Anda di halaman 1dari 10

Telah diterima/disetujui

Hari/Tanggal:
Tanda Tangan:

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP LANSIA
Stase Keperawatan Gerontik

OLEH
ELSY JULIANTI
NIM.04064882124017

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Lanjut Usia


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2010). Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses penurunan yang berangsur-angsur pada kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya yang mengakibatkan perubahan
kumulatif berupa tidak dapat tidak dapat bertahan dari jejas dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Kholifah, 2016).
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (Mubarak, Chayatin & Santoso, 2012). Lansia adalah seseorang yang telah
berusia > 60 tahun dan pada umumya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, soaial, ekonomi (Darmono, 2011).

B. Kategori Lanjut Usia


Menurut WHO (1999, dikutip Kholifah 2016) batasan lanjut usia adalah sebagai
berikut:
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2. Usia tua (old) :75-90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

Sedangkan, menurut Depkes RI (2005), menjelaskan bahwa batasan lanjut usia dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun


2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
C. Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
1. Perubahan Biologis
a. Perubahan Sel
Selama rentang kehidupan individu akan mengalami penurunan sel secara
kuantitatif dan perubahan dari aktivitas enzim di dalam sel yang mengakibatkan
berkurangnya respon biologi didalam tubuh. Kemampuan tubuh memelihara
keseimbangan menjadi berkurang seiring dengan penuaan seluler. Sistem organ
tubuh tidak efisien lagi akibat dari berkurangnya sel dan jaringan (Fatimah, 2010).
b. Perubahan Sistem Panca Indera
Perubahan pada sistem panca indera yaitu pendengaran, penglihatan,
penciuman, peraba, dan perasa bersifat degeneratif. Kehilangan kemampuan
mendengar nada frekuensi tinggi, kesulitan alam melakukan percakapan dan
perubahan fungsi penglihatan membuat lansia merasa terisolasi dan menarik diri
dari lingkunganya. Indera peraba memberikan pesan yang paling mudah
diterjemhkan, lansia sangat senang menyentuh dan disentuh. Kemampuan lansia
untuk melakukan pengecapan dan penciuman, sensitivitas terhadap rasa menurun
(Stanley & Beare, 2007).
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia menyebabkan struktur
jantung dan sistem vaskuler mengalami penurunan kemampuan untuk berfungsi
secara efisien. Darmojo (2011) menyatakan bahwa perubahan pada sistem
kardiovaskuler adalah perubahan pada anatomi dan fisiologis pada jantung yaitu
jantung mengalami pembesaran, ruang dalam jantung melebar, massa otot jantung
berkurang jumlahnya, pompa jantung menurun, aliran darah berkurang, tekanan
sistolik menurun, dan nadi meningkat. Sejalan dengan teori biologi (Biological
Theories) yang menjelaskan bahwa proses penuan secara fisik termasuk
perubahan molekuler dan seluler dalam sistem organ dan kemampuan tubuh untuk
berfungsi secara memadai dan ketahanan terhadap penyakit.
d. Perubahan Sistem Pernapasan
Perubahan sistem pernafasan termasuk perubahan struktur, perubahan fungsi
daan perubahan sistem imum menyebabkan kerentanana untuk mengalami
gangguan pernafasan. Atrofi otot-otot pernafasan daan penurunan kekuatan otot-
otot pernafasan dapat meningkatkan resiko berkembang keletihan otot-otot
pernafasan pada lansia (Stanley & Beare. 2007).
e. Perubahan Sistem Saraf
Sistem saraf mulai menurun sesuai dengan proses penuaan. Berat otak akan
menurun sebanyak 10% pada umur 30 sampai 70 tahun meningien menebal, girus,
dan sulkus otak berkurang kedalamannya. Sitoplasma sel terjadi deposit lipofusin,
kekusutan neurofibrierdan pembentukan badan-badan hirano. Keadaan ini
bersesuaian dengan terjadinya patologi dan sindroma Parkinson dan demensia
Alzheimer. Jumlah neorotransmitter juga berkurang seiring dengan proses menua.
f. Perubahan Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan. Perubahan pada sistem imun pada lansia dimana
ketidakmampuan tubuh untuk membentuk antibodi pada beberapa antigen seperti
pnemokokus dan virus influenza dan menurunnya reaksi hipersensivitas
(Darmojo, 2011). Menurut teori ketika seseorang bertambah tua , pertahanan
terhadap organisme asing mengalami penrunan, sehingga lansia rentan untuk
menderita berbagai penyakit, tubuh kehilangan kemampuan untuk meningkatkan
responnya terhadap benda asing terutama ketika terjadi infeksi (Stanley & Beare,
2007).
g. Perubahan Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin pada lansia membuat hampir semua produksi
hormon menurun, fungsi paratyroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya
hormon ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid akibatnya
metabolisme basal menurun , menurunnya produksi aldosteron, menurunnya
sekresi hormon gonad (progesteron, estrogen, dan aldosteron), bertambahnya
insulin, neorefinefrin, parathormone, vasoprine, , berkurangnya triidotrironin, dan
psikomotor menjadi lambat. Penyakit yang diakibatkan dari gangguan sistem
endokrin adalah diabetes militus, gangguan kelenjar tiroid, obesitas pada lanjut
usia, dan sindroma metabolik. Hampir semua proses produksi dan pengeluaran
hormon dipengaruhi oleh proses menua. Kondisi ini sesuai dengan teori
Neuroendokrin yang menyatakan bahwa proses penuaan terjadi karena adanya
suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
yang diatur oleh sistem persarafan (Stanley & Beare, 2007).
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis ini erat kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan dan pengetahuan, dan situasi lingkungan. Intelegensi
secara umum semakin menurun terutama memori, mudah lupa terhadap kejadian baru,
masih terekam baik kejadian masa lalu, dari segi mental dan emosional sering muncul
perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakt atau takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi (Mubarak, Chayatin & Santoso, 2012). Teori pskologis menjelaskan
bahwa proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan bertambhnya usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan mental dan
keadaan funsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
intelegensi dapat menjadi karakteristik konep diri dari seorang lansia (Stanley &
Beare. 2007).

3. Perubahan Sosial
Masalah perubahan sosial serta reaksi individu terhadap perubahan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Perubahan yang
mendadak dalam kehidupan misalnya menghadapi masa pensiun, penghasilan
menurun, biaya hidup meningkat, penyakit kronis, kematian pasangan hidup akan
membuat lansia merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna, minat dalam
aktivitas fisik menurun dengan bertambahnya usia, isolasi dan kesepian. Banyak
faktor yang menyebabkan lansia terisolasi dari yang lain, diantaranya karena
keterbatasan fisik memebuat aktivitas lansia terbatas, meregangnya ikatan
kekeluargaan, menurunnya keterlibatan didalam kegiatan masyarakat (Stanley &
Beare, 2007).
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpakasa. Orang lanjut usia yang memutuskan
hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi
merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia (Santrock, 2002).

4. Perubahan Kognitif
Menurut Nugroho (2010), perubahan kemampuan kognitif ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mudah lupa karena ingatan tdak berfungsi dengan baik.
b. Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi pada masa
tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-nama.
c. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau temapat juga
mundur, erat hubungannya dengan daya ingatan yang sudah mundur dan juga
karena pandangan yang sudah menyempit.
d. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai dalam test
intelegensi menjadi lebih mudah sehingga lansia tidak mudah untuk menerima
hal- hal baru.

D. Tugas Perkembangan Lanjut Usia


Menurut teori Havighurst (dikutip, Ramdani, 2015) tugas tugas perkembangan lanjut
usia adalah sebagai berikut:
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

E. Teori Menua
Menurut Maryam dan Siti (2015), terdapat beberapa teori yang berkaitan dnegan
prose penuaan:
1. Teori Biologis
a. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian
molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang
dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul
ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel.
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi
kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat
terbentuk di alam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
b. Teori Genetika
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya kan mengalami mutasi. Contoh
dari teori ini adalah Peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang
dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau
kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular.
c. Teori Crosslink
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang meningkatkan
rigiditas sel,. Crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
senyawa antara molekul-molekul yang terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua
atau usang, reaksi kimianya menyebabkan kurang elastis dan hilangnya fungsi.
Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya
rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d. Teori Wear and Tear
Pada teori biologis juga dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” yang
terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi
lelah. Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
e. Teori Imunitas
Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem
imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan
ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T,
tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya.
f. Teori Neuroendokrin
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.
g. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.

2. Teori Sosial
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan
kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau
introvert yaitu bahwa keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi
kesehatan.
b. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses
penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak
dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang
tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu
untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang
tidak terpenuhi.
c. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara
negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan
pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
d. Teori Kesinambungan/Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan.
e. Teori Perkembangan
bangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, B. (2011). Geriatrik. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta: FK UI.
Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta: Depkes RI
Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik. Jakarta; TIM.

Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta Kemenkes
RI.
Maryam, R., Siti, M. (2015). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Mubarak,W. I., Chayatin, N., Santoso,B. A. (2009). Ilmu Keperawaan Komunitas Pengantar
dan Teori. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ramdani. (2015). Kontribusi Kecerdasan Spiritual dan Dukungan Keluarga terhadap


Kepuasan Hidup Lansia Serta Implikasinya Dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Jurnal KOPASTA 2(2) 1-21.
Santrock, J.W. (2002). Adolesence Perkembangan Edisi Ke-Enam. Jakarta: Erlangga
Stanley., Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai