan dan
persamaannya. Selanjutnya, dalam memandang pendidikan non formaldalam konteks
pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh). Mana yang largolong
pcndidikan non formal, pendidikan formal dal pmdidikan informal bergantung kepada
dinamika kesadaran lujuan lanang proses pendidikan dari pihak sumber belajar
(pendidik) dan dari pihak warga belajar (anak didik).Titik tolaknya adalah unsur-
unsur pendidikan yang utama adalah belajar, sumber belajar dan pebelajar.
Jika dianalisis lebih jauh, maka program pendidikan nonformal disusun
dengan memperhatikan tujuan, partisipasi, metode, materi belajar evaluasi, dan
struktur organisasi dari program tersebut. Jika menginginkan program pendidikan
nonfonml yang disusun efektif, maka penyusunannya harus berlandaskan pada dasar
konseptual tentang hal-hal tersebut. Dasar konseptual dimaksud dapat dinyatakan
dalam bentuk hipotesis.
Dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan non formal
adalah sebagai suplemen, komplimen atau substitusi. Sebagai suplemen berarti materi
yang diajarkan berlimgsi sebagai tambahan terhadap materi yang diajarkan di sekolah.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler termasuk kategori ini. Sebagai komplemen
pendidikan non formal berfungsi melengkapi. Materi yang disajikan dalam program
pendidikan non formal berfungsi melengkapi hal-hal yang diperoleh di sekolah Ini
disebabkan karena tidak semua hal dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Di
samping itu ada hal-hal yang baik isi maupun penyampaiannya, tidak biasa diberikan
di sekolah. Pendidikan non formal sebagai substitusi berarti bahwa pendidikan non
formal berfungsi menggantikan fungsi sekolah. Materi yang diajarkan adalah identik
dengan materi yang biasanya diajarkan di sekolah. Program ini ditujukan bagi mereka
yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah dasar.
4
BAB IV
Pengertian Dasar dan Penamaan Lain Pendidikan Nonformal
5
BAB V
Landasan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia
BAB VI
Kesetaraan Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal
6
BAB VII
Tugas-Tugas dan Sasaran Populasi Pendidikan Nonformal
BAB VIII
Kritik Terhadap pendidikan Formal ,Isu-Isu Permasalahan Dalam Pendidikan
Nonformal
Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan Sekolah dari gaya
pendidikannya yang tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan
manusia.
Menurut Illich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah
mengakibatkan masyarakat tidak berdaya cipta. Gaya guru yang sebagai hakim,
pemimpin ideologi atau dokter yang telah meniadakan rasa aman bagi murid harus
menciptakan kondisi kebalikan dari sekolah dengan cara memberi kebebasan kepada
warga belajar memilih sendiri tentang apa yang akan dipelajari, dari siapa dan kapan.
Freire menganggap sekolah sebagai “sistem penjinakkan” (domestiaction).
Sistem patemalisme telah mengakibatkan kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan
pada masyarakat. Untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan sebagainya,
disarankan dipergunakan metode praxis. Konsep conscienlization (kepercayaan pada
diri sendiri dan lingkungan) dengan metode praxis tersebut dapat membebaskan
warga masyarakat dari belenggu kebodohan.
7
Harapan-harapan terhadap pendidikan luar sekala?1 dilandasi pada keyakinan
bahwa PLS merupakan pendekatal1 yang efektif, fungsional, inovatif, bersifat
praktis.Harapan yang terlampau tinggi terhadap pendidikan luar sekolah dianggap
kurang beralasan, oleh karena dalam PLS itu sendiri terkandung berbagai isu dan
permasalahan yang kritis.lsu-isu yang umum ada dalam pendidikan luar sekolah di
Indonesia dan di negaranegara berkembang lainnya adalah: a) dibutuhkan usaha yang
luas dan massal tidak sekedar usaha untuk sebagian kecil warga masyarakat saja, b)
kelompok wanita adalah kelompok yan paling diabaikan, terutama di pedesaan, c)
kebutuhan belajar yang paling diabaikan adalah kebutuhan belajar yang minimum.
Kebutuhan minimum itu apa, ini sukar dirumuskan, d) pendidikan formal dan
nonformal belum terintegrasikan secara baik, e) metode instruksional dan media
dalam pendidikan non formal tidak efektif, f) bagaimana cara pembangkitan motivasi,
g) dari mana sumber digali dan bagaimana penggunaannya yang efektif? h) apakah
usaha-usaha pendidikan non formal itu telah dikoordinasikan secara harmonis.
Permasalahan yang kritis dalam pendidikan non formal meliputi: 1) terhadap
pendidikan non formal terlalu dibebankan harapan-harapan yang tinggi, 2) masalah
departemen pengelola apakah satu atau beberapa departemen? 3) apakah kebutuhan
pokok yang esensial yang harus dipenuhi oleh pendidikan non formal itu itu? Siapa
yang membutuhkannya, individu atau kelompok? 4) siapakah sesungguhnya tenaga
pendidik pendidikan non formal itu itu? 5) apakah perencanaan penddikan non fomal
itu sebaiknya bersifat sentralisasi atau regional?
BAB IX
Falsafah Pendidikan Luar Sekolah
8
sarana pokok dalam mencapai pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
kemanan.
BAB X
Asas-Asas Pendidikan Nonformal
Inovasi adalah merupakan salah satu asas yang harus diterapkan didalam
perencanaan pendidikan, baik di dalam perencanaan program-program pendidikan
formal mau pun non formal.Pendidikan seumur hidup atau (lifelong education) adalah
merupakan salah satu asas pokok di dalam perencanaan dan pengembangan
keseluruhan sistem pendidikan nasional.Untuk meningkatkan efektifltas serta efisiensi
sistem pendidikan, maka di dalam perencanaannya harus diperhitungkan asas-asas
komprehensif integrasi, aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif, serta pendayagunaan
semua sumbersumber sosial dan fisik tersedia atau yang mungkin dapat
disediakan.
Laju perkembangan pendidikan nonformal disebabkan
pula asas yang digunakannya yaitu kebutuhan pendidikan seumur hidup dan relevansi
dengan pembangunan dengan masyarakat atau pembangunan itu sendiri. Asas
kebutuhan telah memantapkan pendidikan nonformal sehingga programprogramnya
berpusat pada kepentingan masyarakat, berpusat pada warga belajar, partisipasi yang
optimal dari warga belajar serta bertumpu pada pengalaman mereka. Dengan
pendekatan dari dalam, oleh dan untuk masyarakat maka pendidikan nonformal
ditumbuhkan di atas sikap pemilikan dan tanggung jawab bersama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dari kelima asas pendidikan yang
dibahas di atas adalah saling kait mengkait dan saling menguatkan dalam
menancapkan pendidikan nonformal sebagai pendidikan pembangunan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasakan hasil dari review kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa PLS
merupakan sebuah upaya pembangunan masyarakat dalam mengembangkan tingkat
pendidikan dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui pendidikan.
Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah. Tercakup ke dalam pendidikan non formal
adalah pendidikan massa (mass education), pendidikan orang dewasa (adult
10
education), extension education, dan pendidikan dasar (fundamental education).
Pendidikan orang dewasa, meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan pembaharuan,
pendidikan kader organisasi dan pendidikan populer.
Di Indonesia, agricultural extension education disebut penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian diberikan oleh PPL kepada para petani yang tergabung dalam
kelmpok tani. Bahwa penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pendidikan
nonformal tampak dari ciri-cirinya, yaitu: (1) kegiatannya dilakukan di luar sistem
pendidikan persekolahan, (2) di dalam kegiatannya terdapat proses komunikasi yang
teratur dan terarah antara PPL dengan para petani, dan diantara para petani itu
sendiri,(3) dilakukan dengan pengorganisasian tertentu, (4) tujuannya selalu
berorientasi pada hal-hal yang perlu dan penting bagi kehidupan petani, dan (5)
mempunyai iSi program pendidikan dan urutan materi yang logis.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kedua buku yang telah penulis review ini telah banyak menjelaskan
tentang konsep-konsep,gerakan-gerakan dan banyak hal lain tentang pendidikan luar
sekolah (PLS) yang sangat cocok dibaca oleh para calon-calon guru dan peserta
didik.Walaupun ada terdapat beberapa pendapat yang berbeda namun hal itu akan
menambah wawasan keilmuan kita dalam bidang ini.
B. Rekomendasi
Harapannya kepada penulis kedua buku yang telah direview kiranya lebih
mempehatikan sasaran dan penggunaan bahasa buku tersebut karena yang kebanyakan
kita di Indonesia masih banyak khalayak awam yang susah memahami bahasa-bahasa
yang tinggi seperti pada kedua buku tersebut.Mudah-mudahan kedepannya lebih baik
lagi dan banyak bemunculan penulis-penulis handal seperti penulis kedua buku
tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sarwoko. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. IKIP Semarang
Press.
Arnady, M., & Prasetyo, I. (2016). Evaluasi program kecakapan hidup di Sanggar
Astriya, B., & Kuntoro, S. (2015). Pengembangan kreativitas dan minat belajar anak usia
3-4 tahun melalui permainan konstruktif. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, 2(2), 131 - 144. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v2i2.6329
Djudju H Sudjana. (1997). Peranan PLS Dlm Pengembangan SDM Berkualitas. Makalah
Seminar Nasional PSL dan Konferensi ISPPSI, Surabaya.
Faisal Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha Nasional.
Gillies, Robyn M. (2007). Cooperative learning integrating theory and practice. Los
Angeles: Sage Publications.
Rice, Philip F & Dolgin, Gale Kim. (2008). The adolescent development, relationship, and
culture. United States of America: Pearson International.
13
Saleh Marzuki. (2010). Pendidikan nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional, pelatihan,
dan andragogi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santoso, S Hamidjodjo. (1998). Tantangan PLS dalam Era Reformasi dan Globalisasi. Seminar
Nasional dan Temu Alumnus, IKIP Malang.
Schunk, Dale H. (2008). Learning theories and educational perspective. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Soelaiman Joesoef. (2004). Konsep dasar pendidikan luar sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
14
LAMPIRAN
Buku utama
Buku Pembanding
15