Anda di halaman 1dari 19

Form Protokol Penelitian Kesehatan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAKARTA


JL. RS. FATMAWATI JAKARTA SELATAN
Telp/ Fax.
E-mail : komisietikupnvj@gmail.com

PROTOKOL PENELITIAN
(Dibuat rangkap tiga, dengan diketik satu spasi, dalam halaman yang tersedia)

I. RINGKASAN

1. PENGUSUL
a. Nama : Eko Prabowo
b. Jabatan : Dosen / Asisten Ahli
c. Instansi/Kantor : FIKES UPN Veteran Jakarta
d. Alamat dan telepon : Pondok Tirta Mandala P3 No 3, Depok Jawa Barat,
Rumah (021)87742662, 08999570760

2. PROYEK PENELITIAN
a. Judul Penelitian : (Pilih judul yang singkat tapi cukup menjelaskan gagasan penelitian ini
Hubungan BedRest terhadap Fungsi Kognitif Pada Orang Lanjut Usia (LANSIA) di Panti
Sosial Treshna Werdha(PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta

b. Ringkasan Penelitian : (Uraian singkat mengenai yang akan dikerjakan, alasan diadakan penelitian, dan
data/informasi/pengetahuan/teknologi/yang dihasilkan)
Penelitian yang akan dilakukan peneliti
Peningkatan angka usia harapan hidup tidak selalu disertai dengan peningkatan
kualitas hidup pada lansia. Kualitas hidup merepresentasikan respons seseorang terhadap
faktor fisik (objektif) dan mental (subjektif) yang berkontribusi ke dalam kehidupannya,
termasuk di dalamnya kualitas kekuatan fisik, hubungan dengan orang-orang di sekitarnya
baik keluarga maupun temannya, suasana lingkungan, status finansial, dan status emosional.
Lansia mengalami penurunan stamina fisik dan ketajaman mental semakin usia bertambah,
serta juga bisa mengalami gangguan emosional, yang diakibatkan oleh kesepian,
terganggunya aktivitas seksual, kelainan metabolik kronik, dan kanker.
Penurunan fungsi kognitif terjadi pada hampir semua lansia dan prevalensinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan
biologis yang dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses penuaan. Gangguan satu
atau lebih fungsi tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan
aktivitas harian. Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam
mengevaluasi kesehatan lanjut usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental
kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan
pengujian status mental secara rutin.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi
di mana gerakan tergganggu atau dibatasi secara terapeutik yang bisa berhubungan langsung
dengan faktor internal seperti penyakit kronis atau status kesehatan. Contohnya penyakit gizi
buruk, paralisis, diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler, lansia, inkontinensia, anemia,
berat badan. Sehingga pasien harus beristirahat total atau biasa disebut dengan bedrest total
1
1) Tempat Penelitian : PSTW Budi Mulia 3 Jakarta

2) Lama Penelitian : 2 bulan (Juni – Juli 2019)

3. RENCANA BIAYA
Sumber Pembiayaan :
a. Dikti Rp
b. UPN Rp. 10.000.000,-

Rp. 10.000.000,-

II. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Mengulas secara singkat pentingnya penelitian dilakukan, gambaran permasalahan secara
faktual yang terjadi terkait dengan target penelitian

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari maka sehat adalah hal yang paling utama. Sehat fisik, sejahtera dan tidak
merasakan sakit baik mental maupun sosialnya. Agar tubuh dapat sehat maka perlu di jaga dalam
pola makan sehari- hari maupun aktivitas yang dilakukan pada setiap harinya. Seperti olahraga
yang teratur maka dapat membuat tubuh menjadi sehat. Tetapi setiap bertambahnya usia manusia
maka kesehatannya akan semakin menurun dan akan menimbulkan penyakit degenarasi dan
mengalami gangguan pergerakan terutama pada lanjut usia (Lansia). pada lansia apabila
kesehatannya menurun dan merasakan sakit maka sering mengalami istirahat total seperti
berbaring lama pada tempat tidur yaitu bedrest dikarenakan lansia enggan untuk bergerak.
Peningkatan angka usia harapan hidup tidak selalu disertai dengan peningkatan kualitas
hidup pada lansia. Kualitas hidup merepresentasikan respons seseorang terhadap faktor fisik
(objektif) dan mental (subjektif) yang berkontribusi ke dalam kehidupannya, termasuk di
dalamnya kualitas kekuatan fisik, hubungan dengan orang-orang di sekitarnya baik keluarga
maupun temannya, suasana lingkungan, status finansial, dan status emosional. Lansia mengalami
penurunan stamina fisik dan ketajaman mental semakin usia bertambah, serta juga bisa
mengalami gangguan emosional, yang diakibatkan oleh kesepian, terganggunya aktivitas seksual,
kelainan metabolik kronik, dan kanker (Stein et al., 2018)

2
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun (2017) terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai
populasi lansia di atas tujuh persen (soeseno). Belum seluruh provinsi di Indonesia berstruktur
tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Tiga
provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah
(12,59%). Sementara itu, tiga provinsi dengan nilai terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat
(4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%). Sedangkan persentase penduduk lansia pada DKI Jakarta
adalah (7,19%). Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki, hal ini terlihat
1
dengan keberadaan penduduk lansia wanita lebih banyak dari pada penduduk lansia laki-laki.
(Sumber : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI).
Proporsi populasi lanjut usia (lansia) di dunia meningkat dari 9% pada tahun 1950
menjadi 12% pada tahun 2013. Peningkatan ini akan terus terjadi pada empat dekade mendatang
hingga mencapai 21% pada tahun 2050.1 World Health Organization (WHO) memprediksikan
pada tahun 2050 setidaknya terdapat 2 milyar orang berusia 65 tahun ke atas dibandingkan
dengan 600 juta pada saat ini.(Stein et al., 2018).
Penurunan fungsi kognitif terjadi pada hampir semua lansia dan prevalensinya meningkat
seiring bertambahnya usia. Perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan biologis yang
dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses penuaan. Gangguan satu atau lebih fungsi
tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian. Pengkajian
fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lanjut
usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali
profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan pengujian status mental secara rutin.
Diperkirakan 30% sampai 80% lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh
dokter, melainkan teridentifikasi melalui Mini Mental State Examination (MMSE) (Nugroho W.
2008)
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi
di mana gerakan tergganggu atau dibatasi secara terapeutik yang bisa berhubungan langsung
dengan faktor internal seperti penyakit kronis atau status kesehatan. Contohnya penyakit gizi
buruk, paralisis, diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler, lansia, inkontinensia, anemia, berat
badan. Sehingga pasien harus beristirahat total atau biasa disebut dengan bedrest total (Arief,
Kriatyawati, & Sarwanto, 2016).

3
2. RUMUSAN MASALAH (RATIONALE)
Mendeskripsikan permasalahan yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah ” Apakah ada hubungan
Bedrest terhadap fungsi kognitif pada Orang Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Treshna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta)” ?

3. TUJUAN PENELITIAN
Menguraikan target penelitian yang akan dicapai melalui tahapan penelitian yang akan
dilakukan dan durumuskan dengan menggunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur atau
dilihat misalnya menjajaki, menguji, menbuktikan, menguraikan, membuktikan atau membuat
prototipe, dan sebagainya.

3.1. TUJUAN UMUM


Tujuan umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan Bed Rest terhadap fungsi
Kognitif pada Orang Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Treshna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 4 Jakarta.

3.2. TUJUAN KHUSUS


1) Mengidentifikasi karakteristik responden
2) Mengidentifikasi fungsi kognitif pada pasien bed rest lanjut usia.

4. MANFAAT PENELITIAN
Menggambarkan kontribusi yang akan diberikan secara spesifik setelah penelitian dilakukan
baik secata konseptual/teoritis, akademis, metodologis maupun sosial jika ada.
1. Manfaat Keilmuan (Teoritis)
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari
perkuliahan.
b. Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan. yang
ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran tentang efek BedRest pada lansia
3. Manfaat Bagi Masyarakat
a. Dapat menyebar luaskan informasi pada kasus bed rest lansia terhadap fungsi
kognitif dan juga dapat menginformasikan peran fisioterapi dalam menangani
kasus tersebut

4
III. LANDASAN TEORI

1. KAJIAN TEORI
2.1 Bedrest
2.1.1 Definisi Bed Rest
Tirah baring atau bedrest yaitu suatu keadaan dimana pasien berbaring di tempat tidur
selama hampir 24 jam setiap harinya dengan tujuan untuk meminimalkan fungsi semua
sistem organ pasien. Bedrest telah dikaitkan dengan penurunan fungsional, pelembagaan,
dan mortalitas pada pasien yang lebih tua dirawat di rumah sakit bahkan setelah
mengendalikan komorbiditas dan tingkat keparahan penyakit (Rosita & Maria, 2014).
Bedrest, atau tidak aktif akut berhubungan dengan rawat inap atau keadaan penyakit,
menimbulkan kerusakan untuk jaringan otot dan kapasitas fungsional. Pada orang dewasa
yang lebih tua, kurangnya aktivitas fisik selama rawat inap hampir diterima sebagai bagian
dari pengalaman rawat inap, namun jelas memberikan kontribusi untuk sejumlah hasil
negatif, termasuk pengurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
peningkatan kejadian pendaftaran kembali dan pelembagaan (English & Paddon-jones,
2012).
Immobilisasi atau Bedrest adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Imobilisasi
secara fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan. Tirah baring diartikan sebagai tinggal
ditempat tidur untuk jangka waktu yang lama dan diharuskan. Kata "istirahat" berkenaan
dengan hal ini agak kurang tepat karena kita selalu berfikiran bahwa ini diartikan dengan
istirahat malam yang baik. Pada tirah baring sebenarnya bukan sesuatu yang dilakukan
dengan sukarela.Individu tak secara wajar berfungsi diluar tempat tidur ini sebagai akibat
dari berbagai gangguan fungsi (gerak, bernafas, pengendalian syaraf). Ini sebagai akibat
dari penyakit (panas tinggi), kelemahan ( lumpuh). (Rismawan wawan, 2014).

2.1.2 Penyebab Bedrest


Pasien yang lebih tua dengan 5beberapa kondisi kronis sangat rentan terhadap bedrest
karena mereka cenderung menggunakan sisanya sebagai strategi untuk mengelola gejala,
yang disebabkan seperti seperti kelelahan, terkait dengan penyakit kronis. Dengan beberapa
5
hari bedrest dapat mengakibatkan penurunan fungsional yang cepat dan komplikasi terkait
dalam populasi ini karena cadangan fisiologis mereka berkurang (Fox & Sidani, 2018).
Pasien yang lebih tua dan cukup lemah lebih memilih beristirahat (bedrest) di tempat
tidur selama pemulihan dari penyakit utama mereka disebabkan terjadinya kelemahan atau
kehilangan kesadaran umum (Fox & Sidani, 2018).
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, diantaranya gangguan
sendi dan tulang, penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang akan
menghambat pergerakan, penyakit saraf, adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan
saraf tepi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan immobilisasi,
penyakit jantung atau pernafasan, penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan
kelelahan dan sesak nafas ketika beraktivitas, gangguan penglihatan, rasa percaya diri
untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran
terpeleset, terbentur atau tersandung, masa penyembuhan, pasien yang masih lemah setelah
menjalani operasi atau penyakit berat tertentu memerlukan bantuan untuk berjalan atau
banyak istirahat, tirah baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat-
akibat yang merugikan bagi fisik maupun psikologis. konsep immobilisasi merupakan hal
yang relatif, dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan
aktivits dari normalnya (Rismawan wawan, 2014).
Beberapa diagnosa medis yang menyebabkan tirah baring lama adalah perdarahan intra
kranial, aneurisma, infark kranial (stroke), kontusio serebri, abses otak, hidrosefalus,
paraplegi, kuadriplegi, kolostomi, multiple fracture dan ensepalopati hati (Utomo, irvani
dewi, & Abdurrasyid, 2012).
Ada berbagai macam nyeri yang dialami oleh pasien di Rumah Sakit dansebagian besar
penyebab nyeri pasien diakibatkan karena tindakan pembedahan/operasi yang termasuk nyeri
akut dan dapat menghambat proses penyembuhan pasien karena menghambat kemampuan
pasien untuk terlibat aktif dalam proses penyembuhan dan meningkatkan resiko komplikasi
akibat imobilisasi (Satriyo, Annisa, & Sari, 2013)
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini

6
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Proces atau proses penuaan (Rhosma Sofia,
2014).
Pada lansia yang memiliki banyak penurunan pada fisiologis tubuh, terutama yang
berpengaruh pada pengontrol keseimbangan seperti penurunan kekuatan otot, perubahan
posture, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu, penurunan propioseption,
penurunan visual. jika hal tersebut terjadi akan terjadi kontrol keseimbangan yang kurang
baik bagi lansia sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Ketika otot-otot yang
berperan dalam keseimbangan tubuh tersebut bekerjasama untuk membentuk kekuatan yang
bertujuan mempertahankan posisi badan sesuai dengan alignment tubuh yang simetri agar
menjadi lebih stabil ketika digerakkan atau digunakan ketika bergerak. Gerak yang
dihasilkan ketika tubuh memiliki kemampuan untuk stabil merupakan gerak yang efektif dan
efisien sehingga dapat mengurangi resiko jatuh dan cidera, juga dapat meningkatkan
kemampuan fungsional. Fisioterapi dalam hal ini sangat berperan terhadap peningkatan
gerak dan fungsi terutama pada lansia sehingga Qualitas of life lansia akan baik dan bisa
menikmati kehidupan tanda memerlukan bantuan sepenuhnya dari orang lain (Munawwarah
& Nindya N, 2015).

2.2.2 Klasifikasi Lansia


Diklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang / jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Rhosma Sofia, 2014).

WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :


1. Kelompok middle age (45-59 tahun)
2. Kelompok elderly age (60-74 tahun)
3. Kelompok old age (75-90 tahun)

7
2. KERANGKA BERFIKIR
Menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis
perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian
ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian.

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, diantaranya gangguan


sendi dan tulang, penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang akan
menghambat pergerakan, penyakit saraf, adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf
tepi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan immobilisasi, penyakit
jantung atau pernafasan, penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan
sesak nafas ketika beraktivitas, gangguan penglihatan, rasa percaya diri untuk bergerak akan
terganggu bila ada gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran terpeleset, terbentur atau
tersandung, masa penyembuhan, pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau
penyakit berat tertentu memerlukan bantuan untuk berjalan atau banyak istirahat, tirah baring
atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat-akibat yang merugikan bagi fisik
maupun psikologis. konsep immobilisasi merupakan hal yang relatif, dalam arti tidak saja
kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan aktivits dari normalnya (Rismawan,
Wawan 2014).

8
Penelitian ini hanya membatasi satu Hubungan Lama Bed Rest pada satu variabel

Fungsi Kognititf digambarkan secara skematik sebagai berikut.

Bagan 1

Konsep Penelitian dengan Lama Bed Rest terhadap Fungsi Kognititf

LAMA BEDREST
DAMPAK
INTERNAL
-Perubahan
Metabolisme
-Perubahan DAMPAK
Kardiovaskuler EKSTERNAL
-Perubahan -Lama Bedrest
Muskuloskeletal
-Perubahan
Integument
-Perubahan
Pernapasan
Fungsi Kognitif

IV. METODOLOGI PENELITIAN

1. BAHAN DAN METODE


Merupakan bagian paling penting dari protokol yang meliputi rancangan penelitian, subjek
penelitian, besar sampel, intervensi dan observasi. Bahan dan metode juga merupakan
kerangka pendekatan studi dan dapat berupa analisis teori, metode eksperimen atau
kombinasi. Uraikan metode secara terperinci (peubah, model, rancangan, teknik pengumpulan
dan analisis data serta cara penafsiran).

 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi
eksperimental dengan pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah perlakuan
dengan rancangan pre test and post test tanpa control group yang dirancang untuk
mengetahui pengaruh Kinesio Taping dapat meningkatkan fleksibilitas pada orang lanjut
usia.
Kelompok, sebelum perlakuan diberikan pre test (O1), setelah perlakuan semua

9
kelompok diberikan post test (O2). Skema rancangan penelitian dapat dilihat dalam gambar
3.1 berikut.

K
R

P S
B

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian


Keterangan :
P : Populasi
S : Sample
R : Randomisasi
K : Fungsi Kognititf
B : Lama Bed Rest

2. PROSEDUR
Yang menggunakan intervensi harus dideskripsikan, obat-obatan atau perangkat yang akan
digunakan dan dijelaskan apakah sudah tersedia secara komersial atau masih dalam tahap
eksperimen.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara:


Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan penelitian sebagai berikut:
 Tahap Persiapan dan Administrasi
Pada tahap persiapan dan administrasi prosedur yang dilakukan adalah
 Melakukan studi kepustakaan dari buku, jurnal, internet file, dan berbagai topik lain yang
relevan
 Mengurus surat-surat terkait persetujuan penelitian diberbagai tempat dan lokasi yang
ditargetkan
 Membuat jadwal pelaksanaan penelitian
 Mengadakan penjelasan dan pelatihan terhadap rekan sejawat fisioterapi yang membantu
proses pelaksanaan penelitian
10
 Mempersiapkan bahan, alat ukur dan instrumen yang diperlukan selama penelitian
 Mempersiapkan surat persetujuan penelitian kepada subjek sampel penelitian

3. POPULASI DAN SUBYEK


Populasi penelitian merupakan penjelasan asal subyek penelitian. Prosedur pemilihan subyek
harus dijelaskan secara rinci disertai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi subyek. Kriteria
inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat
diikutsertakan dalam penelitian, sedangkan kriteria eksklusi adalah keadaan yang
menyebabkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi tersebut tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian.

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dihitung berdasarkan rumus
Slovin :
18
n  17,22
1  18(0,05) 2 )2
=18
Keterangan:
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah sampel minimal adalah 18 orang.
Ditambah 20% sebagai prakiraan terhadap sampel yang gugur (drop out) menjadi 20
orang. Dalam penelitian ini keseluruhan jumlah sampel adalah 20 orang.
 Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Umur 60-80 tahun
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Mengalami bed rest
 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Tidak bersedia mengikuti penelitian

4. WAKTU PENELITIAN
Adalah lokasi dan institusi dimana data akan diperoleh subyek penelitian, bahan/sampel
diambil/diperiksa harus dijelaskan secara rinci. Waktu penelitian dimulai sejak awal
penelitian sampai laporan akhir penelitian selesai dan dipertanggungjawabkan sebaiknya
dibuat dalam bentuk barchart.

Penelitian dilakukan di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta . Penelitian ini akan dilakukan
pada bulan Agustus – September 2019.

11
5. DEFINISI OPERASIONAL
Operasionalisasi Konsep serta istilah-istilah yang digunakan didalam penelitian berdasarkan
acuan teori atau glosarium.
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Sklala Katagori

1 Fungsi Kognititf Kognisi Mini Mental State Interval Pria


Examination (MMSE) Tinggi : ≥15
adalah suatu konsep Rata – rata : 9 –
yang kompleks yang 14
Di bawah Rata –
melibatkan aspek rata : 6 – 8
Rendah ≤ 5
memori, perhatian,
fungsi eksekutif, Wanita
Tinggi : ≥18
persepsi, bahasa dan Rata – rata : 12 –
17
fungsi psikomotor. Di Bawah Rata –
Masalah, setiap aspek rata : 9 – 11
Rendah : ≤ 8
ini sendiri adalah
kompleks. Memori
sendiri meliputi proses
encoding,
penyimpanan dan
pengambilan informasi
serta dapat dibagikan
menjadi ingatan jangka
pendek, ingatan jangka
panjang dan working
memory. Perhatian
dapat secara selektif,
terfokus, terbagi atau
terus-menerus, dan
persepsi meliputi
beberapa tingkatan
proses untuk mengenal
objek yang didapatkan
dari rangsangan indera
yang berlainan (visual,
auditori, perabaan,
penciuman).

3 Umur Usia responden yang Wawancara dengan Ordinal 1. ≥ 60 tahun


dilihat dari tanggal lahir menggunakan kuesioner 2. ≤ 60 tahun
4 Jenis Kelamin Secara biologis subjek Wawancara dengan Nominal 1. Laki-laki

12
dilihat dengan cara menggunkan kuesioner 2. perempuan
wawancara

13
IV. DAFTAR PUSTAKA

1. SISTEM PENGACUAN
Penulisan yang cermat tentang kepustakaan akan mempermudah pembaca dalam
menelusuri masalah yang dicarinya dari sumber acuan tadi. Setiap sistem pengacuan harus
digunakan secara taat asas dalam tubuh tulisan, tabel, dan gambar kemudian disesuaikan
dengan Daftar Pustaka. Sistem penulisan menggunakan sistem Nama-Tahun (sistem
Harvard).

Anonim,2013, Fitness Test, Australian College of Sport & Fitness


Bonakdar.Robert A., Sukiennik.Andrew W. 2016. Integrative Pain Management. Oxford
University Press - Halaman 467
Bonder, Bette, 2017. Functional Performances in Older Adults Fourth Edition, Davis Company,
Philadephia
Fachny Nurhesti. 2017. Pengaruh Kinesio Taping dan Upper Limb Tension Test terhadap
Kemampuan Fungsional pada Carpal Tunnel Syndrome. Program Studi Fisioterapi
Aisyiyah Yogyakarta.
Huang, Chen – yu, 2011. Effect of the Kinesio tape to muscle activity and vertical jump
performance in healthy inactive people.Lincesed Biomed, China
Izza, Syarifatul, 2014. Perbedaan Efektifitas Pemberiaan Kompres Air Hangat dan Pemberiaan
Kompres Jahe terhadap Penurunan Nyeri Sendi pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Program Sudi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran
Krohn, Kathryn, Castro, David, Advisor Joseph Klin. The Effects of Kinesio Tape on Hamstring
Flexibility Advisor: Daryl Ridgeway, D. C. Oct 10, 2011
Kim. Trobec,2017,Efficacy of Kinesio Taping in reducing low back pain: A comprehensive
Review,http://www.jhsci.ba Kim Trobec and Melita Peršolja. Journal of Health Sciences
2017;7(1):1-8.
Kim,aliana, 2016, Kinesiology for Taping for Rehab and Injury Prevention, Ulyess Press,
Berkley CA
Maryam, S. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Salemba Medika.P. 10
Morrow,James,dkk. 2011. Measurment and evalution in human performance. Human Kinetics,
University of Colorado.page 223
Oscar, P. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Kementriaan Kesehaan RI.
Sudarsono, N. C., 2008, Kebugaran; http://seripay.wordpress.com//, diakses tanggal 28 Maret
2015
Trisnowiyanto, 2016, PENGARUH MAT PILATES EXERCISE TERHADAP FLEKSIBILITAS
TUBUH. Politeknik Kesehatan Kemenkes.R.I. Surakarta. Hal 41
United Nations (2015). World population ageing 2015. Diakses 29 April 2017, dari
http://www.un.org/en/ed/development/desa/population/publications/pdf/ageing
/WPA2015 Highlights.pdf

14
WHO, 2012. World Health Statistics 2012. Pg 157
Yoshida. Yako, Kahanov. Leamor. 2007. The Effect of Kinesio Taping on Lower Trunk Range of
Motion.

15
V. LAMPIRAN

1. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (bila diperlukan)


a. Naskah PSP
PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Eko Prabowo
Status : Dosen Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta

Bermaksud melaksanakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kinesio Taping Terhadap


Peningkatan Fleksibilitas Pada Orang Lanjut Usia ”. Bersama ini saya akan menjelaskan beberapa
hal yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat atau pengaruh kinesio taping terhadap
peningkatan fleksibilitas pada orang lanjut usia .
2. Manfaat penelitian ini secara umum dapat dijadikan rujukan dalam menentukan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah gangguan fleksibilitas pada orang lanjut usia .
3. Peneliti akan melakukan wawancara untuk mengetahui identitas pasien (nama, usia, lama
stroke). Perkiraan waktu 1-3 menit
4. Peneliti akan melakukan pemeriksaan berupa vital sign (HR, RR dan tekanan darah),
kemampuan keseimbangan dan jalan Bapak/Ibu. Perkiraan waktu 20 – 25 menit.
5. Peneliti akan memasangkan taping pada pinggang Bapak/Ibu. Perkiraan waktu 5-10 menit.
6. Bapak/Ibu diminta untuk dapat mengikuti program ini selama 4 minggu berturut-turut.
Setiap minggunya diakan dilakukan terapi 3 x seminggu.
7. Peneliti akan melakukan evaluasi (pemeriksaan kembali) pada sesi terakhir terapi.
8. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi tentang identitas ibu/bapak. Data yang diberikan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Pelaporan hanya akan menggunakan
kode partisipan, bukan nama sebenarnya.
9. Bapak/ibu berhak untuk mengajukan keberatan terhadap hal-hal yang tidak berkenan dalam
penelitian ini.

16
10. Sehubungan dengan apa yang telah dijelaskan diatas, saya memohon kesediaan bapak/ibu
untuk memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi
ibu/bapak bersifat sukarela tanpa paksaan. Tidak ada sanksi apapun jika ibu/bapak menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
11. Demikian atas perhatian dan kerjasama dari bapak/ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Semua informasi yang kami dapatkan akan kami jaga kerahasiannya dan akan digunakan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan program fisioterapi pada
orang lanjut usia di PSTW Budi Mulia 3 Jakarta.
Apabila bapak/ibu/saudara/i membutuhkan penjelasan dapat menghubungi tim pelaksana
penelitian ini yaitu, Eko Prabowo dan Agustyawam. Serta jika membutuhkan keterangan lebih
lanjut dapat menghubungi penanggung jawab dalam penelitian ini.
Adapun penanggung jawab dalam penelitian ini adalah Eko Prabowo (08999570760)

Jakarta, 2018
Peneliti

( Eko Prabowo )

17
b Formulir Persetujuan

INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

PENGARUH KINESIO TAPING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS PADA


ORANG LANJUT USIA TAHUN 2018
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama / inisial : ...................................................
Usia : ...................................................
Alamat : ...................................................
Telah mendapat penjelasan tentang tujuan, prosedur, manfaat dan resiko dalam penelitian ini.
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi responden pada penelitian ini sangat besar
manfaatnya untuk mengetahui manfaat atau pengaruh intervensi Kinesio Taping pada orang
lanjut usia terhadap fleksibilitas. Dengan menandatangani surat persetujuan ini, berarti saya telah
menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan.

Jakarta , ............................... 2016

Saksi: Subyek:

(………………………) (………………………)

Ketua Peneliti

(………………………)

18
FORM PEMERIKSAAN PENELITIAN
MANFAAT INTERVENSI KINESIO TAPING PADA ORANG LANJUT USIA TERHADAP
FLEKSIBILITAS DI PSTW BUDI MULIA 3 JAKARTA TAHUN 2018

IR. Identitas Responden


Petunjuk Pengisian :
Isilah data berikut sesuai dengan keterangan yang ada pada orang lanjut usia. Mohon tidak ada
data yang kosong, jawaban akan dijaga kerahasiaannya.
No Data

IR.1 Nama Lengkap

IR.2 Kelas

IR.3 Usia

IR.4 TTL

Karakteristik Responden
BB :( ) ( ) ( ) kg
TB :( ) ( ) ( ) cm

PETUNJUK PENGISIAN
Isilah pertanyaan berikut dengan memberi jawaban yang jujur
1. Apakah anda mengalmi gangguan syaraf ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengalami gangguan pada jantung ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengalami gangguan pada alat gerak bawah (kaki) ?
a. Ya
b. Tidak

19

Anda mungkin juga menyukai