Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.KETERAMPILAN
PENERAPAN KONSEP PLS
PRODI S1 PGSD-FIP

Skor Nilai :

Konsep Dasar,Sejarah,dan Asas Pendidikan Luar Sekolah


(Prof.Dr.Yusnadi,MS & Silvia Mariah H,M.Pd)

Nama Mahasiswa : Reza Rivaldhi Batubara


Nim : 1193111003
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kelas : Reguler D 2019
Dosen Pengampu : Drs.Elizon Nainggolan M.pd
Mata Kuliah : Keterampilan Penerapan Konsep PLS

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan Critical Book Review ini. Critical book review ini saya buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Keterampilan penerapan konsep PLS,
semoga critical book review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca.

Dalam penulisan critical book review ini, saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan

2. Kepada Bapak/ibu dosen pengampu

3. Kepada rekan-rekan Mahasiswa yang saling mendukung.

Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan
dan penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam critical book review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.

Medan, 22 September 2019

Penyusun
REZA RIVALDHI BATUBARA
1193111003

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan CBR 1
C. Manfaat CBR 1
D. Identitas Buku 1
BAB II RINGKASAN BUKU 2
A. Bab I 2
B. Bab II 3
C. Bab III 4
D. Bab IV 5
E. Bab V 6
F. Bab VI 6
G. Bab VII 6
H. Bab VIII 7
I. Bab IX 8
J. Bab X 9

BAB III PEMBAHASAN


A. Kelebihan dan Kekurangan Buku 10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari
segi informasi yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi.Selain itu, salah satu faktor yang
melatarbelakangi penulis mereview buku ini adalah agar kita bisa berpikir kritis dan
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.

B. Tujuan Penulisan CBR


Critical Book Review ini bertujuan :
a. Mengulas isi sebuah buku.
b. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
c. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari buku.

C. Manfaat CBR
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
b. Untuk menambah pengetahuan para pembaca
c. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
d. Menambah wawasan penulis
e. Melatih penulis berpikir kritis

D. Identitas Buku Yang Direview:


Buku Utama
1. Judul : Konsep Dasar,Sejarah,dan Asas Pendidikan Luar
Sekolah
2. Edisi : Cetakan kedua
3. Pengarang : Prof.Dr.Yusnadi,MS & Silvia Mariah H,M.Pd
4. Penerbit : Unumed Press
5. Kota Terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2019
7. ISBN : 978-602-7938-98-4
8. Jumlah Halaman : 189 hlm

1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

Ringkasan Buku Utama

BAB I
Gerakan Pembangunan dan Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di
Indonesia

Pendidikan merupakan satu bagian dari instrumen pembangunan sosial.Selalu


mendampingi pembangunan ekonomi bahkan pada saat tertentu akan menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik.Pada saat awal kemerdekaan suatu
bangsa ,pendidikan merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas buakn hanya
sekedar pendidikan di sekolahan tapi dalam bentuk lain yaitu pendidikan nonformal.
Pendidikan nonformal inisudah ada sejak dulu.Bahkan kehadirannya lebih
awal dari perkembangan pendidikan formal di persekolahan.Pendidikan nonformal
biasanya berawal dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar pada keagamaan
dan kebudayaan.
Bagi negara-negara berkembang pendidikan nonformal ditekankan pada
makna pembangunan.Karena di negara berkembang masih banyak ditemukan daerah-
daerah pedesaan.Maka dua hal yang yang sangat ditekankan dalampembangunan
masyarakat desa.Pertama,perbaikan kondisi ekonomi sosialdan kultural
desa.Kedua,pengintegrasian masyarakat kedalam kehidupan bangsa secara
keseluruhan agar mereka memberikan kontribusi terhadap negara.Untuk mencapi
tujuan itudiperlukan dua hal yaitu partisipasi masyarakat desa dan bantuan daripihak
pemerintah
Pendidikan luar sekolah di Indonesia sudah berkembang sejak dulu dalam
bentuk magang,belajar mandiri,belar kelompok,yang dilakukan secara
tradisional.Disamping itu sebelum kemerdekaan masyarakat Indonesia telah
melakukan PLS dengan bentuk kursus.
Mulai tahun 1946 pendidikan luar sekolah telah resmi ditanda tangani oleh
pemerintah dan setelah pemerintahan ore baru mendapatkan dukungan yang cukup
besar.Hal itu terlihat pada Pelita II tentang pembangunan bidang pendidikan .Terrlihat
bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai peranan yang besar dalam menunjang
pembangunan.Pekembangan IPTEK yang pesat menuntut masyarakat mengadakan
penataran karena kebutuhan pribadi yang semakin meningkat sesuai perkembangan
zaman.Ini semua memberi arti bahwa peran aktif dan pentingnya pendidikan luar
sekolah.

2
BAB II
Konsep Pendidikan dan Pendidikan Seumur Hidup

Istilah pendidikan sudah dikenal oleh setiap orang .Kegiatan mendidik


bukanlah monopoli para ahli saja melainkan ilmu dan seni milik umum.Ilmu
pendidikan atau pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu yang dipelajari untuk
kepentingan pendidikan.Pedagogi adalah sebuah ilmu atau kecakapan yangkita
gunakan untuk mendidik anak.Pedagogi teoritis adalah ilmu pendidikan yang ditinjau
dari segi teoritis saja,pedagogi teoitisterrbagi jadi dua yaitu pedagogi sistematis dan
historis.Pendidikan memiliki karakteristik praktis dan normatif.Karena membicarakan
perbuatan manusia yang disebut pendidikan.
Mendidik dapat didefenisikan sebagai membimbing anak ke suatu tujuan.
Tujuan (yang bersifat normatif) adalah kedewasaan. Kegiatan mendidik berakhir
ketika seseorang mencapai tingkat kedewasaan dalam makna luas. Dalam pengertian
ini pendidikan diselenggarakan dalam keluarga secara informal dan di sekolah sebagai
kegiatan formal menurut ICED, pendidikan itu menyerupai belajar. Tegasnya
pendidikml adalah proses belajar yang terus menerus. Dengan demikian pendidikan
itu tidak hanya diselenggarakan di sekolah tetapi di luar sekolah. Sekolah hanya salah
satu saja dan‘ lembaga pendidikan yang ada di masyarakat untuk membamu individu-
individu belajar. Masih banyak lembaga-lembaga lain seefektif dan seefxsien sekolah
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Konsep ICED ini mempakan titik tolak
dari konsep life long education.
Jika ditelaah jauh ke belakang, pendidikan seumur hidUp sudah ada sejak
lama. Dalam konsep pendidikan seumur hidup terkandung gagasan belajar untuk
hidup (learning to be) dan masyarakat gemar belajar (learning society). Learning to be
memiliki tujuan akhir dari belajar adalah berflkir, belajar menjadi warga negara yang
produktif. Lebih luas lagi tujuan dari proses penemuan dari perwujudan diri untuk
mencapai tingkat kualitas hidup yang memadai. The learning society adalah
masyarakat yang terdapat di dalamnyalembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-
lembaga non pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan seumur hidup merupakan proses yang panjang, mencakup
keseluruhan kurun waktu kehidupan individu. Dia mencakup pendidikan informal,
formal dan nonformal termasuk pendidikan orang dewasa. Lembaga yang memiliki
peranan dalam pendidikan seumur hidup adalah keluarga dan masyarakat, termasuk
kelompok-kelompok tctangga, sosio budaya, dan politik, kelompok profesional dan
sebagainya. Pendidikan seumur hidup memiliki sifat tleksibel, berusaha mencari
kesinambungan dan kaitan antara dimenSi vertikal atau longitudinal, dan integrasi
setiap dimensi.

3
BAB III
Konsep Pendidikan Luar Sekolah

Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah dari pemerintah dan
warga masyarakat di ncgara-negara berkembang muncul dengan diresmikannya
gagasan pendidikan seumur hidup, beberapa studi kasus telah dilakukan, diantaranya
oleh lembaga-Iembaga internasional seperti ICED, ASEAN berbagai Universitas di
Amerika, dan lain-lain.
Untuk memahami konsep pendidikan non formal dapat ditinjau dari dua sudut
pandang: (1) konsep konvensional dari pendidikan, dan (2) dinamika tujuan dalam
proses pendidikan Kemudian, guna memahami pendidikan nonformal secara
berdampingan dengan pendidikan formal, keduanya ditinjau dari sisi perbedaan dan
persamaannya. Selanjutnya, dalam memandang pendidikan non formaldalam konteks
pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh). Mana yang largolong
pcndidikan non formal, pendidikan formal dal pmdidikan informal bergantung kepada
dinamika kesadaran lujuan lanang proses pendidikan dari pihak sumber belajar
(pendidik) dan dari pihak warga belajar (anak didik).Titik tolaknya adalah unsur-
unsur pendidikan yang utama adalah belajar, sumber belajar dan pebelajar.
Jika dianalisis lebih jauh, maka program pendidikan nonformal disusun
dengan memperhatikan tujuan, partisipasi, metode, materi belajar evaluasi, dan
struktur organisasi dari program tersebut. Jika menginginkan program pendidikan
nonfonml yang disusun efektif, maka penyusunannya harus berlandaskan pada dasar
konseptual tentang hal-hal tersebut. Dasar konseptual dimaksud dapat dinyatakan
dalam bentuk hipotesis.
Dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan non formal
adalah sebagai suplemen, komplimen atau substitusi. Sebagai suplemen berarti materi
yang diajarkan berlimgsi sebagai tambahan terhadap materi yang diajarkan di sekolah.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler termasuk kategori ini. Sebagai komplemen
pendidikan non formal berfungsi melengkapi. Materi yang disajikan dalam program
pendidikan non formal berfungsi melengkapi hal-hal yang diperoleh di sekolah Ini
disebabkan karena tidak semua hal dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Di
samping itu ada hal-hal yang baik isi maupun penyampaiannya, tidak biasa diberikan
di sekolah. Pendidikan non formal sebagai substitusi berarti bahwa pendidikan non
formal berfungsi menggantikan fungsi sekolah. Materi yang diajarkan adalah identik
dengan materi yang biasanya diajarkan di sekolah. Program ini ditujukan bagi mereka
yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah dasar.

4
BAB IV
Pengertian Dasar dan Penamaan Lain Pendidikan Nonformal

Mempelajari pengertian istilah dimulai dengan menelaah defenisi pendidikan


tersebut menelaah defenisi istilah pendidikan nonformal cukup sulit karena belum
tersedianya rumusan defenisi yang komprehensif dan baku. Sekalipun seperti Kleins
mengajukan defenisinya dengan ancang-ancang yang panjang, namun cukup holistik
tetapi kompleks, dengan mengetengahkan subsistem organisasi, manusia, dan
kurikulum, yang masingmasing memiliki dua komponen pokok. Kleis juga mengajukan
tiga kelas macam karakteristik pendidikan non formal.
Ada juga ahli yang tidak mengajukan defenisinya, akan tetapi terlebih dahulu
mengidentifikasi beberapa parameter pendidikan non formal yang meliputi sistem
penyampaian, tujuan, karakteristik pedagogik dan “credentials” serta kebutuhan.
Setelah itu dia merekapitulasi adanya defenisi teoritis, defenisi operasional dan
defenisi pragmatik yang meliputi: (1) adanya kaitan dalam beberapa hal antara
pendidikan persekolahan dengan pendidikan non formal, (2) penekanan bahwa
pendidikan formal tidak bersifat insidental atau informal, (3) ketidakformalan
pendidikan non formal terutama terletak pada sponsor, lokasi dan administrasi.
Beberapa defenisi yang singkat telah diajukan oleh Coombs, Supardjo
Adikusumo, dan Colleta. Defenisi-defenisi tersebut selalu dikaitkan dengan kenyataan,
bahwa . penyelenggara pendidikan non formal adalah di luar sistem persekolahan yang
telah ada.
Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah. Tercakup ke dalam pendidikan non
formal adalah pendidikan massa (mass education), pendidikan orang dewasa (adult
education), extension education, dan pendidikan dasar (fundamental education).
Pendidikan orang dewasa, meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan pembaharuan,
pendidikan kader organisasi dan pendidikan populer.
Di Indonesia, agricultural extension education disebut penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian diberikan oleh PPL kepada para petani yang tergabung dalam
kelmpok tani. Bahwa penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pendidikan
nonformal tampak dari ciri-cirinya, yaitu: (1) kegiatannya dilakukan di luar sistem
pendidikan persekolahan, (2) di dalam kegiatannya terdapat proses komunikasi yang
teratur dan terarah antara PPL dengan para petani, dan diantara para petani itu
sendiri,(3) dilakukan dengan pengorganisasian tertentu, (4) tujuannya selalu
berorientasi pada hal-hal yang perlu dan penting bagi kehidupan petani, dan (5)
mempunyai iSi program pendidikan dan urutan materi yang logis.

5
BAB V
Landasan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia

Berdasarkan Undang-undang tentang Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia


maka Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunju oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada standar nasional Pendidikan.

BAB VI
Kesetaraan Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal

Membedakan atau mempersamakan pendidikan non formal dengan pendidikan


formal dapat ditinjau dari karakteristik-karakteristiknya, berdasarkan variabel tujuan,
waktu, isi, penyajian, dan pengawasan. Ditinjau dari tujuan perbedaan itu terletak pada
jangka waktu belajar dan orientasi belajarnya. Menurut variabel waktu, perbedaan itu
dapat dilihat dari segi jangka waktunya, penyiapan bagi kehidupan masa kini atau
masa datang, dan kesinambungan waktu (terus-menerus atau tidak). Ditinjau dari
variabel isi, apakah menekankan kepentingan individual atau menyamaratakan semua
peserta didik, bersifat akademis atau praktis, peserta didik diterima melalui seleksi
atau tidak. Menurut variabel penyajian, perbedaan ditekankan pada pusat kegiatan
belajar mengajar, hubungannya dengan kehidupan dalam masyarakat, berpusat pada
pendidikan atau peserta didik. Dilihat dari segi pengawasan, apakah dilakukan oleh
pihak lain atau diatur sendiri, apakah bersifat birokratis tinggi atau demokratis.
Perbedaan yang paling menonjol terdapat pada struktur, di satu pihak sangat
ketat (yaitu pada pendidik formal) sedangkan di lain pihak fleksibel yang lain-lain
mungkin dalam kondisi tertentu tidak menonjol. Dengan cara yang sama dapat pula
dibedakan antara pendidikan nonformal dengan pendidikan informal.

6
BAB VII
Tugas-Tugas dan Sasaran Populasi Pendidikan Nonformal

Tugas-tugas pendidikan non formal dapat ditinjau dalam kaitannya dengan


pendidikan formal di negara-negara insdustri, tugas-tugas pendidikan nonformal
antara lain menyiapkan anak. anak usia pra sekolah untuk memasuki pendidikan
sekolah memberikan pengalaman belajar di luar pendidikan formal yang bersifat
melengkapi pendidikan formal, dan memberikan kesempatan belajar kepada pemuda
dan orang dewasa yang telah menamatkan pendidikan non formal guna memperoleh
pengetahuan lebih lanjut. Di negara-negara sedang berkembang tugas-tugas itu lebih
luas lagi. Pendidikan nonformal memberikan pendidikan dengan materi yang sama
dengan yang diberikan di sekolah-sekolah formal.
Sasaran populasi pendidikan nonformal dapat ditinjau dari segi usia,
lingkungan sosial budaya, jenis kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan.
Ditinjau dari segi usia, sasaran p0pulasi itu dapat digolongkan atas usia 0-6 tahun, 7-
12 tahun, 13-18 tahun, 19-24 tahun, dan 25 tahun ke atas. Menurut lingkungan sosial
budaya ada sasaran populasinya merupakan masyarakat pedesaan, warga masyarakat
perkotaan, dan warga terasing, golongan taraf yang ekonominya berkecukupan, dan
golongan yang taraf ekonominya rendah. Ditinjau dari golongan mata pencaharian
dapat digolongkan atas petani, pengrajin, pedagang, industriawan, lapangan jasa, supir,
buruh, tukang, pegawai negeri, dan ABRI. Ditinjau dari taraf pendidikannya dapat
digolongkan atas pra aksarawan dan aksarawan. Terakhir sasaran populasi dari
kelompok khusus dan anak-anak normal terlantar, anak-anak yang mengalami
penyimpangan sosial.

BAB VIII
Kritik Terhadap pendidikan Formal ,Isu-Isu Permasalahan Dalam Pendidikan
Nonformal

Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan Sekolah dari gaya
pendidikannya yang tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan
manusia.
Menurut Illich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah
mengakibatkan masyarakat tidak berdaya cipta. Gaya guru yang sebagai hakim,
pemimpin ideologi atau dokter yang telah meniadakan rasa aman bagi murid harus
menciptakan kondisi kebalikan dari sekolah dengan cara memberi kebebasan kepada
warga belajar memilih sendiri tentang apa yang akan dipelajari, dari siapa dan kapan.
Freire menganggap sekolah sebagai “sistem penjinakkan” (domestiaction).
Sistem patemalisme telah mengakibatkan kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan
pada masyarakat. Untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan sebagainya,
disarankan dipergunakan metode praxis. Konsep conscienlization (kepercayaan pada
diri sendiri dan lingkungan) dengan metode praxis tersebut dapat membebaskan
warga masyarakat dari belenggu kebodohan.

7
Harapan-harapan terhadap pendidikan luar sekala?1 dilandasi pada keyakinan
bahwa PLS merupakan pendekatal1 yang efektif, fungsional, inovatif, bersifat
praktis.Harapan yang terlampau tinggi terhadap pendidikan luar sekolah dianggap
kurang beralasan, oleh karena dalam PLS itu sendiri terkandung berbagai isu dan
permasalahan yang kritis.lsu-isu yang umum ada dalam pendidikan luar sekolah di
Indonesia dan di negaranegara berkembang lainnya adalah: a) dibutuhkan usaha yang
luas dan massal tidak sekedar usaha untuk sebagian kecil warga masyarakat saja, b)
kelompok wanita adalah kelompok yan paling diabaikan, terutama di pedesaan, c)
kebutuhan belajar yang paling diabaikan adalah kebutuhan belajar yang minimum.
Kebutuhan minimum itu apa, ini sukar dirumuskan, d) pendidikan formal dan
nonformal belum terintegrasikan secara baik, e) metode instruksional dan media
dalam pendidikan non formal tidak efektif, f) bagaimana cara pembangkitan motivasi,
g) dari mana sumber digali dan bagaimana penggunaannya yang efektif? h) apakah
usaha-usaha pendidikan non formal itu telah dikoordinasikan secara harmonis.
Permasalahan yang kritis dalam pendidikan non formal meliputi: 1) terhadap
pendidikan non formal terlalu dibebankan harapan-harapan yang tinggi, 2) masalah
departemen pengelola apakah satu atau beberapa departemen? 3) apakah kebutuhan
pokok yang esensial yang harus dipenuhi oleh pendidikan non formal itu itu? Siapa
yang membutuhkannya, individu atau kelompok? 4) siapakah sesungguhnya tenaga
pendidik pendidikan non formal itu itu? 5) apakah perencanaan penddikan non fomal
itu sebaiknya bersifat sentralisasi atau regional?

BAB IX
Falsafah Pendidikan Luar Sekolah

Pancasila merupakan landasan filosofis adil, sedangkan UUD l945 adalah


landasan strukturil dalam mencapai tujuan kemerdekaan nasional.Pendidikan tidak
hanya menunjang tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, tetapi juga harus memperkokoh
nilai-nilai bangsa dan megara yang dianggap luhurLandasan operasional dalam
pengelolaan pendidikan adalah berpegang kepada pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan Indonesia diharapkan melahirkan manusia Indonesia dengan
ketujuh rangkain sifat seperti yang telah dilukiskan di dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.Pendidikan formal mau pun nonformal
adalah merupakan bagian-bagian yang integral dari pada sistem pendidikan
nasional.Keduanya adalah proses belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk
diikuti oleh para siswa guna mencapai tujuan yang telalh ditentukanMemmn
perkembangannya yang wajar pendidikan non formal harus dapat langsung membantu
kualitas dan martabat kita sebagai individu dan warga negara yang dengan
kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan
dan kemajuan.Karena daerah atau medan kerjanya lebih cair dan luas, dan lebih
langsung berhubungan dengan dunia kerja, rekreasi, seni, budaya dan mutu hidup
umumnya. harus dapat berperan lebih besar, efektif dan relevan dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta memanfaatkan diri untuk menjadi salah satu

8
sarana pokok dalam mencapai pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
kemanan.

BAB X
Asas-Asas Pendidikan Nonformal

Inovasi adalah merupakan salah satu asas yang harus diterapkan didalam
perencanaan pendidikan, baik di dalam perencanaan program-program pendidikan
formal mau pun non formal.Pendidikan seumur hidup atau (lifelong education) adalah
merupakan salah satu asas pokok di dalam perencanaan dan pengembangan
keseluruhan sistem pendidikan nasional.Untuk meningkatkan efektifltas serta efisiensi
sistem pendidikan, maka di dalam perencanaannya harus diperhitungkan asas-asas
komprehensif integrasi, aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif, serta pendayagunaan
semua sumbersumber sosial dan fisik tersedia atau yang mungkin dapat
disediakan.
Laju perkembangan pendidikan nonformal disebabkan
pula asas yang digunakannya yaitu kebutuhan pendidikan seumur hidup dan relevansi
dengan pembangunan dengan masyarakat atau pembangunan itu sendiri. Asas
kebutuhan telah memantapkan pendidikan nonformal sehingga programprogramnya
berpusat pada kepentingan masyarakat, berpusat pada warga belajar, partisipasi yang
optimal dari warga belajar serta bertumpu pada pengalaman mereka. Dengan
pendekatan dari dalam, oleh dan untuk masyarakat maka pendidikan nonformal
ditumbuhkan di atas sikap pemilikan dan tanggung jawab bersama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dari kelima asas pendidikan yang
dibahas di atas adalah saling kait mengkait dan saling menguatkan dalam
menancapkan pendidikan nonformal sebagai pendidikan pembangunan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan isi Buku


1. Pembahasan bab I tentang Gerakan Pembangunan dan Perkembangan
PLS
 Menurut buku utama pendidikan luar sekolah/nonformal bagi negara-negara
berkembang ditekankan dalam gerakan pembangunan masyarakat.
 Menurut buku pembanding Perkembangan PLS dimulai awal tahun 1970-an
dalam bentuk pendidikan keaksaraan dalam konteks pendidikan dasar,dan
pendidikan keterampilan dalam konteks pendidikan kejuruanuntuk masyarakat.
Bingkainya adalah pendidikan sepanjang hayat untuk membangun masyarakat
menjadi masyarakat belajar.

Berdasakan hasil dari review kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa PLS
merupakan sebuah upaya pembangunan masyarakat dalam mengembangkan tingkat
pendidikan dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui pendidikan.

2. Pembahasan bab II tentang konsep PLS dan Pendidikan seumur hidup


 Dalam buku utama disebutkan bahwa konsep pendidikan seumur hidup
merupakan proses panjang,mencakup keseluruhan kerun waktu kehidupan
individu.
 Dan dalam buku pembanding dikatakan bahwa Pembelajaran sepanjang hayat
memiliki makna bahwa pembelajaran atau pendidikan terjadi selama manusia
hidup di alam semesta dan terjadi dimana pun manusia berada.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan sebuah


pokok dalam kehidupan.dan juga dalam pendidikan “SEMUA TEMPAT ADALAH
SEKOLAH DAN SENUA ORANG ADALAH GURU”.

3. Pembahasan bab III tentang Konsep Pendidikan Luar Sekolah


Pada buku yang direview bahwa (1) konsep konvensional dari pendidikan, dan (2)
dinamika tujuan dalam proses pendidikan Kemudian, guna memahami pendidikan
nonformal secara berdampingan dengan pendidikan formal, keduanya ditinjau dari sisi
perbedaan dan persamaannya. Selanjutnya, dalam memandang pendidikan non
formaldalam konteks pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh).

4. Pembahasan tentang bab IV tentang pengertian dasar dan penamaan


lain pendidikan nonformal

Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah. Tercakup ke dalam pendidikan non formal
adalah pendidikan massa (mass education), pendidikan orang dewasa (adult

10
education), extension education, dan pendidikan dasar (fundamental education).
Pendidikan orang dewasa, meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan pembaharuan,
pendidikan kader organisasi dan pendidikan populer.
Di Indonesia, agricultural extension education disebut penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian diberikan oleh PPL kepada para petani yang tergabung dalam
kelmpok tani. Bahwa penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pendidikan
nonformal tampak dari ciri-cirinya, yaitu: (1) kegiatannya dilakukan di luar sistem
pendidikan persekolahan, (2) di dalam kegiatannya terdapat proses komunikasi yang
teratur dan terarah antara PPL dengan para petani, dan diantara para petani itu
sendiri,(3) dilakukan dengan pengorganisasian tertentu, (4) tujuannya selalu
berorientasi pada hal-hal yang perlu dan penting bagi kehidupan petani, dan (5)
mempunyai iSi program pendidikan dan urutan materi yang logis.

5. Pembahasan tentang bab V tentang Landasan Hukum PLS


Berdasarkan Undang-undang tentang Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia maka
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku


1. Cover atau tampilan awalan buku pembanding kurang menarik,sehingga para
pembaca kurang tertarik untuk membeli dan mengoleksi buku yang ditulis oleh
Yoyon Suryono & Entoh Tohani sedangkan Cover atau tampilan awalan buku utama
cukup menarik karena dibubuhi warna-warna dan gambar
2. Hasil cetak buku utama yang kurang bagus karena hasil foto copy mengakibatkan ada
sebagian tulisan yangkurang jelas dibaca, Serta tidak adanya warna pada tampilan
gambar pada buku utam tersebut
3. Buku utama dan pembanding memuat banyak referesnsi, pendapat-pendapat para
hali,teori-teori,dan lain sebagainya sehingga pembaca semakin memperluas wawasan
mereka.
4. Buku utama lebih mudah dipahami karena bahasa yang ringan dan mudah
dipahami,sedangkan buku pembanding sedikit susah dipahami apalagi bagi para
awam karena banyak memuat bahasa-bahasa tinggi.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kedua buku yang telah penulis review ini telah banyak menjelaskan
tentang konsep-konsep,gerakan-gerakan dan banyak hal lain tentang pendidikan luar
sekolah (PLS) yang sangat cocok dibaca oleh para calon-calon guru dan peserta
didik.Walaupun ada terdapat beberapa pendapat yang berbeda namun hal itu akan
menambah wawasan keilmuan kita dalam bidang ini.

B. Rekomendasi

Harapannya kepada penulis kedua buku yang telah direview kiranya lebih
mempehatikan sasaran dan penggunaan bahasa buku tersebut karena yang kebanyakan
kita di Indonesia masih banyak khalayak awam yang susah memahami bahasa-bahasa
yang tinggi seperti pada kedua buku tersebut.Mudah-mudahan kedepannya lebih baik
lagi dan banyak bemunculan penulis-penulis handal seperti penulis kedua buku
tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arai, Yuko, Penyunting. (2009). Social Education/Adult Education in Japan.

Anton M. Moeliono, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud, Jakarta.

Bambang Sarwoko. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. IKIP Semarang
Press.

Arnady, M., & Prasetyo, I. (2016). Evaluasi program kecakapan hidup di Sanggar

Kegiatan Belajar Bantul, Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat,


3(1), 60-74. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v3i1.6303

Astriya, B., & Kuntoro, S. (2015). Pengembangan kreativitas dan minat belajar anak usia
3-4 tahun melalui permainan konstruktif. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, 2(2), 131 - 144. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v2i2.6329

Davenport, MG. (2007). Between tradition and tourism: educational strategies of a


zapotec artisan. International Journal of Education & the Arts, ISBN 1529-8094, 8, 220.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang


sistem pendidikan nasional.

Djudju H Sudjana. (1997). Peranan PLS Dlm Pengembangan SDM Berkualitas. Makalah
Seminar Nasional PSL dan Konferensi ISPPSI, Surabaya.

Faisal Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha Nasional.

Fuad H, Ihsan. (1996). Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Gillies, Robyn M. (2007). Cooperative learning integrating theory and practice. Los
Angeles: Sage Publications.

Harsono. (1997). PLS dan Perkembangan Lingkungan Strategi, Makalah Seminar


Nasional PLS dan Konferensi ISPPSI, Surabaya.

Rice, Philip F & Dolgin, Gale Kim. (2008). The adolescent development, relationship, and
culture. United States of America: Pearson International.

13
Saleh Marzuki. (2010). Pendidikan nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional, pelatihan,
dan andragogi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santoso, S Hamidjodjo. (1998). Tantangan PLS dalam Era Reformasi dan Globalisasi. Seminar
Nasional dan Temu Alumnus, IKIP Malang.

Schunk, Dale H. (2008). Learning theories and educational perspective. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.

Soelaiman Joesoef. (2004). Konsep dasar pendidikan luar sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

14
LAMPIRAN

Buku utama

Buku Pembanding

15

Anda mungkin juga menyukai