PROTOKOL PENELITIAN
(Dibuat rangkap tiga, dengan diketik satu spasi, dalam halaman yang tersedia)
I. RINGKASAN
1. PENGUSUL
a. Nama : Eko Prabowo
b. Jabatan : Dosen / Asisten Ahli
c. Instansi/Kantor : FIKES UPN Veteran Jakarta
d. Alamat dan telepon : Pondok Tirta Mandala P3 No 3, Depok Jawa Barat,
Rumah (021)87742662, 08999570760
2. PROYEK PENELITIAN
a. Judul Penelitian : (Pilih judul yang singkat tapi cukup menjelaskan gagasan penelitian ini
Hubungan BedRest terhadap Fungsi Kognitif Pada Orang Lanjut Usia (LANSIA) di Panti
Sosial Treshna Werdha(PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta
b. Ringkasan Penelitian : (Uraian singkat mengenai yang akan dikerjakan, alasan diadakan penelitian, dan
data/informasi/pengetahuan/teknologi/yang dihasilkan)
Penelitian yang akan dilakukan peneliti
Peningkatan angka usia harapan hidup tidak selalu disertai dengan peningkatan
kualitas hidup pada lansia. Kualitas hidup merepresentasikan respons seseorang terhadap
faktor fisik (objektif) dan mental (subjektif) yang berkontribusi ke dalam kehidupannya,
termasuk di dalamnya kualitas kekuatan fisik, hubungan dengan orang-orang di sekitarnya
baik keluarga maupun temannya, suasana lingkungan, status finansial, dan status emosional.
Lansia mengalami penurunan stamina fisik dan ketajaman mental semakin usia bertambah,
serta juga bisa mengalami gangguan emosional, yang diakibatkan oleh kesepian,
terganggunya aktivitas seksual, kelainan metabolik kronik, dan kanker.
Penurunan fungsi kognitif terjadi pada hampir semua lansia dan prevalensinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan
biologis yang dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses penuaan. Gangguan satu
atau lebih fungsi tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan
aktivitas harian. Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam
mengevaluasi kesehatan lanjut usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental
kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan
pengujian status mental secara rutin.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi
di mana gerakan tergganggu atau dibatasi secara terapeutik yang bisa berhubungan langsung
dengan faktor internal seperti penyakit kronis atau status kesehatan. Contohnya penyakit gizi
buruk, paralisis, diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler, lansia, inkontinensia, anemia,
berat badan. Sehingga pasien harus beristirahat total atau biasa disebut dengan bedrest total
1
1) Tempat Penelitian : PSTW Budi Mulia 3 Jakarta
3. RENCANA BIAYA
Sumber Pembiayaan :
a. Dikti Rp
b. UPN Rp. 10.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
II. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mengulas secara singkat pentingnya penelitian dilakukan, gambaran permasalahan secara
faktual yang terjadi terkait dengan target penelitian
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari maka sehat adalah hal yang paling utama. Sehat fisik, sejahtera dan tidak
merasakan sakit baik mental maupun sosialnya. Agar tubuh dapat sehat maka perlu di jaga dalam
pola makan sehari- hari maupun aktivitas yang dilakukan pada setiap harinya. Seperti olahraga
yang teratur maka dapat membuat tubuh menjadi sehat. Tetapi setiap bertambahnya usia manusia
maka kesehatannya akan semakin menurun dan akan menimbulkan penyakit degenarasi dan
mengalami gangguan pergerakan terutama pada lanjut usia (Lansia). pada lansia apabila
kesehatannya menurun dan merasakan sakit maka sering mengalami istirahat total seperti
berbaring lama pada tempat tidur yaitu bedrest dikarenakan lansia enggan untuk bergerak.
Peningkatan angka usia harapan hidup tidak selalu disertai dengan peningkatan kualitas
hidup pada lansia. Kualitas hidup merepresentasikan respons seseorang terhadap faktor fisik
(objektif) dan mental (subjektif) yang berkontribusi ke dalam kehidupannya, termasuk di
dalamnya kualitas kekuatan fisik, hubungan dengan orang-orang di sekitarnya baik keluarga
maupun temannya, suasana lingkungan, status finansial, dan status emosional. Lansia mengalami
penurunan stamina fisik dan ketajaman mental semakin usia bertambah, serta juga bisa
mengalami gangguan emosional, yang diakibatkan oleh kesepian, terganggunya aktivitas seksual,
kelainan metabolik kronik, dan kanker (Stein et al., 2018)
2
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun (2017) terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai
populasi lansia di atas tujuh persen (soeseno). Belum seluruh provinsi di Indonesia berstruktur
tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Tiga
provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah
(12,59%). Sementara itu, tiga provinsi dengan nilai terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat
(4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%). Sedangkan persentase penduduk lansia pada DKI Jakarta
adalah (7,19%). Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki, hal ini terlihat
1
dengan keberadaan penduduk lansia wanita lebih banyak dari pada penduduk lansia laki-laki.
(Sumber : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI).
Proporsi populasi lanjut usia (lansia) di dunia meningkat dari 9% pada tahun 1950
menjadi 12% pada tahun 2013. Peningkatan ini akan terus terjadi pada empat dekade mendatang
hingga mencapai 21% pada tahun 2050.1 World Health Organization (WHO) memprediksikan
pada tahun 2050 setidaknya terdapat 2 milyar orang berusia 65 tahun ke atas dibandingkan
dengan 600 juta pada saat ini.(Stein et al., 2018).
Penurunan fungsi kognitif terjadi pada hampir semua lansia dan prevalensinya meningkat
seiring bertambahnya usia. Perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan biologis yang
dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses penuaan. Gangguan satu atau lebih fungsi
tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian. Pengkajian
fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lanjut
usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali
profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan pengujian status mental secara rutin.
Diperkirakan 30% sampai 80% lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh
dokter, melainkan teridentifikasi melalui Mini Mental State Examination (MMSE) (Nugroho W.
2008)
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi
di mana gerakan tergganggu atau dibatasi secara terapeutik yang bisa berhubungan langsung
dengan faktor internal seperti penyakit kronis atau status kesehatan. Contohnya penyakit gizi
buruk, paralisis, diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler, lansia, inkontinensia, anemia, berat
badan. Sehingga pasien harus beristirahat total atau biasa disebut dengan bedrest total (Arief,
Kriatyawati, & Sarwanto, 2016).
3
2. RUMUSAN MASALAH (RATIONALE)
Mendeskripsikan permasalahan yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah ” Apakah ada hubungan
Bedrest terhadap fungsi kognitif pada Orang Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Treshna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta)” ?
3. TUJUAN PENELITIAN
Menguraikan target penelitian yang akan dicapai melalui tahapan penelitian yang akan
dilakukan dan durumuskan dengan menggunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur atau
dilihat misalnya menjajaki, menguji, menbuktikan, menguraikan, membuktikan atau membuat
prototipe, dan sebagainya.
4. MANFAAT PENELITIAN
Menggambarkan kontribusi yang akan diberikan secara spesifik setelah penelitian dilakukan
baik secata konseptual/teoritis, akademis, metodologis maupun sosial jika ada.
1. Manfaat Keilmuan (Teoritis)
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari
perkuliahan.
b. Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan. yang
ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran tentang efek BedRest pada lansia
3. Manfaat Bagi Masyarakat
a. Dapat menyebar luaskan informasi pada kasus bed rest lansia terhadap fungsi
kognitif dan juga dapat menginformasikan peran fisioterapi dalam menangani
kasus tersebut
4
III. LANDASAN TEORI
1. KAJIAN TEORI
2.1 Bedrest
2.1.1 Definisi Bed Rest
Tirah baring atau bedrest yaitu suatu keadaan dimana pasien berbaring di tempat tidur
selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan untuk meminimalkan fungsi semua
sistem organ pasien. Bedrest telah dikaitkan dengan penurunan fungsional, pelembagaan,
dan mortalitas pada pasien yang lebih tua dirawat di rumah sakit bahkan setelah
mengendalikan komorbiditas dan tingkat keparahan penyakit (Rosita & Maria, 2014).
Bedrest, atau tidak aktif akut berhubungan dengan rawat inap atau keadaan penyakit,
menimbulkan kerusakan untuk jaringan otot dan kapasitas fungsional. Pada orang dewasa
yang lebih tua, kurangnya aktivitas fisik selama rawat inap hampir diterima sebagai bagian
dari pengalaman rawat inap, namun jelas memberikan kontribusi untuk sejumlah hasil
negatif, termasuk pengurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
peningkatan kejadian pendaftaran kembali dan pelembagaan (English & Paddon-jones,
2012).
Immobilisasi atau Bedrest adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Imobilisasi
secara fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan. Tirah baring diartikan sebagai tinggal
ditempat tidur untuk jangka waktu yang lama dan diharuskan. Kata "istirahat" berkenaan
dengan hal ini agak kurang tepat karena kita selalu berfikiran bahwa ini diartikan dengan
istirahat malam yang baik. Pada tirah baring sebenarnya bukan sesuatu yang dilakukan
dengan sukarela.Individu tak secara wajar berfungsi diluar tempat tidur ini sebagai akibat
dari berbagai gangguan fungsi (gerak, bernafas, pengendalian syaraf). Ini sebagai akibat
dari penyakit (panas tinggi), kelemahan ( lumpuh). (Rismawan wawan, 2014).
6
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Proces atau proses penuaan (Rhosma Sofia,
2014).
Pada lansia yang memiliki banyak penurunan pada fisiologis tubuh, terutama yang
berpengaruh pada pengontrol keseimbangan seperti penurunan kekuatan otot, perubahan
posture, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu, penurunan propioseption,
penurunan visual. jika hal tersebut terjadi akan terjadi kontrol keseimbangan yang kurang
baik bagi lansia sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Ketika otot-otot yang
berperan dalam keseimbangan tubuh tersebut bekerjasama untuk membentuk kekuatan yang
bertujuan mempertahankan posisi badan sesuai dengan alignment tubuh yang simetri agar
menjadi lebih stabil ketika digerakkan atau digunakan ketika bergerak. Gerak yang
dihasilkan ketika tubuh memiliki kemampuan untuk stabil merupakan gerak yang efektif dan
efisien sehingga dapat mengurangi resiko jatuh dan cidera, juga dapat meningkatkan
kemampuan fungsional. Fisioterapi dalam hal ini sangat berperan terhadap peningkatan
gerak dan fungsi terutama pada lansia sehingga Qualitas of life lansia akan baik dan bisa
menikmati kehidupan tanda memerlukan bantuan sepenuhnya dari orang lain (Munawwarah
& Nindya N, 2015).
7
2. KERANGKA BERFIKIR
Menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis
perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian
ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian.
8
Penelitian ini hanya membatasi satu Hubungan Lama Bed Rest pada satu variabel
Bagan 1
LAMA BEDREST
DAMPAK
INTERNAL
-Perubahan
Metabolisme
-Perubahan DAMPAK
Kardiovaskuler EKSTERNAL
-Perubahan -Lama Bedrest
Muskuloskeletal
-Perubahan
Integument
-Perubahan
Pernapasan
Fungsi Kognitif
Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi
eksperimental dengan pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah perlakuan
dengan rancangan pre test and post test tanpa control group yang dirancang untuk
mengetahui pengaruh Kinesio Taping dapat meningkatkan fleksibilitas pada orang lanjut
usia.
Kelompok, sebelum perlakuan diberikan pre test (O1), setelah perlakuan semua
9
kelompok diberikan post test (O2). Skema rancangan penelitian dapat dilihat dalam gambar
3.1 berikut.
K
R
P S
B
2. PROSEDUR
Yang menggunakan intervensi harus dideskripsikan, obat-obatan atau perangkat yang akan
digunakan dan dijelaskan apakah sudah tersedia secara komersial atau masih dalam tahap
eksperimen.
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dihitung berdasarkan rumus
Slovin :
18
n 17,22
1 18(0,05) 2 )2
=18
Keterangan:
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah sampel minimal adalah 18 orang.
Ditambah 20% sebagai prakiraan terhadap sampel yang gugur (drop out) menjadi 20
orang. Dalam penelitian ini keseluruhan jumlah sampel adalah 20 orang.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Umur 60-80 tahun
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Mengalami bed rest
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Tidak bersedia mengikuti penelitian
4. WAKTU PENELITIAN
Adalah lokasi dan institusi dimana data akan diperoleh subyek penelitian, bahan/sampel
diambil/diperiksa harus dijelaskan secara rinci. Waktu penelitian dimulai sejak awal
penelitian sampai laporan akhir penelitian selesai dan dipertanggungjawabkan sebaiknya
dibuat dalam bentuk barchart.
Penelitian dilakukan di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta . Penelitian ini akan dilakukan
pada bulan Agustus – September 2019.
11
5. DEFINISI OPERASIONAL
Operasionalisasi Konsep serta istilah-istilah yang digunakan didalam penelitian berdasarkan
acuan teori atau glosarium.
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Sklala Katagori
12
dilihat dengan cara menggunkan kuesioner 2. perempuan
wawancara
13
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. SISTEM PENGACUAN
Penulisan yang cermat tentang kepustakaan akan mempermudah pembaca dalam
menelusuri masalah yang dicarinya dari sumber acuan tadi. Setiap sistem pengacuan harus
digunakan secara taat asas dalam tubuh tulisan, tabel, dan gambar kemudian disesuaikan
dengan Daftar Pustaka. Sistem penulisan menggunakan sistem Nama-Tahun (sistem
Harvard).
14
WHO, 2012. World Health Statistics 2012. Pg 157
Yoshida. Yako, Kahanov. Leamor. 2007. The Effect of Kinesio Taping on Lower Trunk Range of
Motion.
15
V. LAMPIRAN
16
10. Sehubungan dengan apa yang telah dijelaskan diatas, saya memohon kesediaan bapak/ibu
untuk memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi
ibu/bapak bersifat sukarela tanpa paksaan. Tidak ada sanksi apapun jika ibu/bapak menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
11. Demikian atas perhatian dan kerjasama dari bapak/ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Semua informasi yang kami dapatkan akan kami jaga kerahasiannya dan akan digunakan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan program fisioterapi pada
orang lanjut usia di PSTW Budi Mulia 3 Jakarta.
Apabila bapak/ibu/saudara/i membutuhkan penjelasan dapat menghubungi tim pelaksana
penelitian ini yaitu, Eko Prabowo dan Agustyawam. Serta jika membutuhkan keterangan lebih
lanjut dapat menghubungi penanggung jawab dalam penelitian ini.
Adapun penanggung jawab dalam penelitian ini adalah Eko Prabowo (08999570760)
Jakarta, 2018
Peneliti
( Eko Prabowo )
17
b Formulir Persetujuan
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)
Saksi: Subyek:
(………………………) (………………………)
Ketua Peneliti
(………………………)
18
FORM PEMERIKSAAN PENELITIAN
MANFAAT INTERVENSI KINESIO TAPING PADA ORANG LANJUT USIA TERHADAP
FLEKSIBILITAS DI PSTW BUDI MULIA 3 JAKARTA TAHUN 2018
IR.2 Kelas
IR.3 Usia
IR.4 TTL
Karakteristik Responden
BB :( ) ( ) ( ) kg
TB :( ) ( ) ( ) cm
PETUNJUK PENGISIAN
Isilah pertanyaan berikut dengan memberi jawaban yang jujur
1. Apakah anda mengalmi gangguan syaraf ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengalami gangguan pada jantung ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengalami gangguan pada alat gerak bawah (kaki) ?
a. Ya
b. Tidak
19